PENGARUH PENGELOLAAN HAMA BERBASIS EKOLOGIS TERHADAP KEANEKARAGAMAN MUSUH ALAMI DAN TINGKAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA KUBIS TERHADAP DIVERSITAS ARTHROPODA DAN INTENSITAS SERANGAN Plutella xylostella L. (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Oleh:

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Kubis merupakan produk urutan ketiga sayuran yang dibutuhkan oleh

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MUSUH ALAMI PADA ULAT DAUN KUBIS Plutella xylostella (L.) DAN ULAT KROP KUBIS Crocidolomia binotalis Zell.

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.14 No.1 Hal , Januari-April 2014, ISSN

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

Kelimpahan Populasi Parasitoid Sturmia Sp. (Diptera: Tachinidae) Pada Crocidolomia pavonana

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT)

J. Agroland 22 (2) : , Agustus 2015 ISSN : X E-ISSN :

Keragaman predator dan parasitoid pada pertanaman bawang merah: Studi kasus di Daerah Alahan Panjang, Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KUBIS PADA TIGA SISTEM BUDI DAYA A. MUBARRAK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal ILMU DASAR Vol. 16 No. 2, Juli 2015 : Helmi *), Didik Sulistyanto, Purwatiningsih ABSTRACT

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

I. PENDAHULUAN. Masyarakat luas telah menyadari bahwa pestisida merupakan senyawa yang dapat

APLIKASI AGENS PENGENDALI HAYATI TERHADAP POPULASI HAMA

ABSTRACT

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

Keanekaragaman Arthropoda pada Varietas Padi di Lahan Organik di Desa Tegal Binangun Kecamatan Plaju Kelurahan Plaju Darat Palembang

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Pertanian Organik

POPULASI LARVA Plutella xylostella Linn. PADA TANAMAN KUBIS DI KELURAHAN PASLATEN KECAMATAN TOMOHON TIMUR KOTA TOMOHON

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

Pengaruh Pemanfaatan Tanaman Pembatas Pinggiran Terhadap Populasi Hama dan Musuh Alami Pada Pertanaman Kubis (Brassica Oleracea L.

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Pertanaman Kedelai di Kebun Percobaan Natar dan Tegineneng

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 1, Januari 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

Studi Musuh Alami (Spodoptera Exigua Hbn) pada Agroekosistem Tanaman Bawang Merah. Study of Natural Enemy Spodoptera Exigua on Onion Agroecosystem

Musuh Alami. Pengendalian Hayati

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI KABUPATEN NGAWI, JAWA TIMUR RETNO ANGGRAENI

KERAGAMAN SERANGGA PADA TANAMAN CABAI (CAPSICUM ANNUUM) YANG DIBERI PESTISIDA SINTETIS VERSUS BIOPESTISIDA RACUN LABA-LABA (NEPHILA SP.

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

M. Syarief, Aplikasi Pestisida Berdasarkan Monitoring Dan Penggunaan Kelambu Kasa Plastik Pada Budidaya Bawang Merah

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah

EKOLOGI. KOMUNITAS bag. 2 TEMA 5. Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator Selama Satu Musim Tanam Padi Ratun di Sawah Pasang Surut

MANIPULASI HABITAT SEBAGAI SOLUSI TERJADINYA OUTBREAK WERENG COKLAT

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Keragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini bagian dari kegiatan SLPHT kelompok tani Sumber Rejeki yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

I. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung

Keanekaragaman Makroarthropoda Tanah di Lahan Persawahan Padi Organik dan Anorganik, Desa Bakalrejo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU. *

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

KETAHANAN DAN PENGARUH FITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK Piper retrofractum & Annona squamosa PADA PENGUJIAN SEMI LAPANG. Oleh: Nur Isnaeni A

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PADA PERKEBUNAN APEL SEMI ORGANIK DAN ANORGANIK DESA PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi pada lahan basah dan lahan kering. Hasil produksi tomat di Indonesia dari tahun

KONTRAK PERKULIAHAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGT 216) SEMESTER GANJIL 2012/2013

KLOROFIL X - 2 : , Desember 2015 ISSN

III. METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

LAPORAN TUGAS AKHIR PESTISIDA ORGANIK DAUN PAITAN YANG RAMAH LINGKUNGAN DENGAN FERMENTASI EM4 DAN Bacillus thuringiensis

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

Keanekaragaman Arthropoda laba-laba pada persawahan tadah hujan di Kalimantan Selatan

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

RINGKASAN STRUKTUR DAN STATUS KOMUNITAS MANGROVE DI EKOSISTEM MUARA KALI LAMONG JAWA TIMUR

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

KENDALA DAN PELUANG DALAM PRODUKSI PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA *)

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

Transkripsi:

PENGARUH PENGELOLAAN HAMA BERBASIS EKOLOGIS TERHADAP KEANEKARAGAMAN MUSUH ALAMI DAN TINGKAT SERANGAN Crocidolomia pavonana Zell. (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) [ THE EFFECT OF ECOLOGICALLY BASED PEST MANAGEMENT ON NATURAL ENEMY DIVERSITY AND ATTACK LEVEL OF Crocidolomia pavonana Zell. (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) ] Oleh: M. Syarief 1) dan Bagus Tripama 2) 1) Program Studi Produksi Pertanian Politeknik Negeri Jember 2) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember Penulis korespondensi. E-mail: syariefjbr@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di desa Balung Lor, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember, selama tiga bulan dimulai September 2013 sampai dengan Desember 2013, bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan hama secara organik dan konvensional terhadap keanekaragaman musuh alami (predator dan parasitoid) dan tingkat serangan crocido mulis. A. pavonana Zell. Indeks keanekaragaman musuh dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H), indeks domonansi Simpson (D) dan indeks kemerataan jenis (E) Untuk membedakan tingkat serangan C. pavonana Zell. menggunakan uji T pada taraf 5%. Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: keanekaragaman musuh alami tersusun dari lima spesies predator yaitu: Leptogaster sp (Diptera: Asilidae), Oxyopes javanus (Araneae: Oxyopidae), Lycosa sp.(araneae: Lycosidae), Mantis religeosa (Orthoptera: Mantidae) dan Solenopsis geminate (Hymenoptera: Formicidae) dan satu spesies parasitoid Diadegma semiclausum Hellen. (Hymenoptera: Ichneumonidae). Keanekaragaman musuh alami secara umum tergolong rendah. Keanekaragaman musuh alami pada pengelolaan hama secara organik lebih tinggi dibanding Jumlah individu musuh alami pada pengelolaan hama secara organik menunjukkan lebih besar dibanding Tingkat serangan C. pavonana Zell. pada pengelolaan hama secara organik dibanding konvensional menunjukkan berbeda tidak nyata. Kata kunci: Pengelolaan hama berbasis ekologis, keanekaragaman musuh alami, tingkat serangan C. pavonana Zell. ABSTRACT The experiment was conducted in Balung Lor village, Balung district, Jember during three monts began September until November 2013, to determine the effect of pest management organically and conventionally on diversity of natural enemies (predators and parasitoids) and the attack rate of C. pavonana Zell. Natural enemies diversity were analyzed using Shannon - Wiener diversity index (H'), Simpson index (D) diversity and evenness index (E). To distinguish the attack rate C. pavonana Zell. using T test at 5% level. The conclusion of this study as follows: diversity of natural enemies is composed of five species of predators, namely: Leptogaster sp. (Diptera: Asilidae), Oxyopes javanus (Araneae: Oxyopidae), Lycosa sp. (Araneae: Lycosidae), Mantis religeosa (Orthoptera: Mantidae) and Solenopsis geminate (Hymenoptera: Formicidae) and one species of parasitoid Diadegma semiclausum Hellen. (Hymenoptera: Ichneumonidae). Natural enemy diversity in general is low, the diversity of natural enemies on pest management of organically showed higher than the conventionally. The number of individual natural enemies in the organically pest management showed greater than conventional. Attack level of C. pavonana Zell on pest management in organic compared to conventional shows are not significant. Keywords: Ecologically based pest management, diversity of natural enemies, attack level of C. pavonana Zell. PENDAHULUAN C. pavonana Zell. merupakan hama utama pada tanaman kubis. Hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil kubis sebesar 65,0%, bahkan pada musim kemarau kehilangan hasil bisa mencapai 100% (Uhan, 2007). Pengendalian C. pavonana Zell. yang umum dilakukan petani adalah menggunakan insektisida sintetis. Cara tersebut merupakan cara yang mudah dan praktis dalam menekan populasi hama. 50 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Namun penggunaan insektisida yang kurang tepat dapat menyebabkan timbulnya resistensi hama (Sastrosiswojo et al. 1989), pencemaran lingkungan, dan gangguan kesehatan bagi pengguna pestisida. Penggunaan insektisida secara terus menerus dengan dosis tinggi dapat menimbulkan efek samping yang merugikan Hal ini disebabkan bahan aktif insektisida sintetis mempunyai struktur kimia lebih stabil dan sukar terurai oleh mikroorganisme, enzim, ataupun panas. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari cara pengendalian yang relatif aman, misalnya pengendalian hama secara hayati. Pengendalian hayati adalah taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama sasaran (Supriatna 1993). Musuh alami merupakan faktor penting dalam menjaga keseimbangan agroekosistem, oleh karena itu keberadaanya perlu dipertahankan dan dilestarikan (Khasanah, 2011). Pendekatan yang digunakan dalam pengendalian hama terpadu (PHT) saat ini umumnya hanya terkait dengan tujuan pencapaian skala dan keuntungan jangka pendek, sebaliknya pada pendekatan pengelolaan hama berbasis ekologis (ecologically based pest management) tujuan akhir sistem produksi yang akan dicapai adalah rancangan agroekosistem yang secara ekonomi menguntungkan dan secara ekologis berkelanjutan. Pengelolaan serangga hama di masa datang sudah harus direvisi secara menyeluruh, yaitu dari pendekatan PHT menjadi pengelolaan hama berbasis ekologis. Hal ini menjadikan pemantauan diversitas artropoda dalam pengelolaan suatu jenis hama dalam suatu agroekosistem tanaman budidaya menjadi penting dilakukan (Metcalf, 1974). Pengelolaan budidaya kubis berbasis ekologis secara organik, diharapkan input produksi seperti pestisida alami akan berfungsi melindungi sekaligus memberdayakan musuh alami sehingga pengendalian hama dapat berlangsung secara alami. Musuh alami tersebut perlu dioptimalkan sebagai agens pengendali alami agar keberadaannya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian apakah pengelolaan secara ekologis dengan memanfaatkan pestisida alami memiliki potensi untuk mengkonservasi musuh alami untuk tujuan pengendalian hama kubis. Keanekaragaman musuh alami dalam agroekosistem kubis sangat penting manfaatnya. Berdasarkan komposisi spesies musuh alami dalam agroekosistem kubis diharapkan dapat diperoleh rekomendasi pengendalian hama yang optimal. Jasajasa ekologis yang diemban oleh keanekaragaman musuh alami (predator dan parasitoid) untuk mengendalikan hama, sangatlah penting bagi pertanian berkelanjutan. Dengan adanya kemajuan pertanian modern, prinsip ekologis tersebut telah diabaikan secara berkesinambungan, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Hal ini dapat menimbulkan munculnya hama secara berulang dalam sistem pertanian (Emden and Dabrowski, 1997). Mekanismemekanisme alami seperti predatisme, parasitisme, patogenisitas, persaingan intraspesies dan interspesies, suksesi, produktivitas, stabilitas dan keanekaragaman hayati dapat dimanfaatkan untuk mencapai pertanian berkelanjutan. Konsekuensi dari pengurangan keanekaragaman hayati akan lebih jelas terlihat pada pengelolaan hama pertanian (Swift et al., 1996). Penelitian dilaksanakan di Desa Balung Lor, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember. Waktu penelitian dimulai September sampai dengan Nopember 2013, bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan hama berbasis ekologis terhadap keanekaragaman musuh alami (predator dan parasitoid) dan tingkat serangan C. pavonana Zell. METODE PENELITIAN Penelitian terdiri atas dua perlakuan yang memiliki teknik pengelolaan hama berbeda. Perlakuan pertama adalah pengelolaan hama secara organik, yaitu menggunakan insektisida nabati berbahan aktif azadirachtin, nematoda Entomopatogen Steinernema spp. Interval penyemprotan satu minggu. Perlakuan kedua adalah pengelolaan hama secara konvensional yaitu menggunakan insektisida berbahan aktif permetrin dengan konsentrasi 2 ml/l, konsentrasi 500 l/ha., interval penyemprotan satu minggu. Alat yang digunakan meliputi : pan trap, sweep net, knapsack sprayer, botol, gunting, mikroskop binokuler mistar, kamera digital, buku The pest of crops in Indonesia (Kalshoven, 1981). Bahan yang digunakan meliputi: tanaman kubis varietas Green coronet, alkohol 70 %, pupuk organik (campuran pupuk kandang kotoran sapi dan kompos jerami bekas budidaya jamur merang dengan perbandingan 1:1dosis 30 ton/ha., pupuk majemuk NPK (15-15-15), pupuk urea, insektiisda berbahan aktiv azadirachtin, nematoda entomopatogen Steinernema spp. insektisida berbahan aktif permetrin. Analisis keanekaragaman musuh alami (predator dan parasitoid) menggunakan indeks keanekaragaman Shannon- Wiener (1984) dalam Soegianto dan Agoes (1994), dengan rumus berikut. H = -Σ pi ln pi H adalah indeks keanekaragaman jenis, Pi adalah kelimpahan relatif spesies ke-i (Ni/Nt), Ni adalah Jumlah individu spesies ke-i, Nt adalah jumlah total untuk semua individu dan Ln adalah logaritma natural. Selanjutnya nilai indeks tersebut dibandingkan untuk tiap lokasi pengamatan. Nilai indeks keanekaragaman jenis umumnya berkisar 0-7 dan memiliki beberapa kriteria yaitu rendah untuk H = 0-2; sedang jika H > 2-3; dan tinggi jika H >3 (Barbour et al., 1987 dalam Ningsih, 2008). Status kondisi komunitas ditentukan dengan menggunakan indeks dominansi (D) dan indeks kemerataan jenis (E). Indeks dominansi Simpson menggunakan rumus berikut. Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 51

Jumlah individu (Log10) D = s i=1 Ni 2 [ ] N D = Indeks dominansi Simpson, Ni = Jumlah individu jenis ke i, N =Jumlah total individu, S = Jumlah jenis. Indeks dominansi -Simpson bernilai antara 0 1 dengan deskripsi sebagai berikut : D = 0 berarti tidak terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi Stabil. D = 1, berarti terdapat jenis yang mendominasi jenis lainya atau komunitas berada dalam kondisi labil karena terjadi tekanan ekologis (Odum, 1997 dalam Fachrul, 2007). Indeks kemerataan jenis menunjukkan penyebaran individu spesies dalam suatu komunitas, dihitung menggunakan rumus berikut. E = H /Ln S. E adalah indeks kemerataan jenis; H adalah indeks keanekaragaman jenis dan S adalah jumlah spesies. Nilai indeks kemerataan jenis ini berkisar antara 0 1 dengan deskripsi sebagai berikut : E = 0, kemerataan antara spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda E = 1, kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama (Odum, 1997 dalam Fachrul, 2007). Tingkat serangan C.pavonana Zell. dihitung menggunakan persamaan yang dikemukakan Pedigo dan Buntin, 2003 dalam Ditjentan, 1986 berikut. P = a/b x 100% P adalah tingkat serangan (%), a adalah jumlah tanaman kubis yang terserang dalam periode pengamatan dan b adalah total tanaman kubis yang diamati selama periode pengamatan. Untuk membedakan antar perlakuan dilakukan uji T pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pengaruh pengelolaan hama berbasis ekologis terhadap keanekaragaman musuh alami dan tingkat serangan C. pavonana Zell. (Lepidoptera: Pyralidae) sebagai berikut: komposisi musuh alami menurut taksonomi dan status dalam jaring makanan pada pengelolaan hama kubis secara organik dan secara konvensional disajikan dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1.Komposisi musuh alami menurut taksonomi dan fungsinya dalam jaring makanan No Kelas Ordo Famili Spesies Status 1 Insekta Diptera Asilidae Leptogaster sp (capung) Predator 2 Arachnida Araneae Oxyopidae O. javanus (laba-laba) Predator 3 Arachnida Araneae Lycosidae Lycosa sp. (laba-laba) Predator 4 Insekta Orthoptera Mantidae M. religeosa (belalang sembah) Predator 5 Insekta Hymenoptera Ichneumonidae D. semiclausum Hellen. Parasitoid 6 Insekta Hymenoptera Formicidae S. geminata (Fabricius) (semut api) predator Komposisi musuh alami menurut taksonomi dan fungsinya dalam jaring makanan pada perlakuan pengelolaan hama secara organik maupun konvensional menunjukkan jumlah kelas, ordo, famili dan spesies yang sama, terdiri atas dua kelas, empat ordo, enam famili dan enam spesies, dengan rincian predator terdiri atas dua kelas, empat ordo, lima famili dan lima spesies, sedangkan parasitoid terdiri atas satu kelas, satu ordo, satu famili dan satu spesies. Kelimpahan spesies disajikan dalam bentuk kurva dalam Gambar 1 berikut. 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 Spesies Gambar 1. Kurva kelimpahan spesies Organik Konvensio al Berdasarkan Gambar 1, kelimpahan semua spesies yang ada, pengelolaan hama secara organik menunjukkan jumlah individu yang lebih banyak dibanding pengelolaan hama secara Hal ini dapat dijelaskan bahwa penggunaan insektisida sintetik yang digunakan dalam pengendalian hama secara konvensional berspektrum luas yang dapat membunuh spesies bukan target (Divina et al., 2009). 52 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Jumlah individu (Log10) Hubungan antara teknik pengelolan hama dengan jumlah individu (predator dan parasitoid) disajikan dalam Gambar 2.berikut. 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 predator parasitoid Berdasarkan Gambar 2., jumlah individu musuh alami (predator maupun parasitoid) pada pengelolaan hama secara organik lebih banyak dibanding Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H'), indeks domonansi Simpson (D) dan indeks kemerataan jenis (E) pada lahan yang dibudidayakan secara organik dan konvensional disajikan dalam Tabel 2 berikut. Teknik pengelolaan hama Gambar 2. Hubungan teknik pengelolan hama dengan Jumlah individu Tabel 2. Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H'), indeks domonansi Simpson (D) dan indeks kemerataan jenis (E) Peubah organik konvensional indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H') 0.763 0.297 indeks domonansi Simpson (D) 0.725 0.790 indeks kemerataan jenis (E) 0.392 0.152 Berdasarkan kriteria dalam Barbour et al., 1987, kisaran indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H') tergolong rendah. Indeks domonansi Simpson (D) tidak ada dominansi dan komunitas mengalami tekanan ekologis. Indeks kemerataan jenis (E) pengelolaan hama secara organik lebih merata dan berada dalam keadaan lebih stabil dibanding Tingkat serangan C. pavonana Zell. pada 5 MST disajikan dalam Tabel 3. berikut. Tabel 3. Tingkat serangan C. pavonana Zell.. pada 5 MST (data ditransfer ke Arc Sin%) Berdasarkan uji t pada taraf 5%, tingkat serangan C. pavonana Zell. pada 5 MST t hitung (1.329) < t tabel (2.11), hal ini menunjukkan bahwa teknik pengelolaan hama secara organik dibanding konvensional bebrbeda tidak nyata. Pengelolaan hama secara organik dapat direkomendasikan dengan syarat kondisi harus relatif sama dengan agroekosistem penelitian. KESIMPULAN Penelitian berjudul Pengaruh pengelolaan hama berbasis ekologis terhadap keanekaragaman musuh alami dan tingkat serangan C. pavonana zell. (Lepidoptera: Pyralidae) dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keanekaragaman musuh alami tersusun dari lima spesies predator yaitu: Leptogaster sp. (Diptera: Asilidae), Oxyopes javanus (Araneae: Oxyopidae), Lycosa sp.(araneae: Lycosidae), Mantis religeosa (Orthoptera: Mantidae) dan Solenopsis geminate (Hymenoptera: Formicidae) dan satu spesies parasitoid Diadegma semiclausum Hellen. ( Hymenoptera: Ichneumonidae). 2. Keanekaragaman musuh alami secara umum tergolong rendah, keanekaragaman musuh alami pada pengelolaan hama secara organik menunjukkan lebih tinggi dibanding 3. Jumlah individu musuh alami pada pengelolaan hama secara organik menunjukkan lebih besar dibanding 4. Tingkat serangan C. pavonana Zell. pada pengelolaan hama secara organik dibanding Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 53

konvensional menunjukkan berbeda tidak nyata. DAFTAR PUSTAKA [Ditjentan] Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. 1986. Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada Tanaman Padi. Jakarta: Ditjentan. Divina, M. Amalin Jorge, E. pera, R. Duncan, J. Leavengood and S. Koptur. 2009. Effects of Pesticides on the Arthropod Community in the Agricultural Areas near the Everglades National Park. Proc. Fla. State Hort. Soc. 122:429-437. Emden, H.F & Z.T. Dabrowski. 1997. Issues of biodiversity in pest management. Insect Science and Applications 15:605-620. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Kalshoven, L.G.E. (1981). Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan and G.H.L. Rothschild. Jakarta: P.T. Ichtiar Baru Van Hoeve, Khasanah, N., 2011. Struktur komunitas arthropoda pada ekosistem cabai tanpa perlakuan insektisida. Media Litbang Sulteng IV (1) : 57 62 Metcalf, R.L. 1974. Insecticide in Pest Management. John Wiley and Sons, New York. p. 235-274. Ningsih, S.S. 2008. Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian Dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Soegianto dan Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Sastrosiswojo, S., T. Koestoni dan A. Sukwida. 1989. Status Resistensi Plutella xylostella L. Strain Lembang terhadap Beberapa Jenis Insektisida Golongan Organo Fosfat, Piretroid Sintetik dan enzoil Urea. Bul. Penel. Hort. 18(1):85-93. Supriatna. 1993. Karakteristik Senyawa Alami Pengatur Tumbuh dari Ekstrak Cyperus rotundus Majalah Ilmiah University Padjadjaran. II:30-38. Swift, M.S., J. Vandermer, P.S. Ramakrishnan, J.M. Anderson, C.K. Ong & B.A. Hawkins. 1996. Biodiversity and agroecosystem function, dalam Functional Roles of Biodiversity: A Global Perspective. Ed. H.A. Mooney. John Wiley & Sons, New York. pp.261-298. Uhan, T.S., 2007. Efikasi ekstrak kasar Baculovirus Crocidolomia pavonana terhadap ulat crop kubis di rumah kaca. J. Hort. 17(3): 253 260. 54 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian