BAB III TINJAUAN TEORITIS. memiliki kesamaan orientasi melakukan kemitraan. pasangan, jodoh, sekutu atau kompanyon. Sedangkan partnership

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB III LANDASAN TEORI. suku bangsa, sejak dahulu sampai sekarang 1. Sebelum kita membahas apa itu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DENGAN PEMBAGIAN TETAP DARI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KJKS KUM3 RAHMAT SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB II. kegiatan pengelolahan suatu usaha. Pengelolahan yang terjadi antara dua. pihak atau lebih sebagian hasil yang keluar untuk mencapai tujuan dan

BAB IV ANALISA DATA. Daar Al-Fikri, 1989), h Pundi Akara, 2006), h Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuha, (Damaskus:

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya diantara penelitian tersebut adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh AGUS ADI DEWANTO, SH pada

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI PEMBIAYAAN EKSPOR IMPOR MELALUI LETTER OF CREDIT (L/C) DALAM HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Musyarakah dalam Fiqh Muamalah. tanggung jawab yang sama. Musyarakah bisa berbentuk mufawadhah atau

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB II LANDASAN TEORI. skim pembiayaan syari ah. Dibawah ini akan dijelaskan pengertian tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada fungsi sosial LAZ, Baznas, dan lembaga pengelola wakaf.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB 1V ANALISIS DATA. A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPB (Sales Promotion Boy) Di Sumber Rizky Furniture Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Kerjasama antara Pemilik Modal. dengan Pemilik Perahu di Desa Pengambengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

BAB II SYIRKAH DALAM ISLAM. Syirkah memiliki arti اإلختالط al-ikhtilath (percampuran). Para ahli fiqih

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DI KSPPS AR-RAHMAH GRINGSING LIMPUNG BATANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB II KERJA SAMA (SYIRKAH) DAN JUAL BELI. atau percampuran. Maksud percampuran disini ialah seseorang. berbeda pendapat sebagai berikut:

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

Pembiayaan Multi Jasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992 perbankan menganut dual banking system yaitu sistem

BAB II KONSEP UMUM TENTANG SYIRKAH. A. Pengertian dan Landasan Hukum Syirkah. atau lebih, sehingga masing-masing sulit dibedakan, misalnya persekutuan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Kemitraan 1. Pengertian Kemitraan Dalam dunia bisnis kemitraan merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan karena terjadinya penghematan biaya, energi dan akan dicapai hasil serta manfaat yang berlipat ganda jika para pihak yang memiliki kesamaan orientasi melakukan kemitraan. Kemitraan dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata partnership dan berasal dari kata partner. Partner dapat diterjemahkan pasangan, jodoh, sekutu atau kompanyon. Sedangkan partnership diterjemahkan menjadi persekutuan atau perkongsian. Bertolak dari sini maka kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang uasaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik. 20 Menurut kamus besar bahasa Indonesia kemitraan artinya kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan, kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. 21 20 Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan, (Yogyakarta: Gava Media, 2004), h. 125. 21 Martin Carnoy dan Darek Shearer, Ekonomic Democracy, (Sharpe Inc, 1980), h. 275-276. 31

32 Menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. 22 Bertolak dari pengertian tersebut di atas, maka kemitraan dapat terbentuk apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 23 1. Ada dua pihak atau lebih. 2. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan. 3. Ada kesepakatan. 4. Saling membutuhkan. Tujuan terjadinya suatu kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antara pihak yang bermitra, dan bukan sebaliknya ada suatu pihak yang dirugikan atau merugikan. Untuk terjadinya sebuah kemitraan yang kuat dan saling menguntungkan serta memperbesar manfaat memerlukan komitmen yang seimbang antara satu dengan yang lain. 24 Kemitraan dapat dilakukan oleh pihak-pihak baik perseorangan maupun badan hukum, atau kelompok-kelompok. Adapun pihak-pihak yang bermitra tersebut dapat memiliki status yang setara, memiliki kesamaan misi atau visi berbeda tetapi saling mengisi/melengkapi secara fungsional. 25 22 Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha, (Jakarta: Sinar Harapan, 2000), h. 10. 23 Ambar Teguh Sulistiyani, Op.Cit, h. 129-130. 24 Ibid., h. 130. 25 Ibid.

33 2. Dasar Hukum Kemitraan Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 44 tahun 1997 berisi tentang kemitraan, peraturan pemerintah ini merupakan pelaksanaan dari undang-undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil salah satu cara atau upaya dalam rangka pemberdayaan usaha kecil adalah kemitraan. Dalam ketentuan umum peraturan pemerintah pasal 1 No. 44 tahun 1997 menyatakan bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. 26 Berkaitan dengan kemitraaan yang telah disebutkan di atas, maka kemitraan itu mengandung beberapa unsur pokok yang merupakan kerjasama usaha dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling memerlukan. Unsur-unsur tersebut antara lain: a. Kerjasama Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan antara usaha besar dan menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. b. Antara pengusaha besar atau menengah dengan usaha kecil Dengan hubungan kerjasama melalui kemitraan ini diharapkan pengusaha besar atau menengah dapat menjalin hubungan kerjasama 2015. 26 www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/9tahun~1995uu.html, diakses pada tangga l 7 Mei

34 yang saling menguntungkan dengan pengusaha kecil atau pelaku ekonomi lainnya. Sehingga usaha kecil akan lebih berdaya atau tangguh dalam berusaha demi tercapainya kesejahteraan. c. Pembinaan dan pengembangan Pada dasarnya yang membedakan hubungan kemitraan dengan hubungan dagang bisa oleh pengusaha kecil dan pengusaha besar adalah adanya bentuk pembinaan dari pengusaha besar terhadap pengusaha kecil atau koperasi yang tidak ditemukan pada hubungan biasa. Bentuk pembinaan dalam kemitraan antara lain pembinaan di dalam mengakses modal yang lebih besar, pembinaan manajemen usaha, pembinaaan manajemen produk. B. Perseroan Terbatas (PT) 1. Pengerian PT Perseroan terbatas (PT) adalah suatu bentuk usaha yang berbadan hukum, yang pada awalnya dikenal dengan nama Namloze Vennootschap (NV). Istilah Terbatas di dalam perseroan terbatas tertuju pada tanggung jawab pemegang saham yang hanya terbatas pada nilai nominal dari semua saham yang dimilikinya. 27 Pada awalnya perseroan terbatas ini diatur juga dalam KUHD, yang kemudian diganti dengan UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseron Terbatas. Karena Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 ini sudah dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan 27 Asyhadie, Hukum Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 40.

35 masyarakat, Undang-Undang ini dicabut dan diganti dengan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 106, tanggal 16 Agustus 2007). 28 Menurut Pasal 1 huruf 1 UU No. 40 Tahun 2007, yang dimaksud Perseroan Terbatas, adalah sebagai berikut. Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undangundang ini. Sebuah PT didirikan dengan akte notaries. Akte harus mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman, kemudian didaftarkan pada Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Berita Negara. Permodalan PT terdiri dari saham-saham. Para pemegang saham ini adalah pemilik PT dan pemegang kekuasaan tertinggi ada pada Rapat Umum Pemegang Saham. 29 2. Cara Mendirikan PT Berdasarkan Pasal 38 Ayat (1) jo Pasal 36 ayat (2) KUHD, PT harus didirikan dengan akta notaris, dengan ancaman tidak sah bila tidak demikian. Akta notaris ini adalah syarat mutlak untuk mensahkan pendirian PT. Dengan demikian adanya akta notaris pendirian itu bukanlah sekedar untuk menjadi alat pembuktian belaka seperti halnya pada suatu Perseroan Firma. Apabila syarat ini tidak dipenuhi maka PT 28 Ibid, h. 40 29 Buchari Alma, Pengantar Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2002), h. 63.

36 yang sudah didirikan tidak akan mendapat pengesahan oleh Menteri Kehakiman. Akta notaris pendirian itu berisi persetujuan-persetujuan PT yang di dalamnya dimasukkan anggaran-anggaran (statute) PT yang memuat: a. Nama PT; b. Tempat kedudukan; c. Maksud dan tujuan; d. Lamanya akan bekerja; e. Cara-cara bekerja dan bertindak terhadap pihak ketiga; f. Hak dan kewajiban persero dan pengurus. 30 Sebagai nama PT tidak diperbolehkan mempergunakan nama salah seorang pesero atau lebih. Nama itu harus khusus diambil dari objek perusahaan atau dengan perkataan lain, dari nama PT itu harus ternyata perusahaan apa yang diselenggarakan oleh PT itu, misalnya PT Pelayaran Pantai Nasional. 31 Orang-orang yang hendak mendirikan PT harus sedikitnya membuat suatu rencana akta pendirian, tetapi biasanya sudah dibuat konsep akta pendirian oleh seorang notaris. Untuk pembuatan akta tersebut para pendiri dapat menghadap sendiri di depan notaris atau mengirim seorang kuasa yang dapat ditunjuk dengan cara tertulis ataupun lisan. 30 Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia, (Jakarta: Padnya Paramita, 2007), h. 92-93. 31 Ibid, h. 93.

37 Menteri Kehakiman berhak menolak atau memberikan pengesahan akta yang diajukan. Pengesahan ini diperlukan juga untuk setiap perubahan syarat-syarat PT dan untuk memperpanjang berlakunya PT. Tanpa pengesahan, tak ada PT atau perubahan-prubahannya itu. 32 Menteri Kehakiman memberikan pengesahan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Pasal 37 dan Pasal 50 KUHD sebagai berikut. 33 2006), h. 94. 33 Ibid. a. Harus nyata bahwa perseroan yang bersangkutan tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum (Pasal 37 ayat 1). Untuk ini harus diselidiki dasar dan tujuan perseroan yang tercantum dalam anggaran dasarnya yang termuat dalam akta pendirian perseroan. b. Akta pendirian tidak boleh membuat peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang melanggar sesuatu yang telah diatur didalam Pasal 38 s.d. Pasal 55 KUHD, misalnya tidak disebutkan berapakah jumlah modal perseroan. c. Dari akta harus nyata bahwa para pendiri pertama bersama-sama telah menetapkan (berjanji m enyetor) setidaknya seperlima dari modal perseroan atau modal dasar. d. Dari sumber-sumber resmi yang dapat dipercaya diperboleh cukup alasan untuk menduga bahwa para pendiri tidak bertindak sebagai kedok-kedok belaka orang-orang asing. e. PT yang bersangkutan berkediaman di Indonesia. 32 Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

38 3. Hubungan PT dengan Pelaksanaan Kemitraan Menjalin hubungan dengan mitra usaha adalah penting adanya. Dewasa ini sering disebut dengan hubungan kemitraan ( partnership). Kalau kita baca buku-buku ekonomi dari yang sudah lama sekalipun, kita membutuhkan interaksi dan hubungan sosial yang perlu dikembangkan dalam meningkatkan perekonomian kita. Partnership yang telah dibangun antar mitra perusahaan atau PT lebih jauh membawa seseorang kepada hubungan yang bersifat personal dimana psikologis bermain didalamnya, jadi keputusan-keputusan yang diperoleh berdasarkan kemampuan negosiasi kedua belah pihak. Hal-hal ataupun keputusan yang bila dipikirkan secara logika tidak mungkin dilakukan bisa saja terwujud dengan kemitraan, karena mereka bertindak secara emosional. Perusahaan atau PT yang menjalin hubungan kerjasama dengan mitra usaha juga bisa membantu mereka memperluas jaringan mereka melalui koneksi-koneksi yang mungkin dimiliki oleh mitra kita juga. Mereka secara tidak langsung menjadi ajang promosi berjalan bagi pihak perusahaan. 34 C. Syirkah 1. Pengertian Syirkah Secara bahasa (lughatan), kerjasama (al-syirkah) adalah pencampuran antara sesuatu dengan yang lain sehingga sulit dibedakan. Adapun menurut istilah, syirkah adalah keikutsertaan dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan sejumlah modal yang ditetapkan 34 www.id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20131121044839aarrxhn, Diakses pada tanggal 9 Oktober 2015.

39 berdasarkan perjanjian untuk bersama-sama menjalankan suatu usaha dan pembagian keuntungan atau kerugian dalam bagian yang ditentukan. 35 Secara terminologis, menurut kompilasi hukum ekonomi syariah, Syirkah (musyarakah) adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah. 36 Pengertian syirkah dengan ikhtilath (percampuran) banyak ditemukan dalam literatur fiqh mazhab empat, baik Maliki, Hanafi, Syafi i, Hanbali. Syirkah diartikan ikhtilath karena di dalamnya terjadi percampuran harta antara beberapa orang yang berserikat, dan harta tersebut kemudian menjadi satu kesatuan modal bersama. Defenisi Syirkah menurut istilah terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, diantaranaya: 37 a. Menurut Hanafiah Syirkah adalah suatu ungkapan tentang akad (perjanjian) antara dua orang yang berserikat di dalam modal dan keuntungan. b. Menurut Malikiyah Syirkah adalah persetujuan untuk melakukan tasarruf bagi keduanya beserta diri mereka, yakni setiap orang yang berserikat memberikan persetujuan kepada teman sekitarnya untuk melakukan tasarruf bagi masing-masing peserta. 35 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2012), h. 151. 36 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 220. 37 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 340-341.

40 c. Menurut Syafi iyah Syirkah menurut syara adalah suatu ungkapan tentang tetapnya hak atas suatu barang bagi dua orang atau lebih secara bersama-sama. d. Menurut Hanabilah Syirkah adalah berkumpul atau bersama-sama dalam kepemilikan atas hak atau tasarruf. e. Dalam kamus Al-Mu jam Al-Wasith Syirkah adalah suatu akad antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu perbuatan secara bersama-sama. 2. Dasar Hukum Syirkah Syirkah merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Al-Quran, sunnah, dan ijma. Dasar dari Al-Quran antara lain: a. Surat An-Nisa ayat 12: Artinya: Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu. 38 b. Surat Shaad ayat 24: 2010), h. 79. 38 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Syamil Quran,

41 Artinya: Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh dan amat sedikitlah mereka ini. 39 c. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah ع ن أ ب ي ھ ر ی رة ر ف ع ھ ق ال : إ ن الله ی ق و ل : أ ن اث ال ث ال شر ی ك ی ن م ال م ی خ ن أ ح د ھ م ا ص اح ب ھ ف ا ذ ا ح ان ھ خ ر ج ت م ن ب ی ن ھ م ا Artiya: Dari Abu Hurairah, ia merafa kannya kepada Nabi, beliau bersabda: Sesungguhnya Allah berfirman: Saya adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat, selagi salah satunya tidak menghianati temannya. Apabila ia berhianat kepada temannya, maka saya akan keluar dari antara keduanya. (H. R abu Daud). 40 3. Macam-macam Syirkah Secara garis besarnya dalam syariat Islam, Syirkah itu dibedakan kepada dua bentuk, yaitu: 41 1. Syirkah Amlak Syirkah amlak ini adalah beberapa orang memiliki secara bersamasama sesuatu barang, pemilikan secara bersama-sama atas sesuatu barang tersebut bukan disebabkan adanya perjanjian antara para pihak (tanpa ada akad/perjanjian terlebih dahulu), misalnya pemilihan harta secara bersama-sama yang disebabkan/diperoleh karena pewarisan. 39 Ibid., h. 454. 40 Abu Daud Sulaiman Bin Asy Ats, Sahih Abu Daud, Jus 3, (Beirut: Dar Al Kitab Al- Arabi, tt), h. 1012. 41 Chairuman P. dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (J akarta: Sinar Grafika, 2004), h. 79.

42 2. Syirkah Uqud Syirkah uqud ini ada/terbentuk disebabkan para pihak memang sengaja melakukan perjanjian untuk bekerja bersama/bergabung dalam suatu kepentingan harta (dalam bentuk penyertaan modal) dan didirikan modal tersebut bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk harta benda. Jenis syirkah yang kedua, yakni syirkah uqud sebagai sebuah syirkah yang bertujuan untuk mencari keuntungan secara materiil. Syirkah uqud ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi empat macam. Berikut ini penjelasan dari keempat macam syirkah tersebut: 42 a. Syirkah Inan Syirkah Inan adalah serikat harta yang mana bentuknya adalah berupa akad dari dua orang atau lebih berserikat harta yang ditentukan oleh keduanya (para pihak) dengan maksud mendapatkan keuntungan (tambahan), dan keuntungan itu untuk mereka yang berserikat. Syirkah Inan ini pada dasarnya adalah serikat dalam bentuk penyertaan modal kerja/usaha, dan tidak disyaratkan agar para anggota serikat/persero harus menyetor modal sama besar, dan tentunya demikian juga halnya dalam masalah wewenang pengurus dan keuntungan yang diperoleh. Dalam praktiknya di Indonesia dapat dipersamakan dengan PT, CV, Firma, Koperasi atau bentuk lainnya. 42 Abdul Ghofur Anshori, Op.Cit, h. 120-122.

43 b. Syirkah Mufawadhah Syirkah Mufawadhah dapat diartikan sebagai serikat untuk melakukan suatu negosiasi, dalam hal ini tentunya untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Dalam serikat ini pada dasarnya bukan dalam bentuk permodalan, tapi lebih ditekankan kepada skill. Menurut para ahli hukum Islam, serikat ini harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut: 1) Modal masing-masing sama. 2) Mempunyai wewenang bertindak yang sama. 3) Bahwa masing-masing penjamin, dan tidak dibenarkan salah satu diantaranya memiliki wewenang yang lebih dari yang lain. Menurut Imam Syafi i syirkah jenis ini tidak diperbolehkan, sebab akan sulit sekali memenuhi persyaratan-persyaratan sebagaimana dikemukakan diatas, dan kalau tidak dipenuhi tentunya akan melahirkan ketidakjelasan ( gharar). Kemudian menurut Imam Malik, serikat ini mempunyai sifat-sifat bahwa tiap-tiap partner menegosiasikan (memuwafadhahkan) temannya akan tindakannya, baik waktu adanya kehadiran partner atau tidak. Dengan demikian kebijaksanaan ada pada masing-masing partner. Di Indonesia syirkah ini misalnya yang terjadi pada kantor-kantor konsultan hukum/biro-biro konsultasi psikologi. c. Syirkah Wujuh Berbeda dengan syirkah-syirkah sebelumnya, bahwa serikat ini yang dihimpun bukan modal dalam bentuk uang atau skill, melainkan

44 dalam bentuk tanggungjawab dan tidak ada sama sekali (keahlian pekerjaan) atau modal uang. Imam Maliki dan Imam Syafi i berpendapat bahwa serikat wujuh tidak sah 43, sedangkan Imam Hambali dan Imam Hanafi membolehkan, sebab dengan adanya tanggung jawab tersebut berarti sudah ada pekerjaan yang mereka lakukan. d. Syirkah Abdan Syirkah Abdan adalah bentuk kerjasama untuk sesuatu yang bersifat karya. Ketentuan upah yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka lakukan, misalnya pekerjaan borongan (tukang batu, tukang kayu, tukang besi) yang melakukan pekerjaan sebuah gedung. Imam Syafi i berpendapat bahwa serikat ini juga batil, sebab serikat menurut pendapatnya harus (mutlak) hanya masalah uang dan kerja. Sedangkan Imam Mazhab yang lain mengatakan bahwa serikat ini sah, tidak dikecualikan apakah para anggotanya itu berbeda bidang kerjanya atau tidak. 4. Rukun dan Syarat Syirkah Hanafiah berpendapat bahwa rukun syirkah hanya ada satu, yaitu shighat (ijab dan kabul) karena sighat-lah yang mewujudkan adanya transaksi syirkah. 44 43 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Amani), jilid ke-4, h. 308. 44 Mardani, Op.Cit, h. 220.

45 Sebagai sebuah perjanjian atau perserikatan harus memenuhi segala rukun dan syaratnya agar perjanjian tersebut sah dan mempunyai akibat hukum seperti undang-undang bagi pihak-pihak yang mengadakannya. Adapun yang menjadi rukun syirkah menurut ketentuan Islam adalah sebagai berikut: 1. Sighat (lafaz akad) Dewasa ini seseorang dalam membuat perjanjian perseroan/syirkah pasti dituangkan dalam bentuk tertulis berupa akta. Sighat pada hakikatnya adalah kemauan para pihak untuk mengadakan serikat/kerjasama dalam menjalankan suatu kegiatan usaha. Contoh lafaz akad: Aku berserikat denganmu untuk urusan ini atau itu dan pihak lain berkata: Telah aku terima. 2. Aqidhain (dua orang yang melakukan transaksi) Orang yang akan mengadakan perjanjian perserikatan harus memenuhi syarat yaitu, bahwa masing-masing pihak yang hendak mengadakan syirkah ini harus sudah dewasa ( baligh), sehat akalnya, dan diatas kehendaknya sendiri. 3. Objek yang ditransaksikan Setiap perserikatan harus memiliki tujuan dan kerangka kerja yang jelas, serta dibenarkan menurut syara. Untuk menjalankan objek yang ditransaksikan ini tentu saja pihak-pihak yang ada harus memasukkan barang, modal atau saham yang telah ditentukan jumlahnya.

46 5. Hal-hal yang Membatalkan Syirkah Hal-hal yang membatalkan syirkah ada yang bersifat umum dan berlaku untuk semua syirkah, dan ada yang khusus untuk syirkah tertentu, tidak untuk syirkah yang lain. 1. Sebab-sebab yang membatalkan syirkah secara umum Sebab-sebab yang membatalkan syirkah cecara umum adalah sebagai berikut: 45 a. Pembatalan oleh salah seorang anggota serikat. Hal tersebut dikarenakan akad syirkah merupakan akad yang jaiz dan ghair lazim, sehingga memungkinkan untuk di-fasakh. b. Meninggalnya salah seorang anggota serikat. Apabila salah seorang anggota serikat meninggal dunia, maka syirkah menjadi batal atau fasakh karena batalnya hak milik, dan hilangnya kecakapan untuk melakukan tasarruf karena meninggal, baik anggota serikat yang lain mengetahuinya atau tidak. c. Murtadnya salah seorang anggota seruikat dan berpindah domisilinya ke Darul Harb. Hal ini disamakan dengan kematian. d. Gilanya peserta yang terus menerus, karena gila menghilangkan status wakil dari wakalah, sedangkan syirkah mengandung unsur wakalah. 45 Ahmad Wardi Muslich, Op.Cit, h. 363-364.

47 2. Sebab-sebab yang membatalkan syirkah secara khusus Adapun hal-hal yang menyebabkan batalnya syirkah secara khusus adalah sebagai berikut: a. Harta syirkah rusak Apabila harta syirkah rusak seluruhnya atau harta salah seorang rusak sebelum dibelanjakan, perkongsian ini batal. Hal ini terjadi pada syirkah amwal. Alasanya, yang menjadi barang transaksi adalah harta, maka kalau rusak, akad menjadi batal sebagaimana terjadi pada transaksi jual beli. 46 b. Tidak ada kesamaan modal Apabila tidak ada kesamaan modal dalam syirkah mufawadhah pada awal transaksi, perkongsian batal sebab hal itu merupakan syarat sah transaksi mufawadhah. 46 Rahmat Syafe I, Fiqih Muamalah,(Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 201.