BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan prinsip good governance. Serangkaian regulasi tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya tuntutan berbagai pihak terhadap wujud peningkatan kinerja,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung bertanggungjawab kepada Presiden dalam melaksanakan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab pembuka yang didalamnya menguraikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi Keuangan Negara yang ditandai dengan lahirnya paket Undang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya kepada publik. Pemerintah merupakan entitas publik yang harus

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah merupakan hal yang. pemberi pelayanan publik kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

AKUNTABILITAS KEGIATAN BANTUAN PEMERINTAH PADA KEMENDESA PDTT DALAM MEWUJUDKAN OPINI WTP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Abstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu perbaikan kinerja yang berkelanjutan (continous performance

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP-SKPD) TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan prinsip good governance. Serangkaian regulasi tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengendalikan langsung penyelenggaraan tata kelola Pemerintahan. Dalam tata kelola pemerintahan yang baik diwujudkan dengan sistem pengendalian yang fleksibel dan dinamis yang menyatu dengan alur penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri, di Indonesia sistem pengendalian disebut dengan sistem pengendalian intern Pemerintah(SPIP). Dalam perkembangannya SPIP di Indonesia mempunyai kendala-kendala baik dari segi pemahaman dan penerapannya sendiri. Pelaksanaan SPIP di Kota Padang Panjang sudah dimulai dengan baik, hal ini dibuktikan dengan terbitnya Peraturan Walikota Padang Panjang nomor : 68 tahun 2009 tentang penyelenggaraan SPIP di Pemerintah Kota Padang Panjang dan surat keputusan Walikota Padang Panjang nomor : 900/380/Wako-PP/2012 tentang pembentukan satuan tugas implementasi sistem pengendalian intern Pemerintah Kota Padang Panjang. Peraturan Walikota tersebut menjadi payung hukum dalam pelaksanaan SPIP di Pemerintahan Kota Padang Panjang. Kemudian dengan dimulainya tahap pemetaan, yang diawali dengan pemahaman serta dengan

diwujudkan nya pembangunan sebuah lingkungan pengendalian pada setiap intansi Pemerintah di Kota Padang Panjang. Dengan ditetapkannya satuan tugas pada setiap SKPD yang secara sistematis bertanggung jawab dalam penerapan SPIP secara utuh pada instansinya. Satuan tugas ini kemudian diberi pelatihan dan sosialisasi sebagai langkah awal pemahaman dan pemantapan penyelenggaraan SPIP yang dibimbing langsung oleh BPKP perwakilan Sumatera Barat di Padang. Akan tetapi seiring dengan hal tersebut terdapat beberapa kendala yang dihadapi setiap SKPD dalam proses penerapan SPIP yang efektif dan efesien, kurangnya sarana dan prasarana, sumber daya manusia serta beragamnya penafsiran dari berbagai pegawai tentang SPIP itu sendiri masih menjadi kendala klasik yang dapat menghalangi pencapaian tujuan, kendala yang mendasar yang menjadi perhatian peneliti yaitu dalam mengubah pola pikir para pegawai di lingkungan pemerintahan secara keseluruhan yaitu masih tertanamnya pola pengawasan melekat (WASKAT) yang sudah lama digunakan sebelum bergulirnya SPIP seperti saat sekarang ini. Salah satu kendala yang menjadi polemik yaitu setiap instansi belum sepenuhnya mampu dalam hal merumuskan risiko pada lingkup kerja mereka sendiri, setiap SKPD belum bisa secara keseluruhan dalam mengidentifikasi risiko-risiko yang krusial yang berpotensi pada kegagalan pencapaian visi, misi serta tujuan SKPD tersebut. Hal ini tercermin dengan laporan yang diberikan kepada Inspektorat Kota dimana setiap instansi hanya dapat mengidentifikasi risiko-risko yang bersifat umum dan wajar dalam berjalannya sebuah organisasi, belum dikembangkan kearah yang

lebih spesifik yang berhubungan langsung dengan core business dari instansi tersebut. Seharusnya setiap SKPD dapat menyelaraskan visi dan misi intansi dengan risiko yang berkaitan dengan hal tersebut baik dari dalam maupun luar dari entitas, sebagaimana unsur dari penilaian risiko tersebut yaitu : identifikasi risiko, analisis risiko. Selain permasalahan diatas, opini WDP yang diberikan oleh BPK pada tahun 2015 pada Pemerintah Kota Padang Panjang menjadi tolak ukur dan merupakan salah satu faktor yang melatar belakangi lemahnya penerapan SPIP pada Kota Padang Panjang. Jika ingin mencapai tujuannya maka mau tidak mau suatu Pemerintah Daerah harus berupaya meraih opini WTP dari BPK. Opini WTP adalah basic requirement untuk mewujudkan good public governance (Mardiasmo, 2010). Salah satu faktor yang menentukan pemberian opini WTP oleh BPK adalah kondisi sistem pengendalian intern di Pemerintah Daerah tersebut. Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Kota Padang Panjang berupaya memperbaiki sistem pengendalian intern di lingkungan Pemerintahannya, salah satu langkah awal dengan menetapkan 10 SKPD sebagai pilot project dalam penerapan SPIP di Pemerintah Kota Padang Panjang, yaitu SKPD Sekretariat Daerah, DPPKAD, Inspektorat, BKD, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan, Bappeda, Dinas PU, Dinas Kesehatan dan RSUD, yang diharapkan mampu untuk memberikan contoh kepada SKPD lainnya, dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggungjawab dalam mengawal pelaksanaan SPIP yaitu Inspektorat, setelah pelaksanaan SPIP tersebut setiap SKPD diwajibkan untuk

mengidentifikasi dan menganalisis sendiri risiko pada lingkungan kerja masingmasing dengan menetapkan satuan tugas pada instansinya, kemudian setiap SKPD diwajibkan membuat laporan tentang penilain risiko tersebut. Dalam tata kelola pemerintahan yang efektif membutuhkan kemampuan pengelolaan keuangan daerah yang efisien, efektif, transparan, akuntabel dan memberikan manfaat nyata (Noor, 2014). Akuntansi dan pelaporan keuangan Daerah yang baik merupakan bagian dari akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Akuntabilitas pengelolaan keuangan di suatu daerah dapat dinilai masyarakat dari opini yang dikeluarkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan yang dibuat Pemerintah Daerah tersebut. Daerah yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK akan membuat kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah Daerah semakin tinggi walaupun opini BPK tidak menjamin tidak adanya praktek-praktek korupsi dalam penyelenggaran pemerintahan. Peraturan Pemerintah nomor 60 Tahun 2008 Pasal 2 menyatakan bahwa Gubernur/Bupati/WaliKota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaran kegiatan pemerintahan dengan mempedomani SPIP. Kepala Daerah selaku pemegang otoritas tertinggi di daerahnya berkewajiban untuk mengimplementasikan SPIP dalam penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan di Daerahnya. Selain diamanatkan dalam ketentuan perundang-undangan, dalam kaitannya dengan pemberian opini BPK atas laporan keuangan Pemerintah Daerah, penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah(SPIP) menjadi salah satu faktor kunci yang menentukan opini yang akan diberikan oleh BPK (BPK, 2013).

SPIP berfungsi untuk memberikan arah yang jelas atas tercapainya tujuan organisasi, dengan pengembangan lima unsur yang ada dalam SPIP tersebut yaitu : Lingkungan Pengendalian, Penilaian risiko, Kegiatan pengendalian, informasi dan komunisasi, serta pemantauan unsur tersebut terdapat dalam Peraturan Pemerintah. No. 60 tahun 2008. Penelitian mendalam mengenai penilaian risiko masih sedikit ditelaah secara mendalam, padahal salah satu komponen pengendalian intern ini merupakan kunci penting dalam membangun sistem pengendalian intern disuatu organisasi setelah pembentukan sebuah lingkungan pengendalian terbentuk. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti unsur penilaian risiko SPIP khususnya pada Pemerintah Kota Padang Panjang. Seperti yang diungkap pada penelitian terdahulu penilaian risiko mempunyai peranan yang penting dalam proses pembentukan SPIP pada sebuah instansi, (Istiningrum, 2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penilaian risiko diawali dengan proses perumusan tujuan baik itu tujuan instansi maupun tujuan kegiatan. Setelah tujuan dirumuskan, mulailah dilakukan proses pengidentifikasian terhadap risiko serta analisis risiko. Keseluruhan langkah tersebut pada akhirnya akan memberi informasi kepada pimpinan baik itu pimpinan instansi maupun pimpinan kegiatan untuk melakukan pendekatan yang tepat guna meminimalisir dampak dari risiko. Kemudian dalam penelitiannya (Pujianik dan Suryawati, 2010) mengungkapkan bahwa SPIP mempunyai peran dan fungsi yang signifikan dalam meminimalisasi salah saji pencatatan akuntansi, hal ini dapat diminimalisir karna

dengan telah dikajinya risiko-risiko yang menjadi kendala dalam penulisan laporan keuangan, sehingga dampak terjadinya risiko sudah dikendalikan dan minimalisir sedemikian rupa. Berdasarkan fenomena- fenomena diatas, Peneliti ingin mengetahui secara mendalam mengenai bagaimana kondisi sebenarnya pelaksanaan penilaian risiko serta apa saja indikator dari dimensi penilaian risiko yang berpengaruh dalam membangun SPIP pada Pemerintah Kota Padang Panjang, kemudian mengkaji usahausaha apa saja yang dibutuhkan bagi setiap pemangku kepentingan guna menciptakan SPIP yang efektif, trasparan dan akuntabel. Untuk itu Peneliti memberi judul penelitian ini dengan Analisis Penilaian Risiko (Studi Kasus pada Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Kota Padang Panjang) 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang menjadi dasar pada tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi penilaian risiko, dalam kerangka SPIP di Pemerintah Kota Padang Panjang? 2. Indikator yang paling berpengaruh dalam proses penilaian risiko di Pemerintah Kota Padang Panjang? 3. Usaha apa yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang Panjang dalam melaksanakan penilaian risiko untuk membangun SPIP yang efektif dan efesien?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengidentifikasi, menganalisis, serta memperoleh bukti empiris tentang penilaian risiko di Pemerintah Kota Padang Panjang. 2. Untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memperoleh bukti empiris indikator penilaian risiko yang paling berpengaruh dalam membangun SPIP di Pemerintah Kota Padang Panjang. 3. Untuk mengetahui usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh pengambil kebijakan guna terciptanya proses penilaian risiko yang efektif dan efisien. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan Penelitian ini Peneliti berharap bisa memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memperkuat penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan SPIP. 2. Memberi referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya yang tertarik mengkaji penerapan SPIP pada Pemerintahan Daerah. 3. Masukan kepada Pemerintah Kota Padang Panjang dalam rangka membangun SPIP. 4. Bagi penulis adalah upaya dalam menambah ilmu dan wawasan tentang sistem pengendalian intern dan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada jurusan Magister Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

1.5 Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah hanya pada unsur kedua yaitu penilaian risiko dari lima unsur yang ada di SPIP yaitu pada unsur Penilaian Risiko. Unsur Penilaian Risiko dipilih karena unsur ini merupakan salah satu kunci dalam membangun SPIP. Penilaian Risiko menjadi unsur kedua dalam menyusun kerangka Sistem Pengendalian Intern Pemerintah karena setiap SKPD dituntut dapat memetakan risiko-risiko yang pernah mereka alami dan risiko-risiko yang diprediksi akan terjadi dalam perjalan organisasi kedepan nya baik dari inten dan ekstern organisasinya. Pembatasan masalah ini diperlukan untuk lebih mempertajam pembahasan penelitian. Ketajaman hasil pembahasan penelitian ini akan memberikan manfaat terapan di tempat Peneliti melakukan penelitian yaitu di Pemerintah Kota Padang Panjang. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini disusun berdasarkan urutan bab yang merupakan satu kesatuan yaitu sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang penulisan tesis, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Kerangka Teori Pada bab ini akan dibahas secara teoritis mengenai pengertian dan konsep dari sistem pengendalian intern, unsur-unsur dari sistem pengendalian intern, sistem pengendalian intern pada Instansi Pemerintah di Indonesia, penjelasan mendalam mengenai unsur Penilaian Risiko, reviu penelitian terdahulu, tinjauan teori yang mendasari penelitian ini, dan kerangka konsep berpikir dalam penelitian ini. Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini akan membahas tentang desain penelitian, variabel penelitian dan alat pengukuran, populasi dan sampel penelitian, data dan teknik pengumpulan data, beserta teknik analisis data. Bab IV : Analisis dan Pembahasan Pada bab ini akan menyuguhkan sekilas Profil dari Kota Padang Panjang, gambaran umum responden, dan pembahasan mendalam dari hasil penelitian serta implikasi dari penelitian. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini akan menyajikan kesimpulan hasil penelitian serta saran-saran yang dianggap penting dalam penelitian ini.