BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

Sumber: data pribadi

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

KOMPLEK GEDUNG KESENIAN SOETEDJA PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

Redesain Taman Budaya Raden Saleh Semarang 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

fauna, gua masegit sela (disepanjang Pulau Nusakambangan) dan suasana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses tanggal 25 Juni 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

SEKOLAH TINGGI SENI MUSIK DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

1. BAB I PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. TAMAN BUDAYA DI TEGAL (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

Alfitrah Subuh Pusat Pendidikan Budaya Betawi Page 1

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MAKALAH TUGAS AKHIR 2014 Wedding Hall BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1 Jawa Tengah in Figures 2010 (Jawa Tengah dalam Angka 2010)

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN #Lereng#Gunung#Lawu#Kabupaten#Magetan#sebagai#Kota# Pariwisata#

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

banyaknya peninggalan sejarah dan kehidupan masyarakatnya yang memiliki akar budaya yang masih kuat, dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

REDESAIN PUSAT KESENIAN JAKARTA - TAMAN ISMAIL MARZUKI (PKJ - TIM)

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk multidimensi. Untuk menghasilkan manusia yang sempurna pembangunan harus meliputi semua bidang, pembangunan fisik, pembangunan olaraga, pembangunan agama dan lain-lain tak terkecuali termasuk bidang kesenian. Pembangunan olahraga dibutuhkan untuk membentuk manusia yang sehat secara jasmani maupun rohani, pembangunan agama dibutuhkan untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, pembangunan kesenian dibutuhkan untuk membentuk manusia yang menghargai keindahan, memiliki kehalusan perasaan, pikiran dan tingkah laku, sehingga membentuk sifat yang santun, bijak, dan toleran. Sebagian orang menganggap seni itu hanyalah pelengkap, artinya jika seni itu tidak ada, maka tidak ada masalah. Sebenarnya seni itu ada sejak manusia dilahirkan, jadi di masing-masing individu terdapat jiwa seni yang tumbuh seiring dengan ilmu individu itu sendiri. Fungsi seni sendiri adalah untuk menghaluskan pikiran, kepribadian, serta untuk menghaluskan tingkah laku. Hasil pribadi yang sudah dibekali rasa halus akan menjadikan sifat santun, toleran dan bijak. Maka dari itu, dari masa kanak-kanak sudah dibekali muatan seni melalui lagu anak-anak yang diberikan orang tua seperti Tak Lelo Lelo Lelo Ledung atau dongeng. Selain itu, seni juga berfungsi untuk menumbuhkan sifat kreatif pada anak-anak. 1 1 terjemahan www.map-bms.wikipedia.org diunduh pada tanggal 13 Maret 3102 pukul 03:49 WIB 1

1. Potensi Seni Pertunjukan di Banjarnegara Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Nama ibukotanya juga Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7 12' -7 31' Lintang Selatan dan 109 29' - 109 45'50" Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 ha atau 3,10 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah. 2 Gambar I.1 Peta Kabupaten Banjarnegara Sumber: http://desatunggoro.web44.net, 2013 Kabupaten Banjarnegara memiliki berbagai macam kesenian terutama kesenian pertunjukan tradisional yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat, antara lain Ebeg/kuda kepang, Lengger, Aplang, Jepin, Tari Topeng, Wayang Kulit dan sebagainya. Seiring perkembangan jaman yang serba modern, kesenian yang ada di Banjarnegara mulai surut. Hal ini disebabkan karena kurangnya pihak-pihak yang mampu mengemas kesenian yang ada di Kabupaten Banjarnegara. 2 www.id.wikipedia.org diunduh pada tanggal 02Maret 3102 pukul 12:49 WIB 2

Kegiatan kesenian pertunjukan di Banjarnegara telah tumbuh memperkuat, mengisi, dan memperkaya berbagai aktifitas kegiatan yang lain, misalnya mengisi tradisi panen raya pertanian, perikanan, dan peternakan; peresmian gedung-gedung atau ulang tahun instansi; hajatan di kampung-kampung; ulang tahun hari jadi kota selalu menggelar karnaval seni dan pentas seni. Terdapat pula festival khusus yang menggelar dan melestarikan kesenian di Banjarnegara, di antaranya Dieng Culture Festival (DCF) yang dilaksanakan setiap tahun di kompleks pelataran Candi Dieng di ketinggian 210 dpl; Festival Budaya Serayu, gelaran seni berbasis pelestarian sungai; Festival Kuda Kepang, diadakan setiap bulan Oktober/November diikuti oleh puluhan grup kuda kepang se Kabupaten Banjarnegara. Gambar I.2 Dieng Culture Festival 2012 Sumber: http://www.infopublik.org, 2012 2. Pentingnya Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara Banjarnegara adalah daerah agraris bertipe pegunungan. Khasanah seni yang tersebar di 20 kecamatan sangat beragam sehingga memberi berbagai keunikan dari modern hingga tradisional, dengan banyak sekali kesenian di Banjarnegara, sekitar 30 jenis kesenian. Perkembangan seni pertunjukan di kabupaten Banjarnegara cukup baik, ditandai dengan banyaknya ragam kesenian, tersebar dari puncak gunung hingga pedesaan, 3

pertanian sepanjang sungai. Banyak kelompok seni dari tradisional hingga modern, seni tari, seni teater sampai dengan komunitas film indie. Menurut Ketua DKD (Dewan Kesenian Daerah) Banjarnegara, Tjundaroso, potensi dan kegiatan seni di Kabupaten Banjarnegara sebenarnya sangat besar dan dinamis. Para pelakunya pun cukup agresif, namun belum terwadahi dengan baik. Saat akan latihan untuk festival dalang atau wayang kulit, teman-teman terpaksa harus latihan di Balai Desa Tapen. Lokasinya jauh dari kota, tapi apa daya mengingat hanya di situ yang lengkap alatnya dan cukup luas lokasinya, ungkap Sekretaris DKD (Dewan Kesenian Daerah) Banjarnegara, Drajat Nurangkoso. 3 Oleh karena banyaknya kesenian dan pelaku kesenian terutama seni pertunjukan di Banjarnegara namun belum terwadahi dengan baik, maka fasilitas gedung seni pertunjukan dirasa sangat diperlukan untuk menampung kegiatan kesenian di Banjarnegara. Tentunya faslitas ini hendaknya dibangun dengan memenuhi standar bangunan untuk kegiatan seni pertunjukan dan memenuhi kebutuhan para penggunanya baik seniman maupun pengunjung. Selain sebagai wadah kesenian yang sudah ada dan tengah berkembang di masyarakat, gedung kesenian ini juga diharapkan dapat mewadahi kesenian-kesenian perunjukan yang telah lama mati suri, seperti Kesenian Angklung Krumpyung yang baru-baru ini muncul kembali. Selain beberapa paparan di atas, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, pada tahun 2013 ini, sedang mempersiapkan secara bertahap pembangunan gedung kesenian Banjarnegara yang direncanakan bertempat di sekitar Kompleks Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas Selamanik yang diharapkan mampu menjadi tempat yang representatif bagi pementasan festival berbagai jenis seni yang ada di Banjarnegara. Pemerintah daerah setempat juga merencanakan untuk mengembangkan area sekitar Kompleks Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas Selamanik tersebut sebagai 3 www.banjarnegarakab.go.id diunduh pada tanggal 13 Maret 3102 pukul 12:50 WIB 4

pusat wisata budaya, sehingga gedung seni pertunjukan ini merupakan salah satu langkah awal untuk merintis cita-cita tersebut. 4 3. Pentingnya Pembinaan Kesenian Pertunjukan di Banjarnegara Melihat banyaknya jumlah kesenian pertunjukan di Banjarnegara, hal ini sangat diperlukan penjagaan dan pelestarian, agar tetap terjaga dan tidak punah seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan jaman. Salah satu upaya pelestarian kesenian adalah dengan pengenalan dan pembinaan, terutama pada generasi muda yang ada di Banjarnegara, karena generasi muda saat ini akan memegang masa yang akan datang. 4. Pentingnya Lokalitas Budaya Gedung Kesenian merupakan wadah untuk para pegiat seni untuk menyalurkan bakat dan minatnya di bidang kesenian. Kesenian berhubungan sangat dekat dengan lokalitas budaya di mana kesenian itu berada/berasal. Setiap daerah tentunya memiliki kebudayaan yang berbeda dengan daerah lain, tak terkecuali Kabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu, gedung kesenian di Banjarnegara hendaknya dapat mencerminkan kebudayaan Banjarnegara. Diharapkan Gedung Kesenian Banjarnegara ini dapat menampung kegiatan kesenian di Banjarnegara, dengan memiliki ciri khas Banjarnegara, terutama pada citra bangunan (building image), aktifitas di dalam bangunan dan tata ruang di dalam bangunan. 5. Pentingnya Fleksibilitas Ruang Pertunjukan Kesenian pertunjukan yang tengah berkembang di Banjarnegara terbilang cukup banyak. Banyaknya jumlah kesenian akan menghasilkan banyaknya kegiatan dalam suatu bangunan. Untuk mewadahinya diperlukan ruang yang luas agar dapat menampung semua kegiatan. Ruang yang luas tidak selalu tersedia untuk semua kegiatan, karena tidak semua bangunan mendapatkan lahan yang cukup luas. Oleh 4 Giri Praptono, SIP, MM. (Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara), wawancara pada tanggal 29 Maret 2013 5

karena itu, diperlukan fleksibilitas ruang agar semua kegiatan dapat terwadahi dengan baik dan efisien. Fleksibilitas ruang yang dimaksud di sini adalah bagaimana menciptakan ruang pertunjukan yang dapat menampung berbagai macam pertunjukan seni dengan karakteristik dan kebutuhan ruang dan gerak yang berbeda pada masing-masing jenis kesenian pertunjukan. Fleksibilitas ini dapat dilakukan dengan pengolahan secara teknis elemen-elemen yang ada di dalam ruangan pertunjukan, sehingga dapat menampung semua kegiatan baik bersamaan maupun bergantian. B. Rumusan Masalah 1. Masalah Umum Bagaimana merencanakan dan merancang Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang seni pertunjukan, meliputi pertunjukan seni dan pembinaan seni pertunjukan. 2. Masalah Khusus Bagaimana merancang Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam seni pertunjukan, meliputi pertunjukan seni dan pembinaan seni pertunjukan, dengan menekankan pada aspek lokalitas budaya setempat dalam hal citra bangunan (building image), aktivitas, dan sistem ruang, serta penekanan fleksibilitas ruang pertunjukan sehingga dapat menampung berbagai kegiatan seni pertunjukan yang ada di Banjarnegara dengan efisien. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mendapatkan landasan konsep perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang seni pertunjukan, meliputi pertunjukan seni dan pembinaan seni pertunjukan. 2. Tujuan Khusus Mendapatkan landasan konsep perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam seni pertunjukan, meliputi pertunjukan seni dan pembinaan seni pertunjukan, dengan menekankan pada 6

aspek lokalitas budaya setempat dalam hal citra bangunan (building image), aktivitas, dan sistem ruang, serta penekanan fleksibilitas ruang pertunjukan sehingga dapat menampung berbagai kegiatan seni pertunjukan yang ada di Banjarnegara dengan efisien. D. Sasaran 1. Sasaran Umum Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara melalui: a. Pemahaman lingkup seni pertunjukan; b. Identifikasi lingkup seni pertunjukan di Banjarnegara; c. Identifikasi tinjauan fasilitas gedung seni pertunjukan, beserta fungsi dan aktifitasnya; d. Identifikasi sasaran dan kebutuhan calon pengguna Gedung Seni Pertunjukan serta kapasitasnya; e. Identifikasi pemilihan tapak yang sesuai untuk Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara. 2. Sasaran Khusus Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara pendekatan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang setempat melalui: a. Identifikasi lingkup lokalitas budaya, meliputi citra bangunan (building image), aktivitas, dan tata ruang; b. Identifikasi lingkup fleksibilitas ruang; c. Identifikasi penerapan konsep lokalitas budaya dan konsep fleksibilitas ruang pada perancangan arsitektur; d. Melakukan komparasi terhadap bangunan yang memiliki konsep lokalitas budaya dan analisis perancangan konsep lokalitas budaya; e. Melakukan komparasi terhadap bangunan berkonsep fleksibilitas ruang dan analisis perancangan konsep fleksibilitas ruang; f. Melakukan sintesis dan kemudian mengambil kesimpulan mengenai penerapan konsep lokalitas budaya dan konsep fleksibilitas ruang untuk diteruskan menjadi 7

konsep perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara dengan penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang. E. Lingkup Pembahasan 1. Arsitektural Lingkup pembahasan arsitektural meliputi: a. Tata Ruang Luar, meliputi hierarki dan organisasi ruang, lansekap pada site dan tapak yang dipilih, fasilitas ruang luar, sirkulasi antar ruang, suasana, dan lain-lain. b. Tata Ruang Dalam, meliputi hierarki dan organisasi ruang dalam, sirkulasi antar ruang dalam, fasilitas dalam ruangan, dan lain-lain. c. Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang, meliputi tinjauan pustaka dan tinjauan lapangan standar persyaratan bangunan gedung seni pertunjukan, dan tinjauan pustaka dan tinjauan lapangan terhadap konsep lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang pada perancangan arsitektur. 2. Non Arsitektural Lingkup pembahasan non-arsitektural meliputi: a. Identifikasi minat masyarakat Banjarnegara terhadap kesenian pertunjukan setempat. b. Identifikasi potensi seni pertunjukan di Banjarnegara. F. Metode Pembahasan 1. Pengumpulan Data a. Sumber Data Penulisan ini menggunakan 3 jenis sumber data, yaitu: Pustaka/Literatur Merupakan data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel baik dari majalah atau surat kabar maupun dari internet. 8

Lapangan/Empirik Merupakan data yang nyata ada di lapangan dan diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara. Instansional Merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan kesenian yang ada di Banjarnegara. b. Jenis Data Penulisan ini menggunakan 2 jenis data, yaitu: Data Primer Merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui observasi dan wawancara dengan beberapa tokoh komunitas kesenian yang ada di Banjarnegara, beberapa instansi terkait kesenian di Banjarnegara, survey tapak bangunan, dan sebagainya. Data Sekunder Merupakan data yang sudah ada yang bersifat publik sehingga dapat diakses melalui internet, buku, artikel, dan literatur lain. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan melalui perbandingan antara standar dan literatur dengan keadaan faktual di lapangan. Dari data-data tersebut dianalisis yang dapat disimpulkan menjadi suatu konsep perencanaan dan perancangan untuk menjawab permasalahan yang timbul dari Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara dengan penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang. 3. Sintesis dan Perumusan Konsep Perencanaan dan Perancangan Menyimpulkan permasalahan dari pengumpulan data untuk merumuskan konsep dasar perencanaan dan perancangan. Konsep yang dihasilkan kemudian akan diteruskan menjadi alternati-alternatif bentuk desain perancangan secara dua dimensi dan tiga dimensi pada tahap Transformasi Desain yang kemudian dilanjutkan ke tahap Pengembangan Desain. 9

G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metode pembahasan, sistematika penulisan, keaslian penulisan, dan kerangka berfikir. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN LAPANGAN Berisi tentang pengertian, klasifikasi dan standar gedung kesenian. Serta preseden sebagai contoh rancangan gedung kesenian baik yang berada di negeri maupun luar negeri. BAB III ANALISIS DAN PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang pendekatan konsep yang dihasilkan dari analisis permasalahan dari proses pengumpulan data dan perumusan masalah, yang kemudian dilakukan penyimpulan dan sintesis data, yang akan digunakan sebagai landasan konsep perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang. BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang perumusan konsep utama dan konsep pendukung dalam perencanaan dan perancangan Gedung Seni Pertunjukan di Banjarnegara penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang. 10

H. Keaslian Penulisan Beberapa karya tugas akhir yang ada sebelumnya tentang tema bangunan sejenis Gedung Seni Pertunjukan, yaitu sebagai berikut: Tabel I.1 Keaslian Penulisan No Penulis Judul Abstrak 1. Rahmat Fadlan 05/184028/ET/ 04402 Gedung Kesenian Bangka Belitung Penekanan Pada Kenyamanan Dengar dan Pandang Sebagai Konsep Perancangan Pada Bangunan 2009 Bangunan pertunjukan yang memenuhi syarat untuk mewadahi kegiatan seni pertunjukan seremonial yang mampu memberikan kenyamanan dengar dan pandang pada penonton/pengunjung 2. Destarita Indah Permata Sari 04/177043/TK/ 29759 Gedung Kesenian di Salatiga dengan Pendekatan Fleksibilitas Ruang 2009 Gedung kesenian yang: - Berkarakter, mudah dibedakan dengan bangunan lain - Sesuai prinsip ekonomi - Memiliki fasilitas penunjang lengkap (jual beli, makan, dan publikasi) - Tidak terkesan angkuh dan low budget. 3. Danang Widya Sanjaya 03/173653/ET/ 03683 Art Center di Yogyakarta Penekanan pada Sirkulasi sebagai Pembentuk Suasana Rekreatif 2005 Kompleks bangunan yang rekreatif bagi pengunjung sehingga pengunjung merasa tertarik dan tertantang untuk menjelajahi kompleks bangunan ini dengan kenyamanan dalam hal sirkulasi (minimal sarana sirkulasi yang melelahkan) 11

4. Atika Rahmawati Hs 08/269286/TK/ 34391 KESIMPULAN Gedung Seni Pertunjukan di Gedung seni pertunjukan yang Banjarnegara Penekanan dapat menampung berbagai Lokalitas Budaya dan macam seni pertunjukan yang Fleksibilitas Ruang ada di Banjarnegara dengan 2013 penekanan lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang 1. Perbedaan: Penekanannya kenyamanan dengar dan pandang 2. Perbedaan: Lingkup lebih luas Gedung Kesenian 3. Perbedaan: Penekanan kenyamanan sirkulasi pengunjung 12

I. Kerangka Berpikir Bagan I.1 Kerangka Berfikir LATAR BELAKANG - Potensi kesenian besar terutama seni pertunjukan - Belum adanya wadah bagi kegiatan kesenian terutama seni pertunjukan - Mendukung pemerintah daerah yang akan membangun gedung kesenian TUJUAN PERMASALAHAN SASARAN - Bagaimana merencanakan dan merancang gedung seni pertunjukan yang dapat menampung kegiatan berbagai seni pertunjukan - Bagaimana menerapkan konsep lokalitas budaya dan fleksibilitas ruang LOKALITAS BUDAYA GEDUNG KESENIAN BANJARNEGARA (LOKASI & SITE) FLEKSIBILITAS RUANG Studi Pustaka Studi Kasus Studi Lapangan - Kesenian - Seni pertunjukan - Gedung seni pertunjukan - Lokalitas budaya - Fleksibilitas ruang - Banjarnegara - Seni pertunjukan di Banjarnegara - Gedung seni pertunjukan dalam negeri - Gedung seni pertunjukan luar negeri ANALISIS DAN PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN - Survey tapak - Survey komunitas kesenian di Banjarnegara - Survey instansi terkait di Banjarnegara Makro Lingkungan sekitar tapak Meso Tapak Mikro Bangunan dan Sistem Tata Ruang Konsep Perencanaan dan Perancangan GEDUNG KESENIAN DI BANJARNEGARA Penekanan Lokalitas Budaya dan Fleksibilitas Ruang 13