Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terjadi suatu proses yang

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif akan sangat membantu

PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran untuk menambah wawasan di suatu bidang. Kompetensi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran digunakan

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Joyce (Trianto, 2010: 74)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan istilah classroom action

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan belajar itu sendiri berasal dari suku kata ajar. Makna dan hakikat

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

II. KAJIAN PUSTAKA. Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang artinya pertanyaan atau

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(JURNAL) Oleh SRI MULYANI MAMAN SURAHMAN RIYANTO M TARUNA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Kajian Pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar - mengajar. pendidikan beserta staf pengajarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Sejalan dengan itu, R. Gagne dalam Susanto (2013:1) berpendapat, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dalam Prastowo (2013:48) merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam Lapono (2009:1-14) menyebut belajar sebagai kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran. Sudjana dalam Jihad (2012:1) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

10 seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Berdasarkan beberapa pengertian belajar, dapat diasumsikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang melalui interaksi dengan lingkungan yang melibatkan berbagai aspek. 2.2 Hasil Belajar Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Sudjana dalam Jihad (2012:15) berpendapat, hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dalam Susanto (2013:6) sebagaimana telah dijelaskan, meliputi pemahaman konsep, keterampilan proses dan sikap siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Pemahaman Konsep Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013:6) diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Dalam pemahaman konsep, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami dan menyerap pembelajaran yang diberikan, guru melakukan evaluasi. Evaluasi dapat berupa tes lisan, tes tertulis maupun penugasan. Pada penelitian ini, untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman konsep, digunakan tes tertulis.

11 b. Keterampilan Proses Usman dan Setiawati dalam Susanto (2013:6) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Dalam keterampilan proses, akan diketahui bakat, minat dan kreativitas siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, seperti cara siswa memecahkan masalah dalam suatu konsep pembelajaran dan dalam mengemukakan pemikirannya di depan umum. Pada penelitian ini, untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa keterampilan proses, digunakan penilaian unjuk kerja dan penilaian produk. c. Sikap Menurut Lange dalam Azwar dalam Susanto (2013:6), sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, untuk mengamati sikap yang ditunjukkan seseorang, kedua aspek tersebut harus ada. Jika hanya salah satu aspek saja yang muncul, maka belum tampak secara jelas sikap seseorang. Aspek sikap dapat dinilai melalui observasi, penilaian diri, penilaian antarteman dan jurnal. Pada penelitian ini, untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa sikap, digunakan penilaian melalui observasi. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006: 144) dalam Pakpahan (http://dinulislami.blogspot.com/2013/02/faktor-

12 faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor yang datang dari luar diri individu siswa (eksternal factor). Faktor internal anak meliputi faktor psikis (jasmani) dan psikologis (kejiwaan) seperti intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. Faktor eksternal anak meliputi faktor lingkungan sosial (guru, teman-teman sekelas), lingkungan non-sosial (sarana belajar, letak rumah, cuaca) serta faktor pendekatan belajar (cara guru mengajar). Berdasarkan penjabaran mengenai hasil belajar tersebut, dapat dikatakan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar. 2.3 Pendekatan Inkuiri Terbimbing 2.3.1 Tinjauan tentang Inkuiri Terbimbing Inkuiri dalam Bahasa Inggris Inquiry berarti pernyataan atau pemeriksaan, penyelidikan. Pengertian inkuiri dalam Poerwati (2013:63), inkuiri adalah suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang dipelajari. Pendekatan inkuiri dalam Hidayati (2010:6-4), mendorong siswa untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya dan menarik kesimpulan sendiri melalui proses berpikir ilmiah yang kritis, logis dan sistematis. Siswa tidak lagi bersifat dan bersikap pasif,

13 menerima dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh guru. Kemudian dijelaskan lebih lanjut oleh Hidayati (2010:6-4), bahwa: Melakukan inkuiri berarti melibatkan diri dalam tanya jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Dalam pelaksanaan siswa bertanggungjawab untuk memberi ide atau pemikiran dan pertanyaan untuk eksplorasi, mengajukan hipotesis untuk diuji, mengumpulkan dan mengorganisasi data yang dipakai untuk menguji hipotesa dan sampai pada pengambilan kesimpulan yang masih tentatif (dalam arti dengan data yang digunakan pada saat itu). 2.3.2 Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri Menurut Hanafiah dan Cucu (2009:77), inkuiri terbagi atas 3 macam antara lain: (a) Inkuiri terbimbing atau terpimpin, (b) Inkuiri bebas dan. (c) Inkuiri bebas dimodifikasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan inkuiri terbimbing. Jenis inkuiri akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut. (a) Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry Approach) Pada inkuiri terbimbing, guru berperan aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap pemecahan masalah. Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar menggunakan pendekatan inkuiri. Di awal pembelajaran, guru memberikan banyak bimbingan, kemudian bimbingan akan dikurangi hingga pada akhirnya siswa dapat melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa pada suatu diskusi dan penarikan kesimpulan secara mandiri. Bimbingan juga dapat diberikan melalui LKS yang terstruktur.

14 (b) Inkuiri Bebas (Free Inquiry Approach) Pada inkuiri bebas, bimbingan yang diberikan guru sangat sedikit atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Ini dikarenakan pendekatan inkuiri bebas diperuntukkan bagi siswa yang telah terbiasa menggunakan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran. Siswa diberi kebebasan menentukan sendiri permasalahan serta pemecahan masalah. Kebebasan itulah yang membuat siswa dapat menemukan alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, bahkan ada kemungkinan siswa dapat menemukan cara baru dari masalah yang diselidiki. (c) Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach) Inkuiri bebas yang dimodifikasi merupakan modifikasi inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Dalam pelaksanaannya, siswa menerima permasalahan dari guru. Bimbingan tetap diberikan oleh guru, hanya saja bimbingan tersebut lebih sedikit dan tidak terstruktur. Bimbingan diberikan ketika siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah. Bimbingan dapat berupa pemberian contoh-contoh yang relevan maupun diskusi dengan siswa dalam kelompok lain. 2.3.3 Ciri-ciri Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam pendekatan inkuiri, guru tidak menekankan kebenaran jawaban, tetapi membantu siswa menemukan dan mengklasifikasikan jawaban yang tepat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki ketrampilan bertanya sehingga dapat meningkatkan berpikir kritis dan memecahkan masalah.

15 Menurut Kosasi dalam Hidayati (2010:6-6), untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri, guru dituntut memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Memiliki kemampuan sebagai perencana (planer), baik rencana program pengajaran, pelaksanaan maupun evaluasi. b. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan rencana tersebut dengan sebaik-baiknya menurut keputusan proses pembelajaran serta tujuan instruksionalnya. c. Memiliki kemampuan sebagai penanya yang baik. d. Guru mempunyai kemampuan sebagai manajer. e. Memiliki kemampuan sebagai pemberi hadiah, dapat berupa pujian sebagai cara untuk memotivasi belajar. f. Memiliki kemampuan sebagai penguji kebenaran dari pada suatu sistem nilai. 2.3.4 Kebaikan dan Keburukan Inkuiri Terbimbimbing Sama halnya dengan pendekatan ataupun metode yang lain, inkuiri juga memiliki kebaikan dan keburukan. Kebaikan inkuiri dalam Suryosubroto (2009:185), antara lain: (a) Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa; (b) Pengetahuan yang diperoleh bersifat sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; referensi, dan transfer; (c) Membangkitkan gairah pada siswa, (d) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri (e) Menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, (f) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri siswa. Adapun keburukan inkuiri dalam Suryosubroto (2009:186) antara lain : (a) Dipersyaratkan keharusan persiapan mental untuk cara belajar ini; (b) Kurang berhasil untuk mengajar kelas besar; (c) Harapan yang ditumpahkan mungkin mengecewakan bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

16 2.3.5 Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri Terbimbing dan Pendekatan Scientific Langkah-langkah kegiatan inkuiri dalam proses pembelajaran menurut Gulo dalam Trianto (2007:137) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangkan emosional dan keterampilan. Secara umum proses pembelajaran inkuiri dalam Hamruni (2012:95) dapat mengikuti langkah-langkah yaitu (a) orientasi; (b) merumuskan masalah; (c) merumuskan hipotesis; (d) mengumpulkan data; (e) menguji hipotesis; dan (f) merumuskan kesimpulan. Penjelasannya akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut. (a) Orientasi Pada tahap ini, guru membuat suasana kelas yang menjadikan siswa siap melaksanakan pembelajaran. Hal yang dilakukan adalah menjelaskan tema yang akan dipelajari, tujuan dan hasil yang diharapkan dicapai oleh siswa. (b) Merumuskan Masalah Dalam merumuskan masalah, siswa disajikan persoalan-persoalan yang membuat seseorang berpikir cara untuk mencari jawabannya. Proses mencari jawaban merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran menggunakan inkuiri. (c) Merumuskan Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara dari suatu permasalahan. Untuk mengembangkan berhipotesis siswa, guru

17 memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara. (d) Mengumpulkan Data Mengumpulkan data merupakan proses mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menguji jawaban sementara yang telah dirumuskan. Dalam mengumpulkan data, siswa memerlukan motivasi serta ketekunan dalam mengoptimalkan pemikirannya. (e) Menguji Hipotesis Menguji hipotesis merupakan penentuan jawaban oleh siswa yang relevan dengan permasalahan berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Dalam menguji hipotesis, kebenaran atas jawaban tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan dan berdasarkan data yang ditemukan. (f) Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Sebaiknya, untuk mendapatkan kesimpulan yang akurat, guru menunjukkan data yang relevan kepada siswa. Pembelajaran dengan kurikulum 2013, menggunakan pendekatan scientific. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dalam Wahid (http://mrwahid.wordpress.com/2013/09/05/1015/), meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

18 Berdasarkan proses pembelajaran kedua pendekatan tersebut, pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memadukan langkah-langkah pendekatan inkuiri terbimbing dengan pendekatan scientific yang dapat dirumuskan langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, pemetaan kompetensi tema cita-citaku, RPP, instrumen penilaian, LKS, media/alat pembelajaran dan buku siswa. 2) Guru menyampaikan tema yang akan dipelajari, tujuan serta hasil yang diharapkan tercapai oleh siswa. 3) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. 4) Guru memberikan permasalahan kepada siswa. Penilaian afektif dan psikomotor dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. 5) Guru memberikan beberapa pertanyaan yang menggiring siswa pada jawaban sementara. 6) Kemudian siswa dibagikan LKS. Media pembelajaran juga dapat diberikan pada setiap kelompok maupun setiap orang apabila dibutuhkan dalam pembelajaran 7) Siswa mendeskripsikan temuannya berdasarkan data yang telah dikumpulkan. 8) Siswa menyimpulkan, kemudian dipertegas kembali oleh guru. 9) Pelaksanaan penilaian kognitif berupa tes tertulis. 2.4 Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik terpadu merupakan pembelajaran dimana kompetensi

19 (sikap, pengetahuan, keterampilan) dari berbagai mata pelajaran digabungkan menjadi satu untuk merumuskan pemahaman yang lebih mendalam dan bermakna bagi siswa. Makna pembelajaran Tematik Terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran tematik terpadu dalam kurikulum 2013 sejalan dengan pendekatan scientific yang sering dikenal dengan pendekatan ilmiah. 2.4.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang ditandai berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik termasuk kedalam pembelajan terpadu. Model pembelajaran tematik dalam Prastowo (2013:117) adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberi pengalaman bermakna pada siswa. Misalnya tema lingkungan dapat ditinjau dari mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan pendidikan kewarganegaraan. Humphreys dalam Prastowo (2013:118) mengemukakan definisi pembelajaran terpadu yang mendasar sebagai studi dimana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka, bahwa: Pembelajaran tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna, mulai dari pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif dengan

20 memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, penulis mengartikan bahwa pembelajaran tematik termasuk kedalam pembelajaran terpadu yang mengaitkan antar mata pelajaran yang dipadukan dengan tema agar anak mendapatkan pengalaman yang bermakna. 2.4.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu Menurut Depag RI dalam Prastowo (2013:118) tidak sekadar mengungkap lima karakter, tetapi mengidentifikasi tujuh karakter pembelajaran tematik, yaitu sebagai berikut: 1) berpusat kepada siswa; 2) memberikan pengalaman langsung; 3) pemisahan aspek tidak begitu jelas; 4) menyajikan konsep dari berbagai aspek; 5) bersifat fleksibel; 6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; dan 7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Berdasarkan karakter yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik terpadu bersifat fleksibel disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa agar siswa mendapatkan pengalaman yang bermakna. 2.4.3 Penilaian Pembelajaran Tematik Terpadu Penilaian pada pembelajaran tematik terpadu mencakup penilaian proses dan penilaian hasil pembelajaran. Dengan berlakunya kurikulum 2013,

21 salah satu penilaian yang digunakan dalam pembelajaran tematik terpadu adalah menggunakan penilaian yang sebenarnya atau penilaian autentik (authentic assessment). Menurut Depdiknas dalam Jihad (2013:54) penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Pengertian Penilaian autentik dalam Kunandar (2013:35) adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam penilaian autentik dalam Kunandar (2013:42), selain memerhatikan aspek kompetensi sikap (afektif), kompetensi pengetahuan (kognitif) dan kompetensi keterampilan (psikomotorik) serta variasi instrumen atau alat tes yang digunakan juga harus memerhatikan input, proses dan output. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan menurut Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 dalam Kunandar (2013:52) sebagai berikut. a. Penilaian Kompetensi Sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh siswa dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar siswa adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

22 b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. c. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. 2.5 Hasil Penelitian yang Relevan Data berikut adalah hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini tentang pendekatan inkuiri terbimbing di Sekolah Dasar. Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian 1. Kitri Nur Indah Sari Peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SDN I Maribaya Karanganyar Purbalingga. 2. Noor Saadah Upaya meningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA tentang materi gaya: di kelas IV SDN Darmaga IV Kasomalang Kabupaten Subang semester II tahun ajaran 2012-2013. 3. Siska Widiyanti Peningkatan kemampuan siswa kelas IV dalam melakukan peyelidikan sederhana pada pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri terbimbing di SDN Sananwetan 01 Kota Blitar Terjadi peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui pendekatan inkuiri pada siswa kelas IV SDN 1 Maribaya Karanganyar Purbalingga.. Penggunaan pendekatan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Pembelajaran menggunakan pendekatan Inkuiri Terbimbing yang dilakukan dengan sangat baik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan penyelidikan sederhana dengan baik. 2.6 Kerangka Pikir Pada kondisi awal berdasarkan observasi, siswa mempunyai hasil belajar yang rendah. Hal tersebut disebabkan guru kurang optimal dalam

23 memanfaatkan pendekatan pembelajaran atau rendahnya kinerja guru. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kinerja guru. Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan serta mengkomunikasikan hasil temuannya dan dapat membuat suasana belajar yang aktif. Pendekatan inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang mengaitkan materi dengan dunia nyata kehidupan siswa, sehingga akan terasa manfaat dari materi yang disajikan, motivasi belajar muncul, dan dunia pikiran siswa menjadi konkret. Kondisi akhir yang diharapkan melalui pendekatan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran adalah agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema cita-citaku sekaligus memperbaiki kinerja guru. Adapun skema kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hasil Belajar Rendah Kinerja Guru Rendah Penerapan Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang dikolaborasikan dengan Pendekatan Scientific Hasil Belajar Tinggi Kinerja Guru Tinggi Gambar 2.1 Kerangka Pikir 2.7 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut.

24 1. Jika dalam pembelajaran tema cita-citaku menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing sesuai langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 4 Natar. 2. Jika dalam pembelajaran tema cita-citaku menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing sesuai langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan kinerja guru kelas IVA SD Negeri 4 Natar.