KEDUDUKAN, FUNGSI, PERAN DEKOPIN

dokumen-dokumen yang mirip
OLEH : LILIS SOLEHATI Y (KETUA BKWK DEKOPIN)

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

BAB III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SIAK

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN.

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENGARUSUTAMAAN GENDER

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

Assalamu'alaikum Wr.Wb Salam Sejahtera

BAB I P E N D A H U L U A N

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH SELAKU KETUA BKPRS PADA: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL SULAWESI TAHUN 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENEG PP. Layak Anak. Kabupaten. Kota. Kebijakan. Pelaksanaan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI JARIIBU

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BUPATI ROKAN HILIR KEPUTUSAN BUPATI ROKAN HILIR NOMOR 353 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN ROKAN HILIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SIAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 3 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPRI

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

KEDUDUKAN, FUNGSI, PERAN DEKOPIN DALAM PERSPEKTIF PENCAPAIAN TUJUAN KOPERASI Oleh : Abdul Wahab DIERKTUR PERENCANAAN DEKOPIN PUSAT Disampaikan pada : Musyawarah Nasional (MUNAS) Forum Komunikasi Koperasi Mahasiswa Indonesia (FKKMI) Jogyakarta, 17 September 2016 1

KEDUDUKAN, FUNGSI DAN PERAN DEKOPIN : 1. Kedudukan : DEKOPIN adalah organisasi gerakan koperasi yang didirikan pada tanggal 12 Juli 1947 pada Kongres Koperasi Indonesia yang Pertama di Tasikmalaya; 2. Fungsi : a. Wadah perjuangan, cita-cita, nilai-nilai dan prinsip koperasi; b. Wakil gerakan koperasi Indonesia, di dalam maupun di luar negeri; c. Mitra pemerintah dalam pemberdayaan koperasi. 3. DEKOPIN berperan : a. Sebagai wadah untuk memperjuangkan kepentingan dan pembawa aspirasi koperasi; b. Memajukan dan mendorong pemberdayaan koperasi guna mencapai tujuan pendiriannya. 2

STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI DEKOPIN : 1. Struktur Keorganisasian, terdiri dari : Musyawarah Nasional (MUNAS), Pimpinan Paripurna dan Pengawas. 2. Dalam menjalankan kebijakan Pimpinan Paripurna dibentuk Sekretariat Jenderal, serta Badan Khusus dan Lembaga Teknis : 3. Di tingkat Provinsi dibentuk DEKOPIN Wilayah dan di tingkat Kabupaten/Kota dibentuk DEKOPIN Daerah. DEKOPIN Wilayah dan DEKOPIN Daerah menjadi satu-kesatuan dari organisasi DEKOPIN. 4. DEKOPIN mendorong dan memfasilitasi terbentuk dan berkembangnya badan/lembaga pengembang koperasi, seperti lembaga pendidikan formal (IKOPIN dan AMKOP), FORMASI (Forum Pengembang Masyarakat Koperasi), FORWAKOP (Forum Wartawan Koperasi), dan LSM/LPSM lain yang bergerak di bidang pemberdayaan koperasi. 3

TUGAS DEKOPIN BERDASAR UNDANG-UNDANG : a. Memperjuangkan kepentingan dan menyalurkan aspirasi koperasi; b. Melakukan supervisi dan advokasi dalam penerapan nilainilai dan prinsip koperasi; c. Meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat; d. Menyelenggarakan sosialisasi dan konsultasi kepada koperasi; e. Mengembangkan dan mendorong kerjasama antar koperasi dan antara koperasi dengan badan usaha lain, baik pada tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional; f. Mewakili dan bertindak sebagai juru bicara gerakan koperasi; g. Menyelenggarakan komunikasi, forum dan jaringan kerjasama di bidang perkoperasian; h. Memajukan organisasi anggotanya. 4

ANCANGAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DALAM PELAKSANAAN TUGAS DEKOPIN : (1) DEKOPIN memperjuangan kepentingan dan menyalurkan aspirasi koperasi, antara lain : 1. Mendorong tumbuh dan berkembangnya koperasi dalam iklim yang demokratis dan berkeadilan sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945; 2. Mendorong tersedianya kebijakan pembangunan dan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya secara adil dan berkelanjutan; 3. Memberikan rekomendasi adanya kebijakan perlindungan bagi usaha koperasi tertentu dan atau di wailayah tertentu; 4. Memberikan layanan hukum, membangun kesadaran hukum dan penghormatan terhadap hukum. 5

ANCANGAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DALAM PELAKSANAAN TUGAS DEKOPIN : (2) Tugas supervisi dan advokasi dalam penerapan nilainilai dan prinsip koperasi dilakukan dengan : 1. Menyusun pedoman dan acuan penerapan nilainilai dan prinsip koperasi dalam organisasi dan usaha koperasi; 2. Mensosialisasikan penerapan nilai-nilai dan prinsip koperasi dalam praktek berkoperasi kepada gerakan koperasi dan masyarakat; 3. Memberikan rekomendasi atas pelanggaran nilainilai dan prinsip koperasi kepada pemerintah; 4. Mempromosikan sukses koperasi dalam penerapan prinsip-prinsip koperasi. 6

ANCANGAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DALAM PELAKSANAAN TUGAS DEKOPIN : (3) Peningkatan kesadaran berkoperasi dikalangan masyarakat dengan kegiatan : 1. Tersusun rancangan kebijakan pola dasar pemberdayaan koperasi melalui peningkatan kualitas SDM; 2. Melakukan kegiatan pendidikan perkoperasian dalam arti luas dan kegiatan diklatluh pada umumnya; 3. Menyusun rencana kebutuhan SDM koperasi, termasuk standar kompetensi dan pola rekruitmennya; 4. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan internalisasi prinsip koperasi pada semua pemangku kepentingan koperasi; 5. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan kegiatan diklatluh oleh instansi pemerintah dan lembaga masyarakat. 7

ANCANGAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DALAM PELAKSANAAN TUGAS DEKOPIN : (4) DEKOPIN bertugas melakukan kegiatan sosialisasi dan konsultasi kepada gerakan dengan kegiatan antara lain : 1. Pengembangan lembaga/perangkat DEKOPIN yang bertugas membantu gerakan koperasi dalam memecahkan permasalahan internal mereka; 2. Pengembangan media sosialisasi melalui lembaga penerbitan DEKOPIN, sarana rujukan perkoperasian, dan perpustaakaan; 3. Kerjasama dengan perguruan tinggi dalam rangka pengembangan koperasi melalui kelembagaan inkubasi bisnis; 4. Intensif bekerjasama dengan media cetak dan media elektronik dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap koperasi dan mendorong minat masyarakat dalam berkoperasi. 8

ANCANGAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DALAM PELAKSANAAN TUGAS DEKOPIN : (5) Dalam rangka mendorong dan mengembangkan kerjasama antar koperasi dan kerjasama antara koperasi dengan badan usaha lainnya, DEKOPIN akan : 1. Memperkuat kelembagaan JUK DEKOPIN dan memfasilitasi kegiatannya melalui dukungan anggaran pemerintah; 2. Efektif dalam mengkoordinasikan kegiatan pengembangan jaringan usaha koperasi yang dibiayai pemerintah; 3. Mendorong gerakan koperasi aktif dalam kelembagaan dan kegiatan KADIN dan organisasi badan usaha lainnya dalam dan luar negeri; 4. Tersusunnya rencana aksi dan road map integrasi usaha koperasi hulu dan hilir; 5. Mengembangkan koperasi unggulan contoh khususnya pada koperasi produsen klas dunia. 9

ANCANGAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DALAM PELAKSANAAN TUGAS DEKOPIN : (6) Tugas DEKOPIN dalam hal mewakili dan bertindak sebagai juru bicara gerakan koperasi dilakukan : 1. Aktif mengikuti agenda berkala ICA dan pertemuan gerakan koperasi internasional; 2. Efektif dalam mempromosikan hasil-hasil rumusan advokasi DEKOPIN hingga menjadi kebijakan pemerintah; 3. Aktif dalam kegiatan rapat-rapat perumusan program dan anggaran di DPR RI dan memfasilitasi kegiatan DEKOPIN Wilayah dan DEKOPIN Daerah agar aktif mengikuti kegiatan di DPRD; 4. Konsolidasi organisasi dengan gerakan koperasi berjalan optimal yang terintegrasi dengan kebijakan pembangunan koperasi di daerah; 10

ANCANGAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DALAM PELAKSANAAN TUGAS DEKOPIN : (7) DEKOPIN menyelenggarakan kegiatan komunikasi, forum dan jaringan kerjasama di bidang Perkoperasian, diarahkan dalam rangka : 1. Terbinanya citra positif tentang koperasi dan meningkatnya apresiasi masyarakat dalam berkoperasi; 2. Kelembagaan dan sekretariat DEKOPIN, DEKOPIN Wilayah dan DEKOPIN Daerah efektif melayani kebutuhan gerakan koperasi; 3. Terbangunnya kelembagaan integratif antar koperasi, khususnya kelembagaan Koperasi Sekunder; 4. Seluruh pemangku kepentingan gerakan koperasi memiliki pandangan dan misi yang sama dalam hal penumbuhan koperasi yang sehat, kuat dan mandiri, serta memiliki kesetaraan untuk bersanding dan kemampuan untuk bersaing; 11

ANCANGAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DALAM PELAKSANAAN TUGAS DEKOPIN : (8) Untuk memajukan koperasi anggotanya, program DEKOPIN antara lain : 1. Mendorong dan memfasilitasi kemajuan bisnis koperasi dengan kegiatan kontak dagang, temu bisnis dan sejenisnya; 2. Mengarahkan koperasi kepada akses sumberdaya produktif terutama yang telah disediakan pemerintah; 3. Melakukan kegiatan pengembangan SDM melalui kegiatan pendidikan formal, maupun kegiatan Diklatluh pada umumnya; 4. Memastikan gerakan koperasi dapat menyelenggarakan Rapat Anggota sesuai ketentuan yang berlaku; 5. Melakukan promosi, menyusun succes story, dan keragaan gerakan koperasi. 12

Tiga agenda pokok perlu dilakukan oleh koperasi guna memantapkan kedudukannya sebagai pilar ekonomi rakyat : (1) Reposisi fungsi dan peran sebagai organisasi yang berkemampuan mengartikulasikan kepentingan dan pembawa aspirasi ekonomi rakyat; (2) Reorganisasi koperasi, baik secara struktural maupun kultural; dan (3) Revitalisasi usaha sesuai dengan tuntutan kebutuhan anggotanya. 13

Reposisi fungsi dan peran Koperasi : Gerakan koperasi sudah saatnya perlu melakukan reposisi fungsi dan perannya; Secara internal dengan mengkonsolidasikan segenap potensi anggota ke dalam mainstream organisasi dan usaha koperasi, dengan tujuan mendorong tumbuhnya koperasi yang besar, sehat dan mandiri; Secara eksternal dengan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap koperasi dan dalam berkoperasi, antara lain melalui kegiatan advokasi dan sosialisasi. 14

Reorganisasi Koperasi : 1. Secara Struktural : Koperasi perlu melakukan perubahan, paling tidak yang terkait dengan kepengelolaan, permodalan, jenis dan usaha, serta pengawasan terhadap organisasi dan usaha koperasi. 2. Secara Kultural : Seperti pada badan usaha lainnya, maka terhadap koperasi berlaku pula kaidah-kaidah dalam hukum ekonomi pada umumnya, dengan e ber s promotion sebagai tujuan koperasi. 15

Revitalisasi Usaha Koperasi : Hakikat revitalisasi usaha koperasi, terkait dengan : Reinventing; Consolidation; Strengthening; Revitalisasi koperasi adalah proses kaji ulang terhadap kebijakan dan praktek pengembangan koperasi dan sistem tata kelola koperasi; Dalam kegiatan revitalisasi ini, koperasi mesti memilih prioritas dan orientasi baru guna mendorong peningkatan daya asaing; 16

Reinventing : Kembali Ke Jati Diri Koperasi Penegasan kedudukan anggota di dalam koperasi, anggota selain sebagai pemilik (owner) juga sekaligus sebagai pelanggan/pengguna (user) jasa koperasi. Prinsip pemilik sekaligus pengguna ini diakui sebagai residual claimant koperasi yang disebut dengan e ber s promotion. Dan prinsip inilah yang secara mendasar membedakaan koperasi dengan badan usaha lainnya, baik dari sisi arah pengembangan usahanya, maupun organisasi dan manajerialnya; Pemurnian jati diri koperasi ditujukan dalam rangka : (a) kedudukan anggota dalam koperasi harus diletakkan pada kesempatan pertama dan terakhir dalam membina koperasi. Bila selama ini kita berhasil mengembangkan koperasi, maka keberhasilan tersebut baru sebatas mengembangkan lembaga koperasinya; (b) mengembangkan struktur organisasi dan manajemen koperasi yang harus menjamin prinsip democratic member control; (c) bekerjanya perusahaan koperasi dan aktivitas usaha koperasi menjamin kaidah e ber s pro otio dan patronage refund for members; serta (c) untuk itu diperlukan adanya institusi supervisi dan advokasi pelaksanaan prinsip-prinsip koperasi.

Consolidation : Penyatuan Potensi Hulu dan Hilir Sesuai Dengan Jenis Usaha Koperasi Hal yang sangat mendasar dan perlu dilakukan perubahan adalah pada usaha koperasi yang selama ini disebut serba usaha. Usaha koperasi yang serba usaha pada dasarnya adalah bagaimana mengintegrasikan proses hulu dan hilir dari potensi ekonomi anggota ke dalam kegiatan usaha koperasi; Bagaimana koperasi dapat meningkatkan skala usahanya yang mampu menjamin efisiensi ekonomi. Skala usaha dapat ditingkatkan bila koperasi mau secara konsisten menerapkan prinsip open membership dengan tidak membatasi keanggotaan pada status sosial anggotanya, disamping upaya amalgamasi (merger) antar koperasi sejenis; Penguasaan hulu-hilir dari suatu proses produksi, distribusi dan pemasaran. Penguasaan hulu-hilir ini dapat dilakukan dengan mengembangkan unit usaha koperasi yang berkait dengan bisnis inti, atau dengan membangun aliansi strategis (yang selanjutnya disebut dengan jaringan usaha koperasi).

Strengthening : Fokus Pada Bisnis Inti Bisnis inti koperasi pada dasarnya mengacu pada kepentingan yang sama dari para anggota, dan jenis usaha koperasi. Secara umum status ekonomi anggota, yaitu sebagai produsen atau konsumen, dan kegiatan-kegiatan yang mendukung terhubungnya antara konsumen dan produsen; Dengan demikian tujuan koperasi menjadi dapat disederhanakan, yakni meningkatkan pendapatan anggota untuk koperasi yang anggotanya produsen, atau meningkatkan daya beli anggota untuk koperasi yang anggotanya konsumen.

Mengembalikan Fungsi dan Peran Koperasi Sekunder (1) : Diakui koperasi sekunder belum mampu secara optimal mengkonsolidasikan potensi ekonomi dan bisnis anggotanya; Banyak koperasi sekunder melakukan kegiatan yang terlepas uncoupling dari kepentingan anggotanya, bahkan menjadi pesaing dengan melakukan kegiatan yang sama dilakukan oleh anggotanya; Dengan mengamati kondisi di atas, maka koperasi sekunder tidak mampu menjalankan fungsi subsidiaritas (auxiliary body) bagi anggotanya, dan tidak mampu berperan sebagai inter linkage antar koperasi. 20

Mengembalikan Fungsi dan Peran Koperasi Sekunder (2) : a. Terkait dengan fungsi subsidiaritas, koperasi sekunder memiliki rencana aksi dalam melakukan integrasi usaha, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Inilah hakikat koperasi serba usaha yang sesungguhnya; b. Mendefinisikan kembali hakikat inter linkage koperasi sekunder seperti dengan kegiatan inter landing, polling system, dan joint buying/joint selling; c. Koperasi sekunder yang tidak mampu melaksanakan kegiatan sebagaimana huruf (a) dan huruf (b) di atas, bisa jadi memang koperasi sekunder itu sudah tidak diperlukan oleh anggotanya; d. Koperasi sekunder lebih membuka diri dan keluar dari paradigma status sosial-ekonomi anggotanya (koperasi primer); 21

Koperasi akan bermanfaat, bila : (Sumber : Ramudi Arifin, IKOPIN, 2002, Manfaat Harga Koperasi. Adakah biaya akan turun dengan adanya kerjasama? Mungkinkah usaha bersama akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha sendiri; Dapatkah pengalaman individual dimanfaatkan secara efektif menjadi pengalaman bersama; Adakah manfaat tak berwujud (intangible benefits) yang lebih melalui kegiatan bersama; Adakah meningkatnya kekuatan bersama, misalnya posisi tawar melalui kerjasama tersebut; Seberapa besar kebebasan individu untuk bertindak perlu dikorbankan berhubung adanya keharusan untuk berpartisipasi ke dalam usaha bersama.