Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR PADA PROSES PEMBUATAN PIPA UNTUK MENGURANGI MUSCULOSKELETAL DISORDERS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

IDENTIFIKASI RISIKO ERGONOMI OPERATOR MESIN POTONG GUILLOTINE DENGAN METODE NORDIC BODY MAP (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PERAJIN KERUPUK SEKTOR INFORMAL, JAKARTA SELATAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Anggit Paramitha, Hendra. Dept. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

Analisis Postur Kerja Operator Penyusunan Karton Box di Departemen Produksi PT XYZ dengan Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Metode dan Pengukuran Kerja

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI KECAMATAN SOKARAJA BANYUMAS

BAB 3 METODOLOGI. Tingkat Risiko MSDs Pekerja Konstruksi. Keluhan MSDs. Gambar 3.1. Kerangka Konsep. 32 Universitas Indonesia

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN MASA KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) UNTUK MENGURANGI KELUHAN FISIK PADA OPERATOR TENUN IKAT TROSO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Azhar, 2011). Banyak ditemui keluhan dari para pekerja terkait masalah

HUBUNGAN INTENSITAS GETARAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TENAGA KERJA UNIT PRODUKSI PAVING BLOCK CV. SUMBER GALIAN MAKASSAR

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL

Bambang, 2008 mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri.

BAB II LANDASAN TEORI

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

HUBUNGAN TEKNIK ANGKAT BEBAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DI INDUSTRI PAVING BLOK DESA MEKARWANGI KECAMATAN CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA 2014

Transkripsi:

GAMBARAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS TERKAIT AKTIVITAS MANUAL HANDLING PADA MEKANIK TOYOTA AUTO 2000 DI CIKARANG TAHUN 2013 Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2 Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko ergonomi dan keluhan subjektif MSDs terkait aktivitas manual handling pada mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang tahun 2013 dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) dan kuesioner NBM (Nordic Body Map) yang telah dimodifikasi dan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang diteliti yaitu seluruh mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang yang berjumlah 34 orang. Dari hasil risiko ergonomi yang diteliti timbul keluhan musculoskeltal disorders (MSDs). Aktivitas manual handling yang dilakukan mekanik menghasilkan risiko sedang dimana membutuhkan investigasi lebih lanjut dan dilakukan perubahan prosedur. Sedangkan untuk hasil keluhan MSDs berdasarkan kuesioner menunjukkan bahwa bahu kanan (52,9%) dan pinggang (58,8%) paling banyak dirasakan keluhan oleh mekanik yang berumur < 25 tahun dengan masa kerja < 5 tahun dan memiliki kebiasaan olahraga, merokok dan kurangnya jam tidur. Kata Kunci: Aktivitas manual handling pada mekanik, tingkat risiko ergonomi, lembar REBA, keluhan musculoskeletal disorders, kuesioner NBM 1. Nama Peneliti 2. Nama Pembimbing Akademik

Abstract The purpose of this research is to describe the ergonomic risk level and subjective complaints musculoskeletal disorders manual handling related activities at Toyota Auto 2000 mechanical Cikarang in 2013 with REBA (Rapid Entire Body Assessment) method and NBM (Nordic Body Map) questionnaires that have been modified and using cross sectional approach. Sample studies is all mechanical Toyota Auto 2000 Cikarang amounting to 34 people. From the research results ergonomic risk arising complaints musculoskeletal disorders (MSDs). Manual handling activities are performed mechanic produce a medium risk which that requires further investigation and change soon. For the complaints MSDS based on questionnaire results showed that the right shoulder (52,9%) and waist (58,8%) most widely perceive by mechanical complaints under the age 25 years with year of service under 5 years and have exercise,smoking habits and lack of sleep hours. Keywords: Manual handling activities on mechanic, ergonomic risk level, REBA worksheet, complaints musculoskeletal disorders, NBM questionnaire. Pendahuluan Salah satu pilar dari penerapan ilmu K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yaitu ergonomi ditempat kerja. Ergonomi merupakan bentuk penyesuaian pekerjaan kepada pekerjanya. Pekerjaan yang dilakukan dapat berupa otomatis (pekerjaan yang dilakukan menggunakan mesin) dan berupa manual handling. Workplace Health, Safety, and Compensation Commision of New Brrunswick, Australia, mendefinisikan manual handling merupakan suatu aktivitas yang menggunakan usaha atau kekuatan otot manusia untuk mengangkat dan atau menurunkan, memindahkan, membawa, mendorong, menarik, atau menahan suatu objek, dimana objek tersebut dapat berupa benda, manusia ataupun hewan.

Pada aktivitas manual handling, apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, maka menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya disebut musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka. [1] Gangguan musculoskeletal disorders dapat mempengaruhi kondisi sosial ekonomi sebuah usaha yang sedang dijalankan, akibatnya produktivitas menurun dan menyebabkan penurunan keuntungan. Berdasarkan data penelitian dari HSE di Inggris tahun 2011 bahwa terdapat 439.000 pekerja mengalami musculoskeletal disorders (MSDs) saat bekerja dan setelah bekerja serta mengakibatkan 7,5 juta hilang jam kerja. Menurut data Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja Amerika (2001) pada periode tahun 1996 sampai 1998 terdapat 4.390.000 kasus penyakit akibat kerja yang dilaporkan, 64% atau 2.811.000 kasus diantaranya adalah gangguan yang berhubungan dengan faktor risiko ergonomi. Data dari NIOSH menyebutkan bahwa sekitar 500.000 pekerja menderita cedera akibat penggunaan tenaga yang berelbih, 60% dikarenakan aktivitas mengangkat, 20% disebabkan karena mendorong dan menarik. [2] Didapatkan juga data bahwa aktvitas manual handling yang paling sering menyebabkan cedera adalah mengangkat dan membawa objek yaitu sebesar 61,3% dari jumlah tersebut menderita cidera/nyeri punggung. [2] Selain itu, berdasarkan data statistik yang diperoleh Health and Safety Authority in European, terjadi peningkatan cedera yang diakibatkan aktivitas manual handling sejak tahun 1993 hingga tahun 2003. Pekerjaan di bengkel mobil kebanyakan melakukan aktivitas manual handling. Pekerja sering membungkuk, berjongkok, mengangkat, berdiri sehingga terdapat postur tubuh yang janggal. Postur tubuh yang janggal ini tidak dilakukan sekali atau dua kali saja melainkan berkali kali dengan waktu yang cukup lama. Hal ini mengakibatkan adanya peningkatan risiko

terjadinya bahaya ergonomi seperti keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).. Berdasarkan badan Eropa untuk keselamatan dan kesehatan di tempat kerja (2000) yang telah melakukan survey kepada anggotanya, ditemukan gangguan musculoskeletal disorders (MSDs) sebanyak 30 46 % dari semua cedera terkait penyakit akibat kerja. Berdasarkan data dari Eurostat Figures on Recognised Occupational Diseases (EODS) pada tahun 2005 terhadap 15 negara yang tergabung dalam European Union (EU), adanya peningkatan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) yang disebabkan oleh aktivitas manual handling sebanyak 3% dari tahun 2002 hingga tahun 2005, dimana terjadi peningkatan sebanyak 1% setiap tahun. Pada aktivitas manual handling memiliki risiko cedera bahkan kecelakaan. Aktivitas manual handling yang dilakukan pekerja bengkel mobil biasanya berulang ulang seperti posisi berdiri, berjongkok, membungkuk dan dengan beban kerja yang tinggi Hal tersebut merupakan kondisi yang dapat mengakibatkan risiko cedera musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja Dengan adanya data tersebut dan aktivitas manual handling pada mekanik mobil yang memiliki risiko cidera bahkan kecelakaan, maka diperlukan upaya pengendalian bahaya ergonomi. Untuk itu, dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran tingkat risiko ergonomi dan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja bengkel mobil Toyota Auto 2000 di Cikarang pada tahun 2013, Tinjauan Teoritis Manual handling adalah setiap aktivitas yang melibatkan penggunaan dari tenaga atau otot untuk mengangkat, memindahkan, mendorong, menarik, membawa, atau menahan setiap obyek, termasuk manusia atau hewan. Ruang lingkup dari manual handling itu sendiri tidak terbatas pada aktivitas mengangkat beban yang berat tapi juga termasuk aktivitas yang

berulang, peregangan otot yang terus menerus ketika saat menahan atau menopang beban, dan aktivitas tubuh saat bertahan dalam suatu postur. [3] Aktivitas berulang dari pekerjaan yang membutuhkan tenaga untuk mengangkat dan memindahkan objek. [3] Di benua Eropa, Amerika dan Australia. Aktivitas manual material handling yang tidak sesuai menjadi salah satu penyebab utama timbulnya keluhan cedera punggung. [4] Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya di sebut sebagai musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. [1] Berdasarkan studi yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa terdapat faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya cedera otot (MSDs) akibat bekerja yaitu faktor pekerjaan, faktor Individu, faktor lingkungan. Faktor pekerjaan yaitu postur tubuh, repetisi pengulangan, pekerjaan statis, pekerjaan yang memaksakan tenaga dan stress mekanik. Faktor individu [5] yaitu umur, masa kerja, tingkat kesegaran jasmani dan kebiasaan merokok. Faktor lingkungan getaran, temperatur [5], pencahayaan [2][6]. Metode Penelitian Desain penelitian ini bersifat deskriptif berupa gambaran dan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu meneliti masalah dan keadaan hanya pada saat penelitian berlangsung atau dengan kata lain penelitian pada subjek hanya dilakukan satu kali dan menurut keadaan atau status subjek pada saat diobservasi. Penelitian ini menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) untuk mengetahui tingkat risiko ergonomi dari aktivitas manual handling pada mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang. Selain itu, penelitian ini menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui tingkat risiko terkait keluhan subjektif musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja bengkel mobil.

Hasil dan Pembahasan Penelitian Penilaian tingkat risiko ergonomi pada penelitian terkait aktivitas manual handling yang dilakukan oleh mekanik dikhususkan pada pekerjaan yang memiliki beban kerja yang cukup tinggi dimana menservis mobil yang harus selesai dalam waktu lebih kurang 1 jam, jadi jumlah mobil yang dapat diservis dalam waktu sehari yaitu sekitar 10 mobil dengan melakukan task yang berulang. Oleh karena beban kerja yang cukup tinggi, maka mengakibatkan mekanik mengalami keluhan seperti nyeri, pegal pegal, kaku, kejang pada bagian otot atau tulang. Untuk mengetahui tingkat risiko ergonomi pada mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang, maka dilakukan pengamatan pada aktivitas manual handling yang paling berisiko menimbulkan musculoskeletal disorders (MSDs) dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang telah dimodifikasi. Adapun aktivitas manual handling yang dikhususkan memiliki beban kerja yang tinggi pada mekanik yaitu mengganti oli, mengganti busi, pengisian minyak power steering, membersihkan kampas rem, pelumasan pintu, mengganti saringan pembersih udara, pengisian air aki, pengisian cairan pendingin mesin (radiator), pembersihan ruang mesin, pengecekan ban serep, pengecekan balance, pengecekan spooring. Pada setiap aktivitas manual handling tersebut akan diambil gambarnya kemudian diteliti dan dilakukan pengukuran pada bagian leher, tulang belakang, kaki, lengan bagian atas, lengan bagian bawah dan pergelangan tangan dengan menggunakan busur pada gambar yang telah dimbil. Hasil pengukuran tersebut akan dimasukkan ke dalam REBA worksheet sehingga diketahui gambaran risiko ergonomi terkait aktivitas manual handling pada mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang. Untuk Keluhan subjektif MSDs dilihat dari kuesioner Nordic Body Map berdasarkan bagian tubuh yang paling sering dikelukan, frekuensi dan keparahan keluhan

dan faktor individu (umur, masa kerja, kebiasaan olahraga, jam tidur dan kebiasaan merokok) yang telah diisi oleh mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang. Berikut adalah data hasil penilaian skor REBA yang didapatkan terkait aktivitas aktivitas manual handling yang dilakukan mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang: 1. Mengganti oli Pada aktvitas mengganti oli terdapat 2 tahapan yaitu menampung oli lama dan menuangkan oli baru. Hasil skor REBA pada aktivitas menampung oli lama adalah 5 maka masuk kedalam risiko medium, dan perlu adanya perubahan prosedur. Untuk menuangkan oli baru hasil skor REBA yaitu 3. Jika skor REBA 3 maka termasuk kedalam risiko rendah, adanya perubahan prosedur jika diperlukan. 2. Mengganti busi Aktivitas mengganti busi menghasilkan skor REBA yaitu 4 dan termasuk kelompok risiko medium. Untuk risiko medium diperlukan investigasi lebih lanjut dan diperlukan perubahan prosedur. 3. Pengisian minyak power steering Pada pengisian minyak power steering terlihat bahwa skor REBA untuk aktivitas pengisian minyak power steering adalah 3 sama seperti skor REBA pada aktivitas menuang oli baru. Karena, skor REBA tersebut adalah 3, maka termasuk kelompok risiko rendah, dilakukan perubahan jika diperlukan. 4. Membersihkan kampas rem Skor REBA yang didapatkan pada aktivitas membersihkan kampas rem adalah 2. Hasil skor 2 menunjukkan tingkat risiko rendah dan dilakukan perubahan prosedur. 5. Pelumasan pintu

Pada aktivitas pelumasan pintu, skor REBA yang didapatkan adalah 5. Skor 5 termasuk kedalam risiko sedang (risiko medium). Risiko sedang perlu dilakukan perubahan prosedur. 6. Mengganti saringan pembersih udara Berdasarkan tabel 6.7 penilaian risiko ergonomi pada aktivitas mengganti saringan udara menghasilkan skor REBA yang berjumlah 2 dan termasuk kedalam risiko rendah. Adanya perubahan pada prosedur kerja jika diperlukan. 7. Pengisian air aki Aktivitas mengisi air aki yang dilakukan oleh mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang menghasilkan skor REBA yaitu 4. Skor 4 termasuk kedalam risiko sedang. Risiko sedang harus dilakukan perubahan. 8. Pengisian cairan pendingin mesin (air radiator) Berdasarkan tabel 6.9 penilaian risiko ergonomi pada aktivitas mengisi air radiator menghasilkan skor REBA yaitu 2 dan termasuk kedalam risiko rendah. Risiko rendah akan dilakukan perubahan jika diperlukan. 9. Pengecekan spooring Pada aktivitas pengecekan spooring terlihat bahwa skor REBA yang dihasilkan adalah 5. Skor 5 termasuk kedalam risiko medium dan diperlukan perubahan prosedur kerja agar tidak menimbulkan risiko yang lebih tinggi. 10. Pengecekan ban serep Pada pengecekan ban serep, mekanik juga melakukan 2 tahapan sama seperti mengganti oli. Pekerjaan pertama yaitu mekanik harus membuka mur pada ban serep yang menempel dibagian belakang bawah mobil. Untuk membuka mur, risiko ergonomi yang dihasilkan pada skor REBA yaitu 3. Setelah ban serep terbuka maka mekanik melakukan pengecekan ban serep. Dari skor REBA yang

didapatkan pada aktivitas pengecekan ban serep yaitu 7. Skor 7 termasuk kedalam kelompok risiko sedang dan perlu adanya perubahan prosedur. 11. Pengecekan balance Hasil skor REBA pada aktivitas pengecekan Balance sama seperti skor pada aktivitas pengecekan ban serep yaitu 7. Maka diperlukan perubahan prosedur agar tidak menimbulkan risiko yang lebih tinggi. 12. Pembersihan ruang mesin Berdasarkan tabel 6.13, skor REBA untuk aktivitas pembersihan ruang mesin adalah 2 dan termasuk risiko rendah, diperlukan perubahan jika diperlukan. Untuk aktivitas pengelapan bagian mobil, skor REBA yang dihasilkan yaitu 5, termasuk kedalam risiko sedang. Dari setiap aktivitas manual handling tersebut skor REBA tertinggi adalah 7. Skor 7 yang dinilai berdasarkan REBA yaitu pada aktivitas pengecekan ban serep dan pengecekan balance. Sehingga diperlukan perubahan prosedur. Pada bagian tubuh yang paling dikeluhkan oleh mekanik adalah bahu sebelah kanan (52,9%) dan pinggang (58,8%) dari total semua (34) responden. Untuk leher bagian atas responden yang merasakan keluhan sebanyak 15 (44,2%), leher bagian bawah, pergelangan tangan kiri dan pergelangan tangan kanan sebanyak 11 responden (32,3%). Sedangkan untuk lengan kiri bagian atas, bokong, paha kanan, pergelangan kaki kiri dan pergelangan kaki kanan berjumlah 8 responden (23,5%). Untuk responden yang merasakan ada keluhan MSDs pada bagian tubuh berjumlah 14 responden (41,2%). Adanya keluhan pada bagian lengan kanan bagian atas, lutut kanan dan betis kanan yang dirasakan responden berjumlah 10 (29,4%).

Untuk responden yang merasakan ada keluhan MSDs pada bagian pantat, lengan kiri bagian bawah, dan paha kiri berjumlah 7 responden (20,6%). Adanya keluhan yang dirasakan pada bagian siku kiri, siku kanan, tangan kiri, tangan kanan, kaki kiri dan kaki kanan berjumlah 4 responden (11,8%). Pada bagian tubuh lengan kanan bagian bawah dan lutut kiri responden yang merasakan adanya keluhan MSDs sebanyak 9 responden (26,5%). Dan bagian tubuh betis kiri yang dirasakan adanya keluhan oleh responden sebanyak 12 (35,3%). Tingkat frekuensi dan keparahan yang paling dirasakan keluhan oleh mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang yaitu pada frekuensi 1 2 x dalam sebulan untuk bagian bahu kiri (43,8%), lengan kiri bagian atas (50%), lengan kanan bagian atas (60%), pantat (42,9%), siku kiri (75%), lengan kiri bagian bawah (42,9%), pergelangan tangan kiri (45,4%), tangan kiri (75%), tangan kanan (75%), paha kiri (57,2%), paha kanan (75%), lutut kiri (55,6%), betis kiri (58,3%), betis kanan (60%), pergelangan kaki kanan (50%), kaki kiri (50%) dan kaki kanan (50%). Sedangkan untuk frekuensi 1 2 kali perminggu yaitu pada bagian tubuh leher bagian atas (53,3%), leher bagian bawah (54,5%), bahu kanan (38,9%), punggung (50%), pinggang (60%), pergelangan tangan kanan (63,6%), lutut kanan (50%). Kemudian untuk frekuensi 1 2 kali per bulan dan setiap hari ditemukan pada pergelangan kaki kiri (37,5%). Untuk jumlah frekuensi 1 2 kali per bulan dan 1 2 kali per minggu yang sama yaitu pada bokong (37,5%), siku kanan (50%), lengan kanan bagian bawah (33,3%). Untuk mengetahui gambaran keparahan keluhan subjektif MSDs yang dirasakan mekanik dengan kuesioner Nordic Body Map yang telah dimodifikasi. Keparahan keluhan MSDs dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu, ringan (adanya keluhan setelah bekerja), sedang (keluhan saat bekerja namun masih bisa bekerja dengan normal), parah (keluhan saat bekerja namun sulit melakukan pekerjaan), dan sangat parah (tidak dapat bekerja, butuh istirahat/libur). Untuk keparahan bagian tubuh paling banyak ditemukan

yaitu pada kelompok sedang (keluhan saat bekerja namun dapat bekerja normal). Bagian tubuh yang mengalami keluhan MSDs dengan tigkat sedang yaitu leher bagian atas (73,3%), leher bagain bawah (72,7%), bahu kiri (62,5%), bahu kanan (66,7%), lengan kiri bagian atas (62,5%), punggung (78,6%), lengan kanan bagian atas (70%), pinggang (70%), bokong (62,5%), lengan kiri bagian bawah (57,1%), lengan kanan bagian bawah (66,7%), pergelangan tangan kiri (54,5%), paha kiri (57,2%), paha kanan (50%), lutut kanan (50%), betis kiri (66,7%) dan betis kanan (80%), pergelangan kaki kanan dan kaki kiri (50%) Selain itu untuk keparahan keluhan MSDs pada kelompok parah yaitu pada bagian tubuh pantat (42,9%) dan kaki kanan (50%). Untuk kelompok ringan pada keluhan MSDs dirasakan pada bagian tubuh yaitu pergelangan tangan kanan (45,4%), tangan kiri dan tangan kanan (50%). Pada kelompok keluhan MSDs ringan dan sedang dengan jumlah yang sama ditemukan pada bagian lutut kiri (44,4%). Dan untuk kelompok keluhan MSDs ringan dan parah dengan jumlah yang sama ditemukan pada bagian tubuh siku kiri (50%) dan pergelangan kaki kiri (37,5%). Selanjutnya untuk kelompok sedang dan parah keluhan MSDs per bagian tubuh yaitu siku kanan (50%). Berikut adalah data keluhan MSDs pada mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang berdasarkan kelompok umur, masa kerja, kebiasaan olahraga, jam tidur dan kebiasaan merokok: 1. Umur Keluhan MSDs paling banyak terjadi pada kelompok umur kurang dari 25 tahun dibandingan dengan kelompok umur lain. Hal ini berbeda dengan teori yang diungkapkan oleh Oborne (1995) bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami seseorang pada umur 24 65 tahun, dan keluhan pertama biasanya dialami oleh pekerja pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Lain halnya menurut Bridger (2003), sejalan dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi degenerasi pada

tulang dan keadaan ini mulai terjadi pada saat umur seseorang 30 tahun. Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori teori yang sudah ada dikarenakan jumlah kelompok umur pekerja yang kurang dari 25 tahun lebih banyak daripada kelompok umur lain. 2. Masa Kerja Pada penelitian ini masa kerja dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok masa kerja < 5 tahun, 5 10 tahun dan > 10 tahun. Masa kerja merupakan faktor risiko yang mempengaruhi eorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya musculoskeletal disorders (MSDs), terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan kerja yang tinggi.(nurhikmah, 2011). Keluhan MSDs paling banyak dirasakan pada kelompok masa kerja kurang dari 5 tahun dibandingkan dengan kelompok masa kerja lainnya. Hal tidak membuktikan penelitian sebelumnya yaitu semakin lama sesorang bekerja maka keluhan MSDs akan meningkat (Seftina,2010) karena jumlah mekanik Toyota Auto 2000 lebih banyak dengan masa kerja < 5 tahun dibandingkan dengan kelompok masa kerja 5 10 tahun dan > 10 tahun. 3. Kebiasaan Olahraga Berdasarkan data kebiasaan olahrga dapat terlihat bahwa lebih banyak yang mengalami keluhan MSDs pada mekanik yang memiliki kebiasaan rutin berolahraga. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa pekerja dengan kekuatan fisik yang rendah akan memiliki risiko 3 kali lipat keluhan dibandingkan yang memiliki kekuatan fisik tinggi (Ariani,2009). Kurangnya aktivitas fisik akan meningkatkan risiko terjadinyaa keluhan otot. 4. Jam Tidur Pada penelitian ini, jam tidur dikelompokkan menjadi 2 yaitu jam tidur yang lebih dari sama dengan 7 jam (cukup) sehari dan jam tidur yang

kurang dari sama dengan 6 jam (kurang). Dari data yang telah diperoleh, keluhan MSDs lebih banyak ditemukan pada mekanik yang memiliki jam tidur 6 jam. Hal ini dapat membuktikan bahwa kesegaran jasmani dapat mengurangi risiko kelelahan pada otot. 5. Kebiasaan Merokok Pada penelitian ini, mekanik lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok. Seperti yang dikemukakan oleh Tarwaka et al, (2004), semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, maka semakin tinggi tingkat keluhan yang dirasakan. Perokok lebih memiliki kemungkinan menderita masalah punggung daripada bukan perokok. Efeknya adalah hubungan dosis yang lebih kuat daripda yang diharpkan dari efek buruk risiko meningkat sekitar 20% untuk setiap batang rokok perhari. [7] Kesimpulan 1. Tingkat risiko ergonomi terkait aktivitas manual handling pada mekanik Toyota Auto 2000 di Cikarang tahun 2013, berdasarkan penilaian dengan metode REBA berada dalam kelompok risiko rendah dan risiko sedang. Meskipun tingkat risiko ergonomi sedang, harus ada perbaikan lebih lanjut agar dapat mencegah terjadinya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs), dan diperlukan tindakan preventif dalam upaya mecegah aktivitas yang dapat menaikkan nilai risiko dari rendah ke sedang atau dari sedang ke tinggi. 2. Bagian tubuh yang paling banyak dirasakan keluhan MSDs pada mekanik yaitu pinggang dan bahu kanan. Kemungkinan akibat dari aktivitas manual handling yang mengakibatkan postur janggal. 3. Frekuensi yang dirasakan oleh mekanik lebih banyak ditemukan pada frekuensi 1 2 bulan dan 1 2 minggu. Namun perlu diperhatikan agar frekuensi keluhan yang dirasakan tidak semakin tinggi.

4. Keparahan yang dirasakan oleh mekanik lebih banyak yang masih sedang yaitu merasa ada keluhan setelah bekerja tetapi bisa bekerja secara normal. 5. Gambaran keluhan MSDs berdasarkan faktor individu, terlihat bahwa sebagian besar keluhan dirasakan pada responden yang berumur < 25 tahun, masa kerja < 5 tahun, memiliki kebiasaan olahraga, jam tidur yang kurang dan kebiasaan merokok. Saran 1. Sebaiknya penanganan mobil yang diservis di sesuaikan dengan tinggi postur mekanik seperti contoh untuk mekanik yang memiliki postur tubuh yang tinggi tidak memperbaiki mobil mobil kecil agar mekanik tersebut tidak membungkuk. 2. Pada saat melakukan aktivitas pekerjaan yang bersifat manual handling, diusahakan bahwa peralatan yang dapat mebantu mekanik mengerjakan aktivitasnya. Seperti contoh apabila sedang mengganti oli mesin, usahakan mobil terangkat menggunakan lifter agar mekanik tidak terlalu membungkuk. 3. Mengurangi ketegangan otot pada bagian tubuh dengan melakukan stretching atau beristirahatlah dengan durasi yang sebentar. 4. Lebih ditingkatkan program kesehatan seperti berolahraga bersama 2x seminggu 5. Pelatihan terkait penanganan secara manual handling yang benar dan aman. Disosialikan risiko ergonomi dan akibat akibatnya sehingga mekanik mengetahui cara kerja yang aman. 6. Adanya studi lebih lanjut terhadap penelitian ini seperti menghubungkan keluhan yang dirasakan dengan faktor faktor individu. Kepustakaan

[1] [2] Grandjean, E. (1993). Fitting the task to the Man. A Textbook of Occupational Ergonomics. 4 th Ed. London: Taylor & Francais Bridger, R.S. (1995). Introduction to Ergonomics.Tailor & Francais Group, London [3] http://www.safework.sa.gov.au (diakses pada tanggal 10 Mei 2013) [4] Vindhagita, Tiranti A. (2012). Skripsi : Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi [5] [6] [7] Dan Keluhan Subjektif Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Operator Di Area Trimming PT Bridgestone Tire Indonesia Tahun 2012. Depok : UI Press. Tarwaka et al,. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press Pulat, B. Mustafa. (1992). Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work and Health. USA : Aspen Publisher Inc