UKURAN DAN BENTUK ITIK PEKIN (Anas Platyrhynchos), ENTOK IMPOR DAN ENTOK LOKAL (Cairina moschata) BRAM BRAHMANTIYO 1, RINI H. MULYONO 2 dan ADE SUTISNA 2 1 Balai Penelitian Ternak, Jl. Veteran III P.O. Box 221, Bogor 16002 2 Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Rasamala, Darmaga, Bogor, 16680 ABSTRAK Entok (Cairina moschata) dan itik Pekin (Anas platyrynchos) potensial untuk dikembangkan sebagai unggas air penghasil daging. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan ciri-ciri dan karakteristik khusus berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh itik Pekin, entok impor dan entok lokal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dasar bagi pengembangan itik Pekin, entok impor dan entok lokal. Penelitian ini dilakukan di Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor dan Desa Selajambe Cianjur. Tujuh variabel yang diukur yaitu terdiri atas panjang femur, tibia, tarsometatarsus, keliling tarsometatarsus, panjang jari ketiga, sayap dan maxilla. Analisis komponen utama (AKU) digunakan untuk mendiskriminasikan ukuran-ukuran tubuh. Pada penelitian ini panjang sayap merupakan variabel yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap ukuran tubuh itik Pekin, entok impor dan entok lokal. Vektor Eigen pada persamaan ukuran untuk panjang sayap pada masing-masing ternak yaitu 0,897; 0,855 dan 0,880 untuk itik Pekin, entok impor dan entok lokal secara berturut-turut. Variabel yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap bentuk tubuh itik Pekin yaitu panjang femur, tibia dan sayap, bentuk entok lokal yaitu panjang tibia, keliling tarsometatarsus dan panjang sayap, sedangkan untuk entok impor yaitu panjang femur, keliling tarsometatarsus, panjang jari ketiga dan sayap. Vektor Eigen untuk panjang femur, tibia dan sayap pada itik Pekin yaitu 0,448; 0,558 dan 0,427. Vektor Eigen untuk panjang tibia, keliling tarsometatarsus dan panjang sayap pada entok lokal yaitu sebesar 0,585; 0,442 dan 0,446; sedangkan panjang femur, keliling tarsometatarsus, panjang jari ketiga dan sayap pada entok impor yaitu -0,403; -0,444; -0,469 dan 0,493. Persamaan AKU yang memberikan informasi yang lebih jelas yaitu persamaan untuk kelompok masing-masing spesies. Persamaan ukuran (Y 1 ) dan bentuk (Y 2 ) pada itik Pekin yaitu: Y 1 = 0,176X 1 + 0,261X 2 + 0,193X 3 + 0,161X 4 + 0,151X 5 + 0,897X 6 + 0,104X 7 dan Y 2 = 0,448X 1 + 0,558X 2 + 0,291X 3 + 0,116 X 4 + 0,377X 5 0,427X 6 + 0,255X 7. Persamaan ukuran (Y 1 ) dan bentuk (Y 2 ) pada entok impor yaitu: Y 1 = 0,212X 1 + 0,267X 2 + 0,206X 3 + 0,257X 4 + 0,189X 5 + 0,855X 6 + 0,094X 7 dan Y 2 = 0,403X 1 0,235X 2 0,350X 3 0,444 X 4 0,469X 5 + 0,493X 6 + 0,010X 7. Persamaan ukuran (Y 1 ) dan bentuk (Y 2 ) pada entok lokal yaitu: Y 1 = 0,173X 1 + 0,311X 2 + 0,161X 3 + 0,168X 4 + 0,191X 5 + 0,880X 6 + 0,090X 7 dan Y 2 = 0,226X 1 + 0,585X 2 + 0,372X 3 + 0,213X 4 + 0,442X 5 0,466X 6 + 0,103X 7. Kata kunci: Itik Pekin, entok impor, entok lokal, AKU, bentuk, ukuran PENDAHULUAN Entok (Cairina moschata) dan itik Pekin (Anas platyrhynchos) merupakan salah satu unggas air penghasil daging yang potensial untuk dikembangkan. Entok (Cairina moschata) dan itik Pekin (Anas platyrhynchos) merupakan unggas air yang sepatutnya mendapatkan perhatian yang mendalam karena entok dan itik adalah ternak yang tahan terhadap lingkungan dan jenis pakan yang kurang baik. Entok sudah didomestikasi sejak lama di Indonesia sehingga penyebarannya hampir di seluruh kawasan Indonesia. Entok dan itik Pekin berpotensi sebagai ternak alternatif pengganti ayam broiler. Kualitas daging entok dan itik berbeda dengan daging ayam broiler karena dagingnya sedikit berbau amis, tetapi hal tersebut dapat dihilangkan dengan pengolahan yang benar. Di Indonesia terdapat berbagai jenis entok dan itik baik yang lokal maupun impor. Jenis unggas air tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap pengembangan potensi ternak entok. Berdasarkan alasan tersebut, maka diperlukan suatu penelitian yang lebih mendalam tentang ciri-ciri dan karakteristik tubuh unggas air tersebut. Pada penelitian ini pengamatan karakteristik morfometrik tubuh dilakukan pada itik Pekin, entok impor dan entok lokal. Pendiskriminasian unggas dalam hal ini, ayam telah dilakukan oleh NISHIDA et al. (1982a) berdasarkan pengukuran panjang femur, tibia, tarsometatarsus, keliling 266
tarsometatarsus, panjang jari ketiga, sayap, dan maxilla. Dijelaskan lebih lanjut bahwa data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan Principle Component Analysis yang menurut GASPERSZ (1992) diterjemahkan sebagai Analisis Komponen Utama (AKU). EVERITT dan DUNN (1998) menyatakan bahwa AKU dapat digunakan untuk penelitian terhadap keragaman ukuran-ukuran tubuh hewan. EVERITT dan DUNN (1998) dan EHRENBERG (1978) menyatakan bahwa pada penelitian tentang konformasi tubuh, komponen utama I sebagai penanda ukuran dan komponen utama II sebagai penanda bentuk. EVERITT dan DUNN (1998) menyatakan bahwa AKU digunakan untuk mendiskriminasikan konformasi tubuh. Ukuran tubuh unggas dapat dijadikan sebagai penentu karakteristik jenis unggas tersebut. Ukuran yang dapat digunakan sebagai penentu karakteristik jenis unggas antara lain bobot badan, panjang bagian-bagian kaki, panjang sayap, paruh dan tinggi jengger (MANSJOER et al., 1989). NISHIDA et al. (1982b) menyatakan bahwa konformasi tubuh dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk. Bangsa dari suatu ternak dapat dibedakan terutama dari ukuran dan bentuk tubuh. Karakteristik fisik seperti ukuran, bentuk dan warna bulu dapat digunakan untuk menilai individu ternak (WINTER dan FUNK, 1960). Ukuran tubuh merupakan sifat kuantitatif. STANSFIELD (1983) menyatakan bahwa sifat kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan ciri-ciri dan karakteristik khusus berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh itik Pekin, entok impor dan entok lokal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dasar bagi pengembangan itik Pekin, entok impor dan entok lokal sebagai ternak penghasil daging. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor dan Desa Selajambe, Cianjur. Entok yang digunakan dalam penelitian ini adalah entok impor dan entok lokal. Itik yang digunakan adalah itik Pekin. Masing-masing digunakan sebanyak 40 ekor dengan jumlah jantan 20 ekor dan jumlah betina 20 ekor. Entok dan itik yang digunakan adalah entok dan itik yang telah dewasa tubuh dengan umur 22-25 minggu. Entok impor dan itik Pekin diperoleh dari Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor, sedangkan entok lokal diperoleh dari Desa Selajambe, Cianjur. Entok impor yang digunakan merupakan entok yang diimpor dari Taiwan. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi panjang femur, tibia, tarsometatarsus, keliling tarsometatarsus, panjang jari ketiga, sayap dan maxilla. Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang femur, tibia, tarsometatarsus, jari ketiga dan maxilla. Benang digunakan sebagai alat bantu untuk mengukur keliling tarsometatarsus dan panjang sayap yang kemudian dikonversikan berdasarkan ukuran pada jangka sorong. Analisis data Data dianalisis dengan menggunakan AKU matrik kovarian. Pengolahan data dengan menggunakan AKU dilakukan berdasarkan pengelompokan-pengelompokan. Pengelompokan tersebut dibedakan ke dalam: (a) itik Pekin, (b) entok impor dan (c) entok lokal. Data diolah dengan bantuan perangkat statistik komputer Minitab versi 13. Diagram ukuran dan bentuk juga diolah dengan bantuan perangkat statistik komputer Minitab versi 13. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik morfometrik ukuran dan bentuk pada itik Pekin, entok impor dan entok lokal Itik Pekin Berdasarkan hasil AKU, komponen utama I yaitu panjang femur memberikan sumbangan keragaman total tertinggi pada kelompok itik Pekin sebesar 72,4%. Persamaan komponen 267
utama I diterjemahkan sebagai persamaan ukuran. Persamaan ukuran berikut nilai Eigen dan keragaman total pada kelompok itik Pekin disajikan pada Tabel 1. sayap (X 6 ) memberikan sumbangan paling besar terhadap ukuran itik Pekin yaitu sebesar 0,897. Korelasi antara panjang sayap dan ukuran yaitu 0,98. Korelasi antara ukuran dan tujuh variabel yang diamati pada kelompok itik Pekin disajikan pada Tabel 2. Nilai korelasi antara panjang sayap dan ukuran pada penelitian ini memberikan arti bahwa semakin besar panjang sayap, ukuran tubuh itik Pekin semakin besar atau sebaliknya. Komponen utama II memberikan sumbangan keragaman total tertinggi urutan kedua terhadap bentuk tubuh itik Pekin yaitu sebesar 11%. Persamaan komponen utama II diterjemahkan sebagai persamaan bentuk. Persamaan bentuk berikut nilai Eigen dan keragaman total pada kelompok itik Pekin disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Persamaan ukuran dan bentuk, berikut nilai Eigen (λ) dan keragaman total (KT) pada kelompok itik Pekin Ukuran: Y 1 = 0,176X 1 + 0,261X 2 + 0,193X 3 + 0,161X 4 + 0,151X 5 + 0,897X 6 + 0,104X 7 λ = 3,054 KT = 72,400% Bentuk: Y 2 = 0,448X 1 + 0,558X 2 + 0,291X 3 + 0,116X 4 + 0,377X 5 0,427X 6 + 0,255X 7 λ = 0,466 KT = 11,000% Tabel 2. Korelasi antara ukuran atau bentuk dan tujuh variabel yang diamati pada kelompok itik Pekin Femur Tibia Tarsome-tatarsus Keliling Tarsometatarsus jari ke-3 sayap maxilla (X 1 ) (X 2 ) (X 3 ) (X 4 ) (X 5 ) (X 6 ) (X 7 ) Ukuran (Y 1 ) 0,49 0,66 0,73 0,60 0,58 0,98 0,43 Bentuk (Y 2 ) 0,49 0,55 0,43 0,17 0,57 0,18 0,42 Sumbangan terbesar terhadap bentuk diberikan oleh panjang femur, tibia dan sayap dengan nilai korelasi antara panjang femur, tibia dan sayap serta bentuk sebesar 0,49; 0,56 dan 0,18 pada itik Pekin. Korelasi antara bentuk dan tujuh variabel yang diamati pada kelompok itik Pekin disajikan pada Tabel 2. Nilai korelasi antara panjang femur dan tibia dan bentuk pada penelitian ini memberikan arti bahwa semakin besar panjang femur dan tibia skor komponen bentuk tubuh itik Pekin semakin besar atau sebaliknya. Korelasi antara panjang sayap dan bentuk memberikan arti bahwa semakin besar panjang sayap maka skor komponen bentuk tubuh itik Pekin semakin kecil atau sebaliknya. Entok impor Berdasarkan hasil AKU, komponen utama I dalam hal ini panjang femur memberikan sumbangan keragaman total tertinggi sebesar 94%. Persamaan komponen utama I diterjemahkan sebagai persamaan ukuran. Persamaan ukuran berikut nilai Eigen dan keragaman total untuk kelompok entok impor disajikan pada Tabel 3. 268
Tabel 3. Persamaan ukuran dan bentuk, berikut nilai Eigen (λ) dan keragaman total (KT) pada kelompok Entok impor Ukuran Y 1 = 0,212X 1 + 0,267X 2 + 0,206X 3 + 0,257X 4 + 0,189X 5 + 0,855 X 6 + 0,094X 7 λ = 29,217 KT = 94,000% Bentuk: Y 2 = 0,403X 1 0,235X 2 0,350X 3 0,444 X 4 0,469X 5 + 0,493X 6 + 0,010X 7 λ = 0,845 KT = 2,700% sayap (X 6 ) memberikan sumbangan paling besar terhadap ukuran pada entok impor yaitu sebesar 0,855. Korelasi antara panjang sayap (X 6 ) dan ukuran pada kelompok entok impor sebesar 0,99. Korelasi antara ukuran dan tujuh variabel yang diamati pada kelompok entok impor disajikan pada Tabel 4. Nilai korelasi antara panjang sayap dan ukuran pada penelitian ini memberikan arti bahwa semakin besar panjang sayap, ukuran tubuh entok impor semakin besar atau sebaliknya. Komponen utama II yaitu panjang tibia memberikan sumbangan keragaman total terhadap bentuk tubuh entok impor yaitu 2,7%. Persamaan komponen utama II diterjemahkan sebagai persamaan bentuk. Persamaan bentuk berikut nilai Eigen dan keragaman total pada kelompok entok impor disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan persamaan bentuk, panjang femur, keliling tarsometatarsus, panjang jari ketiga dan sayap memberikan sumbangan terbesar dengan nilai korelasi antara panjang femur, keliling tarsometatarsus, panjang jari ketiga dan sayap; dan bentuk sebesar 0,29; 0,26; 0,36 dan 0,98. Korelasi antara bentuk dan tujuh variabel yang diamati pada kelompok entok impor disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Korelasi antara ukuran atau bentuk dan tujuh variabel yang diamati pada kelompok entok impor Femur Tibia Tarsome-tatarsus Keliling Tarsometatarsus Jari ke-3 Sayap Maxilla (X 1 ) (X 2 ) (X 3 ) (X 4 ) (X 5 ) (X 6 ) (X 7 ) Ukuran (Y 1 ) 0,91 0,94 0,91 0,90 0,86 0,99 0,91 Bentuk (Y 2 ) 0,29 0,14 0,33 0,26 0,36 0,10 0,02 Nilai korelasi antara panjang sayap dan bentuk pada penelitian ini memberikan arti bahwa semakin besar panjang sayap pada entok impor, skor komponen bentuk tubuh semakin besar atau sebaliknya, sedangkan nilai korelasi antara panjang femur, keliling tarsometatarsus dan panjang jari ketiga dan bentuk memberikan arti bahwa semakin besar panjang femur, keliling tarsometatarsus dan panjang jari ketiga, skor komponen bentuk tubuh semakin kecil atau sebaliknya. Entok lokal Analisis Komponen Utama menunjukkan bahwa komponen utama I yaitu panjang femur memberikan sumbangan keragaman total tertinggi terhadap ukuran entok lokal sebesar 92,2%. Persamaan komponen utama I diterjemahkan sebagai persamaan ukuran. Persamaan ukuran berikut nilai Eigen dan keragaman total pada kelompok entok lokal disajikan pada Tabel 5. sayap (X 6 ) memberikan sumbangan terbesar terhadap ukuran entok lokal yaitu 0,88. sayap (X 6 ) memiliki korelasi terhadap ukuran sebesar 0,99. Korelasi antara ukuran dan tujuh variabel yang diamati pada kelompok entok lokal disajikan pada Tabel 6. 269
Tabel 5. Persamaan ukuran dan bentuk, berikut nilai Eigen (λ) dan keragaman total (KT) pada kelompok entok lokal Ukuran: Y 1 = 0,173X 1 + 0,311X 2 + 0,161X 3 + 0,168X 4 + 0,191X 5 + 0,880X 6 + 0,090X 7 λ = 18,724 KT = 92,200% Bentuk: Y 2 = 0,226X 1 + 0,585X 2 + 0,372X 3 + 0,213X 4 + 0,442X 5 0,466X 6 + 0,103X 7 λ = 0,801 KT = 3,900% Nilai korelasi antara panjang sayap dan ukuran pada penelitian ini memberikan arti bahwa semakin besar panjang sayap, bentuk tubuh entok lokal semakin besar atau sebaliknya. Komponen utama II memberikan sumbangan keragaman total tertinggi urutan kedua terhadap bentuk tubuh entok lokal sebesar 3,9%. Persamaan komponen utama II diterjemahkan sebagai persamaan bentuk. Persamaan bentuk berikut nilai Eigen dan keragaman total pada kelompok entok lokal disajikan pada Tabel 5. Sumbangan terbesar terhadap bentuk diberikan oleh panjang tibia, keliling tarsometatarsus dan panjang sayap dengan nilai korelasi antara panjang tibia, keliling tarsometatarsus dan panjang sayap serta bentuk sebesar 0,35; 0,22 dan 0,21. Korelasi antara ukuran dan tujuh variabel yang diamati pada kelompok entok lokal disajikan pada Tabel 6. Nilai korelasi antara panjang tibia dan keliling tarsometatarsus dan bentuk pada penelitian ini memberikan arti bahwa semakin besar panjang tibia dan keliling tarsometatarsus skor komponen bentuk tubuh entok lokal semakin besar atau sebaliknya. Nilai korelasi antara panjang sayap dan bentuk pada penelitian ini memberikan arti bahwa semakin besar panjang sayap skor komponen utama bentuk tubuh entok lokal semakin kecil atau sebaliknya. Tabel 6. Korelasi antara ukuran atau bentuk dan tujuh variabel yang diamati pada kelompok entok lokal Keliling jari Femur Tibia Tarsome-tatarsus Tarsome-tatarsus ke-3 sayap Maxilla (X 1 ) (X 2 ) (X 3 ) (X 4 ) (X 5 ) (X 6 ) (X 7 ) Ukuran (Y 1 ) 0,91 0,90 0, 78 0,85 0,85 0,99 0,87 Bentuk (Y 2 ) 0,29 0,35 0,37 0,22 0,41 0,11 0,21 INTERNATIONAL MUSCOVY BREEDERS ASSOCIATION (2000) dan THE PHILIPPINES COUNCIL FOR AGRICULTURE and RESOURCES RESEARCH and DEVELOPMENT (1977) menyatakan bahwa itik Pekin dan entok (entok impor dan entok lokal) telah dikembangkan sebagai unggas penghasil daging. Seleksi ke arah tubuh besar, pada unggas tersebut berakibat unggas ini kesulitan untuk terbang. Persamaan ukuran dan bentuk dari ketiga bangsa disajikan dalam bentuk grafik komponen skor pada Gambar 1. Gambar 1 memperlihatkan bahwa ukuran entok impor jantan sebagian besar berbeda (ada yang sama) dengan entok lokal jantan dan itik Pekin jantan. Ukuran entok impor jantan lebih besar dari entok lokal jantan dan itik Pekin jantan. Itik Pekin jantan memiliki ukuran yang hampir sama dengan entok lokal jantan, tetapi entok lokal jantan ada yang lebih besar dibandingkan itik Pekin jantan. Ukuran betina, pada entok impor, itik Pekin dan entok lokal hampir sama. Ukuran betina pada itik Pekin sedikit lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Secara umum ukuran jantan pada itik Pekin, entok impor dan entok lokal lebih besar dibandingkan dengan betina, hanya saja pada itik Pekin perbedaan ukuran antara jantan dan betina tidak terlihat jelas bahkan sama. Perbedaan ukuran yang sangat jelas antara 270
jantan dan betina terlihat pada entok impor, sedangkan pada entok lokal perbedaan jantan betina ditemukan jelas, walaupun ditemukan ada beberapa betina yang ukurannya sama dengan jantan. 6 5 4 3 2 1 0 k u bentuk n t e b - 1-2 3 0 4 0 U k u r a n 5 0 E n t o k i m p o r j a n t a n E n t o k i m p o r b e t i n a I t i k P e k i n j a n t a n I t i k P e k i n b e t i n a E n t o k l o k a l j a n t a n E n t o k l o k a l b e t i n a Gambar 1. Grafik komponen utama I (ukuran) dan II (bentuk) pada entok impor, itik Pekin dan entok lokal (berasal dari tiga persamaan) Ukuran itik Pekin jantan dan betina tidak terlalu jelas perbedaannya diantara entok impor dan entok lokal, fenomena ini sama seperti pada kelompok keseluruhan ternak. Hal ini membuktikan bahwa itik Pekin memiliki kedudukan sebagai unggas air penghasil daging yang dapat diperbandingkan dengan entok impor dan entok lokal. Bentuk itik Pekin jantan jauh berbeda dengan entok impor jantan dan entok lokal jantan. Bentuk entok impor jantan dan entok lokal jantan mirip. Pada betina, bentuk itik Pekin berbeda dengan entok impor dan entok lokal. Bentuk entok impor betina dan itik Pekin betina mirip. Bentuk itik Pekin sebagai unggas air pedaging berbeda dengan kelompok entok (entok impor dan entok lokal). Bentuk itik Pekin yang berbeda (khas) membuktikan bahwa itik Pekin berasal dari spesies dan genus yang berbeda dengan kelompok entok (entok impor dan entok lokal). Penelitian ini juga membuktikan bahwa bentuk antara jantan dan betina pada masing-masing spesies cenderung banyak kesamaannya. Secara morfometrik bentuk itik tidak sama dengan entok. KESIMPULAN Berdasarkan AKU, panjang sayap merupakan variabel yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap ukuran tubuh itik Pekin, entok impor dan entok lokal. Pada jantan panjang sayap entok impor lebih besar dari entok lokal dan itik Pekin dan entok lokal lebih besar dari itik Pekin. Pada betina panjang sayap itik Pekin dan entok impor lebih besar dari entok lokal, sedangkan itik Pekin dan entok impor memiliki ukuran sayap yang sama. Secara umum pada kelompok keseluruhan ternak dan masing-masing spesies, ukuran jantan lebih besar dibandingkan dengan betina. Perbedaan ukuran antara jantan dan betina pada itik Pekin tidak begitu jelas, sedangkan jelas ditemukan pada entok impor dan entok lokal. Bentuk itik Pekin sebagai unggas air pedaging dapat dibedakan dari kelompok entok 271
(entok impor dan entok lokal). Berdasarkan AKU bentuk itik Pekin banyak dipengaruhi oleh panjang femur, tibia dan sayap, bentuk entok lokal banyak dipengaruhi oleh panjang tibia, keliling tarsometatarsus dan panjang sayap; sedangkan bentuk entok impor banyak dipengaruhi oleh panjang femur, keliling tarsometatarsus, panjang jari ketiga dan sayap. Kedudukan itik Pekin sebagai unggas air penghasil daging dapat diperbandingkan dengan entok impor dan entok lokal yang memang sudah diseleksi ke arah pedaging. Hal ini dibuktikan dengan ukuran itik Pekin jantan dan betina tidak terlalu terlihat jelas perbedaannya diantara entok impor dan entok lokal. Itik Pekin berasal dari spesies dan genus yang berbeda dengan kelompok entok (entok impor dan entok lokal). Bentuk jantan dan betina pada masing-masing spesies cenderung banyak kesamaannya. Secara morfometrik bentuk itik tidak sama dengan entok. DAFTAR PUSTAKA EHRENBERG, A.S.C. 1978. Data Reduction Analysing and Interpreting Statistical Data. John Wiley and Sons Ltd., Bristol. EVERITT, B.S. and G. DUNN. 1998. Applied Multivariate Data Analysis. Halsted Press, an Imprint of John Wiley and Sons Inc., New York. GASPERSZ, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian. Jilid 2. Penerbit Tarsito, Bandung. INTERNATIONAL MUSCOVY BREEDERS ASSOCIATION. 2000. http://cyborganic.com/people/feathersite /Poultry/Clubs/Scobie/ScobieFAQ.html. 12 Maret 2002. MANSJOER, I., S.S. MANSJOER dan D. SAYUTHI. 1989. Studi Banding Sifat-sifat Biologis Ayam Kampung, Ayam Pelung dan Ayam Bangkok. Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. NISHIDA, T., K. NOZAWA, Y. HAYASHI, T. HASHIGUCHI, and S.S. MANSJOER. 1982a. Body Measurement and Analysis of External Genetic Characters of Indonesian Native Fowl. In: The Origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock 3: 73-83. NISHIDA, T., Y. HAYASHI, T. HASHIGUCHI, and S.S. MANSJOER. 1982b. Distribution and Identification of Jungle Fowl in Indonesia. In: The Origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock 3: 85-95. STANSFIELD, W.D. 1983. Theory and Problems of Genetics. 2 nd Edit. McGraw-Hill Book Company Inc., New York. THE PHILIPPINE COUNCIL FOR AGRICULTURE and RESOURCES RESEARCH and DEVELOPMENT. 1997. The Philippines Recommends for Duck Raising. The Philippine Council for Agriculture and Resources Research and Development, Manila. WINTER, A.R. and E.M. FUNK. 1960. Poultry Science and Practice. 5 th Edit. J.B. LIPPINCOT Company, New York. 272