BAB IV HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian Metode

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

HUBUNGAN POLA SEKSUAL IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO LINDA FITRIANTI

BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian Karakteristik sampel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendukung MDG di Denpasar, Bali pada Rabu pagi (

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB I PENDAHULUAN I.1

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM H. ABDUL MANAN SIMATUPANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

102 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari partus lama pada prinsipnya adalah his yang tidak efisien (in adekuat), faktor

Dinamika Kesehatan Vol. 7 No. 2 Desember 2016 Salmarini, et. al., Faktor-faktor yang...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia lebih dari ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

PENELITIAN PENYEBAB PERSALINAN PRETERM

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita, dimana kehamilan merupakan proses fertilisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. maternal di Kabupaten Bantul tahun didapatkan hasil sebagai

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kewajiban negara dalam upaya pemenuhannya. Kesehatan juga

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan terdiri dari 3 metode. Metode pertama yaitu persalinan

BAB V PEMBAHASAN. Mulyoharjo Kabupaten Pemalangmempunyai perilaku yang baik dalam merencanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional analitik komparatif kategorik

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBEDAAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI ANTARA PRIMIPARA DAN MULTIPARA. Siti Aisyah

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar. R, 2002). dengan jalan pembedahan atau sectio caesarea meskipun bisa melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahteramas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB ΙΙ TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

33 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian a. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Data hasil penelitian didapatkan responden sebanyak 100 responden. Hasil penelitian ini menguraikan hubungan hubungan antara umur, paritas, pekerjaan, usia Kehamilan, riwayat KPD dengan kejadian KPD. 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Karakteristik responden di RSUD dr Iskak Tulungagung Variabel Jumlah (n=100) Persentase (%) Umur <20, >35 tahun(risiko tinggi) 20-35 tahun (risiko 50 50 50 50 rendah) Paritas Primipara multipara 46 54 46 54 Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Usia Kehamilan Preterm dan posterm Aterm Riwayat KPD Tidak KPD KPD Sumber : Data Primer (2016) 56 44 24 76 59 41 Berdasarkan tabel 4.1 terlihat jumlah responden sebanyak 100, jumlah responden berdasarkan usia yaitu antara usia <20, >35 tahun dan 20-35 tahun 56 44 24 76 59 41 33

34 adalah sama. Sebagian besar responden memiliki paritas multipara, responden tidak bekerja, usia kehamilan aterm dan tidak memiliki riwayat KPD. b. Hasil Penelitian Analitik 1. Analisis Bivariat 1) Hubungan Umur dengan kejadian KPD Tabel 4.2Hubungan umur dengan kejadian KPD Variabel KPD Tidak KPD Total OR CI95% p n % n % <20th, >35th 18 51 32 49 50 1.09 (0.48-0.834 2.48) 20-35th 17 49 33 51 50 jumlah 35 100 65 100 100 Sumber : Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan kejadian KPD pada usia 20-35 tahun 0,94 dari usia <20 dan >25 tahun. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian KPD dengan nilai p =0,834, tetapi tidak siginifikasi secara statistik. Usia <20, >35 tahun dan usia 20-35 tahun memiliki risiko mengalami kejadian KPD 1,09 kali (CI95% : 0.48-2.48). 2) Hubungan Paritas dengan kejadian KPD Tabel 4.3 Hubungan Paritas dengan kejadian KPD Variabel KPD Tidak KPD Total OR CI95% p n % n % Primipara 14 40 32 49 46 1.46 (0.63-0.377 3.35) Multipara 21 60 33 51 54 jumlah 35 100 65 100 100 Sumber : Data Primer (2016)

35 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan kejadian KPD pada primipara 2/3 (0,67) dari multipara. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.377. Primipara memiliki risiko mengalami kejadian KPD 1,46 kali, tetapi tidak signifikasi secara statistik (CI95% : 0.63-3.35). 3) Hubungan Pekerjaan dengan kejadian KPD Tabel 4.4 Hubungan pekerjaan dengan kejadian KPD Variabel KPD Tidak KPD Total OR CI95% p n % n % Tidak bekerja 25 71 31 48 56 2.74 (1.14-0.023 6.61) Bekerja 10 29 34 52 44 jumlah 35 100 65 100 100 Sumber : Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan kejadian KPD pada ibu yang bekerja ½ dari ibu yang tidak bekerja. Analisis Statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian KPD dengan nilai p =0,023. Ibu yang bekerja memiliki risiko mengalami kejadian KPD 2.74 kali (CI95% : 1.14-6.61). 4) Hubungan Usia Kehamilan dengan kejadian KPD Tabel 4.5 Hubungan usia kehamilan dengan kejadian KPD Variabel KPD Tidak KPD Total OR CI95% p n % n % Preterm dan 3 9 21 32 24 5.08 (1.40-0.008 posterm 18.54) Aterm 32 91 44 68 76 jumlah 35 100 65 100 100 Sumber : Data Primer (2016)

36 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan kejadian KPD pada usia kehamilan preterm dan posterm 1/10 dari usia kehamilan aterm. Analisis Statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.008. Ibu yang usia kehamilan Aterm memiliki risiko mengalami kejadian KPD 5.081 kali (CI95% : 1.40-18.54). 5) Hubungan Riwayat KPD dengan kejadian KPD Tabel 4.6 Hubungan riwayat KPD dengan kejadian KPD Variabel KPD Tidak KPD Total OR CI95% p n % n % Tidak KPD 21 60 38 58 59 1.07 (0.46-2.46) 0.881 KPD 14 40 27 42 41 jumlah 35 100 65 100 100 Sumber : Data Primer (2016) Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan kejadian KPD pada ibu yang memiliki riwayat KPD 2/3 dari ibu yang tidak memiliki riwayat KPD. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat KPD dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.881. Ibu yang tidak memiliki riwayat KPD memiliki risiko mengalami kejadian KPD 1.07 kali, tetapi tidak signifikasi secara statistik (CI95% : 0.46-2.46).

37 2. Analisis Multivariat Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi logistik. Tabel 4.7 analisis regresi logistik Hubungan antara umur, paritas,pekerjaan, usia kehamilan, riwayat KPD dengan kejadian KPD Variabel OR CI95% p Batas bawah Batas atas Umur (<20th, >35th dan 1.36 0.53 3.48 0.525 20-35 th) Multipara 3.29 0.80 13.63 0.100 Ibu yang bekerja 2.22 0.87 5.65 0.094 Usia kehamilan aterm 4.84 1.23 19.00 0.024 Ibu yang memiliki Riwayat KPD 2.62 0.64 10.77 0.181 N observasi 115-2 Log likehood 115 Nagelkerke R Square 18,3% Sumber: Data Primer (2016) Berdasarakan tabel 4.7 dari lima variabel setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan hasil variabel yang berhubungan dengan kejadian KPD pada ibu yaitu usia kehamilan. Ibu dengan usia kehamilan aterm berpeluang mengalami kejadian KPD 4.84 kali (CI95% : 1.23-19.00).

38 BAB V PEMBAHASAN B. Pembahasan a. Hubungan Faktor Umur Dengan Kejadian KPD Hasil analisis bivariat Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan kejadian KPD pada usia 20-35 tahun 0,94 dari usia <20 dan >25 tahun. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.525. Usia <20, >35 tahun dan usia 20-35 tahun memiliki risiko mengalami kejadian KPD 1.36 kali (CI95% : 0.53-3.48). Menurut hasil penelitian Kurniawati (2 012) yang membuktikan bahwa umur ibu <20 tahun organ reproduksi belum berfungsi secara optimal yang akan mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal. Ibu yang hamil pada umur >35 tahun juga merupakan faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini karena pada usia ini sudah terjadi penurunan kemampuan organorgan reproduksi untuk menjalankan fungsinya, keadaan ini juga mempengaruhi proses embryogenesis sehingga pembentukan selaput lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya. Hasil penelitian Agu Pu at all (2014) menyatakan bahwa kejadian KPD lebih banyak terjadi pada usia reproduktif yaitu usia 20-35 tahun. Jadi dapat disimpulkan dalam penelitian ini bahwa tidak sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa usia mempunyai hubungan terhadap kejadian KPD. Terbukti dari hasil penelitian didapatkan bahwa usia reproduktif dan usia yang memiliki risiko tinggi sama-sama tidak mempengaruhi kejadian KPD. Pada 38

39 penelitian ini yang mengakibatkan angka kejadian umur <20 dan>35 tahun, 20-35 tahun hasilnnya sama dikarenakan pada kelompok umur bisa melakukan akses pelayanan kesehatan secara optimal sehingga kehamilannya bisa dilakukan monitoring secara tepat, disebabkan karena akses pelayanan kesehatan sudah termasuk dalam pembiayaan kesehatan nasional dimana pemeriksaan kehamilan sudah ditanggung dalam program tersebut sehingga semua umur bias mendapat pelayanan kesehatan yang baik. Hamil yang sehat dianjurkan paling muda pada umur 20 tahun karena pada umur 20 tahun alat kandungan sudah cukup matang. Kehamilan juga tidak boleh terjadi setelah usia 35 tahun, kemungkinan membuahkan anak yang tidak sehat. Komplikasi yang dapat terjadi jika usia hamil berisiko antara lain: anemia keguguran, prematuritas, BBLR, pre eklamsia-eklamsia, persalinan operatif, perdarahan pasca persalinan, mudah terjadi infeksi dan ketuban pecah dini. Salah satu kesiapan fisik bagi seorang ibu hamil dan melahirkan bayi yang sehat adalah menyangkut faktor usia pada saat hamil (BKKBN, 2005). Usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua mempunyai risiko lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur usia kurang dari 20 tahun dari segi biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang secara sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental dan emosinal. Pada usia diatas 35 tahun dan sering melahirkan fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau degenarasi dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama ketuban pecah dini (Susilowati, 2011).

40 b. Hubungan Faktor Paritas Dengan Kejadian KPD Hasil analisis bivariat Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan kejadian KPD pada primipara 2/3 (0,67) dari multipara. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.100. Multipara memiliki risiko mengalami kejadian KPD 3.29 kali (CI95% : 0.80-13.63). Paritas 2-3 merupakan paritas yang dianggap aman ditinjau dari sudut insidensi kejadian ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku (kurang elastik) daripada multiparitas. Uterus yang telah melahirkan banyak anak ( grandemulti) cenderung bekerja tidak efisien dalam persalinan (Cunningham, 2006). Menurut hasil penelitian Supriyatiningsih (2014) menyatakan bahwa paritas tidak ada hubungannya dengan kejadian KPD, Faktor risiko paritas tidak menjadi faktor risiko utama kejadian ketuban pecah dini di RSKIA Sadewa dan kemungkinan ada faktor penyebab lain yang lebih kuat yang menyebabkan ketuban pecah dini. Pada penelitian ini yang menyebabkan faktor paritas bukan merupakan faktor risiko terjadinya KPD disebabkan karena penelitian ini banyak responden yang termasuk dalam kehamilan multipara. Responden yang termasuk dalam kehamilan multipara yaitu responden hamil yang kedua bukan merupakan kehamilan ketiga atau lebih sehingga uterus bekerja efisien dalam persalinan. Kasus-kasus KPD meningkat pada multipara disebabkan karena serviks yang inkompeten sehingga selaput ketuban bagian bawah langsung menerima tekanan inta uteri yang dominan. Ketuban pecah dini disebabkan karena

41 berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterus atau oleh kedua faktor tersebut. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang terdahulu yaitu paritas bukan merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya KPD. c. Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian KPD Dari hasil analisis yang dilakukan Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan kejadian KPD pada ibu yang bekerja ½ dari ibu yang tidak bekerja. Analisis Statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian p =0.094. Ibu yang bekerja memiliki risiko mengalami kejadian KPD 2.22 kali (CI95% : 0.87-5.65). Menurut penelitian Abdullah (2012) Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja menyebabkan lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini. Pekerjaan merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya sebaiknya dihindari untuk mejaga keselamatan ibu maupun janin. Hasil penelitian yang dilakukan Atia et all (2015) didapatkan hasil bahwa wanita yang tidak bekerja lebih rentan terjadi KPD, hal ini disebabkan bahwa ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga memiliki pekerjaan fisik yang lebih berat daripada ibu yang bekerja. Setiap manusia yang hidup harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tidak dapat lepas dari pekerjaan baik pekerjaan ringan maupun berat. Begitu juga dengan ibu yang sedang hamil harus bekerja walaupun

42 pekerjaan itu ringan harus tetap dikerjakan misalnya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Berdasarkan hasil forum diskusi tentang penyebab air ketuban pecah sebelum waktunya dikarenakan kelelahan ibu dalam bekerja ( Susilowati, 2011). Pada trimester pertama berlangsung sejak wanita dinyatakan positif hamil sampai 12 minggu, merupakan usia kehamilan yang paling rawan terutama sebelum usia kehamilannya mencapai 8 minggu, sebaiknya tidak terlalu banyak melakukan aktivitas tetapi kondisi setiap ibu hamil memang berbeda-beda ada yang kuat ada juga yang lemah. Kembali lagi pada kondisi masing-masing hanya dikhawatirkan apabila ibu hamil banyak melakukan aktivitas akan kelelahan. Akibat kelelahan biasanya timbul keluhan berupa sakit perut bagian bawah atau kontraksi yang bisa menyebabkan ketuban pecah sebelum waktunya (Susilowati, 2011). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu dimana pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap kejadian KPD. d. Hubungan Usia Kehamilan Dengan Kejadian KPD Dari hasil penelitian Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan kejadian KPD pada usia kehamilan preterm dan posterm 1/10 dari usia kehamilan aterm. Analisis Statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.024. Ibu yang usia kehamilan preterm dan posterm memiliki risiko mengalami kejadian KPD 4.84 kali (CI95% : 1.23-19.00).

43 Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang penanganannya bergantung pada usia janin. Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal (Astuti, 2012). Menurut penelitian Udofia et all (2015) menunjukkan bahwa usia kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian KPD dimana usia kehamilan dibawah 34 minggu sangat berisiko terjadi infeksi sehingga dapat mengancam keselamatan ibu dan janin, sedangkan untuk usia kehamilan antara 34-36 minggu kejadian KPD disebebakan stres fisik sehingga menyebabkan membran menurun dan penurunan konsentrasi relatif kolagen sehingga mengakibatkan membran kelemahan dan akan menyebabkan terjadinya KPD. Usia kehamilan diatas 36 minggu akan menyebabkan janin yang dikandung oleh ibunya semakin besar atau terjadi makrosomia sehingga tekanan inta uterine akan semakin besar dan bisa menyebabkan lemahnya membrane pada selaput ketuban sehingga menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.

44 Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang terdahulu dimana usia kehamilan merupakan factor risiko yang sangat berpengaruh terhadap kejadian KPD. e. Hubungan Riwayat KPD dengan kejadian KPD Dari hasil penelitian didapatkan Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan kejadian KPD pada ibu yang memiliki riwayat KPD 2/3 dari ibu yang tidak memiliki riwayat KPD. Analisis Statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat KPD dengan kejadian KPD dengan nilai p =0.181. Ibu yang memiliki riwayat KPD memiliki risiko mengalami kejadian KPD 2.62 kali, tetapi tidak signifikasi secara statistik (CI95% : 0.64-10.77). Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2006). Hasil penelitian Abdullah (2013) menunjukkan bahwa ibu yang mengalami KPD proporsinya lebih kecil (22,8%) pada ibu yang pernah mengalami KPD sebelumnya dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya (77,2%).

45 Dari hasil penelitian ini sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu dimana riwayat KPD tidak berpengaruh terhadap kejadian KPD, hal ini disebabkan karena responden sebagian besar primipara sehingga riwayat KPD tidak berpengaruh terhadap kejadian KPD. f. Hubungan umur, paritas, pekerjaan, usia kehamilan, riwayat KPD dengan kejadian KPD Hasil analisis multivariat Berdasarakan tabel 4.7 menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian KPD pada ibu yaitu usia kehamilan. Ibu dengan usia kehamilan preterm dan posterm berpeluang mengalami kejadian KPD 4.84 kali (CI95% : 1.23-19.00). Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang penanganannya bergantung pada usia janin. Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal (Astuti, 2012).

46 Hasil uji secara bersama-sama menunjukkan Negelkerke R Square sebesar 18,3% berarti variabel independen tersebut mempunyai pengaruh 18% dan 82% sisanya merupakan pengaruh lain yang dapat mengakibatkan terjadinya kejadian KPD. Nilai Negelkerke R Square akan semakin baik bila mendekati angka 1. C. KETERBATASAN PENELITIAN Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder sehingga tidak melakukan observasi secara mendalam tentang faktor penyebab terjadinya KPD. Banyak faktor lain yang mempengaruhi kejadian KPD yang tidak diteliti seperti kelainan letak, infeksi, gemelli.

47 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hubungan umur dengan kejadian KPD Umur bukan merupakan faktor risiko kejadian KPD dan secara statistik tidak signifikan dengan nilai OR = 1.36 (CI95% : 0.53-3.48, p= 0.525). 2. Hubungan paritas dengan kejadian KPD Paritas bukan merupakan faktor risiko kejadian KPD dan secara statistik tidak signifikan dengan nilai OR =3.29 (CI95% : 0.80-13.63, p= 0,100). 3. Hubungan pekerjaan dengan kejadian KPD Pekerjaan bukan merupakan faktor risiko kejadian KPD dan secara statistic tidak signifikan dengan nilai OR = 2.22 (CI95% : 0.87-5.65, p= 0,094). 4. Hubungan usia kehamilan dengan kejadian KPD Usia kehamilan merupakan faktor risiko kejadian KPD dan secara statistik signifikan dengan nilai OR = 4,84 (CI95% : 1.23-19.00, p= 0,024). 5. Hubungan riwayat KPD dengan kejadian KPD Riwayat KPD merupakan faktor risiko sangat lemah terhadap kejadian KPD dan secara statistik tidak signifikan dengan nilai OR = 2.62 (CI95% : 0.64-10.77, p= 0,181). 47

48 B. Implikasi 1. Implikasi teori Teori tentang faktor risiko kejadian KPD dapat digunakan untuk menurunkan angka kejadian KPD. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari kelima variabel yang mempengaruhi kejadian KPD yang terdapat hubungan secara langsung yaitu usia kehamilan. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian hubungan umur,paritas, pekerjaan, usia kehamilan, riwayat KPD dengan kejadian KPD dapat dijadikan dasar bagi tenaga kesehatan dalam memberikan pemahaman masyarakat tentang faktor risiko kejadian KPD sebagai upaya pencegahan kejadian KPD pada ibu.faktor risiko yang sangat berpengaruh terhadap kejadian KPD yaitu usia kehamilan, sehingga diharapkan pelayanan kesehatan lebih memperhatikan usia kehamilan sehingga bias melakukan pencegahan terhadap kejadian KPD. 3. Implikasi metodologi Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder tanpa melakukan observasi yang mendalam terhadap faktor risiko kejadian sehingga dalam penelitian ini hanya membahas tentang metode statistik. C. Saran 1. Bagi Pelayanan Kesehatan Dari hasil penelitian ini bias menjadikan masukan untuk lebih mensosialisasikan tentang faktor risiko terjadinya KPD terutama faktor risiko usia kehamilan.

49 2. Bagi Peneliti selanjutnya Disarankan peneliti selanjutnya meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya KPD dan mnelakukan observasi yang mendalam tentang faktor risiko kejadian KPD serta bisa menggunakan metode penelitian yang berbeda.