BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

dokumen-dokumen yang mirip
dari proses maupun hasil pendidikan (Trianto, 2010:7-8).

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR BAGAN... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan, dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan baik formal maupun yang informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup. (Tim pengembang ilmu pendidikan UPI, 2007: 20) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara Kegiatan yang paling pokok dalam pendidikan adalah proses belajar mengajar. Dalam pengertian yang umum dan sederhana, belajar seringkali diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar menjadi ciri penting untuk membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. (Gredler, 1994:1 dalam Aunurrahman, 2010: 38).

Sedangkan mengajar adalah membimbing siswa bagaimana harus belajar. Mengajar berarti mengatur dan menciptakan kondisi yang terdapat di lingkungan siswa sehingga dapat menumbuhkan niat siswa melakukan kegiatan belajar. (Sudjana: 1988). Menurut Mulyasa (2008, 36) guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Maka hendaklah pada proses belajar mengajar guru sebagai seorang pengajar harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar hendaknya (1) memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuannya di bawah bimbingan guru atau orang dewasa, (2) merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam pengembangan keterampilan dasar mata pelajaran yang bersangkutan, misalnya observasi lingkungan sekitar, penyelidikan/eksperimen, pemecahan masalah, simulasi, wawancara dengan narasumber, pengembangan teknologi, penggunaan peta dan foto, pemanfaatan kliping, dan sumber belajar lainnya, (3) disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia, (4) bervariasi dengan mengkombinasikan antara kegiatan belajar perseorangan, pasangan, kelompok, dan klasikal, dan (5) memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa seperti bakat, kemampuan minat, latar belakang keluarga, sosial ekonomi, dan budaya siswa yang bersangkutan. (Pusat Kurikulum : 2006). Hasil penelitian Gunawan, banyak siswa yang nilai biologinya mencapai predikat istimewa, namun hampir tidak satupun dari mereka yang mampu menjawab

permasalahan riil yang terjadi di depan mata kepala mereka. Para siswa tidak mampu menganalisis ataupun melakukan sintesa terhadap persoalan-persoalan kehidupan yang sekarang ini tengah berlangsung. Akhirnya, ilmu biologi hanyalah sekadar ilmu hafalan yang kosong/gersang tanpa makna. Model pembelajaran berbasis masalah memberikan ruang gerak kepada siswa untuk menyelami setiap persoalan yang mereka hadapi, baik secara perorangan maupun kelompok serta memberikan alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang mereka hadapi. Proses PBL ini diawali dari pencermatan terhadap masalah, mengidentifikasi masalah, merumuskan masalahnya, dan membuat dugan-dugaan sementara terhadap masalah lalu kemudian membuat kesimpulan berdasarkan faktafakta yang ditemukan di lapangan. Proses ini sangat erat kaitannya dengan kerja ilmiah yang dilakukan oleh para ahli yang sedang melakukan kajian-kajian ilmiah di sebuah laboratorium maupun lapangan penelitian. Proses pembelajaran semacam ini, tidak dijumpai dalam pembelajaran langsung (konvensional), di mana peserta didik hanya dituntut untuk mendengarkan, menghafal isi bacaan tanpa mampu membandingkannya dengan pengetahuan awal maupun pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Adapun materi yang di ambil yaitu sistem reproduksi karena sistem reproduksi merupakan materi yang sangat erat dengan organ tubuh manusia. Materi sistem reproduksi memerlukan pemahaman yang cukup mendalam, maka siswa dirangsang untuk lebih aktif berpikir, serta dalam materi ini banyak permasalahanpermasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari terutama yang menyangkut

sistem reproduksi manusia dan gangguan-gangguannya. Berdasarkan hal tersebut maka untuk menyampaikan materi tersebut diperlukan model pembelajaran khusus agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Observasi pendahuluan di SMA Nugraha dalam proses belajar mengajar guru masih mendominasi, aktifitas guru lebih banyak dibandingkan dengan siswanya. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal yang penting saja. Dan ketika dilakukan test hasil belajar, hasilnya kurang memuaskan, banyak siswa yang nilainya masih di bawah KKM. Apalagi pada materi sistem reproduksi yang sebenarnya masih bagian dari tubuh manusia, guru hanya menjelaskan seadanya kepada siswa. Maka dari itu dalam proses belajar mengajar guru harus mencoba modelmodel pembelajaran lain dan bervariasi, agar disetiap proses belajar mengajar siswa tidak bosan dan pembelajaran menjadi menyenangkan. Model pembelajaran yang digunakan harus tepat sehingga dapat memberikan kemudahan begi siswa untuk memahami pelajaran. Agar siswa tidak hanya mencatat dan mengingat saja, maka dalam pembelajaran bisa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah dan di tuntut untuk menyelesaikan masalah itu. Jadi siswa tidak hanya menerima informasi dari guru saja tapi dapat mencari sendiri informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah itu. Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai focus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Problem Based Learning (PBL)

merupakan strategi pendidikan dimana pembelajaran didorong oleh masalah. Masalahnya bisa menjadi tantangan atau deskripsi suatu kesulitan, atau kejadian yang tak terduga. Hal ini juga bisa menjadi sebuah insiden di mana ada unsur-unsur yang menarik, atau episode atau peristiwa yang membutuhkan baik solusi atau penjelasan. PBL sebagai teori belajar menyatakan bahwa siswa tidak belajar dengan hanya mengumpulkan pengetahuan, mereka perlu membangun pemahaman pribadi dari konsep. (O Grady, Glen. Dkk, 2012 : 4) Menurut Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana pembelajaran Problem Based Lerning dapat membantu hasil belajar siswa pada materi sitem reproduksi. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran ini murid lebih aktif dan tertarik untuk belajar, proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan tujuan dari pembelajaran tercapai sehingga hasilnya memuaskan. Berdasarkan permasalahan di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Problem Based Learning untuk Mengetahui Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sitem Reproduksi kelas XI di SMA Nugraha Bandung.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam proposal penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran siswa kelas XI dengan model Problem Based Learning pada materi sistem reproduksi di SMA Nugraha Bandung? 2. Bagaimana langkah-langkah evaluasi model Problem Based Learning pada materi sistem reproduksi di SMA Nugraha Bandung? 3. Bagaimana hasil belajar kognitif siswa Kelas XI dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi sistem reproduksi di SMA Nugraha Bandung? C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah maka dalam pembahasannya hanya dibatasi dalam hal-hal berikut : 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada salah satu pokok bahasan biologi, yaitu pokok bahasan Sistem Reproduksi. 2. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA SMA Nugraha Bandung. 3. Objek yang diukur adalah bagaimana hasil belajar siswa pada ranah kognitif, yaitu dari C1 sampai dengan C5.

D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi. 2. Untuk mengetahui langkah-langkah evaluasi model Problem Based Learning pada materi sistem reproduksi 3. Mengetahui hasil belajar kognitif siswa kelas XI SMA Nugraha Bandung dalam pembelajaran dengan pokok bahasan sistem Reproduksi menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1. Secara Teoritis Penelitian ini dapat menambah sumber pengetahuan, pengalaman, serta dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang dialami para peserta didik pada umumnya dan peserta didik kelas XI SMA Nugraha Bandung. 2. Secara Aplikasi Penerapan Model Problem Based Learning memungkinkan siswa berkesempatan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dengan memberikan pengalaman baru dan suasana belajar yang lebih manarik bagi siswa, selain itu dapat memberikan informasi

pada guru-guru tentang pentingnya penggunaan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar, dan sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan aspek lain dari Pembelajaran Problem Based Learning yang belum diteliti. F. Definisi Operasional 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning Pengajaran berbasis masalah (Problem Based Learning ) adalah suatu pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan serta dialog. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya. (Nurhadi, 2004: 109 dalam Widi, 2010: 335)

2. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2004: 250). Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris. (Sudjana. N, 1988: 3) Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar siswa pada ranah kognitif dari mulai C1 sampai dengan C5. Hasil belajar diukur menggunakan tes berupa soal pilihan ganda melalui posttest. 3. Sitem Reproduksi Materi sistem reproduksi adalah salah satu materi biologi yang diajarkan kepada siswa kelas XI pada semester genap. Standar Kompetensi : Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas. Kompetensi Dasar : Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia. G. Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu (Aunurrahman, 2009: 35). Berbicara tentang proses pembelajaran, belakangan ini semakin banyak para pengelola institusi pendidikan yang menyadari perlunya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Pendekatan teacher center sudah dianggap tradisional dan perlu dirubah. Hal ini dikarenakan pendekatan teacher center berpusat pada pendidik (guru), sementara siswa kurang aktif dalam kegiatan belajarnya, sudah tidak memadai untuk tuntutan di era pengetahuan saat ini yang terus berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Pada saat ini, siswa membutuhkan pendekatan yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses kegiatan belajarnya sehingga pengetahuan dan pemahaman siswa pun mengalami peningkatan. Pembelajaran Biologi identik dengan mencari tahu dan memahami alam semesta yang terlahir dari rasa ingin tahu manusia dalam merespon gejala-gejala alam dan Biologi juga merupakan suatu data penyelidikan kejadian-kejadian serta masalahmasalah yang perlu untuk dimengerti dan dipecahkan. Masalah ataupun fenomena yang terjadi dialam mampu manusia berpikir untuk mencari tahu, sebab atas dasar pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana yang diteruskan dengan cara-cara pemecahan masalah (Cartono, 2005: 1&6). Untuk mencapai sasaran pembelajaran dibutuhkan banyak persyaratan dan kesiapan yang matang, baik kesiapan guru sebagai pemicu pesan, maupun kesiapan

siswa sebagai perespon dan pengkontruksi pesan. Persyaratan dan kesiapan ini menyangkut materi, fisik dan psikis. Dalam hal ini materi meliputi bahan ajar, model pembelajaran dan media pembelajarannya. Dalam program pembelajaran berbasis masalah (PBL), siswa bekerja dengan teman sekelas untuk memecahkan masalah yang kompleks dan otentik yang membantu mengembangkan konten pengetahuan serta pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan keterampilan self assessment. (Loague, 2001: 1) Arends (2007: 56-60) menyatakan bahwa sintaks pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima fase utama. Adapun fase-fase tersebut tercantum dalam table 1.1 berikut ini : Tabel 1.1 Sintaks PBL Fase 1. Fase Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa Fase 2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti Fase 3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok Perilaku guru Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistic penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi.

Fase 4. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit. Fase 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefakartefak yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model-model, serta membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan. (Arends, 2007: 56-60) Adapun karakteristik pembelajaran berbasis masalah menurut Paul Eggen dan Don Kauchak (2012) adalah sebagai barikut : 1) Pelajaran berfokus pada memecahkan masalah 2) Tanggung jawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada siswa 3) Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah Rencana penelitian ini diarahkan pada sejauh mana penerapan model Problem based Lerning untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi. Diharapkan hasil pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi. Model Problem Based Learning (PBL) dijadikan sebagai metode pembelajaran alternatif untuk membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari indikator pembelajaran biologi SMA/MA kelas XI semester genap yaitu materi system reproduksi yang tersusun dalam KTSP. Secara garis besar indikator-indikator yang

hendak digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) Mengidentifikasi struktur, fungsi dan proses yang terjadi pada organ reproduksi manusia; (2) Mendeskripsikan proses fertilisasi dan menstruasi; (3) Menghubungkan alat kontrasepsi dan proses pencegahan kehamilan pada keluarga berencana; (4) Mengidentifikasi kelainan yang terjadi pada sistem reproduksi manusia Kerangka pemikiran tersebut dapat disajikan secara skematis sebagai berikut: Analisis ateri sistem reproduksi Pembelajaran Model PBL Teori Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran dan masalah yang disajikan berupa masalah kehidupan sehari-hari (kontekstual). Praktek 1. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa 2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti. 3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok. 4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Evaluasi Model PBL : 1. Tes LKS Postest 2. Non Tes Lembar Observasi Hasil Belajar Kognitif

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran H. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat membantu hasil belajar siswa pada materi sitem reproduksi. Adapun hipotesis statistikanya, yakni sebagai berikut : H0 : Penerapan model Problem Based Learning (PBL) tidak dapat membantu hasil belajar siswa pada materi sitem reproduksi. Ha : Penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat membantu hasil belajar siswa pada materi sitem reproduksi.