BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defri (2012:2) (Totong Sudarto, lps.go.id, 2015)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediasi yang mengumpulkan dana

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Landasan hukum

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB IV GAMBARAN UMUM. profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (SIZE), capital adequacy ratio

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Bumd Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan perekonomian. Peranan strategis disebabkan oleh fungsi utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, regulasi pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. perencanan tersebut, bank juga berfungsi sebagai media dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang merupakan bisnis jasa saat ini berada dalam persaingan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting, dimana dalam kehidupan masyarakat sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal ini dikarenakan sektor perbankan merupakan lembaga yang mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus dana) dengan pihakpihak yang memerlukan dana (defisit dana) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran Defri (2012:2). Tidak sedikit juga roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung pada perbankan tersebut disebabkan oleh fungsi dan peranan perbankan. Oleh karena itu, perbankan selalu diikutsertakan dalam menentukan berbagai kebijakan di bidang moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek-efek, dan lain-lainya. Faktor likuiditas yang ketat dan menurunnya prospek bisnis menyebabkan bank cenderung defensif dalam menjalankan bisnisnya. Kombinasi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan likuiditas yang ketat memaksa bank untuk mengurangi penyaluran kreditnya. Resiko kredit juga menjadi rem dalam penyaluran kredit agar kualitas asset produktif tetap terjaga. Fokus bank selama tahun 2015 adalah meningkatkan efisiensi, menjaga kualitas kredit dan mengamankan kondisi likuiditas ketimbang mendorong laju pertumbuhan kredit. Imbas dari sikap bisnis bank yang berubah tersebut tentunya memiliki implikasi pada profitabilitas perbankan yang semakin menurun. Perlambatan pertumbuhan laba terutama terjadi karena penurunan pada Net Interest Margin (NIM) dan peningkatan kredit bermasalah (Non-Performing Loans/NPL), (Totong Sudarto, lps.go.id, 2015). Profitabilitas perbankan dinilai berada dalam tekanan selama periode 2014 sampai 2015 dan diperkirakan berlanjut pada 2016. Salah satu akibatnya, kinerja 1

2 perbankan di kuartal I 2015 melambat dibanding periode sebelumnya. Berdasarkan laporan yang dirilis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada awal Mei 2015, pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) menurun dalam dua bulan periode. Tren pertumbuhan laba perbankan juga masih menurun. Kendati demikian, rasio permodalan masih dalam rentang aman pada kisaran 20,6 persen walaupun potensi kenaikan kredit bermasalah (NPL) masih membayangi di awal 2015. Potensi kredit bermasalah terutama berasal dari turunan sektor pertambangan dan komoditas yang harganya masih melemah. (www.republika.co.id) Likuiditas perbankan pada Februari 2014 juga masih belum memperlihatkan peningkatan, yang ditandai dengan stabilnya rasio kredit terhadap simpanan atau LDR. LDR sedikit menurun dari 95,9 persen pada Januari 2015 menjadi 95,8 persen pada Februari 2015. Ekonom Indonesia Green Investment Corporations (IGICo) Advisory Martin Panggabean mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspektasi kinerja perbankan menurun. Pertama, resiko kredit bermasalah. Penyebab utamanya adalah kondisi ekonomi buruk menyebabkan resiko kredit meningkat. Saat ini, rasio kredit bermasalah (rasio NPL) perbankan berada di level 2,7%. Diperkirakan rasio NPL akan naik menjadi 3% sampai akhir 2015. (Sandy,ekbis sindonews.com) Penurunan profitabilitas perbankan tercermin dari rasio NIM yang terus mengalami squeeze dalam setahun terakhir. Sepanjang kuartal pertama tahun 2015, NIM terus berada di kisaran 4,2%. Angka itu di bawah rata-rata 2011-2013 yang tercatat 6%. Selain itu, di sisi biaya, juga terjadi kenaikan pada biaya kredit yang tercermin dari kenaikan Non Performing Loan (NPL). NPL gross pada kuartal pertama ini naik 33,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Rasio kredit bermasalah pada kuartal pertama ini tercatat 2,40%, naik dibandingkan akhir 2014 yang 2,16%. Sementara rasio coverage (cadangan biaya penghapusan kredit dibagi NPL) juga telah menurun dari 104,85% menjadi 99,40% Dari sisi kategori asset, peningkatan beban bunga tertinggi terjadi pada kelompok bank menengah dengan pertumbuhan sebesar 43,4% y/y bila dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 9,9%. Peningkatan beban

3 bunga yang tinggi ini dikonfirmasi dengan data profil sensitive funding pada bank menengah yang mengalami peningkatan signifikan dibandingkan kelompok bank lainnya. Pada kelompok bank menengah, porsi sensitive funding meningkat dari 30% pada Desember 2013 menjadi 56% pada Desember 2015. Perubahan yang signifikan pada segmen bank menengah menggambarkan intensitas persaingan dalam perebutan dana sangat tinggi. Penurunan perolehan laba perbankan pada tahun 2015 juga tak terlepas dari peningkatan pada beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) segmen kredit atau biaya penghapusan. Biaya penghapusan kredit mengalami peningkatan seiring dengan kualitas kredit yang mengalami pemburukan. Apabila dilihat dari kelompok bank berdasarkan asset, segmen bank kecil (BK) mengalami peningkatan biaya penghapusan yang signifikan dari -20,4% y/y pada 2013 menjadi 45,5% y/y pada akhir 2014. Secara agregat perbankan, biaya penghapusan mengalami peningkatan dari -18% y/y pada tahun 2014 menjadi 29,5% y/y pada tahun 2015 atau naik sebesar Rp 61,7 triliun. Kondisi tersebut berakibat pada berkurangnya jumlah Bank yang listing dan rutin mengeluarkan laporan keuangannya, sebelum tahun 2010 jumlah bank rutin mengeluarkan laporan keuangannya sebanyak 44 bank, akan tetapi seiring dengan kondisi perekonomian maka jumlah bank yang terdaftar dan mengeluarkan laporan keuangannya sampai tahun 2015 sebanyak 20 bank. Dengan demikian kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian terhadap kinerja bank dilakukan melalui analisis terhadap laporan keuangannya. Hanafi dan Halim (2010). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat dilihat dari laporan keuangan bank. Laporan keuangan bank menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Laporan ini juga menunjukan kinerja manajemen bank selama satu periode. Agar informasi keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan dapat bermanfaat untuk mengukur kondisi keuangan maka perlu dilakukan analisis rasio keuangan Kasmir (2013).

4 Penempatan dana yang paling menguntungkan adalah dalam bentuk kredit, namun demikian resiko yang dihadapi oleh bank dalam penempatan dana tersebut juga besar. Kredit menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Disamping itu kredit juga merupakan jenis kegiatan penanaman dana yang sering menjadi penyebab utama suatu bank dalam menghadapi masalah besar. Maka tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola kredit. Pada dasarnya semua bisnis tidak terlepas dari resiko kegagalan. Demikian pula dengan dunia perbankan. Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mengandung resiko yaitu berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau dengan kata lain kredit bermasalah (Non Performing Loan) sehingga akan mempengaruhi kinerja bank. Kredit bermasalah muncul saat nasabah tidak dapat mengembalikan pinjaman yang telah diberikan kepada nasabah tepat pada waktu yang telah disepakati, namun tidak semua kredit bermasalah merupakan kredit macet. Jika ditangani dengan baik, kredit bermasalah pasti bisa diselesaikan. Sedangkan menurut Taswan (2010) mengemukakan Kredit bermasalah atau Non Performing Loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur misalnya akibat kurangnya pengetahuan bisnis yang dibiayai bank, terjadinya miss management, konflik keluarga atau mungkin nasabah debitur sejak awal berniat menipu bank. Bank Indonesia telah menetapkan angka maksimum untuk rasio NPL sebesar 5%, apabila bank mampu menekan rasio NPL dibawah 5% maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar. Banyaknya kredit yang bermasalah dapat mengakibatkan terkikisnya permodalan bank yang dapat dilihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurunnya CAR tentu saja berakibat menurunnya kemampuan bank dalam menyalurkan kredit. CAR yang rendah juga mengakibatkan kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian juga rendah, selain itu CAR yang rendah juga mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank.

5 Pengelolaan dana oleh bank tidak hanya berupa penyaluran kredit, kepada masyarakat akan tetapi bisa juga dilakukan dengan investasi atau penanaman dana kedalam aktiva produktif lainnya, yaitu surat-surat berharga, seperti obligasi, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dalam rangka memperkuat likuiditas bank. Likuiditas adalah tingkat kemampuan bank memenuhi kewajiban keuangan yang harus dibayar. Tingkat likuiditas dapat diukur antara lain dengan rasio keuangan yaitu Loan To Deposit Ratio (LDR) yang merupakan rasio untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Dalam menentukan tingkat kesehatan bank yang pada akhirnya dapat mencerminkan keberlanjutan kinerja keuangan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnyalaba berdasarkan Return On Assets (ROA) karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan assets yang sebagian besar dananya dihimpun dari simpanan masyarakat Dendawijaya (2011). Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset, sehingga dalam penelitian ini digunakan tingkat profitabilitas dengan rasio Return on Asset (ROA). Berikut tabel mengenai perkembangan rasio-rasio keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSN) periode tahun 2010-2014:

6 Grafik 1.1 Perkembangan Rata-Rata Rasio Keuangan Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode Tahun 2010-2014 160 140 120 100 80 60 40 LDR NPL CAR ROA 20 0 BMRI BBRI BBCA BBNI BNGA BDMN Panin BNLI BNII BTN NISP BBKP Mega BJB BTPN B.Ekonomi BNBA Sinarmas Mutiara Mayapada Sumber: Olahan Peneliti 2015 Berdasarkan Grafik 1.1 dapat dilihat bahwa rasio-rasio keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2010 2014 mengalami penurunan dimana semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) diharapkan laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Akan tetapi rasio ROA mengalami penurunan. Kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiganya juga rendah (NPL) walaupun bertujuan untuk menjaga resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur akan tetapi berakibat pada rendahnya ROA. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode 2012 2013 mengalami penurunan sebesar 0,85%, akan tetapi ROA justru mengalami kenaikan sebesar 0,38%. Fakta ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Dendawijaya (2011:120) bahwa jika CAR mengalami peningkatan maka ROA juga akan meningkat dan atau sebaliknya. CAR adalah

7 rasio kecukupan modal, jika rasio ini meningkat maka profitabilitas perbankan meningkat. Non Performing Loan (NPL) Salah satu fungsi dari bank adalah menyalurkan dana pihak ketiga ke dalam kredit. NPL merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Rasio NPL pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2013-2014 mengalami kenaikan sebesar 0,15%, akan tetapi rasio ROA juga mengalami kenaikan sebesar 0,95%. Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Dendawijaya (2011:120) dimana jika kredit bermasalah meningkat maka akan menurunkan profitabilitas yang diterima bank. Salah satu ukuran untuk mengetahui likuiditas bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu seberapa besar dana bank yang disalurkan kepada kreditur. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif). Rasio LDR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode tahun 2011-2012 dan 2013-2014 mengalami kenaikan sebesar 7,54% dan 2,7%, akan tetapi rasio ROA mengalami penurunan sebesar 1,19% dan 0,14%. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dendawijaya (2011:121) dimana jika LDR mengalami kenaikan, maka ROA juga akan mengalami kenaikan dan atau sebaliknya. CAR, NPL, LDR dapat dijadikan ukuran terhadap rasio ROA karena telah memperhitungkan kemampuan manajemen dalam memperoleh profitabilitasnya dan manajerial efisiensi secara menyeluruh dengan total aset yang dimiliki oleh suatu bank. Semakin besar tingkat ROA yang ditunjukkan, maka semakin baik pula kinerja keuangan bank tersebut. Sebelumnya telah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Sukarno dan Syaichu (2006) yang menunjukan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.

8 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Periode 2010-2014 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014? 2. Apakah Non Performing Loan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014? 3. Apakah Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014? 4. Apakah Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014?

9 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka tujuan penelitian masalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. 2. Untuk mengetahui Non Performing Loan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. 3. Untuk mengatahui Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. 4. Untuk mengetahui Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak yang berkepentingan sebagai berikut: a. Penulis Penelitian ini untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan To Deposit Ratio (LDR) dengan tingkat profitabilitas perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014.

10 b. Perbankan Penelitian ini sebagai masukan mengenai dan bagaimana Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan To Deposit Ratio (LDR), dapat mempengaruhi kinerja dan kesehatan bank. c. Pihak lainnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan dasar pengembangan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 1.5 Metodologi Penelitian Bentuk atau jenis penelitian ini dalam pelaksanaannya adalah deskripsiverifikatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menafsirkan hubungan antara variabel dengan cara menginterpretasikan terlebih dahulu kesimpulan yang diperoleh melalui hipotesis Nazir (2008). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif menggambarkan atau melukiskan atas setiap data aktual serta fenomena yang ada. Menurut Cooper and Shindler dalam Sugiyono (2012:10), pengertian metode deskriptif sebagai berikut : A descriptive study tries to discover answer to the question who, what, when, where and sometimes how to describe or define a subject, often by creating a profile of a group of problems, people or event. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta fakta, sifat sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Selanjutnya definisi metode verifikatif menurut Rasyad dalam Sugiyono (2012:6) adalah sebagai berikut : Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis. Tujuan dari penelitian verikatif ini adalah untuk menjawab permasalahan yang ada pada data yang akan diolah dengan menguji hipotesis dari data dan fakta yang ada.

11 Alat analisis yang digunakan menggunakan analisis statistik, yaitu menggunakan analisis korelasi, koefisien determinasi dan regresi,. Dengan metode ini penulis dapat mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel independent terhadap variabel dependent serta besarnya hubungan yang terjadi. Untuk menguji hipotesis secara simultan digunakan dengan cara uji statistik F. Sedangkan untuk menguji hipotesis secara parsial dengan cara uji statistik t dari masing-masing variabel. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan untuk perusahaan perbankan konvensional, dengan mengambil data sekunder berupa laporan keuangan di website Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id dan di Pustaka Loka Universitas Widyatama yang berlokasi di Jl. Cikutra 204 A Bandung. Dalam rangka memperoleh yang diperlukan guna penyusunan skripsi, maka penelitian ini dimulai dari bulan Desember 2015 sampai dengan bulan April 2016.