BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim yang mana terdapat banyak kota berada di wilayah pesisir, salah satunya adalah Kota Pekalongan.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim mengacu pada variasi signifikan variabel pada iklim

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Abstrak Halaman Persembahan Motto

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

VI. REKOMENDASI 6.1. Analisis dan Rekomendasi Penggunaan Lahan berdasar RTRW Rekomendasi Kebijakan untuk RTRW

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

KAJIAN KERENTANAN WILAYAH PESISIR KOTA SEMARANG TERHADAP PERUBAHAN IKLIM RINGKASAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BENCANA BANJIR ROB Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

III. KERANGKA PEMIKIRAN. permukaan air laut (rob). Fenomena ini berdampak pada kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya.

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Our History. Fisipol Universitas Widyamataram. Stadium General: Theme Administrasi Negara & Sosilogi dalam Prospek & Perspektif Kekinian

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota-kota besar di Indonesia secara umum memiliki ciri-ciri yaitu tingginya intensitas aktivitas dan kegiatan di dalamnya, hal ini dapat terlihat pula dari pembangunan yang senantiasa berkembang bersamaan dengan permasalahanpermasalahan spasial yang berbeda-beda pada masing-masing kota begitu juga dengan dampaknya. Salah satu kota besar dengan permasalahan yang cukup kompleks adalah Kota Semarang yang merupakan Ibu Kota provinsi Jawa Tengah. Perkembangan Kota Semarang dapat terlihat dari jumlah penduduknya yang telah mencapai 1.739.989 penduduk pada akhir tahun 2013, dengan kepadatan penduduk hingga 4657 penduduk dalam satu kilometer persegi (Profil Kependudukan Kota Semarang oleh BPS, 2013). Pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun kemudian dapat menyebabkan permasalahan ketersediaan lahan yang senantiasa tidak mengalami pertumbuhan dan justru menurun jumlahnya di setiap tahunnya akibat adanya konversi lahan pertanian dalam rangka pembangunan kota. Hal ini kemudian didukung pula dengan kondisi fisik Kota Semarang yang merupakan daerah pesisir dengan tingkat kerawanan terhadap bencana yang cukup tinggi. Apabila permasalahan tersebut tidak ditindaklanjuti dan kurang diperhatikan, banyak penduduk Kota Semarang yang kemudian menempati lokasi-lokasi yang rawan bencana akibat keterbatasan lahan yang tentunya akan sangat merugikan baik bagi para warga kota ataupun pemerintah kota. Kota Semarang kini dihadapkan dengan permasalahan baru yang kemudian memberikan dampak yang relatif signifikan terhadap tata ruang kota. Sama halnya dengan kota-kota pesisir lainnya di Indonesia, perubahan iklim menjadi salah satu momok yang kini menghantui Kota Semarang. Dampak yang jelas terlihat terkait perubahan iklim pada Kota Semarang adalah kenaikan muka 1

air laut pada pesisir utara Pulau Jawa yang diprediksi mencapai rata-rata 6-10 mm setiap tahunnya. Hal tersebut kemudian jelas menyebabkan beberapa kawasan di pesisir utara Pulau Jawa tergenang. Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya bencana-bencana lain seperti banjir bandang, abrasi pantai, erosi, kekeringan, serta peningkatan kasus penyakit yang disebabkan oleh vektor seperti demam berdarah (DBD) atau malaria sebagai akibat peningkatan suhu Kota Semarang sebesar 0,2-0,5ºC (Data BMKG Kota Semarang, 2013). Tingkat kompleksitas permasalahan ini kemudian diperburuk dengan daya tarik wilayah pesisir untuk aktivitas bermukim dengan intensitas yang tinggi, dengan keberadaan pelabuhan dan perkembangan kawasan industri yang pesat pada kawasan ini, maka penduduk yang bergantung pada sektor-sektor industri kemudian cenderung memilih untuk menempati kawasan di sekitar kawasan industri tersebut. Tingkat kerentanan terhadap bencana yang tinggi serta populasi penduduk yang terus meningkat di Pesisir Kota Semarang kemudian menjadi kombinasi tekanan atau stress yang perlu diperhatikan lebih lanjut lagi agar tidak memberikan dampak yang tak berkesudahan. Dengan tingginya intensitas aktivitas di kawasan pesisir tersebut tentunya akan semakin tinggi pula tingkat kerugian yang didapatkan apabila terjadi bencana-bencana yang melanda kawasan pesisir tersebut yang hampir selalu terjadi di setiap tahunnya. Terdapat beberapa kelurahan di kawasan Pesisir Semarang yang bahkan terkena tidak hanya satu bencana sekaligus, seperti bencana banjir bandang, rob atau pasang serta abrasi dan diperburuk dengan penurunan tanah atau land subsidence melanda sekaligus pada kelurahan-kelurahan tertentu seperti Kelurahan Mangkang Wetan, Mangkang Kulon, Mangunharjo serta Tugurejo. Berbagai upaya mitigasi kebencanaan seolah tidak cukup untuk menuntaskan akar permasalahan tersebut, karena pada umumnya diperlukan pula kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan bencana-bencana akibat perubahan iklim tersebut. Dengan tingginya paparan dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim tersebut, sudah seharusnya Kota Semarang mengalami degradasi atau penurunan performa. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Mercy Corps dan 2

ARUP pada tahun 2012, Kota Semarang dinyatakan sebagai salah satu kota yang tangguh terhadap perubahan iklim. Hal ini yang kemudian perlu ditindaklanjuti lebih jauh mengingat secara empiris, kawasan pesisir memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Secara lebih mendalam, penilitian ini akan melihat bagaimana aspek-aspek ketangguhan terhadap perubahan iklim yang diukur pada skala kota dapat pula diaplikasikan di kawasan Pesisir Kota Semarang, mengingat terdapat beberapa paparan dampak terhadap perubahan iklim yang menyebabkan Kawasan Pesisir Kota Semarang memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap perubahan iklim dibandingkan wilayah-wilayah yang lainya. Oleh karenanya diperlukan pengukuran tingkat ketangguhan terhadap dampak perubahan iklim di Pesisir Kota Semarang dengan mengambil salah satu kasus pada kawasan Pesisir Kota Semarang yaitu pada kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut, arah penelitian yang dilakukan akan memaparkan jawaban dari beberapa pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimana tingkat ketangguhan terhadap dampak perubahan iklim di kawasan Pesisir Kota Semarang? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang kemudian menyebabkan ketangguhan terhadap perubahan iklim pada kawasan pesisir Kota Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian Dari pertanyaan penelitian yang melatarbelakangi dilaksanakan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengukur tingkat ketangguhan terhadap perubahan iklim di Pesisir Kota Semarang. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ketangguhan terhadap perubahan iklim pada kawasan pesisir Kota Semarang 3

1.4 Batasan Penelitian Peneliti menetapkan batasan-batasan khusus supaya penelitian yang dilakukan memiliki cakupan yang lebih fokus dengan arah penelitian yang lebih jelas. Batasan-batasan tersebut diantaranya: 1.4.1 Substansial Substansi dalam penelitian ini mengkaji tingkat ketangguhan yang ada di Pesisir Kota Semarang untuk membentuk sistem kota yang tangguh dan adaptif terhadap dampak perubahan iklim. Dalam hal ini konsep ketangguhan tersebut juga meliputi upaya-upaya adaptasi, mitigasi dan inovasi menghadapi beberapa dampak perubahan iklim dengan menggunakan indikator ketangguhan terhadap dampak perubahan iklim. 1.4.2 Temporal Secara umum, penelitian untuk melihat tingkat ketangguhan pesisir Kota Semarang ini melihat kondisi eksisting (sekarang) Kota Semarang. Namun, pada beberapa indikator, dilihat pula kecenderungan yang ada pada 5 tahun ke belakang, dari tahun 2010-2014 dengan analisis beberapa data sekunder yang bersifat time series (deret waktu). 1.4.3 Areal Lokasi dilakukannya penelitian menjadi batasan ruang dari penelitian tersebut, yaitu meliputi satu unit agregat kelurahan pesisir Kota Semarang yang memiliki kerentanan tertinggi serta terkena paparan terhadap perubahan iklim yang relatif tinggi yakni Kelurahan Tugurejo yang terletak di Kecamatan Tugu 1.5 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, selain memberikan manfaat kepada peneliti, diharapkan nantinya penelitian ini akan menghasilkan beberapa manfaat 4

kepada masyarakat dan pihak-pihak yang terkait lainnya, beberapa manfaat tersebut antara lain: 1. Menjadi salah satu masukan untuk dilakukannya pengembangan penelitian-penelitian yang memiliki keseragaman tema. 2. Menjadi salah satu bahan pertimbangan khususnya bagi Pemerintah Kota Semarang dalam melakukan perencanaan pembangunan Kota Semarang. 3. Menjadi salah satu alat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan beberapa ilmu lain yang memiliki keterkaitan. 1.6 Keaslian Penelitian Sama dengan penelitian-penelitian yang lain, penelitian ini memiliki fokus dan lokus yang kemudian menjadi unsur terpenting dalam penyusunannya terkait keaslian dan originalitas. Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deduktif-kuantitatif-deskriptif, penelitian bertajuk Tingkat Ketangguhan terhadap Dampak Perubahan Iklim di Kawasan Pesisir Kota Semarang, Kasus: Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, ini mengkaji tema-tema kontemporer yang sedang berkembang dalam dunia perencanaan. Sebelumnya, terdapat beberapa penelitian dan jurnal yang juga menggunakan tema resiliensi atau ketangguhan pada dinamika perkembangan kota sebagai dasar penelitian, beberapa diantaranya adalah: 1. Konsep, Prinsip dan Strategi Mewujudkan London Resilient City (2012), skripsi oleh Rezki Hr Muhammad, skripsi oleh mahasiswa program studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini berfokus pada upaya pengembangan dan perencanaan Kota London yang tangguh. 2. Pengukuran Tingkat Kesiapan Kampung Tegalpanggung Kota Yogyakarta Sebagai Kampung Tangguh Bencana (2013), skripsi oleh Eva Pungki Ainora, mahasiswa program studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini mengkaji tentang program 5

pengurangan resiko bencana dengan basis komunitas dan pendekatan ketangguhan atau resiliensi. 3. Kajian Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Kota Semarang (2012), jurnal oleh Ambariyanto dan Denny N.S, pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Jurnal ini mengkaji mengenai implementasi dari rencana program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi pada pesisir Kota Semarang akibat pertumbuhan sektor industri dan pelabuhan. 4. Strategi Adaptasi Warga Perumahan Kelurahan Tanjung Emas dengan Adanya Rob di Kawasan Pantai Semarang Utara (2008), skripsi oleh Mala Dewi Saputri, mahasiswa program studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini melihat upaya adaptasi dalam membentuk komunitas tangguh terhadap banjir rob. 5. Kajian Kerentanan Wilayah Pesisir Kota Semarang terhadap Perubahan Iklim (2009), tesis oleh Nur Miladan, mahasiswa program studi S2 Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pascaserjana, Universitas Diponegoro. Penelitian ini melihat bagaimana tingkat kerentanan terhadap perubahan iklim yang ada di Pesisir Kota Semarang untuk kemudian dicari pemecahan masalahnya. Lain halnya dengan penelitian-penelitian sebelumnya, fokus dari dilakukannya penelitian ini adalah melihat pendekatan resiliensi atau ketangguhan pada kawasan pesisir Kota Semarang yang memiliki kerentanan terhadap bencanabencana akibat dampak perubahan iklim untuk membentuk sistem Kota Semarang yang tangguh terhadap perubahan iklim dengan menilai sektor-sektor yang strategis dan sensitif terhadap dampak perubahan iklim seperti air bersih, kesehatan, banjir, persampahan, mangrove dan juga perikanan. Selanjutnya, penelitian ini akan memperkaya tema kontemporer terkait yaitu ketangguhan kota dengan penggunaan inovasi berupa indikator ketangguhan yang dielaborasikan dari teori-teori yang sesuai dan dapat diterapkan dengan mudah untuk pengukurannya. 6

1.7 Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian untuk menjelaskan bagaimana tingkat ketangguhan terhadap perubahan iklim pada Pesisir Kota Semarang ini, digunakan alur penulisan sebagai berikut: 1. Bab 1, Pendahuluan, berisi tentang rasionalisasi pemilihan tema ketangguhan kota sebagai objek penelitian, dan alasan yang melatarbelakangi penelitian menjadi layak dan pantas untuk dilakukan. 2. Bab 2, Tinjauan Pustaka, berisi teori-teori pendukung yang memiliki keterkaitan dengan topik seperti teori mengenai ketangguhan, perubahan iklim, wilayah pesisir, yang kemudian dikerangkakan dan dijadikan basis atau pedoman untuk melihat kondisi ideal di lapangan. 3. Bab 3, Metode Penelitian, berisi tentang jabaran metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian. Di dalamnya terdapat instrumen serta indikator ketangguhan kota. 4. Bab 4, Gambaran Wilayah, berisi mengenai deskripsi wilayah studi kasus penelitian dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan topik seperti kondisi fisik wilayah, demografi sosial masyarakat, ekonomi dan kebencanaan. 5. Bab 5, Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi mengenai eksplorasi topik dan temuan-temuan yang didapatkan di lapangan yang kemudian menjawab poin-poin penting dari pertanyaan penelitian. 6. Bab 6, Kesimpulan dan Saran, berisi mengenai rekomendasi dan penyelesaian masalah dari hasil penelitian yang di dapatkan, sehingga esensi dari dilakukannya penelitian ini dapat digambarkan dengan jelas. 7