BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan jenis kopi Robusta pada masa awal abad XX menjurus ke arah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DATA DAN ANALISA. diambil dari berbagai sumber, diantaranya : 1. Wawancara dengan pemilik Kopi cap Pohon dan karyawan.

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian oleh Pamasu dkk, (2013) dengan judul Analisis Produksi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN UPAH BURUH

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kopi Arabika Tanaman kopi diduga berasal dari Benua Afrika, tepatnya dari negara Ethopia.Penyebaran tanamana kopi di Indonesia, khususnya pulau Jawa terjadi pada tahun 1700-an. Awalnya seorang berkebangsaan Belanda membawa tanaman kopi jenis Arabica ke Botanic Garden di Amsterdam, Belanda.Saat zaman penjajahan Belanda di Indonesia, berbagai percobaan penanaman kopi jenis arabika dilakukan di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.Percobaan pertama di lakukan di daerah Pondok Kopi, Jakarta. Setelah tumbuh dengan baik di sana, tanaman kopi diaplikasikan di Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Banten, dan Priangan Timur) dengan sistem tanam paksa. Setelah menyebar ke Pulau Jawa, tanaman kopi disebar ke beberapa provinsi di Pulau Sumatera dan Sulawesi (Panggabean,2011). Karena hasilnya memuskan dan dipandang cukup menguntungkan sebagai komoditas perdagangan maka VOC menyebarkan bibit kopi ke berbagai daerah agar penduduk dapat menanamnya.perkembangan kopi di Indonesia pernah mendapat goncangan.pada tahun 1876 terjadi ledakan penyakit berbahaya Hemelia vastatrix (HV) yang menyerang daun.kemudian, VOC mendatangkan kopi liberika dan robusta yang diharpkan lebih tahan terhadap penyakit HV (Najiyati.dkk,2004).

Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70%. Jenis robusta yang mutunya berada di bawah arabika, mengambil bagian 24% produksi dunia, sedangkanlibericadan excels masing-masing 3%. Arabika dianggap lebihbaik daripada robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafein lebih rendah.maka arabika lebih mahal daripada robusta (Spillane,1990). Kopi arabika berasal dari Etiopia dan Abessinia.Kopi ini merupakan jenis pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling banyak diusahakan hingga akhir abad ke-19.setelah abad ke-19, dominasi kopi arabika menurun karena kopi ini sangat peka terhadap penyakit HV, terutama di dataran rendah. Beberapa varietas kopi arabika dan banyak diusahakan di Indonesia antara lain Abesinia, Marago type, dan Congensis. Masing-masing varietas mempunyai sifat agak berbeda dengan lainnya (Najiyati.dkk,2004). Kopi jenis arabika sangat baik di tanam di daerah yang berketinggian 1.000-2.100 meter diatas permukaan laut (dpl). Semakin tinggi luas perkebunan kopi, cita rasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Karena itu, perkebunan kopi arabika hanya terdapat di beberapa daerah tertentu (di daerah yang memiliki ketinggian di atas 1.000 meter) (Panggabean,2011). Berikut karakteristik biji kopi arabika secara umum: 1. Rendemannya lebih kecil dari jenis kopi lainnya (18-20%). 2. Bentuknya agak memanjang. 3. Bidang cembungnya tidak terlalu tinggi. 4. Lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya.

5. Ujung biji lebih mengkilap, tetapi jika dikeringkan berlebihan akan terlihat retak atau pecah. 6. Celah tengah (center cut) di bagian datar (perut) tidak lurus memanjang ke bawah, tetapi berlekuk. 7. Untuk biji yang sudah dipanggang (roasting), celah tengah terlihat putih. 8. Untuk biji yang sudah diolah, kulit ari kadang-kadang masih menempel di celah biji atau parit biji. 2.1.2 Harga Kopi Terminal New York Informasi harga kopi internasional banyak dipakai oleh para pebisnis kopi di seluruh dunia, namun pada perkembangannya para pedagang lokal, pedagang kecil bahkan para petani kopi seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini bisa dengan mudah mengetahui perkembangan harga kopi ini. Istilah harga terminal New York mungkin saat ini tidak asing lagi terdengar di masyarakat di daerah penghasil utama kopi arabika. Sebenarnya Harga Terminal ini adalah harga yang tertera di Terminal New York yang mendasar pada standar mutu kopi Arabika Brazilian natural dan barang diterima di pelabuhan di Amerika Serikat. Salah satu sumber informasi harga terminal bisa di lihat situs Bloomberg. Dalam website ini terdapat beraneka ragam harga pasaran internasional, salah satunya harga kopi arabika. Dalam perdagangan kopi Arabika banyak mengacu pada harga di pasar terminal yang diselenggarakan oleh New York. Kontrak perdagangan kopi menurut NBYOT disebut dengan kontrak C. Harga kopi Arabika di Terminal New York seringkali disebut dengan istilah NY C (Anonimous a, 2013).

Harga kopi Arabika di Terminal New York dinyatakan dalam sen US$/lbs, perlu dijelaskan disini bahwa 1 US$ = 100 sen dan 1 lbs(pound) = 0,4540 kg. Untuk mengkonversi ke satuan harga kita, langkahnya sebagai berikut, misal : Harga yang terlihat pada tabel adalah : 138.00. Angka yang muncul itu dalam satuan sen/lbs. Untuk mengkonversi ke satuan kita, selanjutnya adalah : Harga Terminal (US$) x 2,2046 x rate dolar ke rupiah Jadi tinggal kalkulasikan : 1,3800 x 2,2046 x 9.500 = Rp. 28.902/kg 2..2 Landasan Teori Fluktuasi Harga Beberapa tahun terakhir ini komoditi kopi menjadi bahan pembicaraan di tingkat nasional akibat fluktuasi harga yang cukup tajam, ketidak pastian produksi, mutu produksi dan kurang baiknya pengelolaan paska panen, disamping itu terjadi pergeseran lahan dari komoditi usahatani kopi ke usahatani perkebunan lainya seperti lada, kakau, cengkeh, panili dan lain sebagainya yang dilihat dari sisi harga komoditi tersebut cukup stabil sepanjang tahun bahkan terjadi kenaikan.secara makro menurut Suyamto et al., (2004), gejolak harga kopi di pasar internasional dikendalikan oleh dinamika produksi kopi di Brasilia, Kolombia, Vietnam, Indonesia dan India. Secara empiris selama kurun waktu dua dasawarsa terakhir, peningkatan jumlah pasokan kopi dunia sejak tahun 1997 disebabkan oleh booming produksi kopi di Vietnam dan panen raya di Brasilia, sementara pasokan dari tiga Negara lima besar lainnya tetap berjalan, meskipun dalam jumlah yang hampir tidak berubah. Tetapi peningkatan jumlah pasokan tersebut tidak selaras

dengan peningkatan jumlah permintaan yang relatif stabil (Perfecto danarmbrecht, 2003), yang akhirnya membuat harga kopi di pasar internasional anjlok sampai ketitik terendah dan berimplikasi terhadap harga kopi di Indonesia (Munajat,2010). Berdasarkan informasi yang tersedia dari ICO, total produksi untuk tahun tanaman 2013/2014 adalah sementara diperkirakan sekitar 145.800.000 bag, mewakili sedikit peningkatan dari tahun 2012/2013 yang berjumlah 145.100.000 bag. Akhirnya, total ekspor di tahun kalender 2013 sebesar 108.900.000 bag, tertekan 1,8% dibandingkan kalender 2012.Merujuk data produsen kopi arabika dunia yang dilansir ICO, disebutkan bahwa sepanjang 2013 harga kopi anjlok 23%.Penurunan ini disebabkan oleh lonjakan panen di Brasil yang terjadi di tengah peningkatan pasokan dari Kolumbia. Harga kopi arabika pada transaksi Senin (13/1) untuk pengiriman Maret 2015, melonjak 4% ke level US$ 1,21 per pound di ICE Futures, New York. Sebelumnya arabika sempat menembus level harga tertinggi sejak 20 Agustus. Sementara itu sejak akhir tahun lalu arabika membukukan kenaikan 9,3% dan menjadi lonjakan harga terbesar sejak September 2012 (Bappebti,2014). Teori Pendapatan Usahatani Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usaha tani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal yang dipinjamkan yang diinvestasikan ke dalam usaha tani. Oleh karena itu pendapatan bersih usaha tani

merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usaha tani. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tnggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya produksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah dan mengatur skala produksi yang efesien. Pendapatan bersih diperoleh dengan mengurangi keseluruhan penerimaan dengan total biaya, dengan rumus : Pd = TR TC Dimana : Pd = Pendapatan bersih usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya (Soekartawi, dkk.1984). Pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi.harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1990).

Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total.pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani.pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek. Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).

Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989). Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani: Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata, Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman, Pilihan dan kombinasi, Intensitas perusahaan pertanaman, Efisiensi tenaga kerja. Sebagian faktor produksi tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima (Daniel, 2002). Modal dapat dibagi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh modal tetap adalah mesin, pabrik, gedung dan lain-lain. Modal bergerak adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan untuk sekali pakai,

misalnya pupuk, pestisida dan lain-lain. Biaya modal yang bergerak diperhitungkan dengan harga biaya riil, sedangkan biaya modal tetap diperhitungkan dengan nilai penyusutan (Daniel, 2002). Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut: 1) Biaya uang dan biaya in natura Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah kerja untuk biaya penggarapan tanah, biaya untuk pembelian pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak-pajak dibayarkan dalam bentuk natura. 2) Biaya tetap dan biaya variabel Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya. 3) Biaya rata-rata dan biaya marginal Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani/pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2002).

2.3 Kerangka Pemikiran Kopi saat ini berpedoman pada pasar Amerika Serikat disebut dengan terminal New York. Gejolak harga kopi di pasar internasional dikendalikan oleh dinamika produksi kopi di Brasilia, Kolombia, Vietnam, Indonesia dan India.Kondisi harga kopi yang ditentukan terminal New York memberikan dampak kepada pendapatan petani kopi di Indonesia. Dari hasil perhitungan pendapatan bersih usahatani kopi yang dihubungkan dengan harga Terminal New York dapat dianalisis ada atau tidaknya hubungan antara harga di tingkat petani dan pendapatan petani dengan harga Terminal New York. Secara singkat kerangka pemikiran tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

PETANI Lahan USAHATANI KOPI Bibit Pupuk PRODUKSI BIAYA PRODUKSI Pestisda Tenaga Kerja PENERIMAAN PENDAPATAN USAHATANI HARGA TERMINAL HARGA DI TINGKAT PETANI Keterangan: = Hubungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Pemikiran Sesuai dengan landasan teori yang sudah dijelaskan, maka hipotesis penelitian yang akan diuji disusun sebagai berikut: 1. Pendapatan bersih usahatani Kopi Arabika di daerah penelitian rendah.

2. Diduga fluktuasi harga kopi di terminal New York memberikan hubungan terhadap harga di petani dan pendapatan petani kopi di Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.