BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 menempatkan bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERPEN SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-6 PADANG JURNAL ILMIAH

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

I. PENDAHULUAN. kepada seseorang untuk mengembangkan potensi diri agar semua potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 1996:11). Pembelajaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNADAKSA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 diimplementasikan di sekolah secara bertahap mulai tahun

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu memahami ide, gagasan, maupun pengalaman penulisnya.

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka tertarik terhadap

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

BAB I PENDAHULUAN. budaya-akademis. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

(Sugiyono,2013hlm.76) Keterangan : E = kelas eksperimen yang dipilih secara acak K = kelas kontrol yang dipilih secara acak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk. komponen keterampilan bahasa adalah menulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Adapun pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif (Pusat Kurikulum, 2010, hlm. 4). Dengan demikian, pendidikan diharapkan mampu mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas dan memiliki akhlak/karakter yang baik. Penanaman nilai-nilai budaya dan karakter dalam diri peserta didik, salah satunya dapat diupayakan melalui pembelajaran sastra di sekolah. Danardana (2013, hlm. 34 35) mengemukakan bahwa kelahiran sastra bersumber dari kehidupan yang bertata nilai dan pada gilirannya nanti sastra akan memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai. Selain memiliki sifat menghibur, sastra mampu memberi dan sekaligus dapat membuka (memperluas) cakrawala pikiran manusia. Sastra mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan sebagainya, baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang merupakan penyodoran konsep baru. Wellek dan Waren (1989, hlm. 157) berpendapat bahwa penelitian sastra sewajarnya bertolak dari interpretasi dan analisis karya sastra itu sendiri sebab bagaimanapun juga, kita tertarik untuk membahas pengarang, lingkungan sosial, dan proses sastra karena adanya karya sastra. Dengan demikian, penelitian terhadap proses kreatif pencerita cerpen tidak terlepas dari kajian terhadap struktur cerpen yang ditulis oleh pencerita cerpen tersebut.

2 Berdasarkan kajian terhadap struktur cerpen, penulis menilai bahwa cerpen-cerpen yang menjadi objek dalam penelitian ini memiliki kualitas yang baik dari segi struktur, isi, maupun bahasanya. Dengan demikian, proses menghasilkan karya tersebut layak dikaji. Penulis-penulis cerpen yang dijadikan objek dalam penelitian adalah siswa SMP. Hal tersebut menjadi nilai tambah dalam menumbuhkan motivasi pada diri siswa yang menjadi subjek penelitian ini. Dengan adanya contoh karya berkualitas yang dihasilkan oleh siswa SMP, mereka mengetahui bahwa siapa pun bisa menghasilkan karya yang baik. Mereka diharapkan semakin terpacu untuk berkarya dan berupaya menghasilkan karya yang baik. Dalam kurikulum 2013 materi cerpen pada tingkat SMP merupakan pembelajaran sastra yang diajarkan di kelas VII Semester II. Dalam silabus pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kurikulum 2013 tercantum Kompetensi Inti (KI) yang berbunyi, Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Kompetensi inti tersebut memuat Kompetensi Dasar (KD) yang berbunyi, Menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan KI dan KD tersebut terlihat bahwa keterampilan menulis cerpen merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh murid. Menulis cerpen merupakan kegiatan ekspresi sastra yang perlu diajarkan kepada siswa. Selain dapat melatih proses berpikir secara sistematis, menulis cerpen juga dapat mengembangkan kreativitas siswa ke dalam sebuah tulisan. Selain itu, kegiatan menulis cerpen dapat membiasakan siswa kritis menyampaikan gagasannya melalui karya sastra. Karena itu, guru perlu merencanakan pembelajaran yang mampu mendukung tercapainya tujuan pembelajaran menulis cerpen. Berdasarkan hasil observasi dan tanya jawab dengan siswa di SMPIT As- Syifa Boarding School, pembelajaran menulis cerpen siswa masih tergolong

3 belum berhasil. Belum berhasilnya pembelajaran menulis cerpen disebabkan oleh beberapa masalah. Salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran menulis cerpen adalah siswa kurang termotivasi untuk menulis cerpen. Kurangnya motivasi siswa dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di antaranya siswa tidak tahu manfaat menulis cerpen. Siswa juga merasa tidak memiliki bakat menulis cerpen. Mereka belum memiliki pemahaman bahwa menulis cerpen merupakan proses yang bisa dilatih. Selain itu, siswa tidak memiliki ketertarikan pada kegiatan menulis cerpen karena mereka tidak suka membaca buku fiksi. Permasalahan lain yang dihadapi siswa saat menulis cerpen, yaitu siswa tidak mampu menemukan ide yang tepat untuk tulisannya. Banyak siswa yang belum mampu merangkai peristiwa dengan logis. Dengan kata lain, mereka belum mampu menentukan alur yang tepat. Siswa juga banyak yang tidak mampu menampilkan suspense (kejutan) dan konflik sehingga cerpen yang dibuatnya monoton/tidak menarik, Selain itu, siswa tidak mampu meramu dan mengelola kosa kata serta tidak mampu menggunakan gaya bahasa yang tepat dan orisinal. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen bisa juga karena ada kesalahan dalam proses pembuatan cerpen tersebut. Ada kalanya guru hanya menugaskan siswa membuat cerpen, tanpa ada bimbingan menulis yang lebih terarah, yang lebih menekankan pada proses pembuatan cerpen. Jika pembelajaran menulis cerpen lebih menekankan pada proses pembuatan cerpen, tentu siswa akan lebih terbimbing untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Oleh karena itu, pembelajaran menulis cerpen harus dititikberatkan pada proses penulisannya, bukan kepada hasil akhir. Fauzan (2013) melalui penelitian berjudul Proses Kreatif Menulis Penyair Jawa Barat dan Penerapannya dalam Pembelajaran Menulis Puisi Bebas di Kelas VIII menyebutkan bahwa proses kreatif menulis puisi penyair Jawa Barat sangat beragam jika dilihat dari unsur-unsur yang ada dalam puisi, tetapi ada benang merah ketika persamaan dan perbedaan cara menulis puisi itu dikategorisasikan secara rinci berdasarkan teori Luxemburg dkk. tentang unsur teks puisi. Proses kreatif menulis puisi penyair Jawa Barat tersebut bisa dijadikan bahan ajar dan diterapkan di sekolah karena didasarkan pada hasil penelitian yang akan menunjang terlaksananya pembelajaran menulis puisi di sekolah. Hasil penelitian

4 terhadap proses kreatif menulis puisi yang diterapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti tertarik meneliti proses kreatif menulis cerpen, kemudian diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen di sekolah. Pembelajaran menulis cerpen tersebut tidak hanya berdasarkan pada teori, tetapi juga berdasarkan pada pengalaman pencerita dalam menulis cerpen. Dengan demikian, kegiatan menulis cerpen akan lebih terbimbing dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen diharapkan dapat meningkat. Berdasarkan uraian tersebut kajian terhadap struktur dan proses kreatif menulis cerpen diharapkan dapat memperkaya wawasan siswa tentang teknik menulis cerpen yang berkualitas. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu menulis cerpen yang berkualitas dari segi struktur, isi, maupun penggunaan bahasanya. Siswa diharapkan memiliki semangat untuk berkarya melalui dunia kata dengan tujuan menyampaikan nilai-nilai positif melalui karyanya. Atas pemikiran tersebut, penulis mengambil judul Struktur dan Proses Kreatif Menulis Cerpen serta Pemanfaatannya bagi Pembelajaran Menulis Cerpen di Kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School Subang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengidentifikasi masalahmasalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Pembelajaran sastra diharapkan mampu mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas dan memiliki akhlak/karakter yang baik. 2. Menulis cerpen merupakan kegiatan pembelajaran sastra yang dinilai sulit oleh sebagian besar siswa, di antaranya karena kurangnya motivasi, ketidakmampuan menemukan ide dan menuliskannya dalam bentuk cerita, tidak mampu membangun suspense (kejutan) serta konflik cerita, dan tidak memiliki kemampuan menggunakan diksi atau gaya bahasa yang tepat serta menarik. 3. Proses pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan guru belum berfokus pada proses, siswa kurang terbimbing selama proses penulisan sehingga siswa kurang terampil menulis cerpen.

5 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian 1. Pembatasan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut. 1) Kajian struktur cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi. Ada lima cerpen yang dipilih untuk dijadikan objek dalam penelitian ini. Pemilihan kelima cerpen itu dipilih berdasarkan pertimbangan hasil Lomba Menulis Cerita yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar pada tahun 2013. Kelima cerpen itu adalah pemenang kesatu sampai dengan kelima. Adapun cerpen-cerpen yang dimaksud, yaitu cerpen Air Mata Dayang Sumbi, Janji Purnama Ketiga Puluh Tujuh, Aku di Antara Kegamangan Gambang Semarang, Pasukan Merdeka (Misteri Jembatan Panus), dan Teror Keramba Rinuak. 2) Proses kreatif pencerita/siswa dalam menulis cerpen Air Mata Dayang Sumbi, Janji Purnama Ketiga Puluh Tujuh, Aku di Antara Kegamangan Gambang Semarang, Pasukan Merdeka (Misteri Jembatan Panus), dan Teror Keramba Rinuak. 3) Pembelajaran menulis cerpen berdasarkan proses kreatif di Kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School. 2. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, berikut ini ialah rumusan masalah dalam penelitian ini. 1) Bagaimana struktur cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi? 2) Bagaimana proses kreatif para pencerita/siswa dalam menulis cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi? 3) Bagaimana perancangan dan penerapan pembelajaran menulis cerpen di Kelas VII SMPIT As-Syifa Boarding School berdasarkan proses kreatif menulis cerpen?

6 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut. 1) Menjelaskan struktur cerpen-cerpen dalam buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi. 2) Menjelaskan proses kreatif para pencerita/siswa dalam menulis cerpen-cerpen yang terdapat dalam buku kumpulan cerpen Air Mata Dayang Sumbi. 3) Merancang dan menerapkan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan proses kreatif menulis cerpen. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis Sejalan dengan tujuan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu sastra. Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan demikian, penelitian ini pun akan menguatkan berbagai teori menulis, terutama menulis cerpen sehingga pembelajaran menulis cerpen dapat bermanfaat, diterima, dan diserap dengan baik oleh siswa. b. Manfaat Praktis Secara langsung penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa dan guru. Siswa dapat terbimbing dalam menulis cerpen. Selain itu, cerpen-cerpen yang dikaji dalam penelitian ini mengandung nilai-nilai yang sangat bermanfaat bagi penanaman pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan demikian, pembelajaran menulis cerpen diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri siswa dan menumbuhkan minat siswa untuk menghasilkan karya. Begitu pula dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, dapat menggunakan rancangan pembelajaran ini dalam pembelajaran menulis cerpen. E. Struktur Organisasi Tesis Tesis yang terdiri dari enam bab ini disajikan menurut sistematika berikut. Pada bab pertama diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat

7 penelitian, serta definisi operasional. Pada bab kedua disajikan landasan teoretis yang relevan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu teori mengenai cerpen, proses kreatif menulis cerpen, kedudukan pembelajaran menulis cerpen dalam kurikulum 2013, dan pembelajaran menulis cerpen. Pada bab ketiga disajikan metodologi penelitian yang terdiri atas uraian metode penelitian, sumber data dan objek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan interpretasi data, uji keabsahan data kualitatif, serta desain penelitian. Pada bab kempat disajikan mengenai deskripsi data, analisis struktur cerpen, analisis proses kreatif menulis cerpen, dan hasil temuan penelitian (pembahasan mengenai struktur dan proses kreatif menulis cerpen). Sedangkan pada bab kelima dijelaskan mengenai rancangan pembelajaran berdasarkan proses kreatif menulis cerpen beserta penerapannya dalam pembelajaran. Adapun pada bab terakhir (keenam) disajikan simpulan hasil penelitian, implikasi, dan rekomendasi yang berhubungan dengan penelitian lanjutan. Selain enam bab yang dipaparkan tersebut, bagian yang juga penting dalam kajian ini ialah daftar bahan bacaan yang menjadi acuan dalam penulisan penelitian. Bagian tersebut terdapat pada daftar pustaka dalam penelitian ini.