BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap seks pranikah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Masa ini juga sering disebut masa peralihan atau masa pencarian jati diri seseorang. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12-13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun (Papalia dan Olds, 2001). Sedangkan menurut Rumini dan Sundari (2004) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untu memasuki masa dewasa. Pada masa ini, remaja mulai akan berhadapan dengan masalah dunia yang mungkin dulu belum mereka hadapi sebelumnya di masa anak-anak. Cinta, persahabatan, konflik, persaingan, dan sebagainya, akan satu persatu menjadi bagian dari masa remaja sebelum akhirnya remaja mengenal dunia dalam menginjak usia dewasa. Remaja memang rentan terhadap hal-hal baru. Remaja kadang tak bisa untuk membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Alasan utamanya, karena remaja masih dalam masa pencarian jati diri, sehingga apa yang remaja anggap nyaman dan Remaja enjoy dengan hal tersebut, maka remaja juga akan menjalaninya saja. Tak sedikit remaja yang justru menjalani hal yang tidak semestinya (penyimpangan), seperti misalnya seks bebas. Hal seperti inilah yang mestinya para remaja hindari pada masa pencarian jati diri mereka. Jika seorang 1

remaja sudah terjebak dalam dunia yang busuk (merusak) maka akan sulit bagi remaja untuk keluar dari itu dan akan menimbulkan pembawaan hingga dewasa nanti. Salah satu hal yang menyimpang yang kerap terjadi yaitu perilaku seks. Beberapa faktor yang mendorong anak remaja usia sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan seks di luar nikah diantaranya adalah pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan faktor keluarga yang mendukung ke arah perilaku tersebut serta pengaruh dari media masa (Shanti Widyarini Sari, 2012). Aminudin (dalam Fathiyah, 2009) masa remaja menjadi masa transisi individu dari makhluk aseksual menjadi seksual. Kematangan hormonal serta menguatnya karakteristik seksual primer dan sekunder diikuti pula perkembangan emosionalnya. Selama masa peralihan ini diikuti perkembangan secara biologis dari masa anak-anak menuju dewasa dini. Pada masa transisi seperti ini menjadi rawan terhadap meningkatnya aktifitas seksual aktif maupun pasif. Pada masa ini impuls-impuls dorongan seksual (sex drive) mengalami peningkatan dan pada saat tersebut rasa ketertarikan remaja untuk merasakan kenikmatan seksual meningkat. Wahyudi (dalam ribecca, 2011) Perilaku seksual sendiri dipahami sebagai bentuk perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Namun pemahaman pengertian mengenai perilaku seksual yang selama ini yang berkembang di masyarakat hanya berkutat seputar penetrasi dan ejakulasi. Dalam kondisi tertentu remaja cenderung memiliki dorongan seks yang kuat. Namun 2

kompensasi dari dorongan rasa ini terhadap lawan jenis, remaja kurang memiliki kontrol diri yang baik dan terlebih disalurkan melalui kanalisasi yang tidak tepat. Perilaku seksual semacam ini rawan terhadap timbulnya masalah-masalah baru bagi remaja. Banyak ditemukan remaja melakukakan penyaluran dorongan yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi norma masyarakat setempat ataupun diwujudkan melalui ekspresi seksual yang kurang sehat. Dorongan ini rawan terhadap munculnya pelecehan seksual. Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia/SKRRI (2007), menemukan perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia. Kementerian Kesehatan/ Kemenkes (2009) pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya. Hasilnya menunjukkan sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan sebanyak 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual pranikah. Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menemukan bahwa beberapa wilayah di Jawa para remaja melakukan hubungan seks pranikah (okezone.com, 2010), data dapat dilihat pada tabel berikut : Daerah prosentase Jabodetabek 51% Surabaya 54 % Medan 52% Bandung 47% Yogyakarta 37% 3

Perilaku seksual yang dilakukan remaja dapat berakibat pada munculnya rasa berasalah, depresi dan takut karena telah melanggar norma agama dan norma masyarakat yang tidak membenarkan adanya perilaku seksual. Akibat tersebut sangat kontras dengan harapan yang ada dalam masyarakat terhadap para remaja. Adapun harapan tersebut menurut Schubotz (dalam khafri, 2013) adalah pada usia remaja, individu masih terlibat penuh dalam proses pendidikan (baik sekolah, kuliah atau pendidikan tinggi lainnya), remaja juga masih memiliki kesempatan untuk aktif dalam berbagai macam kegiatan ilmiah, olah raga dan lainnya, yang pada akhirnya akan berguna bagi masa depan remaja. Harapan lainnya adalah remaja harus mampu untuk berpikir lebih kritis dan rasional, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain agar dapat membedakan baik dan buruk suatu perbuatan (Sulaeman, 1995). Harga diri adalah variabel psikologis yang memegang peranan penting dalam perkembangan sikap dan perilaku remaja. Menurut Santrock (2003), remaja masih dalam situasi peralihan dan krisis dalam menemukan identitas dirinya sehingga perasaan berharga dan bernilai sangatlah dibutuhkan oleh remaja. Coopersmith (1978) mengungkapkan bahwa harga diri mengarah pada evaluasi diri yang dibuat individu yang menyatakan suatu sifat menerima atau menolak dari sejumlah penerimaan, penghargaan dan perhatian yang diterima oleh individu dari lingkungannya. Harga diri secara signifikan berhubungan dengan kepuasan pribadi (personal satisfaction) dan pemfungsian diri yang efektif (Dwiyulia, 2011). Menurut Marieta (2000) seseorang dengan harga diri rendah kurang mampu 4

menahan tekanan untuk conform dan kurang mampu mempersepsi stimulus yang mengancam. Sementara itu, seseorang dengan harga diri tinggi mampu mempertahankan image dari kemampuan dan keunikannya sebagai seorang individu. Remaja yang memiliki Self-esteem tinggi cenderung dapat memfilter dirinya dari pengaruh ngatif yang datang dari dalam dirinya (Fathiyah, 2009). Beberapa penelitian menggunakan variabel harga diri untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan harga diri terhadap perilaku seksual. Dalam penelitian Ribeca (2011) tentang Hubungan Self-esteem dengan perilaku seksual remaja di SMA N 3 Salatiga, dengan hasil sig = 0,334 (p>0,05), yang berarti tidak ada hubungan antara Self-esteem dengan perilaku seksual. Namun ada penelitian lain yang bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Ribeca, dari hasil penelitian yang dilakukan Ummu (2010), dengan hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara tingkat harga diri dengan tingkat perilaku seksual remaja. Hasil perhitungan juga menunjukkan r = - 0,589, p = 0,00, p < 0,05. Taraf signifikan p lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis kerja diterima. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara tingkat harga diri dengan tingkat perilaku seksual remaja. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat harga diri maka akan semakin rendah kecenderungan tingkat perilaku seksual remaja. Dari pengematan yang dilakukan penulis terhadap siswa SMK N 1 Salatiga, kebanyakan siswa perempuan yang dijemput oleh pacarnya berboncengan dengan memeluk pacarnya dari belakang, selain itu juga didepan kantin luar sekolah ada beberapa siswa yang berpangkuan dengan pacarnya. 5

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK di SMK N 1 Salatiga. Mengungkapkan bahwa permasalahan siswa masing-masing kelas dan jurusan beragam dan berbeda. Tetapi untuk kelas XI Tata Boga yang pernah didapati mengenai perilaku seksual, pernah ada seperti seorang siswa putri yang sering membolos dan ternyata dia membolos dengan pacarnya yang masih sekolah disalah satu SMA swasta, selain itu salah seorang guru pernah menyita hp salah seorang siswa saat pelajaran karena sedang sms, dan isi sms tersebut menjurus keperilaku seksual seperti mencium melalui sms. Dari keterangan yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan dengan guru BK SMK N 1 Salatiga dan dari perbedaan hasil penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Harga Diri dengan Perilaku Heteroseksual terhadap Remaja yang akan dilaksanakan di kelas X dan XI Jurusan Tata Boga SMK Negeri 1 Salatiga. 1.2 Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan yang signifikan antara Harga Diri dengan Perilaku Heteroseksual Siswa kelas X dan XI Jurusan Tata Boga SMK Negeri 1 Salatiga. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini antara lain yaitu : Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara Harga Diri dengan Perilaku Hetroseksual Siswa kelas X dan XI Jurusan Tata Boga SMK Negeri 1 Salatiga. 6

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis: Bila ditemukan dalam penelitian ini ada hubungan signifikan antara harga diri dan perilaku heteroseksual maka hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian Ummu (2010). Sedangkan bila hasilnya tidak berhubungan signifikan antara harga diri dan perilaku heteroseksual maka hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ribeca (2011). 1.4.2 Manfaat Praktis: Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi sekolah terutama guru BK dan UKS (Unit Kesehatan Sekolah), mengenai gambaran persepsi siswanya terhadap perilaku seksual, sehingga pihak institusi dapat menyusun langkah-langkah selanjutnya untuk dapat mengembangkan dan megarahkan persepsi siswa-siswinya terhadap perkembangan perilaku seksual kearah yang lebih baik. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan pembaca memahami isi skripsi ini, maka dalam penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika dan garis besar isinya yang disajikan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Landasan teori, berisi tentang perilaku hetero seksual remaja yang terdiri dari pengertian hetero seksual, factor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, bentuk-bentuk 7

perilaku seksual, tahap-tahap dalam perilaku seksual, pengertian remaja, perkembangan sesksual remaja, tugas perkembangan remaja, harga diri yang terdiri dari pengertian harga diri, factor-faktor yang mempengaruhi harga diri, aspek-aspek dalam harga diri, hasil-hasil penelitian yang berhubungan, hipotesis. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, vaiabel penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, Uji validitas dan reliabilitas, tehnik analisis data. Bab IV Analisis dan Pembahasan, dipaparkan deskripsi subjek penelitian, pengumpulan data, analisis deskriptif, analisis korelasi, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran. 8