BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

menyampaikan pesan cerita kepada pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam ekspresi ungkapan pengalaman pribadi, pemikiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan struktur bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan

BAB I PENDAHULUAN. moral bagi masyarakat, salah satunya ialah melalui karya sastra. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. sastra dalam bentuk novel yang terpenting adalah pendekatannya yaitu pendekatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk melalui proses imajinatif dengan didasarkan pada realitas objektif. Karya sastra juga merupakan representasi dari kompleksitas permasalahan yang ada di kehidupan masyakarat. Karya sastra tidak akan terlepas dari pengarangnya. Pengarang merepresentasikan dan mengomunikasikan ide, gagasan, dan perasaan, salah satunya melalui karya sastra yang ditulisnya. Melalui karya sastra, pengarang berusaha memberikan pesan dan amanat kepada pembaca tentang berbagai permasalahan yang ada dalam kehidupan. Karya sastra memiliki hubungan yang sangat erat dengan pengarangnya. Pengarang mengekspresikan berbagai persoalan hidup melalui karya sastra. Pengarang juga berusaha mengajak pembaca untuk memikirkan penyelesaian suatu persoalan dalam kehidupan. Karya sastra merupakan salah satu media pengarang dalam mengungkapkan ide, gagasan, pola pikir, prinsip, bahkan ideologinya kepada pembaca. Keberadaan pengarang terhadap suatu persoalan tertentu akan memengaruhi kompleksitas permasalahan yang diangkat dalam karya sastra. Karya sastra tetap menjadi objek kajian yang menarik hingga saat ini. Hal ini karena permasalahan yang diangkat di dalam karya sastra merupakan bentuk representasi dari realitas objektif berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dalam mengkaji sastra diperlukan ketepatan, kecermatan, ketelitian, dan keterpercayaan dengan didasarkan pada kevalidan data. Dalam mengkaji sastra harus didasarkan pada metode ilmiah. Karya sastra yang baik mengandung unsur pelajaran dan hiburan yang seimbang. Unsur pelajaran dan hiburan tersebut akan disajikan baik secara tersurat maupun tersirat yang menyatu dengan unsur intrinsik. Namun, ada pula karya sastra yang di dalamnya lebih menekankan salah satu unsurnya saja, misalnya unsur hiburan yang lebih ditekankan. Karya sastra yang lebih menekankan pada aspek hiburannya saja, maka karya sastra tersebut termasuk karya sastra populer. Sebaliknya, jika karya sastra commit to user 1

digilib.uns.ac.id 2 tersebut lebih menekankan pada aspek unsur ajarannya, maka termasuk karya sastra propaganda. Novel merupakan salah satu genre karya sastra yang cukup diminati oleh pembaca. Istilah novel dalam bahasa Inggris adalah novel yang merupakan bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 1995: 10 11). Novel menyajikan peritiwa secara mendalam, detail, dan kompleks jika dibandingkan dengan karya sastra lain, misalnya cerpen. Hal ini bisa dilihat dari unsur intrinsik novel, seperti plot, penokohan, dan latar yang disajikan lebih mendalam dan mendetail. Oleh karena itu, tidak heran jika novel cukup diminati oleh pembaca. Novel memuat berbagai peritiwa yang sarat akan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan yang dimaksud di antaranya nilai moral, nilai budaya, nilai sosial, dan nilai agama. Nilai-nilai yang terkandung di dalam novel merupakan bentuk representasi berbagai peristiwa yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai kehidupan tersebut memiliki manfaat besar baik secara langsung maupun tidak langsung khususnya bagi pembaca. Novel merupakan salah satu sumber nilai-nilai pendidikan, khususnya nilai pendidikan karakter. Novel mengandung berbagai narasi yang memuat berbagai nasihat dan teladan yang bisa dimanfaatkan sebagai media untuk pembentukan karakter seseorang. Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam novel disampaikan secara tidak langsung dalam bentuk narasi dengan mempertimbangkan segi estetis sehingga bisa menarik bagi pembaca. Keberagaman karya sastra, khususnya novel akan memiliki pengaruh besar dalam pengembangan pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang saat ini terus digalakkan oleh pemerintah perlu didukung oleh semua pihak. Pendidikan karakter perlu pengembangan mengingat berbagai permasalahan yang saat ini dialami oleh masyarakat, khususnya pelajar. Saat ini, fenomena kenakalan remaja sering ditemukan, mulai dari tawuran antar pelajar, pemerasan/kekerasan (bullying), penggunaan narkoba, bahkan seks bebas. Oleh karena itu, pembentukan karakter seseorang sejak usia dini perlu dilakukan. Pembentukan karakter pada diri seseorang harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Pendidikan karakter commit perlu to ditanamkan user sejak usia dini. Pendidikan

digilib.uns.ac.id 3 yang baik harus selalu mengupayakan pembentukan karakter seseorang. Karakter yang baik pada diri seseorang sangatlah penting. Seseorang akan mampu menjadi individu yang baik, bermanfaat, dan hidup bahagia di dalam masyarakat dengan memiliki karakter yang baik. Tanpa karakter yang baik, seseorang tidak akan mampu membentuk kehidupan yang aman, tenang, dan bahagia baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Menurut Lickona (2012: 22), tanpa nilai-nilai kebajikan yang membentuk karakter yang baik, individu tidak bisa hidup bahagia dan tidak ada masyarakat yang dapat berfungsi secara efektif. Tanpa karakter baik, seluruh umat manusia tidak dapat melakukan perkembangan menuju dunia yang menjunjung tinggi martabat dan nilai dari setiap individu. Pendidikan karakter bisa diimplementasikan melalui karya sastra, khususnya novel. Pendidikan karakter tersebut disajikan dalam bentuk narasi dengan mempertimbangkan segi estetis baik dari segi bahasa maupun struktur ceritanya. Melalui bentuk narasi tersebut, berbagai bentuk kehidupan yang di dalamnya mengandung pendidikan karakter tercipta. Berbagai adegan di dalam cerita yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter, misalnya kebaikan, kejujuran, toleransi, dan percaya diri akan terlukiskan baik secara tersurat maupun tersirat. Karya sastra, khususnya novel dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran untuk membentuk karakter siswa. Ratna (2014: 266) menyatakan bahwa sesuai dengan hakikatnya, sebagai pembawa ide, amanat, dan pesan-pesan kemanusiaan, pada umumnya karya sastra adalah salah satu bahan ajar yang dapat disajikan dalam proses belajar mengajar, dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Bagi karya sastra itu sendiri, program ini dapat memberikan manfaat ganda. Di satu pihak, karya sastra itu sendiri yang selama ini selalu menjadi kebutuhan sekunder mulai memeroleh perhatian, dan di pihak lain, masalah moral yang memang kaya dalam karya sastra dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam hubungan inilah, karya sastra sekaligus memiliki arti dan makna. Berbagai perilaku manusia atau tokoh akan ditemukan di dalam novel. Hal ini karena novel merupakan salah satu bentuk cerita rekaan yang bersumber dari berbagai permasalahan sosial dalam kehidupan. Realitas psikologis merupakan salah satu bentuk realitas yang sering ditemukan dalam novel. Realitas psikologis memiliki hubungan yang sangat erat dengan kejiwaan tokoh. commit Bentuk to user realitas psikologis yang muncul yaitu

digilib.uns.ac.id 4 adanya fenomena kejiwaan tertentu yang dialami tokoh utama ketika bereaksi pada suatu lingkungan tertentu. Kejiwaan tokoh berhubungan erat dengan munculnya motivasi sehingga akan tercipta suatu tindakan tertentu yang dilakukan oleh tokoh. Salah satu kajian yang dapat digunakan untuk mengkaji kejiwaan dan motivasi tokoh yaitu dengan psikologi sastra. Psikologi sastra erat kaitannya dengan unsur penokohan. Kajian psikologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian psikologi sastra berdasarkan teori Sigmund Freud. Freud membagi kepribadian manusia ke dalam tiga aspek, yaitu id, ego, dan superego. Id disebut sebagai alam bawah sadar, alam ketaksadaran (unconsciouness), pembawaan biologis, hasil evolusi, di dalamnya terkandung berbagai dorongan primitif primer, selalu ingin memeroleh kepuasan. Ego merupakan pelaksana, pengontrol sekaligus memerintah Id. Superego merupakan lembaga moral hasil pengalaman, tradisi, dan kebudayaan. Dengan singkat, id dianggap sebagai aspek biologis, ego sebagai aspek psikologis itu sendiri, berfungsi untuk memertahankan keseimbangan antara dorongan dari dalam dengan dunia luar, superego sebagai aspek sosiologis, menghubungkan individu dengan tradisi dan kebudayaan secara keseluruhan (Ratna, 2011:20). Walaupun ketiga aspek kepribadian tersebut memiliki fungsi, sifat, prinsip kerja, dan dinamika yang berbeda-beda, tetapi ketiganya memiliki hubungan yang erat. Ketiga aspek kepribadian tersebut akan saling memengaruhi tingkah laku manusia. Penelitian psikologi sastra memiliki landasan pijak yang kokoh. Sastra maupun psikologi sama-sama mempelajari hidup manusia. Perbedaan di antara keduanya, yaitu, kalau sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan imajinasi pengarang, sedangkan psikologi mempelajari manusia sebagai ciptaan Illahi secara riil. Namun, sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan kemiripan sehingga psikologi sastra memang tepat dilakukan. Meskipun karya sastra bersifat kreatif dan imajiner, pencipta tetap sering memanfaatkan hukum-hukum psikologi untuk menghidupkan karakter tokoh-tokohnya. Pencipta sadar atau tidak sebenarnya telah menerapkan teori psikologi (Endraswara, 2003: 99). Penelitian ini mengkaji novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata. Novel ini dipilih sebagai objek penelitian karena memiliki kelebihan dibanding dengan novel yang lain. Pertama, novel ini memuat unsur karakter tokoh yang sangat kuat. Unsur karakter tokoh tersebut khususnya terkait commit dengan to user konflik psikis yang dialami oleh

digilib.uns.ac.id 5 tokoh. Kedua, novel ini memuat nilai-nilai pendidikan yang sangat banyak. Nilai-nilai pendidikan tersebut khususnya yang terkait dengan nilai pendidikan karakter. Selain nilai pendidikan karakter, novel ini juga mengandung nilai budaya, nilai moral, dan nilai sosial. Nilai budaya dan nilai sosial khususnya terkait dengan budaya masyarakat Jawa di daerah Keraton Surakarta. Begitu pula dengan nilai sosial yang terkandung di dalam novel juga terkait dengan nilai sosial masyarakat di sekitar Keraton Surakarta. Novel ini juga memuat unsur pembangun novel yang kuat. Unsur pembangun novel tersebut terkait dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Novel ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sudah disesuaikan dengan EYD. Terakhir, novel ini memuat unsur sejarah bangsa Indonesia, khususnya sejarah di Surakarta. Tidak terlalu banyak novel Indonesia yang mengandung unsur sejarah di dalamnya. Terlebih lagi, unsur sejarah yang terdapat di dalam novel ini mulai dari zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, dan pascakemerdekaan negara Indonesia. Kajian psikologi sastra digunakan untuk mengkaji novel yang berjudul Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata. Kajian psikologi sastra dipilih untuk mengkaji novel tersebut karena novel tersebut memiliki unsur karakter tokoh yang sangat kuat. Pengarang menceritakan tokoh dengan menampilkan berbagai konflik kejiwaan ketika menghadapi masalah. Pengarang juga menampilkan konflik batin yang dialami tokoh yang mengalami permasalahan dengan dirinya sendiri. Di dalam novel tersebut, emosi dapat dibangun secara mendetail. Selain itu, penggambaran terhadap tokoh utama yang mengalami konflik batin juga sangat kuat. Konflik batin yang dialami tokoh utama tersebut dialami sejak masih anak-anak hingga dewasa. Hal ini terlihat ketika tokoh utama mengalami perasaan kecewa, marah, sedih, tertekan, bahkan putus asa dalam mengahadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya. Novel Tak Ada Nasi Lain ini menceritakan tentang seorang tokoh yang benama Saptono yang mengalami berbagai permasalahan hidup sejak kecil hingga dewasa. Ketika masih anak-anak, Saptono dititipkan oleh ibunya pada suatu keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan yang bertempat di daerah Gajahan. Daerah ini terletak di sebelah barat Alun-alun Kidul Keraton Kasunanan Surakarta. Dalam keluarga tersebut, Saptono tinggal bersama sepupunya yaitu Dimas Dandi, Jeng Peni, dan Jeng Parti. Saptono melalui kehidupan dengan berbagai permasalahan hidup sehingga seringkali timbul konflik batin commit dalam to dirinya. user Saptono juga selalu dikucilkan

digilib.uns.ac.id 6 dalam keluarga tersebut. Konflik batin yang dialami Saptono membuatnya merasa kecewa, marah, sedih, tertekan, bahkan putus asa dalam mengahadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya. Dalam novel tersebut diceritakan berbagai permasalahan yang dialami Saptono mulai zaman penjajahan Belanda, Jepang, hingga kemerdekaan Indonesia. Berbagai permasalahan hidup yang dialami Saptono memaksanya tumbuh menjadi sosok yang dewasa. Saptono juga menyadari pentingnya sebuah kebersamaan dengan saudara dan keluarga. Berdasarkan berbagai permasalahan yang terdapat dalam novel tersebut yang dipandang dari perspektif psikologi tokoh, tindakan para tokoh dalam menunjukkan eksistensinya, nilai pendidikan, khususnya nilai pendidikan karakter dari tokoh utama, dan relevansinya dengan pendidikan, maka penelitian ini mengkaji novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata dengan menggunakan kajian psikologi sastra menurut teori Sigmund Freud. Judul yang digunakan dalam penelitian ini adalah Novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata: Kajian Psikologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perwatakan tokoh utama novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata? 2. Bagaimanakah konflik psikis tokoh utama novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata berdasarkan aspek kepribadian id, ego, dan superego menurut teori Sigmund Freud? 3. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata? 4. Bagaimanakah relevansi kajian novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA? commit to user

digilib.uns.ac.id 7 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. mendeskripsikan perwatakan tokoh utama novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata; 2. mendeskripsikan konflik psikis tokoh utama novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata berdasarkan aspek kepribadian id, ego, dan superego menurut teori Sigmund Freud; 3. mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata; dan 4. mendeskripsikan relevansi kajian novel Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teori, manfaat penelitian ini untuk memperkaya kajian tentang sastra. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam mengapresiasi karya sastra, khususnya novel. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi: a. Guru Bagi guru, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan acuan dalam pembelajaran sastra. b. Siswa Bagi siswa, diharapkan dapat meneladani nilai-nilai pendidikan, khususnya nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalam novel sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. commit to user

digilib.uns.ac.id 8 c. Sekolah Bagi sekolah, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan acuan untuk memperkaya kajian tentang sastra, khususnya yang berkaitan dengan kajian psikologi sastra. d. Peneliti lain Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian tentang sastra selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan kajian psikologi sastra. commit to user