KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB III METODE PENELITIAN. mengadakan akumulasi data dasar. Metode penelitian deskriptif kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis.

KESANTUNAN BERTUTUR DALAM PEMBELAJARAN KELAS VII SMP NEGERI 1 PENENGAHAN DAN IMPLIKASINYA

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWAKELAS XI SMK DINAMIKA LAMPUNG UTARA. Oleh

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

KESANTUNAN DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI SMP NEGERI 21 BANDARLAMPUNG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM WACANA SMS MAHASISWA PADA DOSEN PBSI DAN IMPLIKASINYA. Oleh

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG.

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB III METODE PENELITIAN. dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) TINDAK TUTUR ASERTIF PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR TEMPEL RAJABASA DAN IMPLIKASINYA.

PERWUJUDAN TINDAK KESANTUNAN PRAGMATIK TUTURAN IMPERATIF GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS XI SMK NEGERI 8 SURAKARTA

PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN SISWA DI JEJARING FACEBOOK DAN IMPLIKASINYA

(Skripsi) Oleh: TRI WAHYUNI

KEARIFAN TINDAK TUTUR DALAM FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH SUTRADARA SUNIL SORAYA SKRIPSI

KESANTUNAN IMPERATIF TUTURAN SISWA DENGAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SMK KESATRIAN PURWOKERTO

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

(Skripsi) Oleh PUTRI AGISTIA SARI

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA ANAK KOS RIZKY DI DESA DUKUH WALUH KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS BULAN MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM TINDAK TUTUR PADA BUKU CERITA ANAK ABANGKU SAYANG KARYA MARION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN KELOMPOK

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Austin (dalam Nadar, 2009: 11) pada dasarnya pada saat seseorang

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

BAB II LANDASAN TEORI. seseorang menggunakan kata-kata kerja promise berjanji, apologize minta

PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PEMIMPI

Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Pembelajaran Biologi SMP Negeri 1 Candipuro. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Salah satu ciri penelitian kualitatif itu

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK SMK

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

ANALISIS KESOPANAN BERBAHASA PADA ANAK USIA 6-10 TAHUN DI DESA LUMBIR KECAMATAN LUMBIR KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

PENYIMPANGAN PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA DALAM ACARA TALKSHOW RUMPI NO SECRET DI YOUTUBE UNGGAHAN MARET 2017

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

JENIS KALIMAT IMPERATIF PADA TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMK N 1 SAWIT KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA SKRIPSI

Tindak Tutur Direktif Guru Perempuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

FLORENSIA MARSELLI KIDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN DENGAN KARYAWAN UNESA. Pembimbing Dra.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama. Di dalam berbicara, penutur dan lawan tutur sama-sama

Transkripsi:

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com Abstract The study aimed to describe how the politeness used in dialogue by the role character of Sang Pencerah movie which was made by Hanung Bramantyo and the implementation in learning bahasa Indonesia for Senior High School Students. This research was used descriptive qualitative method. The result of this research showed that Sang Pencerah movie used various maxim of politeness such as wisdom maxim, generosity maxim, praise maxim, humility maxim, agreement maxim, and sympathy maxim. Sang Pencerah movie used linguistic politeness form was characterized by various expressions. Sang Pencerah movie used form of linguistic politeness was characterized by expression of markers of politenes such as help, please, come on, pardon, let, thank you, and permission. Sang Pencerah movie was used pragmatic politeness as expression with the variety of speech act with two form of speech, such as interrogative and declarative speech. Keywords: linguistic, maxim, politeness, pragmatic, sang pencerah movie. Abstrak Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo dan implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesantunan bertutur dalam film Sang Pencerah menggunakan beragam maksim kesantunan, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Film Sang Pencerah menggunakan bentuk kesantunan linguistik yang ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan, yaitu tolong, silakan, mari, maaf, ayo, terima kasih, dan permisi. Film Sang Pencerah menggunakan kesantunan pragmatik sebagai ekspresi berbagai tindak tutur dengan dua bentuk tuturan, yaitu tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Kata kunci: film sang pencerah, kesantunan, linguistik, maksim, pragmatik. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 1

P E N D A H U L U A N Bertutur merupakan kegiatan sosial dan realisasi dari berbahasa. Bahasa bersifat abstrak, sedangkan bertutur bersifat konkret. Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam proses penyampaian maksud, ide, gagasan, pikiran, dan perasaannya. Menurut Keith Allan (dalam Rahardi, 2005: 52) bertutur adalah kegiatan yang berdimensi sosial. Sama halnya dengan kegiatan-kegiatan sosial lainnya, kegiatan bertutur dapat berlangsung dengan baik apabila para peserta pertuturan tersebut semuanya dapat terlibat aktif di dalam proses bertutur. Agar proses komunikasi penutur dan mitra tutur dapat berjalan dengan lancar, mereka harus saling bekerja sama. Salah satu cara kerjasama yang baik dapat dilakukan dengan perilaku santun dalam bertutur. Jika kesantunan bertutur dapat terjaga dengan baik, maka tuturan akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kesantunan bertutur, sebab tuturan yang santun akan mempermudah dalam menjaga proses berkomunikasi. Leech (1993: 206-207) membagi prinsip kesantunan menjadi 6 maksim. Dari pembagian keenam maksim tersebut, sering kita jumpai penggunaannya dalam percakapan sehari hari. Maksimmaksim tersebut antara lain (1) maksim kearifan (tact maxim), (2) maksim kedermawanan (generosity maxim), (3) maksim pujian (approbation maxim), (4) maksim kerendahan hati (modesty maxim), (5) maksim kesepakatan (aggrement maxim), (6) maksim simpati (sympathy maxim). Menurut Rahardi (2005: 118) dalam menjaga tuturan agar tetap terlihat santun, penyampaian tuturan tersebut dapat menggunakan wujud kesantunan yang menyangkut ciri linguistik yang akan melahirkan kesantunan linguistik, dan wujud kesantunan yang menyangkut ciri nonlinguistik yang akan menghasilkan kesantunan pragmatik. Kesantunan linguistik merupakan kesantunan yang menggunakan tindak tutur langsung. Kesantunan linguistik ditandai dengan tuturan-tuturan yang menggunakan penanda kesantunan misalnya, tolong, maaf, dan terima kasih. Kesantunan pragmatik merupakan kesantunan yang dituturkan secara tidak langsung. Kesantunan pragmatik merupakan tuturan yang diungkapkan berbeda dengan apa yang diharapkan. Kesantunan pragmatik dibagi menjadi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 2

dua, yaitu kesantunan pragmatik tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Kesantunan dengan menggunakan tuturan deklaratif dapat dilakukan sebagai ekspresi kesantunan pragmatik misalnya, suruhan, ajakan, permohonan, persilaan, dan larangan. Sedangkan kesantunan dengan menggunakan tuturan interogatif dapat dilakukan sebagai ekspresi dari kesantunan pragmatik misalnya, perintah, ajakan, permohonan, persilaan, dan larangan. Penggambaran bentuk interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat dapat kita lihat di layar kaca, khususnya film. Film merupakan salah satu media audiovisual yang disampaikan kepada khalayak ramai dengan menggunakan gambar bergerak serta didukung oleh audio. Film merupakan gambar hidup yang bergerak untuk membangun suatu cerita, termasuk dalam menggambarkan kehidupan khususnya kehidupan manusia. Penggambaran kisah suatu film dilakukan sutradara untuk menceritakan kisah yang hanya fiktif belaka atau hanya bersifat khayalan, maupun kisah yang benar-benar terjadi. Kisah yang hanya fiktif belaka sering kali memiliki kesamaan cerita dengan penontonnya. Dialog film merupakan percakapan atau pertuturan kata-kata oleh para pemeran dalam suatu film. Dialog yang baik serta didukung ekspresi yang tepat akan memudahkan penonton untuk memahami cerita suatu film. Berdasarkan definisi dialog film yang sudah dijelaskan, penulis tertarik meneliti dialog yang menaati dan melanggar maksim-maksim kesantunan. Kemudian penulis juga tertarik melakukan penelitian kesantunan bertutur secara linguistik dan secara pragmatik. Pada penelitian ini, yang menjadi objek kajian penulis merupakan film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo yang berdurasi seratus dua belas menit. Film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo ini merupakan film yang bergenre drama sejarah. Film Sang Pencerah menceritakan kehidupan K.H. Ahmad Dahlan, ulama besar di Indonesia sekaligus sebagai pendiri Muhammadiyah. Film ini mengisahkan tentang perjuangan K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah yang bertujuan untuk memajukan pendidikan dan membangun masyarakat untuk memiliki pikiran yang maju. Film Sang Pencerah menggambarkan tokoh dan perjuangan K.H. Ahmad Dahlan di tengah umat hingga tutup usianya pada Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 3

tahun 1923. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo tahun 2010 ini merupakan pencetus lahirnya film-film sejenisnya. Film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo berhasil meraih gelar sebagai Film Terpuji di ajang Festival Film Bandung (FFB) 2011, selain itu Hanung Bramantyo menyabet gelar sebagai sutradara terpuji dalam film ini. Kajian sebelumnya dengan judul Tindak Tutur Dalam Film King Karya Andi Sihasale dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Di SMA dikaji oleh Weni Handayani pada tahun 2014. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Weni Handayani meneliti tentang tindak tutur yang mencakup kelangsungan dan kelitelaran tuturan dalam film King, sedangkan penelitian ini meneliti kesantunan bertutur yang meliputi kesantunan linguistik, kesantunan pragmatik, dan juga tuturan yang menaati dan melanggar maksimmaksim sopan santun dalam film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo dan kemudian diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Kajian mengenai kesantunan bertutur sebelumnya pernah dilakukan oleh Wini Arwila (2014) dengan judul skripsi Kesantunan Bertutur dalam Interaksi Pembelajaran antara Guru dan Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, karena pada penelitian sebelumnya mengkaji kesantunan bertutur ketika pembelajaran sedang berlangsung antara guru dan siswa di dalam kelas, kemudian mengimplikasikan kesantunan berututur terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP, sedangkan dalam penelitian ini penulis lakukan pada Film Sang Pencerah dan mengimplikasikan kesantunan bertutur dalam Film Sang Pencerah terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA kelas XI. Penulis mengimplikasikan kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Pencerah pada silabus siswa SMA kelas XI. Pada silabus kelas XI, penulis merasa bahwa kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Pencerah ini memiliki kaitan teoritis sehingga dapat menjadi referensi guru dalam membelajarkan bahasa Indonesia di dalam kelas. Berdasarkan uraian Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 4

tersebut, maka penulis ingin mengkaji lebih mendalam untuk melakukan penelitian dengan judul Kesantunan Bertutur Dialog Tokoh dalam Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga berkehendak mengadakan akumulasi data dasar. Pemilihan metode penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini adalah meneliti kesantunan bertutur yang terdapat di dialog tokoh dalam Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo. Peneliti mengadakan observasi (pengamatan dialog tokoh), pengisian data pengamatan, penganalisisan data, dan penyimpulan. Data yang dikumpulkan berbentuk data kualitatif yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan berupa angka. Sebagai suatu kepastian bagi sebuah keadaan hasil penelitian ini akan berisi berbagai kutipan data yaitu kutipan dialog tokoh untuk dideskripsikan dalam kata kajian yang komprehensif dan saling keterhubungan. Deskripsi data yang dianalisis akan ditelaah satu per satu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dari Mahsun (2005: 91). Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik simak bebas libat cakap kemudian teknik catat. Penelitian ini objek kajiannya adalah film Sang Pencerah, jadi peneliti menyimak seluruh dialog dalam film tersebut. Catatan lapangan yang digunakan yaitu catatan deskriptif dan reflektif. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis heuristik. Leech (1993: 61) teknik analisis heuristik berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesishipotesis dan kemudian mengujinya dengan data-data yang tersedia. Dalam analisis heuristik, analisis berawal dari problema, dilengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, dan asumsi dasar bahwa penutur menaati prinsip-prinsip pragmatis, kemudian mitra tutur merumuskan hipotesis tujuan tuturan. Berdasarkan data yang tersedia hipotesis diuji kebenarannya, apabila hipotesis sesuai berarti pengujian Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 5

berhasil. Namun, jika pengujian gagal karena hipotesis tidak sesuai dengan kenyataannya, peneliti memerlukan hipotesis yang baru untuk kemudian diuji lagi kebenarannya sampai diperoleh hipotesis yang berterima. Teknik analisis data dilakukan dengan tahap-tahap yang dijabarkan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut. langkah sebagai berikut. 1. Menyimak seluruh dialog tokoh kemudian mencatat data yang memungkinkan merupakan tuturan yang menaati dan melanggar maksim kesantunan, tuturan yang mengandung kesantunan linguistik, serta tuturan yang mengandung kesantunan pragmatik, ketika Film Sang Pencerah sedang berlangsung, termasuk mencatat unsur-unsur konteks dalam pertuturan. 2. Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan catatan deskriptif, catatan reflektif, dan analisis heuristik, yakni analisis kesantunan. 3. Mengidentifikasi tuturan yang dituturkan oleh seluruh tokoh yang mengandung bentuk kesantunan. 4. Mengklasifikasi tuturan berdasarkan maksim-maksim kesantunan. 5. Mengklasifikasi tuturan yang di dalamnya menggunakan kesantunan linguistik dengan ditandai adanya penanda kesantunan linguistik dan mengklasifikasi tuturan yang mengandung kesantunan pragmatik tuturan deklaratif dan interogatif dengan berbagai ekspresi. 6. Berdasarkan identifikasi dan pengelompokan data, dilakukan penarikan simpulan sementara. 7. Mengecek kembali data yang sudah diperoleh (verifikasi). 8. Penarikan simpulan akhir. 9. Mendeskripsikan implikasi kesantunan bertutur dalam film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA kelas XI. H A S I L D A N P E M B A H A S A N Hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo menunjukkan bahwa terdapat beragam tuturan yang menaati dan melanggar maksimmaksim kesantunan, yaitu (1) maksim kearifan, (2) maksim kedermawanan, Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 6

(3) maksim pujian, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim kesepakatan, dan (6) maksim simpati. Berdasarkan hasil penelitian, penulis juga menemukan kesantunan yang digunakan dalam bertutur dialog tokoh pada film tersebut dapat menggunakan dua bentuk, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Kesantunan linguistik atau secara langsung, ditandai dengan ungkapan-ungkapan penanda kesantunan. Sedangkan, kesantunan pragmatik atau secara tidak langsung menggunakan dua bentuk tuturan, yaitu tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Penaatan keenam maksim kesantunan tersebut seluruhnya ditemukan penerapannya dalam dialog tokoh film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo. Pelanggaran maksim kesantunan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pelanggaran maksim pujian, maksim kerendahan hati, dan maksim kesepakatan. Data kesantunan linguistik yang ditemukan dalam dialog tokoh film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo menggunakan penanda kesantunan tolong, silakan, mari, maaf, ayo, terima kasih, dan permisi. Data kesantunan yang ditemukan dalam dialog tokoh film ini juga terdapat pada tuturan pragmatik secara deklaratif dan tuturan secara interogatif. Tuturan deklaratif sebagai ekspresi kesantunan pragmatik seperti ajakan, persilaan, larangan, dan permohonan. Tuturan interogatif sebagai ekspresi kesantunan pragmatik seperti perintah, larangan, dan permohonan. Penemuan hasil ini berdasarkan tuturan yang dilakukan oleh seluruh tokoh dalam film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo berdurasi seratu lima belas menit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, kemudian hasil penelitian tersebut diimplikasikan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA kelas XI. 1. Penaatan dan Pelanggaran Maksim-maksim Kesantunan Leech dalam Rusminto (2015: 96) menjabarkan bahwa maksim kesantunan dibagi menjadi enam jenis, pertama maksim kearifan, kedua maksim kedermawanan, ketiga maksim pujian, keempat maksim kerendahan hati, kelima maksim kesepakatan, dan terakhir maksim simpati. Penaatan keenam maksim kesantunan tersebut seluruhnya ditemukan penerapannya dalam dialog tokoh film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo. Pelanggaran Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 7

maksim kesantunan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pelanggaran maksim pujian, maksim kerendahan hati, dan maksim kesepakatan. Namun, tuturan yang menaati maksim kesantunan yang intensitasnya paling banyak dilakukan adalah tuturan yang menaati maksim kesepakatan, sedangkan yang intensitasnya paling sedikit dilakukan adalah maksim kearifan dan maksim pujian. Tuturan yang melanggar maksim kesantunan yang intensitasnya paling banyak dilakukan adalah tuturan yang melanggar maksim pujian, sedangkan yang intensitasnya paling sedikit dilakukan adalah tuturan yang melanggar maksim Kerendahan Hati. 2. Kesantunan Linguistik Kesantunan linguistik merupakan kesantunan yang menggunakan tindak tutur langsung. Kesantunan linguistik ditandai dengan tuturan-tuturan yang menggunakan penanda kesantunan misalnya, tolong, maaf, dan terima kasih. Berdasarkan hasil penelitian, kesantunan dalam tindak tutur langsung dilakukan dengan ungkapan penanda kesantunan, yaitu tolong, silakan, mari, maaf, ayo, terima kasih, dan permisi. Ungkapan penanda kesantunan linguistik yang intensitasnya paling banyak dilakukan dalam film ini adalah ungkapan penanda kesantunan ayo, sedangkan ungkapan penanda kesantunan linguistik yang intensitasnya paling sedikit dilakukan dalam film ini adalah ungkapan penanda kesantunan tolong. 3. Kesantunan Pragmatik Kesantunan pragmatik merupakan kesantunan yang menggunakan tindak tutur tidak langsung. Kesantunan pragmatik merupakan tuturan yang diungkapkan berbeda dengan apa yang diharapkan, sehingga keinginan penutur tidak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Kesantunan pragmatik meliputi tuturan yang menggunakan tuturan interogatif dan tuturan deklaratif. Kesantunan pragmatik tuturan deklaratif yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kesantunan pragmatik tuturan deklaratif sebagai ekspresi kesantunan pragmatik ajakan, persilaan, larangan dan permohonan. Kesantunan pragmatik tuturan interogatif yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tuturan interogatif sebagai ekspresi kesantunan pragmatik perintah, larangan, dan permohonan. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 8

4. I m p l i k a s i p a d a P e m b e l a j a r a n B a h a s a I n d o n e s i a d i S M A Di dalam kurikulum 2013 yang sedang digunakan pendidikan di Indonesia saat ini yang lebih menekankan pada pendidikan karakter siswa terdapat komponen-komponen pembelajaran yang berhubungan dengan kesantunan. Kesantunan bertutur dapat diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi dasar siswa kelas XI, dalam KD 3.2 dan 4.2 yang tujuannya mengharapkan siswa dapat menulis teks film/drama yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah setelah membedakan teks film/drama siswa kelas XI mampu memproduksi teks film/drama dengan dialog yang tepat dan santun baik secara lisan maupun tulisan. Pemahaman dan pengetahuan siswa mengenai bahasa yang santun dapat meningkat apabila guru selalu mengarahkan dan membimbing siswa dalam penggunaan bahasa yang santun. Salah satu cara untuk mengajarkan siswa dalam mengetahui dan memahami bahasa yang santun, yaitu dengan menghindari kejenuhan dan memberikan motivasi dalam kegiatan pembelajaran. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian kesatunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo. Ditemukan tuturan yang menaati dan melanggar maksim-maksim kesantunan bertutur yang dilakukan oleh tokoh dalam film Sang Pencerah. Tuturan yang menggunakan kesantunan linguistik ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan yang dituturkan oleh setiap tokoh dalam film Sang Pencerah. Kesantunan pragmatik yang dilakukan oleh tokoh ditandai dengan menggunakan tuturan deklaratif dan tuturan interogatif dengan berbagai ekspresi. Penemuan hasil ini berdasarkan tuturan yang dilakukan oleh seluruh tokoh dalam film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo yang berdurasi seratus lima belas menit. Berikut kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini. 1. Seluruh penaatan maksim-maksim kesantunan ditemukan dalam penelitian ini, yaitu maksim Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 9

kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Total data yang menaati maksimmaksim kesantunan bertutur adalah sebanyak enam puluh dua data tuturan. Pelanggaran maksimmaksim kesantunan yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu maksim pujian, maksim kerendahan hati, dan maksim kesepakatan, dengan jumlah data sebanyak sembilan belas data tuturan. 2. Kesantunan linguistik ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan yang dilakukan oleh tokoh dalam film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo ditemukan dalam penelitian ini, yaitu tuturan yang menggunakan ungkapan penanda kesantunan linguistik tolong, silakan, mari, maaf, ayo, terima kasih, dan permisi. Ahmad Dahlan sebagai tokoh utama dalam film Sang Pencerah paling sering menggunakan penanda kesantunan linguistik ayo dalam tuturannya. Jumlah data kesantunan linguistik yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak sembilan puluh tiga data tuturan. 3. Kesantunan pragmatik yang ditemukan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua bentuk tuturan yaitu secara deklaratif dan interogatif, yaitu tuturan deklaratif sebagai ekspresi kesantunan pragmatik ajakan, persilaan, larangan dan permohonan dan tuturan interogatif sebagai ekspresi kesantunan pragmatik perintah, larangan, dan permohonan. Ahmad Dahlan sebagai tokoh utama dalam film ini paling sering menggunakan tuturan deklaratif sebagai ekspresi kesantunan pragmatik permohonan. Total data yang ditemukan adalah sebanyak empat belas data. 4. Dalam proses pembelajaran, kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo dapat diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI. Berdasarkan kompetensi dasar dalam kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia terdapat pembelajaran mengenai membedakan teks film/drama dan memproduksi teks film/drama. Tujuan pembelajaran tersebut Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 10

adalah setelah siswa dapat membedakan teks film/drama, siswa kelas XI mampu memproduksi teks drama baik secara lisan/tulisan. Ketika proses pembelajaran berlangsung, materi kesantunan dapat dikaitkan dalam menyusun dialog dalam teks film/drama. Dengan mengimplikasikan kesantunan bertutur dialog film Sang Pencerah dalam pembelajaran membedakan dan memproduksi film/drama, diharapkan siswa mampu menggunakan tuturan yang santun yang sesuai dengan konteksnya. Guru sebagai panutan di dalam kelas, setiap kata yang diucapkan akan menjadi contoh untuk peserta didiknya. Sikap yang santun dapat ditunjukkan dengan bahasa tubuh, misalnya siswa bersalaman ketika guru masuk atau keluar kelas. b. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut. 1. Guru bidang studi bahasa Indonesia dapat memanfaatkan film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo sebagai alternatif bahan ajar untuk membedakan dan memproduksi teks film/drama pada siswa kelas XI. Film Sang Pencerah dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk membangun konsep siswa dalam memahami kesantunan sesuai dengan konteksnya. 2. Bagi guru bidang studi bahasa Indonesia, sebagai pendidik sekaligus pengajar hendaknya dapat memahami bahwa kesantunan berbahasa tidak hanya untuk diajarkan melainkan untuk diterapkan juga di dalam kehidupan sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA Barker, Thomas, dkk. 2011. Mau Dibawa ke Mana Sinema Kita? Beberapa Wacana Seputar Film Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Alih Bahasa: M.D.D. Oka. Jakarta: Universitas Indonesia. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rusminto, Nurlaksana Eko. 2015. Analisis Wacana: Kajian Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 11