METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

X. ANALISIS KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN II HASIL ANALISA SWOT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan K

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

III. METODOLOGI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK ATAU PERMUKIMAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI PROVINSI GORONTALO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur

Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum. No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji mg/l mg/l mg/l

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

BAB I PENDAHULUAN. baik di darat, laut maupun di udara. Dengan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

3. ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA 3.1. PENDAHULUAN

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

III. METODE PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

Transkripsi:

25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5 bulan, dimulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012. 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ialah berupa perangkat uji kualitas air, kamera, alat perekam suara, perangkat komputer dengan program MINITAB 16 dan Expert Choice 11. 3.3. Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber/obyek penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari obyek penelitian, melainkan sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain. Data primer meliputi data pengelolaan kualitas perairan situ yang telah dilakukan oleh Pokja Situ, data kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari, data kegiatan antropogenik sekitar situ, data persepsi dan pengetahuan masyarakat sekitar situ, dan data wawancara dengan pihak atau instansi terkait. Data sekunder meliputi data kualitas air Situ Sawangan-Bojongsari pada penelitian maupun pengamatan sebelumnya. Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu: 1. Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari oleh Kelompok Kerja (Pokja) Situ Sawangan-Bojongsari 2. Kegiatan antropogenik sekitar situ 3. Parameter kualitas air situ terkait wisata air ditambah dengan beberapa parameter fisik, kimia, dan biologi lainnya, terdiri dari: suhu air, suhu udara, kecerahan cakram secchi, total padatan tersuspensi, ph, total fosfat, amonia, nitrat, nitrit, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologis (BOD), minyak dan lemak, bakteri fecal coliform, dan kedalaman situ

26 4. Persepsi pengunjung tentang Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata. 5. Pengetahuan masyarakat sekitar situ tentang situ dan pengembangan wisata air 6. Pendapat para pakar yang berasal dari pihak atau instansi terkait pengelolaan kualitas Situ Sawangan-Bojongsari untuk menyusun strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. 3.4. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Metode pengumpulan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berbeda-beda sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan (Tabel 1). Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari teknik wawancara, pengukuran langsung di lapangan (in situ), pengukuran di laboratorium, pengamatan langsung di lapangan, dan penggunaan kuisioner, sedangkan metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis uji korelasi Pearson, dan analisis proses hierarki analitik atau analytical hierarchy process (AHP). Tabel 1 Jenis, metode pengumpulan, dan analisis data penelitian No. Data Uraian Metode pengumpulan data Analisis data 1 Pengelolaan Situ Sawangan- Bojongsari Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari di Kota Depok Wawancara Analisis deskriptif 2 Kegiatan antropogenik sekitar situ 3 Kualitas perairan Situ Sawangan- Bojongsari Kegiatan antropogenik yang mempengaruhi kualitas perairan situ Parameter Fisik: Suhu Kecerahan Total padatan tersuspensi Kedalaman situ Parameter Kimia: ph DO BOD Total fosfat Amonia Nitrat Nitrit Minyak dan lemak Wawancara dan pengamatan di lapangan Pengukuran in situ Pengukuran in situ Pengukuran in situ Pengukuran in situ Pengukuran in situ Analisis deskriptif Analisis deskriptif (membandingkan dengan baku mutu kualitas air menurut PP No. 82 Tahun 2001, Permen LH No. 28 Tahun 2009 (status trofik), dan literatur lain yang mendukung)

27 Tabel 1 (Lanjutan) No. Data Uraian Metode pengumpulan data Analisis data 3 Kualitas perairan Parameter Biologi: Analisis deskriptif Situ Sawangan- Bojongsari Bakteri fecal coliform 4 Persepsi pengunjung dan pengetahuan masyarakat terhadap situ Kuisioner dan wawancara Analisis deskriptif 5 Pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan- Bojongsari Persepsi masyarakat tentang Situ Sawangan- Bojongsari sebagai kawasan wisata Pengetahuan masyarakat tentang situ dan pengembangan wisata air Strategi pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari Kuisioner dan wawancara Wawancara dan kuisioner Analisis deskriptif Uji korelasi Pearson AHP 3.4.1. Data Pengelolaan Situ Pengumpulan data pengelolaan situ dilakukan melalui wawancara langsung dengan lembaga Pokja setempat di lokasi penelitian, sedangkan data pengelolaan situ di Kota Depok diperoleh dari instansi berwenang terkait situ di Kota Depok. Data pengelolaan situ kemudian dianalisis secara deskriptif. 3.4.2. Data Kegiatan Antropogenik Sekitar Situ Data kegiatan antropogenik sekitar situ diperoleh melalui wawancara dengan Pokja Situ Sawangan-Bojongsari dan warga masyarakat sekitar situ, sertadengan pengamatan langsung di lapangan. Data kegiatan antropogenik sekitar situ dianalisis secara deskriptif. 3.4.3. Data Kualitas Perairan Situ Sampel air diambil dari tujuh stasiun atau titik pada Situ Sawangan- Bojongsari (Gambar 1). Penentuan stasiun pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling berdasarkan jenis kegiatan antropogenik dan kondisi sekitar lokasi penelitian. Tujuh stasiun tersebut yaitu: 1. Area wisata air Situ Sawangan 2. Dekat warung-warung makanan Situ Sawangan 3. Dekat lapangan golf

28 4. Tengah situ 5. Dekat permukiman warga Bojongsari 6. Inlet 7. Outlet Gambar 1 Peta lokasi stasiun pengambilan sampel air Situ Sawangan-Bojongsari. Sampel air diambil dari bagian permukaan setiap dua minggu sekali selama 4 minggu, pada pagi hari antara pukul 08.00-10.00. Pengukuran parameter suhu air, suhu udara, ph, kecerahan cakram secchi, oksigen terlarut, dan kedalaman situ dilakukan secara in-situ, sedangkan parameter lainnya yaitu total padatan tersuspensi, total fosfat, amonia, nitrat, nitrit, kebutuhan oksigen biologis, minyak dan lemak, dan bakteri fecal coliform dianalisis di laboratorium. Data sekunder kualitas perairan situ diperoleh dari instansi berwenang terkait situ di Kota Depok. Data kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data kualitas air situ dibandingkan dengan baku mutu air kelas dua berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Status trofik situ ditentukan dengan cara membandingkan data kualitas air situ dengan nilai kriteria status trofik danau/waduk berdasarkan Permen LH No. 28 tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk.

29 3.4.4. Data Responden Pengunjung Situ dan Masyarakat Sekitar Situ Data responden pengunjung dan masyarakat sekitar situ dikumpulkan dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Responden pengunjung terdiri dari warga masyarakat yang ditemui sedang melakukan kunjungan ke Situ Sawangan-Bojongsari pada satu waktu. Masyarakat sekitar situ yang dijadikan sebagai responden penelitian terdiri dari warga yang tinggal di sekitar situ termasuk yang biasa beraktivitas di sekitar kawasan wisata Situ Sawangan-Bojongsari. Responden yang diteliti terdiri dari 60 orang pengunjung situ dan 53 orang warga sekitar situ. Data responden pengunjung dan masyarakat sekitar situ dianalisis secara deskriptif. Uji korelasi Pearson antara beberapa parameter data responden masyarakat dilakukan dengan bantuan program MINITAB 16. 3.4.5. Data Pendapat Para Pakar Data pendapat para pakar dikumpulkan dengan metode purposive sampling, teknik wawancara, serta menggunakan kuisioner model analytical hierarchy process (AHP). Responden pakar adalah orang yang paham mengenai kondisi atau perkembangan Situ Sawangan-Bojongsari dan orang yang ditunjuk oleh instansi terkait pengelolaan situ di Kota Depok karena dianggap memahami kondisi situ-situ di Kota Depok. Adapun pihak yang dimaksud terdiri dari : 1. Staf Bidang Sumberdaya Air, Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air Kota Depok 2. Kepala Seksi Produksi Perikanan, Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok 3. Kepala Seksi Pengembangan Pariwisata, Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Seni Budaya Kota Depok 4. Staf Bidang Fisik dan Prasarana, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok 5. Kepala Sub Bidang Konservasi, Badan Lingkungan Hidup Kota Depok 6. Ketua Forum Pokja Situ Kota Depok Strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari dirumuskan dengan menggunakan model analytical hierarchy process (AHP) berdasarkan berbagai jenis informasi yang diperoleh

30 dari pengukuran dan pengamatan di lapangan. Model AHP digunakan untuk mengorganisir informasi dan pendapat ahli dalam memilih alternatif yang paling disukai. Pemberian pendapat dan pembobotan terhadap rumusan hierarki alternatif pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari dilakukan oleh responden pakar dengan bantuan kuisioner. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program Expert Choice 11. Tiga alternatif dengan bobot teratas dianggap mampu menjadi solusi bagi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. Rumusan strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan- Bojongsari dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Hierarki strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi upaya pencapaian gol di dalam rumusan hierarki strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman tentang situ Pemahaman manusia mengenai fungsi dan manfaat situ dapat mempengaruhi tingkat pencapaian dan jenis upaya pengelolaan kualitas

31 perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari yang dilakukan. Manusia harus dapat memahami situ yang dikelolanya merupakan bagian dari ekosistem alam agar hasil yang diperoleh sesuai dengan kaidahkaidah alam. Tingkat pemahaman seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya ialah tingkat pendidikan, pengalaman, dan akses terhadap informasi. 2. Pemahaman mengenai pengembangan wisata Pemahaman pengelola situ mengenai materi pengembangan wisata juga berpengaruh terhadap pelaksanaan pengelolaan situ yang dilakukan. Terdapat kriteria-kriteria yang harus dipenuhi di dalam mewujudkan situ sebagai kawasan wisata air. Hal tersebut harus dapat dipahami oleh pihak pengelola situ agar situ mampu menarik minat pengunjung untuk berwisata ke situ tersebut. Potensi-potensi yang dimiliki situ perlu didukung oleh sistem manajemen yang baik, sehingga situ tidak hanya dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat melalui peningkatan aktivitas wisata, namun juga dapat dilestarikan keberadaannya. 3. Dampak sosial, ekonomi, dan budaya (Sosekbud) dari keberadaan situ bagi masyarakat Situ sebagai bagian dari lingkungan hidup tentu memiliki arti tersendiri bagi kelompok atau individu masyarakat. Situ dapat memiliki nilai sosial dan ekonomi, serta menjadi bagian dari perkembangan budaya masyarakat setempat. Pengembangan kegiatan wisata kawasan situ juga dapat mempengaruhi aspek sosial, ekonomi, dan budaya dalam masyarakat yang selama ini telah terbentuk. 4. Sumberdaya Manusia (SDM) Elemen sumberdaya manusia (SDM) dapat dinilai dari dua aspek, yaitu melalui kualitas dan kuantitas SDM. Kualitas SDM seperti dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama bagi para pengambil keputusan dan aparaturnya, dapat mempengaruhi jenis upaya pengelolaan yang dilakukan. Penguasaan IPTEK yang baik serta kehandalan SDM dalam bekerja diharapkan mampu menciptakan pengelolaan yang efektif sehingga tujuan pengelolaan dapat tercapai dan tidak menjadi sia-sia. Bentuk

32 kualitas SDM lainnya yang diperlukan adalah komitmen dan kesediaan untuk menjalankan program-program pengelolaan dan pengembangan situ dengan baik hingga tujuan yang ditetapkan tercapai. Jumlah (kuantitas) SDM yang terlibat dalam pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan situ. Permasalahan mengenai jumlah SDM diketahui hanya sedikit terdapat pada tingkat masyarakat sekitar situ. Tingkat kesadaran lingkungan yang rendah pada masing-masing individu adalah hal menjadikan potensi kuantitas SDM tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. 5. Kebijakan Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah juga dapat mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam seperti Situ Sawangan-Bojongsari. Kebijakan-kebijakan yang berjalan saling bersesuaian tentu akan memudahkan proses pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam, sedangkan kebijakan-kebijakan yang saling bertentangan justru dapat menghambat proses tersebut. Kebijakan yang ditetapkan juga tidak boleh hanya memfasilitasi kepentingan satu pihak, tetapi harus melibatkan kepentingan pihak-pihak lainnya. Ketaatan pelaksanaan kebijakan yang ada akan mengurangi timbulnya permasalahan terkait pengelolaan sumberdaya alam. Kebijakan berkaitan erat dengan penetapan anggaran program-program pengelolaan situ di Kota Depok. Perihal anggaran dirasakan menjadi faktor yang cukup penting bagi terlaksananya pengelolaan dan pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat. Adanya alokasi anggaran untuk pengelolaan dan pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari di dalam APBD ataupun anggaran pemerintah pusat tentu akan mempermudah pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.

33 Aktor-aktor yang dianggap terlibat dalam upaya pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat Masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari merupakan pihak yang bersentuhan langsung dengan Situ Sawangan-Bojongsari. Masyarakat turut berperan langsung dalam pengelolaan situ melalui Pokja Situ. Masyarakat adalah pihak pertama yang merasakan fungsi dan manfaat situ sebagai dampak dari keberadaan situ. Oleh karena itu, peran masyarakat menjadi sangat penting di dalam pengelolaan dan pengembangan kegiatan wisata air di Situ Sawangan-Bojongsari. 2. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga Swadaya Masyarakat merupakan pihak yang perlu diperhitungkan keterlibatannya dalam pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari. Lembaga ini biasanya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap keberlanjutan pengelolaan situ, terutama bagi yang fokus terhadap konservasi situ. Lembaga Swadaya Masyarakat berperan dalam memberikan solusi alternatif pemecahan masalah berdasarkan rasa keberpihakannya kepada masyarakat dan kelestarian lingkungan. 3. Swasta Pihak swasta yang memanfaatkan jasa lingkungan dari suatu sumberdaya alam harus mampu turut serta dalam upaya pengelolaan sumberdaya alam tersebut. Peran serta tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, mulai dari mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku hingga memberikan kompensasi atas jasa lingkungan yang diberikan. Hal yang sama berlaku bagi pihak swasta yang memanfaatkan jasa lingkungan Situ Sawangan-Bojongsari untuk kepentingannya. Pihak swasta tersebut sudah seharusnya turut berperan dalam upaya pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari. Jika perlu, pihak swasta dapat juga membantu pengembangan wisata air situ bagi masyarakat sekitar situ.

34 4. Pemerintah Pemerintah adalah pihak kunci yang akan menentukan arah dan pelaksanaan pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari, termasuk pengelolaan kualitas perairan situ. Pemerintah sebagai pengambil keputusan dan penetap kebijakan diharapkan dapat menengahi berbagai kepentingan yang terdapat dalam masyarakat. Kebijakan yang ditetapkan harus dapat meliputi kepentingan dari berbagai pihak agar konflik dapat dihindari. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu bersikap peka dan memahami benar permasalahan yang ada di dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan di wilayah yang menjadi kewenangannya. Subtujuan dari upaya pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah sebagai berikut: 1. Konservasi situ Kawasan sekitar Situ Sawangan-Bojongsari telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat yang ditujukan untuk mempertahankan kawasan resapan air atau sebagai kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029. Oleh karena itu, kawasan sekitar Situ Sawangan- Bojongsari perlu dipertahankan sebagai kawasan lindung sesuai amanat Perda tersebut. Meskipun begitu, upaya konservasi Situ Sawangan-Bojongsari tidak terbatas pada kawasan sekitarnya saja, namun juga mencakup sumberdaya air situ itu sendiri. Perairan Situ Sawangan-Bojongsari harus dihindarkan dari segala ancaman yang dapat menurunkan kualitas air situ, seperti pencemaran air situ akibat limbah domestik, wisata, maupun pertanian. Pengelolaan dan pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari perlu memperhatikan pencapaian kelestarian situ mengingat pentingnya keberadaan situ bagi ekosistem. Pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan- Bojongsari untuk wisata air diharapkan dapat menjadi pintu bagi pengembalian fungsi-fungsi ekologis situ yang selama ini telah terabaikan. Hal tersebut didasari oleh alasan bahwa pengembangan situ sebagai kawasan wisata

35 merupakan upaya mensinergiskan tujuan menyelamatkan situ dengan tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Selain itu, jangan sampai kegiatan wisata yang dijalankan justru menurunkan kualitas perairan situ. 2. Peningkatan perekonomian masyarakat lokal Pengelolaan kualitas perairan situ yang ditujukan untuk pengembangan kegiatan wisata air diharapkan akan berujung pada peningkatan perekonomian masyarakat lokal. Peningkatan perekonomian tersebut dapat terjadi jika masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada secara optimal, yaitu dengan menjadikan situ sebagai sumber penghasilan mereka, salah satunya melalui pemanfaatan potensi wisata situ. Peningkatan perekonomian masyarakat kemudian akan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian hidup masyarakat. 3. Peningkatan kegiatan wisata daerah Industri pariwisata diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan aktivitas wisata oleh masyarakat yang tinggal di kotakota besar seperti DKI Jakarta dengan tingkat kesibukan yang tinggi. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan kegiatan wisata daerah, tidak terkecuali bagi kegiatan wisata air di Kota Depok. Pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari akan meningkatkan potensi perairan situ dalam bidang pariwisata melalui bertambahnya daya tarik situ sebagai kawasan wisata air. Hal tersebut secara tidak langsung berpotensi untuk meningkatkan kegiatan wisata air di Situ Sawangan-Bojongsari. Alternatif-alternatif dalam strategi upaya pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah sebagai berikut: 1. IPAL Aspek keamanan dan kesehatan manusia merupakan hal terpenting dalam mewujudkan perairan yang sesuai dengan kriteria wisata air. Perairan yang tercemar tidaklah layak untuk dijadikan sebagai tempat tujuan wisata air karena akan membahayakan kesehatan manusia. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan

36 limbah di Kota Depok. Permukiman penduduk sebaiknya memiliki IPAL Komunal untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah domestik yang tidak terkontrol. Limbah yang dihasilkan dari setiap rumah akan dikumpulkan dan diolah oleh suatu sistem sehingga tidak akan memberikan dampak yang buruk ketika dilepaskan ke lingkungan. Pembangunan IPAL tidak hanya diberlakukan bagi permukiman penduduk. Setiap pihak yang akan menggelontorkan limbah buangannya ke situ atau saluran air yang menuju situ, diharapkan telah terlebih dulu mengolah limbah buangan yang dihasilkannya dengan IPAL. Pemerintah Kota Depok mengatur pelaksanaan pengolahan air limbah domestik melalui Peraturan Walikota Depok No. 17 tahun 2012 tentang Pengolahan Air Limbah Domestik. 2. Sosialisasi Sosialisasi merupakan kegiatan untuk memperkenalkan suatu program atau kebijakan kepada pihak-pihak yang terkait dengan implementasi program atau kebijakan tersebut. Sosialisasi bertujuan pula untuk menciptakan dukungan dari masyarakat atau pihak-pihak lain terhadap suatu program atau kebijakan. Sosialisasi diharapkan mampu membuat masyarakat dan pihakpihak lain merasa memiliki kepentingan dan dilibatkan dalam program atau kebijakan tersebut. Keterlibatan pihak-pihak tersebut tentu akan membuat tujuan program atau kebijakan dapat lebih mudah tercapai. Sosialisasi terhadap program dan kebijakan terkait pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari dan pengembangan wisata air situ perlu dilakukan, terutama kepada masyarakat sekitar situ sehingga keberhasilan program dapat tercapai dan keefektifan kebijakan dapat terlihat. 3. Pemberdayaan masyarakat Masyarakat sekitar situ merupakan pihak pertama yang akan mengetahui kondisi situ terkini. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat menjadi sangat penting di dalam upaya pelestarian situ. Selain itu, masyarakat juga perlu dilibatkan dalam pengembangan situ sebagai kawasan wisata air sebab masyarakat juga merupakan aktor pembangunan terutama bagi daerah dimana mereka tinggal.

37 Pemberdayaan masyarakat Situ Sawangan-Bojongsari perlu dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan dan juga dalam rangka menciptakan masyarakat berwawasan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan ditujukan untuk menciptakan masyarakat mandiri yang mampu memanfaatkan potensi lokal yang mereka miliki sehingga kualitas hidup mereka dapat meningkat. Masyarakat juga diharapkan memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan mereka, salah satunya terhadap keberadaan dan kondisi situ. Kesadaran tersebut dapat timbul sendiri atau dibangkitkan oleh pemerintah atau lembaga lainnya, misalnya melalui kegiatan sosialisasi dan penyuluhan. 4. Rekomendasi pengelolaan kawasan Situ beserta daerah tangkapan airnya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga pengelolaan kualitas perairan situ tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan daerah tangkapan airnya. Pengelolaan situ membutuhkan integritas pengelolaan kawasan yang mencakup seluruh aspek yang mempengaruhi kondisi dan keberadaan situ serta yang melibatkan banyak pihak, bahkan sangat memungkinkan bagi pengelolaan lintas administrasi. Selain itu, penataan pemanfaatan situ juga dapat dilakukan agar dapat memberi nilai dan manfaat optimal jangka panjang (berkelanjutan). Pengelolaan kawasan situ secara terpadu tersebut kemudian sebaiknya ditetapkan dalam bentuk regulasi yang mengikat yaitu kebijakan, baik itu berupa peraturan atau pedoman. 5. Pemantauan dan pengawasan pelaksanaan regulasi Pemantauan dan pengawasan perlu dilakukan terhadap regulasi-regulasi yang sudah ada selama ini. Pelaksanaan suatu regulasi sangat ditentukan oleh kesadaran semua pihak yang terkait untuk menaati regulasi tersebut. Penyimpangan tujuan dalam pelaksanaan regulasi dapat dihindari dengan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan regulasi, dalam kasus ini adalah regulasi terkait pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. Pemantauan ditujukan untuk mencatat segala fakta yang terjadi selama pelaksanaan regulasi, sedangkan pengawasan dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian sasaran dan tujuan dari regulasi tersebut,

38 sehingga jika terdapat ketidaksesuaian dengan tujuan semula maka dapat segera dilakukan penanganan untuk mengatasinya. 6. Investor Pihak investor sebagai mitra pemerintah diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan yang tidak tertangani oleh pemerintah, misalnya permasalahan biaya pengelolaan dan pengembangan situ di Kota Depok. Pihak investor diketahui cenderung berorientasi pada keuntungan, namun pada kenyataannya keterlibatan pihak tersebut mampu membantu pemerintah dalam menggiatkan pembangunan daerah. Oleh karena itu, keberadaan investor dapat menjadi salah satu alternatif dalam upaya pengelolaan dan pengembangan situ di Kota Depok.