BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang benar, tetapi juga disertai dengan tanggung jawab atas apa yang dikerjakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan

PERBEDAAN KECURANGAN AKADEMIK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN BIDANG ILMU PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan jujur. Namun hingga saat ini, masih ada masalah ketidakjujuran mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

Penelitian tentang kejujuran pada calon guru pernah dilakukan oleh Arianto (2013) dengan judul Tingkat Kejujuran Sosial dan Akademik Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar. Penelusuran referensi, materi kuliah, dan update informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tangguh baik secara fisik, mental maupun intelektual dan kepribadian. pendidikan di indonesia yaitu Madrasah Aliyah (MA).

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kultur akademik sendiri menghendaki mahasiswa itu untuk melakukan proses

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XI, No.2, Tahun 2013 Endra Murti Sagoro 54-67

2016 KECENDERUNGAN INTEGRITAS AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. September Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

KEJUJURAN DAN KETIDAKJUJURAN AKADEMIK PADA SISWA SMA YANG BERBASIS AGAMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (homo sosius), yang dibekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

JUDUL PENELITIAN ILMIAH Disusun oleh : Siti Shara Npm : Pembimbing : Faisal Rachmat S.psi, M.A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah. Dikenal karena ada yang melakukan atau hanya sebatas mengetahui perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Ihsan,

KETIDAKJUJURAN AKADEMIK MAHASISWA PERGURUAN TINGGI X DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

Disusun Oleh : Handris Krisnayana ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi

Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. sikap ( attitudes), perilaku (behaviours), motivasi (motivations) dan keterampilan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecurangan akademik merupakan fenomena umum di sekolah menengah dan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. moyang, teman teman, milik, uang dan lain lain. Kalau semuanya bagus, ia

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyontek tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek dapat

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. Praktik-praktik kecurangan (fraud) sudah semakin meluas di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan yang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

BAB I PENDAHULUAN. karakter agar terwujud mahasiswa yang berkarakter, berbudaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang menjadi tonggak ukur kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

Prilaku Jujur Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Aat Agustini, MKM

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 8 Tabel Subjek penelitian berdasarkan kelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemalsuan data laboratorium dan tindak kecurangan. Menurut Mujahidah (2012 :4)

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

KEJUJURAN AKADEMIK PADA MAHASISWA SAAT MENGHADAPI UJIAN. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat cepat. Seiring dengan perkembangan zaman, siswa selaku peserta didik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Unand ini merupakan satu dari dua universitas negeri yang berada diluar pulau

PERILAKU MENYONTEK SISWA SMA NEGERI DI KOTA PADANG SERTA UPAYA PENCEGAHAN OLEH GURU BK

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi. Selain itu, pada tanggal 4 Mei 2011 juga ada penanda-tanganan Deklarasi

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

KEJUJURAN AKADEMIK PADA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Perilaku Menyontek. Dalam institusi pendidikan atau sekolah terdapat perilaku yang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan (cheating) merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering muncul menyertai aktivitas proses pembelajaran dan dalam proses penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Perilaku curang pada dasarnya akan mengaburkan hasil kemampuan peserta didik. Perilaku curang dibagi dalam tiga kategori yaitu (1) memberi, mengambil, atau menerima informasi tertentu, (2) menggunakan suatu alat yang dilarang, (3) memanfaatkan kelemahan orang, prosedur, proses untuk mendapatkan keuntungan (Cizek, 2003). Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa kecurangan merupakan perbuatan yang dilakukan dengan cara yang tidak baik untuk memperoleh keuntungan. Peserta didik yang biasa berbuat curang akan menjadi sebuah perilaku yang akan terus berulang karena nantinya peserta didik tersebut akan tumbuh menjadi orang-orang dewasa yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Hal itu akan memberikan efek yang buruk jika nantinya mereka menjadi orang-orang penting di dalam sebuah pemerintahan. Kecurangan akademik bukanlah masalah baru dalam dunia pendidikan. Teixeira dan Rocha (2006) menyatakan bahwa kecurangan akademik adalah fenomena global yang secara frekuensi semakin meningkat. Banyaknya tindakan 1

2 kecurangan akademik yang dilakukan di berbagai ranah akademik yang ada di Indonesia menunjukkan sedikit atau bahkan belum adanya pendidikan di Indonesia yang mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya dari sisi pembentukan karakter individu mahasiswa. Pendidikan tinggi juga tidak terhindar dari adanya tindakan kecurangan akademik. Tindakan kecurangan akademik juga terjadi pada mahasiswa. Berbagai tindakan kecurangan akademik dilakukan mahasiswa yang merupakan calon lulusan dari perguruan tinggi, dengan berbagai alasan dan tujuan. Beberapa bentuk kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa antara lain adalah mencontek saat ujian, menyalin jawaban teman, copy paste dari internet tanpa menyebutkan sumbernya, tidak hadir kuliah tetapi titip tanda tangan, membuat contekan saat ujian, meminta bantuan teman saat ujian, bekerjasama dengan teman saat ujian. Kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa sebenarnya ada yang disadari namun ada pula yang tidak disadari bahwa yang mereka lakukan sebenarnya merupakan sebuah tindakan kecurangan yang dapat dikenai sanksi. Adanya keinginan untuk memperoleh IPK tinggi, kebanggaan, atau hanya sebatas karena harga diri terkadang membuat mahasiswa melakukan tindakan kecurangan akademik. Berbagai bentuk kecurangan inilah yang akan mengikis karakter mahasiswa sebagai individu yang akan mengemban amanah bangsa untuk menjadi generasi pengubah bangsa menuju ke arah yang lebih baik (Sagoro, 2013). Perilaku cheating terjadi hampir di semua tingkat satuan pendidikan mulai dari sekolah dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT). Berdasarkan survei yang telah dilakukan Survei Litbang Media Group pada 19 April 2007 terhadap 480

3 responden dewasa di enam kota besar di Indonesia, yaitu Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan menunjukkan mayoritas anak didik, baik di bangku sekolah dan perguruan tinggi melakukan kecurangan akademik dalam bentuk menyontek. Hampir 70 persen responden yang ditanya apakah pernah menyontek ketika masih sekolah atau kuliah, menjawab pernah. Bahkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti ditemukan adanya tugas akhir (skripsi) mahasiswa yang mengindikasikan adanya praktik copy paste atau plagiarism dari satu skripsi dengan skripsi yang lainnya (Nursalam, Bani, & Munirah, 2013). Akibat sering terjadinya kasus-kasus kecurangan akademik, maka tindakan tersebut semakin ditoleransi dan dianggap hal biasa yang tidak perlu dihindari. Kecurangan akademik biasanya dilakukan karena kurangnya percaya diri atas jawaban yang dimiliki, akhirnya lebih percaya jawaban orang lain. Alasan lain karena mahasiswa malas belajar dan lebih senang mencari jawaban di buku atau alat lain selama ujian berlangsung. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai yang baik. Bagi akademisi, kecurangan akademik dilakukan dengan tujuan mendapatkan gelar lebih atau kredit lebih dari hasil penelitian atau tulias yang diperoleh dengan plagiarisme (Muslimah, 2013). Kecurangan akademik muncul sebagai interaksi berbagai faktor, baik yang bersifat internal (ada di dalam diri pelaku) maupun yang bersifat eksternal (berasal dari lingkungan). Faktor internal mencakup kemalasan, kurangnya kesadaran pekerjaan sesama siswa, kualitas rendah, pengalaman kegagalan sebelumnya dan harapan sukses yang pasti. Faktor eksternal meliputi urutan tempat duduk, ujian

4 yang penting, tingkat kesulitan tes, tes yang tidak adil, penjadwalan dan pengawasan (Purnamasari, 2013). Roig (2006) percaya bahwa alasan utama tindak curang dilakukan karena adanya intervensi terutama dari variabel situasional. Agar dapat mengatasi masalah kecurangan akademik ini, hal yang sebenarnya harus dilakukan adalah mengubah perilaku dan persepsi mahasiswa karena kecurangan akademik yang terbiasa melakukan tindak curang dapat membentuk kepribadian negatif. Kepribadian negatif tersebut antara lain kebergantungan terhadap orang lain, ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri, dan juga ketidakjujuran. Disisi lain akibat dari perilaku kecurangan akademik akan mengakibatkan terbentuknya perilaku atau watak yang tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, tidak kreatif, dan tidak berprestasi. Hasil penelitian yang ditemukan oleh Kurniawan (2011) menyatakan bahwa seluruh responden yakni mahasiswa psikologi Unnes angkatan 2007 hingga 2010 pernah melakukan setidaknya satu macam perilaku kecurangan akademik yang berupa menggunakan materi yang dilarang digunakan saat proses assessment (43%), tindak plagiasi atau pemalsuan (22%), melakukan misrepresentation (13%) dan kolaborasi dengan teman lain saat ujian (10%), sedangkan perilaku absen berkontribusi dalam tugas kelompok dan sabotase dilaporkan sangat jarang terjadi, berdasarkan data penelitian bahwa seluruh responden berada pada kriteria rendah. Buruknya dampak yang ditimbulkan dari tindakan kecurangan akademik memicu berbagai pihak untuk segera mengatasinya, harapan untuk menjadi

5 bangsa yang lebih baik akan terwujud jika sejak dini berbagai tindakan kecurangan yang ada, khususnya di dunia pendidikan harus segera dicegah. Mahasiswa sebagai kunci utama pencegahan kecurangan akademik memegang peranan penting agar kecurangan akademik tindak muncul dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Banyaknya faktor yang berasal dari mahasiswa yang mempengaruhi munculnya tindakan kecurangan akademik harus mampu diatasi oleh mahasiswa baik secara individu maupun secara berkelompok. Beberapa penelitian terdahulu mengenai kecurangan akademik dilakukan oleh Rizki (2009) mengenai hubungan prokrastinasi akademik dan kecurangan akademik pada mahasiswa dengan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan prokrastinasi akademik dengan kecurangan akademik serta ada perbedaan kecurangan akademik ditinjau dari jenis kelamin dan tidak ada perbedaan kecurangan akademik ditinjau dari usia dan IPK. Ungusari (2015) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa bentuk ketidakjujuran akademik yang muncul pada situasi mengerjakan tugas, ulangan, serta ujian yaitu berperilaku curang, mengcopy dari internet, mengcopy pekerjaan teman, meminjam tugas teman, bertanya pada teman, memberi jawaban teman, berbohong, membuat contekan serta memanfaatkan kesempatan. Wibowo, Herlina dan Kristyassari (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perilaku kecurangan akademik berbeda antara pria dan wanita, sedangkan tidak ada perbedaan prokrastinasi akademik ditinjau dari jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa mahasiswa memiliki kecurangan akademis yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswi. Hal ini

6 sejalan dengan pernyataan Hendricks (2004) bahwa mahasiswa lebih banyak melakukan kecurangan akademis daripada mahasiswi, hal ini karena wanita dalam bersosialisasi lebih mematuhi peraturan daripada pria. Wibowo, Herlina, dan Kristyassari (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pria memiliki pengendalian diri (self control) yang rendah sehingga mendorongnya memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akademik, sedangkan wanita memiliki rasa malu yang lebih tinggi sehingga mencegahnya untuk melakukan kecurangan akademik. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan kecurangan akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta berdasarkan gender dan bidang ilmu, hal ini karena kecurangan akademik sudah menjadi cara bertindak umum di kalangan mahasiswa. Ada beberapa perbedaan individual dalam kecurangan akademik. Woolfolk (2009) dalam studinya terhadap remaja dan mahasiswa menemukan bahwa laki-laki lebih banyak yang menyontek daripada perempuan dan siswa-siswa yang berprestasi rendah lebih banyak yang menyontek dari pada mereka yang berprestasi tinggi. Karakteristik individu merupakan variabel yang mempengaruhi kecurangan akademik (Fiqueroa, 2010). Gerdeman (2000) mengemukakan bahwa faktor karakteristik individu yang berpengaruh terhadap kecurangan akademik salah satunya adalah program studi. Wibowo, Herlina dan Kristyassari (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa asal program studi tidak memiliki perbedaan dalam persepsi sikap dan perilaku kecurangan akademik. Hal ini bisa

7 terjadi karena tingkat kecurangan yang dilakukan kedua kelompok tersebut relatif sama. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Perbedaan Kecurangan Akademik ditinjau dari Jenis Kelamin Dan Bidang Ilmu Pada Mahasiswa B. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecurangan akademik berdasarkan jenis kelamin dan bidang ilmu pada mahasiswa. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi gender terhadap perilaku kecurangan akademik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Perguruan Tinggi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang kecurangan akademik sehingga perguruan tinggi dapat mengambil tindakan untuk meminimalisir perilaku kecurangan akademik tersebut, misalnya adalah dengan penggunaan aplikasi bagi mahasiswa yang copy paste dari internet, ataupun dengan tidak memberikan nilai bagi mahasiswa yang hasil tugasnya sama persis dengan mahasiswa lain.

8 b. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar ataupun referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian di bidang yang sama di masa datang.