BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

dokumen-dokumen yang mirip
G A H A R U, SNI

.:::: Powered By Ludarubma ::::. G A H A R U

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

Ribuan mikroba penyebab penyakit disuntikkan

EKONOMI GAHARU. Oleh : Firmansyah, Penyuluh Kehutanan. Budidaya pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal masyarakat.

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BP2LHK Manabo Kampus Kreatif Sahabat Rakyat

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

TEKNIK BUDIDAYA GAHARU SERTA PERAN NYATA PENYULUH KEHUTANAN DALAM BUDIDAYA GAHARU

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

TINJAUAN PUSTAKA. Gaharu merupakan hasil dari pohon atau kayu dengan famili. Thymeleaceae dan bermarga Aquilaria. Aquilaria malaccensis adalah sumber

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

E U C A L Y P T U S A.

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

Cara Mencangkok Pohon Mangga

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

III. BAHAN DAN METODE

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sawo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

A. Struktur Akar dan Fungsinya

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

3. METODE DAN PELAKSANAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

Transkripsi:

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya sampai 4 cm, lebar 2,5 cm. Bentuk biji bulat telur, tutupnya rapat oleh rambut yang berwarna merah. A. Teknik dan Cara Budidaya Gaharu Gaharu dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 750 mdpl. Tinggi pohon mencapai 40 m dengan diameter batang mencapai 60 cm. Permukaan batangnya licin, berwarna keputih-putihan, kadang-kadang beralur. Kayu biasanya keras. Bentuk daun lonjong agak memanjang dengan ukuran panjang 6-8 cm, lebar 3-3,5 cm. Ujung daun meruncing, daun kering biasanya berwarna abu-abu kehijauan, tepi daun agak bergelombang, melengkung, kedua permukaannya licin dan mengkilap. Tulang daun sekunder 12-16 pasang. Bunga terdapat pada ujung ranting, ketiak daun. atau kadang-kadang di bawah B. Perbanyakan Bibit Secara umum, ada 2 (dua) cara perbanyakan bibit tanaman gaharu, yaitu dengan cara generatif dan vegetatif. 1. Cara Generatif Secara generatif (biji), bibit Gaharu dapat diperoleh dari biji maupun secara puteran. Pembuatan bibit gaharu dari biji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan biji ini, yaitu : - Buah yang sudah tua di batang dikumpulkan pada musim buah. - Buah yang diperoleh dikeringkan selama beberapa hari dengan cara diangin-anginkan atau dijemur selama 2 (dua) jam pada pagi hari, yaitu antara jam 08.00-10.00. - Biji yang sudah kering ditaruh di dalam karung dan disimpan dengan baik, jangan sampai terkena air, lembab, berjamur atau dimakan serangga dan tikus, sampai waktunya untuk disemaikan. 1 2

2. Pembuatan bibit secara puteran Tanaman Gaharu dapat dikembangbiakkan secara alami melalui pemencaran biji. Pohon yang sehat biasanya dapat menghasilkan banyak biji dengan daya kecambah yang cukup tinggi. Umumnya, pohon yang berasal dari biji baru bisa menghasilkan buah setelah berumur ± 8 (delapan) tahun. Anakan gaharu dapat diambil pada awal musim penghujan. Pengambilan anakan ini harus disertai dengan tanah disekitarnya dan dilakukan dengan hati-hati agar akar jangan sampai rusak. Kemudian anakan tersebut ditempatkan di polybag dan dipelihara di bedengan sampai siap untuk ditanam. 3. Cara Vegetatif Perbanyakan bibit tanaman gaharu secara vegetatif dapat dengan cangkok, okulasi, stek pucuk dan lain sebagainya. Namun cara vegetatif ini memiliki kelemahan, antara lain : - Perakaran tanaman kurang lengkap, sehingga mudah roboh bila tertiup angin kencang. - Tanaman kurang tahan menghadapi keadaan kurang air, khususnya di musim kemarau panjang, karena sifat perakarannya yang dangkal dan kurang mampu mengambil air tanah. Namun perbanyakan dengan cara vegetatif ini adalah bibit relatif lebih cepat dibandingkan dengan cara generatif. C. Penanaman Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya. 1. Jarak Tanam Jarak tanam 3x3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 2.5x3 m sampai 2.5x5 m. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain, maka jarak tanaman gaharu minimal 3 m dari tanaman tersebut. 2. Lubang tanam Ukuran lubang tanam adalah 40x40x40 cm. Lubang yang sudah digali dibiarkan minimal 1 minggu, agar lubang beraerasi dengan udara luar. Kemudian masukkan pupuk dasar, campuran serbuk kayu lapuk dan kompos dengan perbandingan 3:1 sampai mencapai ¾ ukuran lubang. Kemudian setelah beberapa minggu pohon gaharu, siap untuk ditanam. D. Pemeliharaan Pemupukan dapat dilakukan sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos sebanyak 3 kg melalui pendangiran dibawah canopy. Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 tahun, kemudian dosisnya 3 4

bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung agar kena cahaya matahari diikuti penyemprotan pestisida seperti. Pembersihan gulma dapat dilakukan 3 bulan sekali atau pada saat dipandang perlu. Pemangkasan pohon dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu. E. Proses Pembentukan Gaharu Gaharu dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian. Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen. Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk. Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol. Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani,fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporiumsp. F. Proses Pembentukan Gaharu secara Bauatan: Teknologi sederhana untuk membentuk gaharu, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Melukai batang pohon 2. Cara pembenihan mikroorganisme 5 6

3. Pemberian oli dan gula merah 4. Memasukan potongan gaharu 5. Cara bor spiral pada batang gaharu (Aquilaria malaccensis) yang berumur minimal 5 tahun G. Spesifikasi Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu. 1. Cara Pemungutan 2. Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut. 3. Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai kayu gaharu. 4. Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya. 5. Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok. 6. Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu gaharu. H. Pengolahan Minyak Gaharu Sebelum dijadikan bahan baku parfum, gaharu harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan minyak dan senyawa aromatik yang terkandung di dalamnya. Sebagian kayu gaharu dapat dijual ke ahli penyulingan minyak yang biasanya menggunakan teknik distilasi uap atau air untuk mengekstraksi minyak dari kayu tersebut. Untuk mendapatkan minyak gaharu dengan distilasi air, kayu gaharu direndam dalam air kemudian dipindahkan ke dalam suatu tempat untuk menguapkan air hingga minyak yang terkandung keluar ke permukaan wadah dan senyawa aromatik yang menguap dapat dikumpulkan secara terpisah. Teknik distilasi uap menggunakan potongan gaharu yang dimasukkan ke dalam peralatan distilasi uap. Tenaga uap yang menyebabkan sel tanaman dapat terbuka sehingga minyak dan senyawa aromatik untuk parfum dapat keluar. Uap air akan membawa senyawa aromatik tersebut kemudian melalui tempat pendinginan yang membuatnya terkondensasi kembali menjadi cairan. Cairan yang berisi campuran air dan minyak akan dipisahkan hingga terbentuk lapisan minyak di bagian atas dan air di bawah. Salah satu metode digunakan saat ini adalah ekstraksi dengan 7 8

[superkritikal CO2], yaitu CO2 cair yang terbentuk karena tekanan tinggi. CO2 cair berfungsi sebagai pelarut aromatik yang digunakan untuk ekstraksi minyak gaharu. Metode ini menguntungkan karena tidak terdapat residu yang tersisa, CO2 dapat dengan mudah diuapkan saat berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal. I. Nilai Ekonomi Gaharu banyak diperdagangan dengan harga jual yang sangat tinggi terutama untuk gaharu dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp. yang dalam dunia perdangangan disebut sebagai gaharu beringin. Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah, biasanya disebut sebagai gaharu buaya. Selain ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, kualitas gaharu juga ditentukan oleh banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula sebaliknya. Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas besar, yaitu gubal, kemedangan, dan abu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu dengan kandungan damar wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki kasar, dan kayu lunak. Kelas terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu. J. Prospek Bisnis Gaharu Sebanyak 2000 ton/tahun gaharu memenuhi pusat perdagangan gaharu di Singapura. Gaharu tersebut 70% berasal dari Indonesia dan 30% dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hutan alam sudah tidak mampu lagi menyediakan gaharu. Gaharu hasil budidaya merupakan alternatif pilihan untuk mendukung kebutuhan masyarakat dunia secara berkelanjutan. Jika satu pohon gaharu hasil budidaya menghasilkan 10 kg gaharu (semua kelas), maka diperlukan pemanenan 200.000 pohon setiap tahun. Dengan harga mulai dari 500.000-30 juta/kg bahkan bisa lebih, tergantung asal species pohon dan kualitas gaharu dan minyak gaharu yang disuling dari gaharu kelas rendah (kemedangan) memiliki harga mulai dari 50.000-100.000/ml maka keuntungan dari budidaya gaharu dapat mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat. 9 10

11