I. PENDAHULUAN. lingkungan dapat menyebabkan pencemaran tanah.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas.

I. PENDAHULUAN. (2014) minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama dan salah satu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. Industri batik memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian

PEMANFAATAN LUMPUR AKTIF DALAM REMIDIASI LIMBAH CAIR BENGKEL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI INDIGENUS

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Minyak Bumi Sifat Fisik Minyak Bumi Berat Jenis (Density, Specific Gravity atau API Gravity

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

SKRIPSI PEMANFAATAN LUMPUR AKTIF DALAM REMIDIASI MINYAK PELUMAS BEKAS MOBIL PENUMPANG DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI INDIGENUS

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

I. PENDAHULUAN. Sampah yang menumpuk dan tidak terkelola dengan baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

SKRIPSI ISOLASI DAN UJI KEMAMPUAN BAKTERI INDIGENUS DALAM PERBAIKAN KUALITAS LIMBAH DOMESTIK

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

BAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan industri adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Penanganan dan

BIOREMEDIASI LIMBAH CAIR PT PETROKIMIA GRESIK DENGAN BAKTERI INDIGENOUS

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis limbah, maka perlu dipelajari dan dikembangkan metode yang

Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pesatnya perkembangan industri di berbagai daerah di tanah air

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik

MAKALAH KIMIA ANALITIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan

I. PENDAHULUAN. orang yang pertama kali mempopulerkan celana jeans di Amerika. Sejarah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran air dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan

BIOREMEDIATION OF USED ENGINE OIL WASTE WITH ACTIVED SLUDGE WITH VARIATION OF ADDITION OF INDIGENOUS BACTERIA IDENTIFIED WITH 16S rdna SEQUENCE

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

FITOREMEDIASI PHOSFAT PADA LIMBAH CAIR LAUNDRY DENGAN MENGGUNAKAN TUMBUHAN KANGKUNG AIR (Ipomoea aquatica Forsk) ARTIKEL JURNAL.

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

I. PENDAHULUAN. dalam limbah, antara lain dari instalasi kimia, bengkel logam, rumah sakit (Lee

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang

Oleh: ANA KUSUMAWATI

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

Kimia Lingkungan (M. Situmorang) Halaman i

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi (Soeparman & Soeparmin, 2002). Limbah ini diperoleh dari kegiatan yang dilakukan manusia sehari-hari termasuk kegiatan otomotif. Operasi bengkel sebagai tempat pemeliharaan dan perbaikan alat-alat transportasi, menghasilkan limbah hidrokarbon berupa ceceran minyak pelumas, minyak diesel dan gasoline (Tiwary, 2001). Limbah bengkel ini apabila terbuang ke lingkungan dapat menyebabkan pencemaran tanah. Di Indonesia jumlah bengkel dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kendaraan bermotor baik itu roda dua maupun roda empat. Dinas Pengelolaan Kas dan Aset Daerah (DPKAD) DIY mencatat total kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat mencapai 1.053.482 unit per Oktober 2012. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki penambahan jumlah kendaraan bermotor tertinggi sebanyak 40.253 unit kendaraan yang terdiri dari 34.243 unit roda dua dan 6.010 roda empat (Aditya, 2012). Kankkantapong dkk. (2009) dalam Cindiyanti (2011), mengemukakan kegiatan perawatan kendaraan bermotor menghasilkan limbah yang merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan non-b3. Limbah B3 ini berupa oli bekas, aki bekas, dan alat-alat pada kendaraan bermotor. Oli 1

2 merupakan campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia aditif. Oli bekas sendiri mengandung komponen logam berat seperti besi; timah; cadmium dan mangan, polychlorinated biphenyls (PCBs), dan polyciclic aromatic hydrocarbons (PAHs). Komponen-komponen ini mengandung sifat beracun tinggi saat terlepas ke lingkungan, terutama tanah yang merupakan tempat berkembangbiaknya makhluk hidup. Menurut Udiharto (2000), tingkat toksisitas limbah bengkel hidrokarbon minyak dapat bersifat akut atau kronik yang memiliki dampak terhadap manusia, tumbuhan dan hewan. Toksik akut pada umumnya menyerang sistem syaraf pusat dan dapat memengaruhi kerusakan sel sumsum tulang serta menyebabkan penyakit kanker. Mason (1996) menyebutkan minyak yang tercemar dapat menghambat laju fotosintesis karena memengaruhi permeabilitas membran sel dan mengurangi penyerapan cahaya matahari oleh kloroplas. Dampak lainnya pada makhluk hidup ialah amfibi lebih mudah terkena dampak negatif dari minyak karena kulitnya yang permeabel. Invertebrata tanah mempunyai kandungan lipid yang tinggi dan laju metabolisme yang cepat sehingga sangat sensitif terhadap toksisitas kontak dari minyak bertitik didih rendah. Dampak tidak langsung dari limbah bengkel terjadi karena adanya kompetisi penggunaan nutrisi mineral dan oksigen antara akar tumbuhan dan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon dan mendorong terbentuknya kondisi anaerobik sehingga dihasilkan senyawa fitotoksik seperti H 2 S (Atlas & Bartha, 1997). Selain itu limbah bengkel kendaraan bermotor dengan

3 sifatnya yang hidrofobik dapat menyebabkan struktur tanah menjadi buruk sehingga membatasi kemampuannya dalam menyerap air dan udara (Bossert dan Bartha, 1984). Berdasarkan survei awal ke beberapa bengkel kendaraan bermotor di Propinsi DI Yogyakarta khususnya di daerah Seturan, Janti, dan Babarsari, bengkel kendaraan bermotor tidak memiliki sistem pengolahan limbah. Limbah oli bekas biasanya ditampung dalam ember dan dijual kembali dengan harga per liternya Rp.3000, namun masih terdapat sisa limbah oli pada ember tampung yang tidak ikut terjual. Oli ini akan dibuang ke selokan dan ditimbun dalam tanah di sekitar bengkel bersama dengan limbah bengkel lainnya seperti air cucian, air aki, minyak diesel dan gasolin. Limbah cair bengkel dapat diolah melalui proses fisik, kimia maupun biologi. Proses fisik dan kimia umumnya membutuhkan biaya yang besar, seperti pada proses fisika menggunakan insinerator membutuhkan biaya antara $250 - $800, selain itu proses fisik dan kimia menimbulkan polutan sekunder seperti ozon, formaldehida, dan Peroxy Acyl Nitrate (Fermor dkk., 2001). Pengolahan limbah yang aman untuk lingkungan dapat dilakukan dengan proses biologi, yaitu menggunakan biota dalam pengolahan limbah. Pengolahan limbah dengan proses biologi dapat dilakukan dengan cara fitoremediasi, bioremediasi, dan zooremediasi (Ginting, 1995). Bioremediasi merupakan proses pemulihan secara biologi terhadap komponen lingkungan yang tercemar (Baker & Herson, 1994). Salah satu teknik bioremediasi adalah biodegradasi yaitu proses penguraian oleh aktivitas

4 mikroba yang mengakibatkan transformasi struktur suatu senyawa sehingga terjadi perubahan integritas molekuler dan toksisitas senyawa tersebut berkurang atau menjadi tidak toksik sama sekali (Nugroho, 2006). Penggunaan bakteri pendegradasi hidrokarbon pada lingkungan yang tercemar minyak akan lebih efektif apabila bakteri tersebut berasal dari areal tercemar tersebut (Rezvani, 2006). Teknik bioremediasi yang sering digunakan dalam skala industri ialah teknik lumpur aktif. Lumpur aktif merupakan proses biologi menggunakan mikroorganisme untuk mendegradasi bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah cair menjadi CO 2, H 2 O, NH 4, dan sel biomassa baru (Asmadi & Suharno, 2012). Proses pengolahan limbah cair dengan sistem lumpur aktif akan mengkonversi limbah organik ke dalam bentuk gas CO 2 yang dilepas ke atmosfer sebesar 50% dan 50% lagi akan terkonversi menjadi biomassa. Lumpur aktif sendiri dapat dibuat dengan cara memberikan aerasi ke suatu limbah cair dan diberikan tambahan nutrien berupa sumber C, N dan P sebagai bahan baku dan energi untuk pertumbuhan sel (Benefield dkk., 1980). Penelitian ini akan dilakukan pengujian kemampuan dari bakteri yang terdapat pada limbah cair bengkel kendaraan bermotor menggunakan lumpur aktif. B. Keaslian Penelitian Bengkel (workshop) merupakan tempat pemeliharaan, perbaikan, dan pembongkaran alat-alat kendaraan bermotor yang tentunya menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah bengkel termasuk dalam

5 limbah minyak yang tergolong dalam bahan hidrokarbon. Pengelolaan limbah hidrokarbon telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti Pagoray (2009) yang meneliti tentang biostimulasi dan bioaugmentasi untuk bioremediasi limbah hidrokarbon serta analisis berkelanjutannya. Pada penelitian ini dilakukan penambahan bakteri Arthobacter simplex, Mycobacterium phlei, dan Pseudomonas aeruginosa yang mampu mempercepat laju degradasi limbah hidrokarbon. Hasil yang diperoleh degradasi TPH pada minggu 12 dapat menurunkan TPH di bawa 1 %, hasil analisis optomasi degradasi TPH dengan metode RSM pada minggu ke 12 dengan biostimulasi kompos 21 % dan bioaugmentasi 11 % mampu mendegradasi TPH 3%. Penelitian sebelumnya oleh Shovitri dan Nasikhin (2013), mengisolasi dan mengkarakterisasi bakteri pendegradasi solar dan bensin dari perairan pelabuhan Gresik, Jawa Timur. Genus bakteri pendegradasi solar dan bensin dideteksi melalui karakterisasi biokimiawi sesuai Bergey s Manual of Determinative Bacteriology. Viabilitas isolat diketahui dengan mengukur kerapatan optik sel bakteri pada medium minimal solar atau bensin menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat yang mampu tumbuh dalam medium minimal solar yaitu isolat S1 yang cenderung masuk ke genus Bacillus. Isolat S1 memiliki kerapatan optik mencapai 3,63 sedangkan isolat yang mampu tumbuh dalam medium minimal bensin yaitu isolat B1 yang cenderung masuk ke genus Vibrio. Isolat B1 memiliki kerapatan optik mencapai 4,99.

6 Penelitian tentang eksplorasi bakteri pendegradasi limbah minyak bumi juga dilakukan oleh Yudono dkk. (2013), yang dilakukan di wilayah PT Pertamina UBEP Limau Muara Enim, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan secara bertahap yaitu isolasi, pemurnian, karakterisasi dan identifikasi bakteri isolat bakteri. Sampel berupa air, sludge dan tanah, hasil penelitian ini diperoleh 10 isolat bakteri indigenous yang mampu mendegradasi limbah minyak bumi yang termasuk dalam genus Pseudomonas, Bacillus, Micrococcus, dan Favobacterium. Yani dan Akbar (2013) dalam penelitian biodegradasi minyak diesel menggunakan campuran bakteri pendegradasi hidrokarbon yaitu Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas pseudomallei dan Enterobacter agglomerans. Kemampuan biodegradasi minyak diesel diuji pada medium cair dan hasilnya menunjukkan ketiga isolat ini mampu tumbuh pada medium yang mengandung minyak diesel pada konsentrasi 10 persen minyak diesel. Pertumbuhan Pseudomonas pseudomallei 1,2 x 10 11 CFU/ml, Enterobackter agglomerans mampu tumbuh sampai 4,8 x 10 13 CFU/ml, dan Pseudomonas aeruginosa sebesar 5,6 x 10 13 CFU/ml. Salib (2003), melakukan penelitian tentang dekomposisi limbah cair dengan penambahan sumber nutrien nitrogen dan fosfor pada lumpur aktif. Penelitian ini menggunakan mikrobia dominan yang terdapat pada lumpur aktif limbah cair. Oleh karena itu dilakukan identifikasi koloni mikrobia dominan, karakteristik sel, dan kurva pertumbuhan. Selain itu juga dilakukan pengukuran untuk mengetahui laju dekomposisi limbah cair melalui parameter

7 ph, SSV, BOD, DO dan COD. Hasil penelitian diperoleh 2 mikrobia dominan dengan warna koloni putih dan kuning sebagai isolat P dan isolat K. Penelitian tentang bioremediasi menggunakan bakteri juga dilakukan oleh Sitanggang (2008), untuk meremediasi limbah cair batik. Bakteri yang digunakan ialah Pseudomonas aeruginosa, penelitian ini menggunakan 4 akuarium yang masing-masing berisi limbah cair batik dengan volume 5 liter dan akuades volume 1 liter. Strain P. aeruginosa diberikan dengan jumlah yang berbeda, yaitu akuarium I tanpa penambahan bakteri, akuarium II sebanyak 1 tabung reaksi, akurium III sebanyak 2 tabung reaksi, dan akuarium IV sebanyak 3 tabung reaksi. Hasil penelitian menunjukkan bakteri ini mampu menurunkan nilai zat padat tersuspensi, BOD, COD, minyak lemak dan ph. Semakin banyak tabung reaksi dengan strain P. aeruginosa maka semakin cepat menurunkan parameter utama limbah cair industri batik. C. Rumusan Masalah 1. Isolat apa yang ditemukan paling dominan pada limbah cair bengkel kendaraan bermotor? 2. Apakah lumpur aktif dengan penambahan mikrobia yang terdapat pada limbah bengkel kendaraan bermotor mampu melakukan bioremediasi? 3. Mikrobia indigenous manakah yang paling baik dalam meremediasi limbah cair bengkel kendaraan bermotor?

8 D. Tujuan 1. Mengetahui isolat yang ditemukan paling dominan pada limbah cair bengkel kendaraan bermotor, 2. Mengetahui kemampuan lumpur aktif dengan penambahan mikrobia indegenous yang terdapat pada limbah bengkel kendaraan bermotor dalam melakukan bioremediasi, 3. Mengetahui mikrobia indigenous yang paling mampu dalam meremediasi limbah bengkel kendaraan bermotor menggunakan lumpur aktif. E. Manfaat Manfaat dari penelitian ini ialah diharapkan dapat memberikan informasi mengenai remediasi limbah bengkel kendaraan bermotor menggunakan lumpur aktif dengan penambahan mikrobia (indigenous) dan juga mengembangkan pengolahan limbah yang ramah lingkungan dengan proses bioremediasi dalam menangani limbah bengkel.