BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mengembangkan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain dalam kehidupannya. Pendidikan bertujuan untuk membantu para peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan menempuh pendidikan, seseorang dapat terhindar dari rendahnya kemampuan kognitif dan kemiskinan. Pendidikan menjadi pembeda antara seseorang dengan orang yang lainnya, dilihat dari pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Tujuan pendidikan nasional yang tertuang pada Undang Undang Dasar Sisdiknas No.20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif dan mandiri menjadi warga, Negara yang demokratis serta tanggung jawab. Upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah agar tercapainya tujuan Pendidikan Nasional tersebut hamper mencakup seluruh komponen pendidikan seperti pengadaan buku-buku pelajaran, peningkatan kualitas guru, proses pembelajaran, pembaharuan kurikulum, serta lainnya yang berkaitan dengan kualitas pendidikan. Ini telah terjadi pergeseran pola sistem mengajar yaitu dari guru yang mendominasi kelas menjadi guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus menciptakan kondisi belajar yang aktif dan kreatif. Kegiatan pembelajaran 1

2 harus menantang, mendorong eksplorasi memberi pengalaman sukses, dan mendorong eksplorasi memberi pengalaman sukses, dan mengembangkan kecakapan berfikir peserta didik (Dimyati, 2015, hlm. 17). Sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia sedang berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari aspek kognitif, afektif dan pikomotor peserta didik. Agar mutu pendidikan yang bagus dapat tercapai, maka seorang peserta didik harus belajar dengan tekun karena tanggung jawab seorang peserta didik adalah belajar. Sikap tanggung jawab merupakan salah satu nilai karakter bangsa yang harus dimilki peserta didik pada setiap jenjang sekolah. Demikian pula pada jenjang pendidikan sekolah dasar, sikap tanggung jawab sangat penting ditanamkan pada anak usia dini. Hal ini dikarenakan segala sikap terlahir dari sebuah kebiasaan, jika peserta didik sedari dini sudah terbiasa melakukan dan mengerjakan sesuatu dengan tanggung jawab maka pada usia lebih lanjut peserta didik akan terbiasa bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya. Merajuk pada permasalaahan di atas pada subtema aturan keselamatan di rumah dan perjalanan maka hasil belajar peserta didik dapat ditunjukan dengan tanggung jawab peserta didik. Pembelajaran yang akan di kembangkan dalam penelitian ini adalah tentang Tema Keselamatan di Rumah dan Perjalanan Subtema aturan keselamatan di rumahdi kelas II SDN Cipagalo 2 Kabupaten Bandung. Fokus penelitian yang akan dilakukan pada kelas II ini adalah sikap tanggung jawab ini adalah tentang tanggung jawab yang merupakan suatu tindakan atau keyakinan yang dimiliki seorang individu atas kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai suatu tujuan tanpa adanya keraguan atas tindakan yang akan dilakukannya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku dan perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. (Thomas Lickona,2015, hlm.155) Menurut Lickona (dalam Wahyu Fitriastuti, 2013, hlm.95), indikatorindikator tanggung jawab meliputi hal-hal berikut: 1. Menyelesaikan tugas yang diberikan 2. Melaksanakan peraturan sekolah dengan baik 3. Mengerjakan tugas rumah / PR 4. Mandiri ( tidak menyontek)

3 5. Mengakui kesalahan, tidak melemparkan kesalahan kepada teman Strategi yang ingin penelitian lakukan adalah untuk meningkatkan sikap tanggung jawab pada peserta didik agar terbiasa melakukan dan mengerjakan sesuatu dengan tanggung jawab pada usia lebih lanjut peserta didik akan terbiasa bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya yang akan diterapkan oleh pendidik dalam pembelajaran di kelas. Berdasarlan jurnal Umi Tarsih (2015). Diakses dari halaman web tanggal27 April 2017 21 : 25 : http;//jurnal.upi.edu/index.php/wafi/download/ dengan judul Penggunaan model discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, menyatakan bahwa: Berdasarkan hasil penelitian ini telah menunjukkan adanya peningkatan setelah menggunakan model discovery learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat pada Hasil penelitian menuntujkan bahwa ketuntasan kelas pada pra siklus mencapai 57.04%, pada siklus pertama data mencapai 63.20% pada siklus kedua data menjadi 80.80%. Persentase ini sudah mencapai kriteria keberhasilan yaitu 80%. Berdasarlan jurnal Fety Rosalina ( 2016 ). Diakses tanggal 29 April 2017 19 : 45 wib http;//ejournal.upi.edu/2016/12/02/pendidikan dengan judul Penggunaan model discovery learning untuk meningkatkan tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik, menyatakan bahwa: Hasil penelitian ini telah menunjukkan adanya peningkatan setelah menggunakan menggunakan model discovery learning pada setiap siklusnya. Hasil penelitian pada siklus I sebesar 68% (cukup) sedangkan nilai rata-rata peserta didik yaitu 68 (54% skor peserta didik mencapai KKM), pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 87% (baik) sedangkan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik yaitu sebesar peserta didik ( 92% skor peserta didik mencapai KKM). Fokus penelitian selanjutnya adalah hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik Nana Sudjana (2010, hlm. 3) menyebutkan hasil belajar adalah : Perubahan tingkah laku peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Semua perubahan dari proses belajar merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seorang peserta didik setelah melakukan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhannya.

4 Sekarang ini sistem pendidikan di Indonesia sedang berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan baik dari aspek kognitif, afektif dan pikomotor peserta didik. Menurut Bloom (dalam Arie Depiro,2015, hlm. 23) hasil belajar dalam rangka studi yang dicapai melalui tiga katagori ranah yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilian. b) Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, karakterisasi, dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c) Ranah Psikomotor Meliputi gerakan refleks, keterampilan pada gerakan-gerakan terbimbing, kemampuan perseptual (termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motorif, dan gerakan-gerakan skill). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah usaha yang digunakan untuk menghasilkan sebuah prestasi dan dibutuhkan perjuangan serta pengorbanan dan rasa optimis pada individu tersebut agar terjadi perubahan diri pada individu. Perubahan yang terjadi pada individu bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Indikator keberhasilan belajar Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006,hlm.106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, di antaranya yaitu: 1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. 2) perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok. Demikian dua macam tolak ukur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Namun yang banyak dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dari keduanya ialah daya serap peserta didik terhadap pelajaran. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik menurut Suryabrata (2010,hlm.233) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut:

5 1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, digolongkan menjadi faktor fisiologis dan faktor psikologi. 2) Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri pelajar, digolongkan menjadi faktor nonsosial dan faktor sosial. Berdasarkan indikator tersebut, harus suatu kondisi pembelajaran yang bermakna baik ditinjau dari pengembangan isi, bahan dan proses pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tuntutan kurikulum dan bagaimana pula pendekatan dan strategi/teknik mengajar serta model yang dipakai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Adapun faktor penyebab permasalahan yang berasal dari peserta didik antara lain sebagai berikut : 1. Pendidik kurang melibatkan peserta didikuntuk aktif dalam kegiatan pembelajaran 2. Pendidik kurang membimbing peserta didik ketika pembelajaran di kelas sedang berlangsung 3. Pendidik tidak menerapkan model pembelajaran 4. Pendidik tidak menggunakan media pembelajaran dalam proses penyampaian materi tentang penemuan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan melalui observasi nampak peserta didik pasif, keadaan kelas kurang kondusif dikarenakan model yang diterpkan pendidik masih bersifat teacher centered, dalam mengerjakan tugas banyak peserta didik yang mengabaikan petunjuk yang diberikan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran ataupun dalam menjawab soal sehingga tugas yang dikerjakan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan, sikap tanggung jawab peserta didik kurang terlihat hal ini terbukti dari pengamatan yaitu peserta didik sering tidak membuat PR (pekerjaan rumah) dan tugas yang telah diberikan oleh pendidik. Data hasil nilai ulangan pada tahun 2014/2015 subtema aturan keselamatan di rumahmenyatakan bahwa dari 34 peserta didik hanya 52,9% atau hanya sekitar 18 peserta didik saja yang lulus dengan KKM 70 sedangkan sisanya 16 peserta didik atau 47,1% peserta didik tidak mencapai KKM. Dari hasil observasi di kelas pada proses pembelajaran di dapatkan data yaitu sekitar 21 peserta didik sudah membiasakan sikap tanggung jawab dan 18 peserta didik belum membiasakan sikap tanggung jawab. Pada subtema aturan keselamatan di rumah merupakan salah satu subtema yang dipelajari pada kelas II pada Kurikulum 2013, di dalam subtema menjaga

6 keselamatan di perjalanan peserta didik mempelajari beberapa mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, PPKn, Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) dan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga (PJOK). Pada pembelajaran subtema menjaga keselamatan di perjalanan di Sekolah Dasar, menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan agar peserta didik mampu memahami materi secara baik. Pelaksanaan pembelajaran pada subtema menjaga keselamatan di perjalanan hendaknya dapat mendorong peserta didik untuk lebih teliti, bertanggungjawab dan santun, karena keterlibatan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran merupakan salah satu hal yang dapat menentukan keberhasilan pembelajaran sehingga peserta didik tertarik dan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Serta tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti berusaha memperbaiki sikap tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan model discovery learning pada subtema menjaga keselamatan di perjalanan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Untuk mengatasi permasalahan di atas pendidik perlu memilih suatu strategi pembelajaran yang tepat serta menarik perhatian peserta didik sehingga peserta didik lebih terfokus pada pembelajaran yang sangat dekat dengan kondisi mereka. Salah satu metode yang cocok diterapkan pada peserta didik kelas II adalah model pembelajaran discovery. Apabila ditinjau dari katanya, discovery berarti menemukan, sedangkan discovery adalah penemuan. Dalam kaitanya dengan pendidikan, mohammad takdir illahi 2012,hlm.29) menyatakan bahwa discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual pada anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan dilapangan. Dengan kata lain, kemampuan mental intelektual merupakan factor yang menentukan terhadap kerberhasilan mereka dalam menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi, termasuk persoalan belajar yang membuat mereka sering kehingan semangat dan gairah ketika mengikuti materi pelajaran.

7 Penguatan penelitian untuk menggunakan model pembelajaran discovery sejalan dengan kelebihan model discovery learning menurut Mohammad Takdir Ilahi (2012,hlm.70) Dalam penyampaian bahan discovery digunakan kegiatan dan pengalaman langsung. Kegiatan dan pengalaman terserbut akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna. Discovery lebih realistis dan mempunyai makna. Sebab, para anak didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata. Mereka langsung menerapkan berbagai bahan uji coba yang diberikan pendidik, sehingga mereka dapat bekerja sesuai dengan kemampuan intelektual yang dimiliki Discovery merupakan suatu pemecahan masalah. Para anak didik langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam pemecahan masalah. Melaluistrategy ini, mereka mempunyai peluang untuk belajar lebih intens dalam memecahkan masalah, sehingga dapat berguna dalam menghadapi kehidupan di kemudian hari. Discovery yang menitikberatkan pada kemampuan memecahkan suatu persoalan sangat relevan dengan perkembangan masa kini, dimana kita dituntut untuk berpikir solutif mengenai suatu persoalan yang terjadi di tengah tengah masyarakat. Itulah sebabnya, discovery perlu diaktualisasikan dalam kehidupan nyata, sehingga memungkinkan anak didik untuk menjawab persoalan kehidupan yang lebih kompleks. Dengan transfer secara langsung, maka kegiatan discovery banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Kegiatan demikian akan banyak membangkitkan motivasi belajar, karena disesuaikan dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul Penggunaan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Sikap Tanggung Jawab Dan Hasil Belajar Peserta didik (Penelitian Tindakan Kelas Pada Tema 8 Keselamatan Di Rumah Dan Perjalanan Subtema aturan keselamatan di rumahpada Kelas II SDN Cipagalo 2 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2016-2017). B. Identifikasi Masalah

8 Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka masalah yang timbul dalam pembelajaran dapat di identifikasikan sebagai berikut. 1. Sikap tanggung jawab peserta didik kurang terlihat hal ini terbukti dari hasil pengamatan yaitu peserta didik sering tidak membuat PR (pekerjaan rumah) dan tugas yang telah diberikan oleh pendidik. 2. Dalam mengerjakan tugas, banyak peserta didik yang mengabaikan petunjuk yang diberikan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran ataupun dalam menjawab soal, sehingga tugas yang dikerjakan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. 3. Hasil belajar peserta didik masih rendah dari 26 peserta didik hanya 52,9% saja yang lulus atau hanya sekitar 18 orang saja dengan KKM 70. 4. Dalam mengerjakan tugas masih banyak peserta didik yang menyontek (tidak mandiri ) C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka pembatasan penelitian ini adalah: 1. Dari 8 tema dan 32 subtema yang terdapat pada kelas II, peneliti memilih dan mengkaji subtema aturan keselamatan di perjalanan. 2. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan hasil belajar (kognitif) peserta didik. 3. Penelitian ini berfokus pada penggunaan model discovery learning pada subtema aturan keselamatan di rumahpada kelas II SDN Cipagalo 2 Kabupaten Bandung. 4. Subjek dalam penelitian ini hanya akan meneliti peserta didik kelas II di SDN Cipagalo 2 Kabupaten Bandung. D. Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

9 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran melalui model discovery learning pada subtema aturan keselamatan di rumahuntuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik kelas II SDN Cipagalo 2 Kabupaten Bandung? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan model discovery learning pada subtema aturan keselamatan di rumahuntuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik kelas II SDN Cipagalo 2 Kabupaten Bandung? 3. Apakah penggunaan model Discovery Lerning dapat meningkatkan sikap tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik kelas II SDN Cipagalo 2 pada subtema aturan keselamatan di rumah? 4. Bagaimana hambatan yang dialami penelitian saat melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada subtema aturan keselamatan di perjalanan? 5. Upaya apa yang dilakukan penelitian untuk mengatasi masalah yang dialami saat menggunakan model discovery learning? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik kelas II SD Negeri Cipagalo 2 Kabupaten Bandung pada subtema aturan keselamatan di rumahdengan menggunakan model Discovery Learning. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan yang ingin dicapai penelitian adalah: 1. Untuk menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) menggunakan model discovery learning pada subtema aturan keselamatan di rumahagar sikap tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik kelas II SDN 2 Kabupaten Bandung meningkat. 2. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan penggunaan model discovery learning pada subtema aturan keselamatan di rumahagar sikap

10 tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik kelas II SDN Cipagalo 2 Kabupaten Bandung meningkat. 3. Untuk penggunaan model pembelajaran discovery learning pada subtema aturan keselamatan di rumahagar sikap tanggung jawab peserta didik kelas II SDN Cipagalo 2 Kabupaten Bandung meningkat. 4. Untuk penggunaan model pembelajaran discovery learning pada subtema aturan keselamatan di rumahagar hasil belajar peserta didik kelas II SDN 2 Kabupaten Bandung meningkat. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Meningkatnya sikap tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik kelas II SDN Cipagalo 2 Kabupaten Bandung pada subtema aturan keselamatan di rumahdengan Model Discovery Learning. 2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Peserta didik 1) Meningkatnya sikap tanggung jawab peserta didik kelas II SD Negeri Cipagalo 2 Kabupaten Bandung pada subtema aturan keselamatan di perjalanan. 2) Meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas II SD Negeri Cipagalo 2 Kabupaten Bandung pada subtema aturan keselamatan di perjalanan. b. Bagi Pendidik 1) Meningkatnya keterampilan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model discovery learning pada subtema aturan keselamatan di rumahagar sikap tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik kelas II SD Negeri Cipagalo 2 Kabupaten Bandung meningkat. 2) Berkembangnya kemampuan pendidik dalam penggunaan model discovery learning pada subtema aturan keselamatan di rumahagar sikap tanggung jawab dan hasil belajar peserta didik kelas II SD Negeri Cipagalo 2 Kabupaten Bandung meningkat.

11 c. Bagi Sekolah 1) Meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah sehingga mutu lulusan sekolah tersebut meningkat. 2) Dapat mendorong sekolah untuk mencari penemuan baru/ inovasi baru dalam upaya meningkatkan pendidikan di sekolah. d. Bagi Peneliti 1) Dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman peneliti tentang penerapan model discovery learning pada pembelajaran subtema aturan keselamatan di perjalanan. 2) Memberikan referensi bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengembangkan model discovery learning. G. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam variable penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian didefinsikan sebagai berikut: 1. Menurut Hamalik (Illah,2012.hlm.29) menjelaskan discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan dihadapi, sehingga menemukan konsep atau generalisasi yang diterapkan dilapangan 2. Sikap Tanggung jawab yang merupakan suatu tindakan atau keyakinan yang dimiliki seorang individu atas kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai suatu tujuan tanpa adanya keraguan atas tindakan yang akan dilakukannya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku dan perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. ( dalam Thomas Lickona,2015.hlm.155) 3. Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran disekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang dimudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses

12 belajar adalah perolehan suatu hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi pendidik, tidak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedang dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Dimyati dan Mudjiono (2009, hlm,3) Definisi lain dari (Hamalik,2003.hlm.155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatkan dan pengembangann yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang dan dapat di ukur bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan tersebut dikarenakan adanya peningkatkan dari sebelumnya.