GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH DAN C-REACTIVE PROTEIN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
1 Stephanie O. Willar 2 John Porotu o 2 Olivia Waworuntu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak lepas terkait dengan status gizi ataupun kesehatan setiap. individu. Indikator yang digunakan salah satunya adalah Indeks

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2013, prevalensi penduduk Indonesia yang. didiagnosis Tuberculosis Paru (TB Paru) sebanyak 0,4% dari

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

PROFIL PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUP PROF. Dr. R.D. KANDOU MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

PEMETAAN KASUS TUBERKULOSIS PARU DI KECAMATAN TUMINTING TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

1 Universitas Kristen Maranatha

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

1 Rizca J. Domu 2 John Porotu o 2 Olivia A. Waworuntu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

J. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL

EVALUASI PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

GAMBARAN NILAI MANTOUX TEST PADA ANAK DENGAN RIWAYAT KONTAK DENGAN ORANG DEWASA SATU HUNIAN YANG MENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PADANG BULAN, MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN DAN TROMBOSIT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2014 DESEMBER 2014

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH DAN C-REACTIVE PROTEIN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI MANADO 2016 Ameista Tahumuri 1, M. C. P. Wongkar 2, L.W. A. Rotty 2 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 2 Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Email: Ameista.tahumuri@yahoo.com Abstract: Pulmonary Tuberculosis is an infection disease caused by a rod-shaped bacterium (bacillus), also called Mycrobacterium Tuberculosis enters the body, then cause an inflammation and it induces hepatocytes to simply synthesize the acute-phased C-Reactive Proteinn(CRP). CRP itself will icrease significantly right after the inflammation rate (ESR) is also needed because its data can be used as an indicator of biological stability level of the patients. This study was aimed to find out the description of Erythrocyte sedimentation rate (ESR) and C-reactive Protein in patients with pulmonary tuberculosis. This study was a descriptive-prospective study by retrieving data. Sampels were taken from all patients diagonosed with pulmonary tuberculosis. This study took 30 sampels. Conclusions : 1. In BTA, an elevated ESR occurred in pulmonary tuberculosis patients positive BTA 2 (16 sampels (53%)) and CRP elevated in patients with positive BTA 2 (9 sampels (64%)) 2. Hemoptysiss occurred in 12 sampels with elevated ESR. Hemoptysis and cough occurred in 5 sampels (33.3%) with elevated CRP. Keywords : Pulomonary Tuberculosis, C-Reactive Protein (CRP), Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR). Abstrak: Tuberkulosis Paru suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil) dengan nama lalin Mycrobacterium tuberculosis. Mycrobacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh kemudian menyebabkan inflamasi, inflamasi terjadi invasi bakteri yang selanjtnya menginduksi sel hati untuk mensintesis protein fase akut C-Reactive Protein (CRP). CRP akan meningkat tajam setelah terjadi inflamasi. Laju Endap Darah (LED) juga dibutuhkan karena data bisa dipakai sebagai indicator tingkat kestabilan penderita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Laju Endap Darah dan C-Reactive Protein pada penderita tuberculosis paru. Penelitian ini bersifat deskriptif prospektif dengan mengambil sampel dan mnegolah data. Sampel penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosis tuberkulosis paru. Penelitian ini mengambil sampel 30 orang. Kesimpulan: 1. Pada BTA didapatkan peningkatan LED penderita TB paru terjadi pada BTA positif 2 dengan jumlah 16 orang (53%) dan CRP yang mengalami peningkatan pada BTA positif 2 dengan jumlah 9 orang (64%) 2. Pada keluhan utama yang mengalami penngkatan LED adalah Hemoptisis dengan jumlah 12 orang selanjutnya pada keluhan utama CRP yang mengalami peningkatan dengan gejala utama Hemoptisis dan Batuk masingmasing 5 orang (33,3%). Kata Kunci: Tuberkulosis paru, C-Reactive Protein, Laju Endap Darah. PENDAHULUAN Penyakit Tuberkulosis Paru suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) dengan nama lain Mycrobacterium tuberculosis. Menurut WHO pada tahun 2009 angka kejadian Tuberkulosis paru di seluruh dunia sebesar 9,4 juta dan meningkat setiap tahun. 1,2 Di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien Tuberkulosis paru didunia. Pencegahan meningkatnya kasus Tuberkulosis paru yang resistensi obat menjadi prioritas penting. 2,3 Menurut RISKESDAS tahun 2013, prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis Tuberkulosis paru oleh tenanga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4%, lima provinsi dengan tuberkulosis paru tertinggi Jawa Barat 0,7%, Papua 0,6%, DKI Jakarta 0,6%, Gorontalo 0,5%, Banten 0,4%. 4 Mycrobacterium tuberculosis massuk ke dalam tubuh kemudian menyebabkan inflamasi. Inflamasi merupakan mekanisme 16

tubuh untuk memperrtahankan diri dari benda asing yang masuk, misalnya invasi mikroorganisme, trauma, bahan kimia, factor fisik dan alergi. Pelepasan berbagai sitokin pro-inflamasi terjadi invasi bakteri yang selanjutnya menginduksi sel hati untuk mensintesis protein fase akut seperti C- Reactive Protein (CRP) dan CRP akan meningkat tajam beberapa saat terjadinya inflamasi dan selama proses inflamasi sistemik berlangsung. Salah satu proses diagnosis penyakit Tuberkulosis lainnya yaitu dengan pemeriksaan darah seperti hitung jumlah leukosit dan laju endap darah (LED). Laju Endap Darah (LED) dibutuhkan karena data ini dapat dipakai sebagai indicator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologi penderita sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai tingkat indicator penyembuhan penderita. Tuberkulosis menyebabkan bertambahnya jumlah leukosit berkaitan dengan fungsinya sebagai pertahanan, sehingga pengendapan darah melaju lebih cepat karena bertambah jumlah sel darah. 5,6 Berdasarkan penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran LED dan CRP pada pasien TB paru di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado dan Puskesmas Tuminting. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif prosspektif dengan mengambil data baru tentang gambaran LED dan CRP. Penelitian ini dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Puskemas Tuminting serta di laboratorium PROKITA untuk pemeriksaan analisa darah. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 Oktober-11 November 2016. Populasi penelitian adalah Pasien yang didiagnosis TB Paru di Poliklinik Paru RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Puskesmas Tuminting. Sampel penelitian adalah seluruh dari jumlah populasi pasien TB di Poliklinik Paru Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Puskesmas Tuminting. Data yang diperoleh kemudian akan dikelompokan berdasarkan variabel penelitian lalu disajikan dalam bentuk teks dan tabel, kemuadian dianalisis berdasarkan hasil presentase. Kriteria inklusi sampel penelitian adalah seluruh pasien yang didiagnosis tuberkulosis paru di Poliklinik Paru RSUP Prof. Dr. R. D> Kandou Manado dan Puskesmas Tuminting. Kriteria eksklusi adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria suatu TB paru. Cara pengambilan sampel menggunakan data primer yang diperoleh langsung dengan cara melakukan pemeriksaan laboratorium pada pasien yang terdiagnosa TB Paru. Data yang dikumpulkan dengan cara kunjungan pasien ke Poliklinik Paru RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Puskesmas Tuminting, kemudian pasien diarahkan ke laboratorium ProKita kemudian diperiksa. HASIL PENELITIAN Tabel 1 memperlihatkan jumlah sampel menunjukkan LED yang meningkat dengaan distribusi BTA 2 (++) dengan jumlah 16 orang dengan presentase 53%, BTA positif 1 (+) 8 orang dengan presentase 27%, BTA positif 3 (+++) dengan presentase 20%. Tabel 1. Distribusi BTA menurut LED BTA LED + 8 27 0 0 8 27 ++ 16 53 0 0 16 53 +++ 6 20 0 0 6 20 30 100 0 0 30 100 17

Tabel 2 Memperlihatkan jumlah sampel CRP yang meningkat dengan distribusi BTA positif 2(++) dengan jumlah 9 orang, BTA positif 3(+++) 4 orang, positif 1(+) 1 orang. Tabel 2. Distribusi BTA menurut CRP BTA CRP + 1 7 5 31 6 20 ++ 9 64 6 38 15 50 +++ 4 29 5 31 9 30 14 100,0 16 100,0 30 100,0 Tabel 3 memperlihatkan jumlah sampel menunjukkan LED yang meningkat dengan distribusi keluhan utama Hemoptisis dengan jumlah pasien 12 orang, Batuk 10 orang, Demam 6 orang, Dispnea 2 orang. Tabel 3. Distribusi Keluhan Utama menurut LED Gejala Klinis LED Batuk 10 33 0 0 10 33 Dispnea 2 7 0 0 2 7 Hemoptisis 12 40 0 0 12 40 Demam 6 20 0 0 6 20 30 100 0 0 30 100 Tabel 4 memperlihattkan sampel menunjukkan jumlah sampel menunnjukkan CRP yang meningkat dengan distribusi keluhan utama Hemoptisis dan Batuk masing-masing 5 orang, Dispnea 4 orang, Demam 1 orang. Tabel 4. Distribusi Keluhan Utama menurut CRP Gejala Klinis CRP Batuk 5 33,3 7 46,7 12 40 Dispnea 4 26,7 3 20,0 7 23,3 Hemoptisis 5 33,3 0 0,0 5 16,7 Demam 1 6,7 5 33,3 6 20,0 15 100,0 15 100,0 30 100,0 BAHASAN Pada penelitian yang dilakukan Di Poliklinik Paru RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan Puskesmas Tuminting bulan oktober november 2016, pada tabel 1.1 didapatkan bahwa peningkatan LED pada BTA Positif 2 (++) lebih banyak dengan jumlah 16 pasien (53%), tetapi masih ditemukan peningkatan juga pada BTA Positif 1(+) dengan jumlah pasien 8 pasien (27%), diikuti dengan BTA Positif 3(+++) dengan jumlah pasien 6 (20%). Kemudian pada pemeriksaan CRP ditemukan peningkatan pada BTA positif 2(++) dengan jumlah 9 pasien (64%) diikuti dengan peningkatan pada BTA positif 3(+++) dengan jumlah pasien 4 (29%) dan diikuti dengan BTA positif 1(+) dengan jumlah pasien 1(7%). Peningkatan BTA disebabkan karena adanya inflamasi, inflamasi yang bertambah parah menyebabkan kuman-kuman tuberkel yang menyebar dengan cepat sehingga pada tes BTA ditemukan banyak kuman tuberkel pada 1 lapang pandang dan yang lainnya. 7 Pada tabel 2.1 menunjukan mengenai gejala klinis utama pada pasien TB Paru. Menurut data yang dikumpulkan di Poliklinik Paru RSUP Dr. R.D. Kandou Manado dan Puskesmas Tuminting bulan oktober november 2016, didapatkan bahwa gejala klinis utama pada pasien TB Paru yang mengalami peningkatan LED 18

adalah hemoptysis dengan jumlah 12 pasien (40%) Tetapi masih ditemukan peningkatan LED pada pasien TB Paru dengan gejala klinis Batuk dengan 10 pasien (33%), demam dengan 6 pasien (20%), Dispnea dengan 2 pasien (7%). Selanjutnya pada tabel 2.2 pemeriksaan CRP di di dapatkan peningkatan CRP pasien TB paru adalah Hemoptisis dengan jumlah 5 Pasien (33,3%) dan Batuk 5 pasien (33,3%). Tetapi masih di temukan peningkatan dengan gejala klinis Dispnea 4 pasien (13,3%), Demam dengan 1 pasien (6,7%). Gejala klinis pada kasus ini berbeda dengan gejala klinis utama yang diteliti oleh Wahyuningsih E dimana pasien TB dengan gejala klinik paling banyak adalah batuk darah atau hemoptisis dengan presentase 40%. Batuk lebih dari 3 minggu terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk mulai dari kering, kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. 8 SIMPULAN Pada pemeriksaan BTA didapakan peningkatan LED penderita TB paru terjadi pada BTA positif 2 dengan jumlah 16 pasien (53%). Selanjutnya peningkatan CRP juga terjadi pada BTA positif 2 dengan jumlah 9 pasien (64%). Gejala klinis utama pada penderita TB paru mengalami peningkatan LED dengan gejala klinis utama Hemoptisis dengan presentase 40%. Sedangkan CRP dari 15 pasien TB paru paling banyak datang dengan gejala klinis utama Hemoptisis dan Batuk dengan presentase masing-masing 33,3%. SARAN Perlu dilakukan penelitian serta evaluasi lebih lanjut tentang riwayat pengobatan, karena dalam penelitian ini belum diteliti tentang riwayat pengobatan. Perlu dilakukan evaluasi yang baik bagi penderita TB paru agar kelengkapan data dapat diolah secara efektif untuk penelitisn seperti ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Naga S.Sholeh. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta : DIVA Press, 2012. Hal. 308. 2. Sihombing H. Resistensi Primer Pada Penderita TB Paru Kategori I Di Poloklinik Paru RSUP H. Adam Malik Medan. Medan : 2012. Available from : http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/33363/5/Chapter%20I.pdf. 3. Werdhani RA. Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klasifikasi Tuberkulosis. Jakarta : Depatermen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi dan Keluaraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Available from : http://staff.ui.ac.id/system/files/users/re tno.asti/material/patodiagklas.pdf. 4. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Riskesdas 2013. 1 Des 2013 5. S Maria Christine F. Perbandingan Pengaruh Konsumsi Fruktosa Dan Glukosa Terhadap Kadar Trigliserida Dalam Darah, Bandung: Universitas Kristen Maranatha. 2008. Disertasi. 6. Thomas Ng. Erythrocyte sedimentation rate & CRP on Clinical Practice. British Journal Hosp Medicine. 1997. 7. Departemen Kesehatan RI. pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis edisi 2. jakarta: Depkes RI 2002. 19

8. Wahyuningsih E, Wibisono B H. Pola Klinik Tuberkulosis Paru DI RSUP Kariadi Sermarang Periode Juli 2012- Agustus 2013.Media Medika Muda. Vol 4 No 2. April 2015. Available from: http://ejournal-s1.undip.ac.id/ index.php/medico/inde. 20