BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia seutuhnya mampu menciptakan dan mampu memperoleh. kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya berkat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat perkembangan diri pelajar (Abu Bakar, 2010 : 8).

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laju pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. Nasional: Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar. dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling.

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB IV UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI STRES SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. alternatif untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membuat. daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB V PEMBAHASAN. hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Personil yang berhubungan. yang menyandang persyaratan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penerimaan Diri pada Narapidana Remaja Rutan Negara Kelas II B Salatiga,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang berkualitas sebagai makhluk yang paling menakjubkan dan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bimbingan dan konseling oleh siswa di SMA Negeri 1 Telaga Biru Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Mata Padi Presindo, Yogyakarta, 2015, Hlm Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, PT.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Dengan demikian, maka kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya Pemerintah dalam rangka menunjang lajunya

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi. perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Tujuan dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik. Dengan demikian setiap proses pendidikan harus diarahkan pada tercapainya perkembangan pribadi secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk tercapainya pribadi yang berkembang secara optimal, maka hendaknya kegiatan pendidikan bersifat menyeluruh yang bukannya hanya berupa kegiatan yang instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa anak didik memperoleh layanan secara pribadi sehingga dapat berkembang secara optimal. Agar tercapai tujuan tersebut maka pendidikan harus melalui proses pengadministrasian yang baik, kurikulum serta proses belajar menga jar yang memadai, serta memberikan layananlayanan pada anak didik melalui layanan bimbingan dan konseling. Didalam dunia pendidikan sangat banyak hal-hal yang dapat menjadi pendukung agar pendidikan menjadi lebih sempurna dalam artian dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Sekarang hampir di setiap sekolah sudah memiliki pelayanan bimbingan dan konseling sekolah yang lebih sering disebut dengan bimbingan konseling sekolah atau yang lebih dikenal dengan sebutan BK. Bimbingan dan konseling sekolah mempunyai 1

2 peran yang sangat besar di sekolah. Dengan adanya bimbingan dan konseling sekolah maka sekolah dapat mengoptimalkan kemampuan anak didiknya. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang berjenjang dan berkesinambungan, yang tidak hanya sekedar menstransfer ilmu pengetahuan sebagai usaha untuk mengembangkan kecerdasan rasional atau kognitif saja. Tetapi juga diarahkan pada pengembangan kecerdasan emosional. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. 1 Hasil akhir dari perjalanan panjang proses belajar mengajar tersebut adalah terwujudnya siswa yang unggul dalam bidang akademik, maupun kehidupan lainnya, yaitu siswa yang berkepribadian yang baik, bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun masyarakat, sehingga sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan bewawasan masa depan mempunyai peran yang sangat penting dan ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan keseluruhan aspek kepribadian siswa baik ditinjau dari segi kognitif, afektif maupun konatif atau performance. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah aturan sekolah 63 1 Syah, Muhibbin.. Psikologi Belajar.. Jakarta: PT. RajaGrafindo persada. 2003. Hal:

3 yang disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah didalam menuju keberhasilan proses belajar mengajar, membentuk karakteristik siswa agar disiplin dan bertanggung jawab. Tata tertib sekolah dapat berjalan dengan baik apabila sikap disiplin terhadap tata tertib atau peraturan sekolah, berperan sebagai faktor eksternal siswa, dan sebagai dasar berperilaku. Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan sekolah. Disiplin sekolah dianggap sebagai sarana agar proses belajar dapat efektif. Karena tujuan disiplin di sekolah adalah efektifitas proses belajar. Guru BK seharusnya mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada siswa di sekolah, karena guru BK mempunyai tanggung jawab pada siswa dilingkungan sekolah, baik yang mengarah pada hal positif misalnya memberikan motivasi atau semangat belajar belajar kepada siswa yang memiliki nilai kurang dalam hal pelajaran, ataupun yang negatif, misalnya meluruskan atau memperbaiki sikap dan perilaku siswa yang dianggap melanggar peraturan sekolah antara lain sikap suka membolos, suka terlambat masuk sekolah, suka membantah perintah guru, merokok dilingkungan sekolah, melalaikan tugas. Melihat besarnya peran bidang bimbingan dan konseling yang diharapkan, mampu menangani permasalahan siswa di sekolah antara individu satu dengan individu lain yang memiliki permasalahan yang berbeda -beda serta mempunyai keunikan baik dalam tingkah laku, sikap maupun kepribadiannya. pembimbing sekaligus konselor

4 juga harus mampu berperan sebagai seorang teman bagi siswa pada suatu situasi, serta mampu berperan sebagai pendengar atau motivator pada situasi lain disamping peran-peran lain yang harus dilakukan. Proses belajar mengajar adalah suatu bentuk interaksi aktif antara guru dan siswa. Kegiatan interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan transfer of values tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya suatu proses komunikasi. Agar tercipta komunikasi antara guru dan siswa maka di setiap sekolah diadakan suatu layanan dan bimbingan sekolah. Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah dan profesional yang diberikan oleh pembimbing kepada yang dibimbing (peserta didik) agar ia dapat berkembang secara optimal, yaitu mampu memahami diri, dan mengaktualisasikan diri, sesuai tahap perkembangan, sifat-sifat, potensi yang dimiliki, dan latar belakang kehidupan serta lingkungannya sehingga bisa tercapai kebahagiaan dalam kehidupannya. Guru BK sebagai lembaga yang paling bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan yang membebani siswa, terutama siswa SMA yang sedang dalam masa peralihan atau yang sering disebut dengan masa remaja. Masa seseorang ingin diakui dan mencari jati diri. Masa usia SMA ialah masa di mana pengambilan keputusan meningkat. Siswa SMA harus mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan, teman-teman mana yang akan dipilih, dimana akan kuliah, program studi apa yang akan dipilih, dan

5 seterusnya. Dibandingkan dengan anak-anak, remaja yang lebih muda cenderung menghasilkan pilihan-pilihan, menguji situasi dari berbagai perspektif, mengantisipasi akibat dari keputusan-keputusan dan mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber. 2 Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Dalam kaitan itu, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuantujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling di sekolah dalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka, yang meliputi keempat dimensi kemanusiaannya dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya. 3 Fenomena yang sering kali dijumpai dalam kenyataan sehari-hari di sekolah kenyataan adanya kecendrungan siswa SMA atau remaja yang merasa lebih nyaman dan lebih suka dalam membicarakan masalah yang dihadapi, baik itu permasalahan sekolah maupun permasalahan pribadi 2 http://carolinelisa.co.cc/index.php?option=com_content&view=article&id=56:karakteristik-sisw a-sekolahmenengah-atas -sma-&catid=42:psikologi-perkembangan&itemid=57. Selasa, 30 Maret 2010 3 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: PT Rinekaa Cipta. Hal: 29

6 mereka lebih percaya untuk menceritakannya pada teman sebaya dari pada menceritakannya pada guru BK. Tetapi ada juga sebagian dari mereka yang lebih senang menceritakan masalah, meminta pendapat atau pertimbangan pada guru BK dalam memecahkan atau mengambil keputusan dalam permasalahan mereka. Mereka yang datang langsung pada guru BK tanpa ada pemanggilan adalah siswa yang merasa nyaman, merasa dekat dengan guru BK, mereka yang mengetahui dan menyadari seberapa pentingnya peranan guru BK dalam proses pertumbuhan dan perkembangan kehidupan mereka. Mereka yang menyadari pentingnya peranan guru BK akan sangat terbantu dalam permasalahan mereka baik permasalahan pribadi maupun permasalahan sekolah yang mereka hadapi. Karena peranan guru BK itu sendiri hanya bukan dalam masalah akademik siswa saja, melainkan juga masalah kepribadian sisw a. Tampaknya guru-guru dan kepala sekolah masih kaku sikapnya terhadap bimbingan dan konseling di sekolah. Banyak diantara mereka yang beranggapan bahwa bimbingan dan knseling adalah mengurus para siswa yang melanggar perauturan. Guru pembimbing dianggap sebagai polisi sekolah. Dampaknya adalah guru pembimbing seperti dijauhi siswa. Guruguru dan kepala sekolah kurang memberikan dorongan dan apresiasi terhadap lembaga bimbingan dan konseling di sekolah. Akibatnya bimbingan dan konseling kurang efektif dalam menanggulangi masalah-masalah siswa, dan dianggap sepi perannya di sekolah. Jika ada masalah-masalah psikologis

7 siswa, para guru dan orang tua sering lebih memperhitungkan psikolog ketimbang konselor sekolah. 4 Keberadaan guru BK di sekolah sering kali hanya dijadikan simbol otoritas. Gur u BK lebih cendrung dianggap sebagai pemberi hukuman akan kesalahan yang dilakukan oleh para siswa. Setiap siswa yang diaanggap bermasalah pasti diserahkan pada guru BK untuk penanganannya. Sehingga terkesan bahwa siswa yang datang pada guru BK adalah siswa yang bermasalah dalam arti melakukan kesalahan atau pelanggaran. Adanya pendapat bahwa siswa yang menghadap guru BK adalah siswa yang bermasalah dan cendrung diaanggap negatif, dan menimbulkan rasa malu pada siswa untuk datang berkonsultasi Sehingga siswa enggan untuk datang berkonsultasi pada guru BK. Anggapan atau kesalahpahaman lain yang terjadi di kalangan para siswa adalah anggapan bahwa guru BK adalah bahwa figur guru BK kurang dapat dipercaya. Guru BK hanya akan memberikan sanksi, hukuman, memarahi siswa. Tanpa mereka sadari betapa pentingnya keberadaan guru BK bagi perkembangan pendidikan dan perkembangan kepribadian mereka, sehingga siswa merasa takut untuk datang berkonsultasi. Bandung. Hal: 7 4 Willis, Sofyan S. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek Bandung: Alfabeta

8 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap guru BK dengan minat siswa untuk berkonsultasi? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap guru BK dengan minat siswa untuk berkonsultasi. D. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam rangka pengembangan disiplin ilmu psikologi khususnya dalam bidang pendidikan serta dapat menambah informasi di bidang psikologi, sekaligus telaah bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi subyek Agar subyek mengetahui tentang hubungan persepsi terhadap guru BK dengan minat siswa untuk berkonsultasi

9 b. Bagi lembaga pendidikan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat lembaga pendidikan yang berhubungan dengan pengajar yang memberikan pengetahuannya kepada anak didik agar anak didik mempunyai minat yang tinggi untuk berkonsultasi pada guru BK. c. Bagi peneliti Dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui sejauh mana hubungan persepsi terhadap guru BK dengan min at untuk berkonsultasi pada siswa. E. Sistematika Pembahasan Sesuai dengan masalah penelitian, inti dari skripsi ini dalah persepsi terhadap guru BK dengan minat untuk berkonsultasi pada siswa, dengan sistematika pembahasan sebagai berikut Bab 1 : Pendahuluan sebagai pengantar dan pengarahan pembahasan, agar tidak menyimpang secara garis besar berisi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II : Landasan teori yang terdiri dari persepsi terhadap guru BK, minat untuk berkonsultasi pada siswa, hubungan antara persepsi terhadap guru BK dengan minat untuk berkonsultasi pada siswa, kerangka teori, penelitian terdahulu dan hipotesis.

10 Bab III : Metode penilitian yang terdiri dari, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, metode pangumpulan data, uji validitas dan uji reliabilitas, populasi dan sampel, dan metode analisis data. Bab IV : Penyajian data dan analis is data yang terdiri dari, hasil penelitian, pelaksanaan penelitian, pangujian hipotesis dan pembahasan. Bab V : Penutup yang manguraikan mengenai kesimpulan dan berisi saran yang konstruktif bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah ini.