BAB V SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pribadi yang dialami peneliti, ketika peneliti

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS I - SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA FLASH CARD PADA KELAS 4 SD. Oleh Cerianing Putri Pratiwi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

SILABUS TEMATIK KELAS I

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV PENUTUP. Memiliki kemampuan dalam menguasai kosakata bahasa Mandarin sering. diidentikan memiliki prospek karir yang sangat baik.

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 1) Pada analisis struktur ditemukan hal-hal antara lain: a) Analisis struktur terdiri atas bentuk dan formula bahasa

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Satu sisi pendidikan dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Kurikulum terus berganti dari kurikulum 1975 hingga kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Shindy Grafina Callista, 2014

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD. Oleh :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

INSTRUMEN PENILAIAN AUDIO TERINTEGRASI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) / MADRASAH ALIYAH (MA)

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik dan mental. Dan tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 2 Nomor 2, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu media yang tidak dapat dipisahkan dengan

2013 PENGGUNAAN MEDIA LAGU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DALAM MENULIS PUISI

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bahasa dan Ketunagrahitaan. Oleh Didi Tarsidi

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

Nama Sekolah :... : Lingkungan Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 3 minggu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Menurut Conny (2002: 49) perkembangan bahasa memperlihatkan berbagai prinsip yang juga menjadi karakteristik dari aspek perkembangan yang lain,

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BAB I PENDAHULUAN. materi pelajaran harus diterima siswa, maupun sarana dan prasarana.

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bagian terpenting dari pelajaran bahasa Indonesia di

Nama Sekolah :... Kelas/Semester : I / 2 Alokasi Waktu : 2 minggu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diartikan dengan proses atau kegiatan belajar mengajar, namun

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

Transkripsi:

1 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi beberapa simpulan dan saran. Beberapa simpulan hasil penelitian sebagai jawaban terhadap masalah-masalah penelitian yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya. Simpulan-simpulan tersebut diperoleh berdasarkan deskripsi, analisis, dan pembahasan data yang diperoleh. Beberapa saran dikemukakan dalam bab ini untuk kepentingan lebih lanjut, terutama untuk peningkatan pembelajaran bahasa Indonesia. A. Simpulan Rumusan masalah umum yang diungkapkan penelitian ini adalah apakah model permainan bahasa efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak tunagrahita ringan? Oleh karena itu, penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa tunagrahita ringan melalui penerapan model permainan bahasa. Keterampilan berbicara yang diteliti mencakup aspek pengucapan, pengembangan kosakata, dan penggunaan kalimat setiap subjek penelitian. Simpulan-simpulan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, penelitian ini mengembangkan kemampuan siswa tunagrahita ringan pada aspek keterampilan berbicara melalui model permainan bahasa. Model permainan bahasa dianggap efektif untuk mengembangkan keterampilan berbicara anak tunagrahita ringan, karena model ini mempunyai karakteristik pembelajaran yang menyenangkan, membangkitkan motivasi belajar, ramah terhadap anak, mengaktifkan pikiran, rasa, emosi, fisik, mengembangkan imajinasi anak, mengembangkan sikap spontanitas, sportif, kompetitif, dan solidaritas sesama teman. Model permainan bahasa ini menjadi terapi bagi anak tunagrahita ringan.

2 Model permainan bahasa bagi siswa tunagrahita ringan ini mencoba menerapkan pembelajaran bahasa dengan cara: a) menciptakan konteks berbahasa, b) memberikan kesempatan untuk berbicara, dan c) memberikan motivasi untuk berbicara. Proses pembelajaran dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan kondisi anak. Guru memberi contoh, kemudian siswa secara individual mempraktekkan keterampilan berbicara ini. Kedua, dapat disimpulkan bahwa guru dan siswa telah melakukan perannya masing-masing dengan baik sesuai dengan model perminan bahasa. Begitu pun suasana kelas yang tercipta sudah mencerminkan kelas bahasa yang menyenangkan, ramah terhadap anak, dan menarik minat anak. Ketiga indikator tersebut akan dideskripsikan di bawah ini. Indikator aktivitas guru yang mencerminkan pembelajaran yang berorientasi pada model permainan bahasa antara lain: a. Guru telah berperan sebagai fasilitator. b. Guru telah berperan sebagai model. Guru memberikan contohcontoh perilaku berbahasa yang benar. c. Guru telah berperan melayani siswa secara individual. d. Guru telah berperan sebagai motivator. Motivasi yang dilakukan guru berupa antara lain: 1) motivasi social reinforcement, 2) motivasi tangible, serta 3) negative consequences. e. Guru selalu menjaga keotentikan model permainan bahasa. f. Guru mengubah perilaku siswa secara menyeluruh, antara perkembangan kognisi, sosial, dan emosi. g. Guru tidak mendominasi pembelajaran. Komunikasi yang tercipta multiarah. Indikator aktivitas siswa pun telah mengacu pada model permainan bahasa yang direncanakan. Interaksi antara siswa dengan guru berlangsung dengan baik. Indikator aktivitas siswa yang mencerminkan

3 berorientasi pada model permainan bahasa dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini. a. Model permainan bahasa memperkaya belahan otak kiri dan kanan siswa siswa tunagrahita ringan. b. Siswa aktif merespon gambar-gambar yang diperlihatkan guru. Siswa mengekspresikan kemauan, kehendak, dan perasaan dengan kalimat-kalimat sederhana mereka. c. Siswa kreatif merespon permainan yang menuntut aktivitas spontan. Hal ini sejalan dengan teori kognitif Jerome Bruner bahwa fungsi bermain sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas. d. Siswa berlatih berbicara setahap demi setahap, dari mulai belajar berbicara secara klasikal, berpasangan, kemudian individual, terlihat dari aktivitas belajar. Kemudian memahi berbagai macam kosakata dengan memperhatikan prinsip prerequisit. e. Siswa merasakan belajar sambil bermain. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan permainan bahasa dalam pembelajaran. f. Siswa mampu bermain peran. Kemampuan ini tercipta saat siswa melakukan permainan menyatukan keluarga dan praktik bertelepon. Indikator proses pembelajaran dari mulai sesi pertama sampai dengan sesi kedelapan telah mengacu pada model pembelajaran yakni melalui lima tahapan: a) pembukaan, b) pemodelan, c) praktik secara individual, d) evaluasi, serta e) feedback dan refleksi. Di bawah ini beberapa indikator yang berorientasi pada model. a. Proses pembelajaran telah bernuansakan pakem. Pakem adalah pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. b. Proses pembelajaran ramah terhadap anak. c. Media pembelajaran yang berwarna, menarik, sederhana, dan variatif sangat bagus untuk menstimulus siswa berbicara.

4 d. Adanya unsur bernyanyi dengan diiringi musik dalam pembelajaran cukup menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam kelas siswa tunagrahita ringan. e. Terciptanya proses pembelajaran yang mensyaratkan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya, baik dengan guru, teman sekelas, maupun lingkungan di dalam dan luar kelas. Ketiga, kegiatan pembelajaran pada kondisi intervensi dilakukan delapan sesi. Terdapat temuan-temuan kemampuan dan hambatan keterampilan berbicara siswa tunagrahita ringan. 1) Temuan Sesi Pertama Kemampuan berbicara siswa tunagrahita ringan dalam hal pengembangan kosakata sesi 1 adalah jenis kosakata yang digunakan berupa kosakata dasar yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang biasa mereka gunakan dalam komunikasi, antara lain: a) istilah kekerabatan, b) nama-nama bagian tubuh, c) kata ganti pokok, d) kata bilangan, dan e) kata sifat. Kemampuan berbicara siswa tunagrahita ringan pada sesi 1 dalam hal menyusun kalimat: a) menyusun kalimat majemuk setara, b) menyusun kalimat verbal tunggal, c) menyusun kalimat sifat tunggal, dan d) menyusun kalimat benda tunggal. Isi kalimat yang diucapkan antara lain: a) bacaan surat Al-Fatihah. b) ungkapan salam, c) ungkapan rasa senang, d) mengerti kata yang diucapkan dengan barangnya, e) ungkapan pentingnya kesehatan, f) ungkapan kesadaran dalam hubungannya dengan kekerabatan, dan g) ungkapan yang berhubungan dengan pentingnya sirkulasi udara. Hambatan berbicara siswa tunagrahita ringan dalam sesi satu ini antara lain: a) kata-kata yang diucapkan mengalami kekacauan artikulasi terkait dengan penghilangan bunyi-bunyi bahasa (ommisions of speech

5 sounds), b) kata-kata yang diucapkan banyak dipengaruhi bahasa daerah, dan c) belum lancar menyebutkan nama-nama hari secara acak. 2) Temuan Sesi Kedua Kemampuan berbicara siswa tunagrahita ringan pada sesi 2 dalam hal menyusun kalimat, antara lain: a) menyusun kalimat tunggal yang dibangun oleh satu kata, dan b) menyusun kalimat ajektif sederhana yang dibangun oleh dua kata. Isi kalimat berisi: a) menjawab salam secara Islami, b) ungkapan rasa senang pada pelajaran bahasa Indonesia, c) bernyanyi lagu anakanak, dan d) ungkapan kemauan diberi motivasi berupa barang. Hambatan berbicara siswa tunagrahita ringan sesi antara lain: a) kurangnya kosakata nama-nama anggota badan, b) pengaruh penggunaan bahasa daerah, c) kesulitan mengucapkan kosakata yang dibentuk oleh dua atau tiga kata, dan d) unsur suprasegmental yang mencakup: tekanan, nada, dan jeda diucapkan sangat lemah, hampir tidak terdengar. 3) Temuan Sesi Ketiga Kemampuan berbicara siswa tunagrahita ringan sesi antara lain: a) menjawab salam, b) mengucapkan doa, c) menyusun kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata, d) dengan bimbingan guru mampu berhitung secara berurutan dan secara klasikal, e) melakukan dialog sederhana dalam bertelepon, f) praktik bertelepon, g) melakukan dialog singkat dengan sesama temannya, dan h) menyusun kalimat sederhana untuk mengekspresikan kesukaannya. Hambatan berbicara siswa tunagrahita ringan pada sesi ketiga antara lain: a) kurang mampu berhitung 1 s.d. 10 secara berurutan secara individual, b) adanya pembicaraan yang tertunda-tunda (delayed speech), c) kakacauan artikulasi dengan ditandai adanya penghilangan bunyi-bunyi bahasa baik vokal maupun konsonan (ommsion of speech sounds).

6 4) Temuan Sesi Keempat Kemampuan berbicara siswa tunagrahita sesi keempat antara lain: a) mampu menjawab salam, b) ungkapan semangat belajar, c) suka melakukan komunikasi dengan orang lain, d) termotivasi untuk belajar manakala seseorang menjanjikan pemberian makanan, e) mengekspresikan rasa senangnya dengan kalimat sederhana, f) mengetahui fungsi atau kegunaan sebuah barang yang diekspresikan dengan kalimat sederhana, g) menyusun kalimat dengan predikat kata sifat, h) mampu menyebutkan sejumlah kosakata dasar yang berhubungan dengan nama-nama barang di sekitar sekolah, i) mampu menyebutkan sejumlah nama sayuran, dan j) tertarik sekali pada media pembelajaran berupa kartu gambar sayuran. Hambatan berbicara siswa tunagrahita dalam sesi keempat antara lain: a) pengucapan kata yang salah sebagai akibat pengaruh bahasa daerah, b) pemahaman yang kurang tentang kata sifat jenis warna, c) kesulitan mengucapkan kata yang dibangun oleh dua atau tiga unsur kata, d) kesulitan mengucapkan konsonan v, d) kekacauan artikulasi terkait dengan pembalikan bunyi-bunyi bahasa (distortion of speech sounds), e) adanya penundaan pembicaraan (delayed of speech), f) adanya hambatan unsur suprasegmental berupa nada suara yang sangat rendah saat berbicara hampir tidak terdengar, g) penghilangan bunyibunyi bahasa baik vokal maupun konsonan (ommsion of speech sounds). 5) Temuan Sesi Kelima Kemampuan berbicara siswa tunagrahita ringan yang dapat ditemukan dalam sesi kelima ini antara lain: a) menjawab salam, b) mengungkapkan ekspresi rasa senang dengan kalimat sederhana, c) menyusun kalimat sederhana yang berpolakan P-O-K, d) menyusun kalimat minor, e) mengucapkan sejumlah kosakata dasar, f) menerka secara lisan nama-nama binatang sesuai dengan suara yang didengar,

7 dan g) bekerja sama secara berpasangan untuk saling menerka suara binatang. Hambatan berbicara siswa tunagrahita ringan dalam tahap ini, antara lain: a) sering terjadinya penundaan pembicaraan (delayed of speech), dan b) kekacauan artikulasi terkait dengan penghilangan bunyibunyi bahasa (ommision of speech sounds). 6) Temuan Sesi Keenam Kemampuan siswa tunagrahita ringan yang ditemukan dalam sesi keenam ini adalah: a) menjawab salam, b) berdoa, c) mengekspresikan rasa senang dengan kalimat minor, d) mengekspresikan rasa keinginannya dengan kalimat minor, e) menebak nama binatang sesuai dengan suara yang didengar kemudian mengungkapkannya secara langsung, f) menyuarakan suara binatang sesuai dengan gambar yang dilihat, dan g) bekerja sama dengan orang lain dalam proses pembelajaran. Hambatan berbicara yang ditemukan dalam tahap ini yakni adanya kendala dalam unsur suprasegmental yang menyangkut: pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang sangat pelan dan hampir tidak terdengar, nada bicara monoton, jeda bicara yang tidak tepat. 7) Temuan Sesi Ketujuh Kemampuan berbicara siswa tunagrahita ringan yang ditemukan dalam sesi ini antara lain: a) menggunakan kalimat sederhana untuk mengungkapkan fungsi salah satu anggota badan, b) menyusun kalimat jenis ajektival, c) menyusun kalimat bilangan sederhana, dan d) mengekspresikan keinginan dalam bentuk aktif kalimat sederhana. 8) Temuan Sesi Kedelapan Kemampuan berbicara siswa tunagrahita ringan yang dapat ditemukan dalam sesi antara lain: a) mampu menjawab salam dan

8 membacakan surat Al-Fatihah. b) menyusun kalimat aktif sederhana, c) mengeskpresikan kemauan dengan menggunakan kalimat sederhana, d) kemampuan menyusun kalimat aktif sederhana, dan e) bertambahnya kemampuan kosakata tentang sayuran. Simpulan kemampuan dan hambatan keterampilan berbicara siswa tunagrahita ringan, antara lain di bawah ini. Kemampuan dalam hal pengembangan jenis kosakata, antara lain: 1) istilah kekerabatan, 2) nama-nama bagian tubuh, 3) kata ganti pokok, 4) kata bilangan, 5) kata sifat, 6) kata benda. Kosakata yang dikembangkan berkaitan dengan tema: diri sendiri, lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan sekitar. Kemampuan dalam hal menyusun jenis kalimat: 1) menyusun kalimat benda, 2) menyusun kalimat verbal tunggal, 3) menyusun kalimat sifat/ ajektival tunggal, 4) menyusun kalimat bilangan tunggal, 5) menyusun kalimat aktif kalimat tunggal, 6) menyusun kalimat pasif tunggal, dan 7) menyusun kalimat majemuk setara, Isi kalimat yang diucapkan antara lain: 1) bacaan surat Al-Fatihah. 2) pengucapan salam, 3) pengekspresian rasa senang, 4) mengerti kata yang diucapkan dengan barangnya, 5) pengungkapan pentingnya kesehatan, 6) pengungkapan kesadaran dalam hubungannya dengan kekerabatan, 7) pengungkapan yang berhubungan dengan pentingnya sirkulasi udara, 8) bernyanyi lagu anak-anak, 9) pengungkapan kemauan, 10) mengucapkan doa, 11) dengan bimbingan guru mampu berhitung secara berurutan dan secara klasikal, 12) melakukan dialog sederhana dalam bertelepon, 13) praktik bertelepon, 14) melakukan dialog singkat dengan sesama temannya, 15) mengekspresikan kesukaannya, 16) menjawab salam, 17) semangat belajar, 18) suka melakukan komunikasi dengan orang lain, 19) menyebutkan fungsi atau kegunaan sebuah barang, 20) mengekspresikan rasa keinginan, 21) mengungkapkan fungsi salah satu anggota badan.

9 Hambatan berbicara siswa tunagrahita ringan, antara lain: 1) katakata yang diucapkan mengalami kekacauan artikulasi terkait dengan penghilangan bunyi-bunyi bahasa baik vokal maupun konsonan (ommisions of speech sounds), 2) adanya pembicaraan yang tertundatunda (delayed speech), 3) kekacauan artikulasi terkait dengan pembalikan bunyi-bunyi bahasa (distortion of speech sounds), 4) katakata yang diucapkan banyak dipengaruhi bahasa daerah, 5) belum lancar menyebutkan nama-nama hari secara acak, 6) kurangnya kosakata nama-nama anggota badan, 7) kesulitan mengucapkan kosakata yang dibentuk oleh dua atau tiga kata, 8) unsur suprasegmental yang mencakup: tekanan, nada, dan jeda diucapkan sangat lemah, hampir tidak terdengar, 9) kurang mampu berhitung 1 s.d. 10 secara berurutan secara individual, 10) pemahaman yang kurang tentang kata sifat jenis warna, dan 11) kesulitan mengucapkan konsonan v, Keempat, sistem sosial yang dibangun dalam model ini bersifat pembelajaran terbimbing individual. Kelima, prinsip reaksi yang dikembangkan guru dalam merespon siswa model pembelajaran ini antara lain: memberikan pujian secara verbal, hadiah, makanan kesukaan, menepuk pundak anak, menyentuh tangan, pemberian kegiatan yang menyenangkan berupa bermain, mendengarkan musik saat anak menunjukkan prestasi belajar berupa penguasaan sebuah kompetensi, pemberian time out atau istirahat dari kegiatan berlajar untuk beberapa saat kepada siswa yang mengganggu temannya saat belajar, memberikan arahan, bimbingan, penjelasan ulang sebagai penuntun bagi siswa yang belum menguasai kompetensi dengan baik; dan menanggapi pertanyaan, keluhan, atau kesulitan siswa dan berrupaya mencarikan pemecahannya. Keenam, hasil wawancara dengan guru adalah sebagai berikut: 1) model permainan bahasa ini mudah untuk dilaksanakan, 2) tahapantahapan model ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berbicara, 3) model permainan bahasa ini sangat cocok untuk membantu

10 berbicara siswa tunagrahita ringan, karena didukung media yang menarik dan variatif, 4) model ini mampu meningkatkan kelancaran pengucapan, pengembangan kosakata, dan penggunaan kalimat siswa tuangrahita ringan, 5) adanya unsur permainan dalam tahapan model ini memberikan suasana yang menyenangkan bagi siswa dan guru, dan 6) model permainan bahasa cocok digunakan bagi pembelajaran tematik siswa tunagrahita ringan. Namun demikian, terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan model ini, antara lain: 1) untuk mengembangkan bicara pada siswa tunagrahita, guru mengalami kesulitan sebab di antara mereka mengalami kelainan bicara, antara lain kelainan artikulasi, arus ujar, nada suara, 2) banyaknya siswa tunagrahita yang datang terlambat atau sering tidak masuk sekolah membuat penjadwalan pembelajaran model permainan bahasa ini direvisi jadwal pelaksanaannya, 3) di awal sesi untuk mengkondisikan siswa tunagrahita ringan mau berbicara dibutuhkan kesabaran dari guru, karena siswa dengan keterbatasan tingkat intelektual ini membutuhkan pembimbingan yang setahap demi setahap dan petunjuk dibuat sesederhana mungkin, dan 4) dari segi waktu untuk mengajarkan empat tema membutuhkan waktu yang lama, karena untuk kondisi siswa tunagrahita ringan satu perintah saja membutuhkan beberapa kali ulangan. Namun berkat kegigihan guru semuanya bisa diatasi.