BPSPROVINSI JAWATIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2012

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Profil Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta Maret 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

Transkripsi:

BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 05/01/35/Th.XIV, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada bulan September 2015 dibandingkan turun sebesar 0,06 poin persen dari 12,34 persen pada menjadi 12,28 persen pada September 2015. Penduduk miskin di perkotaan pada September 2015 sebesar 32,90 persen dari total penduduk miskin Provinsi Jawa Timur atau sebesar 1.571,15 ribu jiwa. Selama satu semester ( s.d. September 2015), penurunan persentase penduduk miskin terjadi di perdesaan (-0,34 poin persen), sedang di perkotaan mengalami kenaikan (0,22 poin persen). Pada periode - September 2015, garis kemiskinan meningkat sebesar 3,70 persen atau Rp. 11.293 per kapita per bulan, yaitu dari Rp. 305.171 per kapita per bulan pada menjadi Rp.316.464 per kapita per bulan pada September 2015. Pada bulan September 2015, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,28 persen. Kenaikan garis kemiskinan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Garis kemiskinan meningkat sebesar 4,27 persen untuk perdesaan dan 3,08 persen untuk wilayah perkotaan. Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut, meliputi garis kemiskinan makanan (4,49 persen untuk perdesaan dan 2,79 persen untuk perkotaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (3,60 persen untuk perdesaan dan 3,80 persen untuk perkotaan). Berdasarkan komoditas makanan, ada 6 komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan yaitu beras, rokok filter, tempe, gula pasir, telur ayam ras, dan tahu. Komposisi tersebut terjadi pada semua wilayah baik di perdesaan maupun perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) selama satu semester ini menunjukkan sedikit peningkatan sebesar 0,063 poin, yaitu dari 2,063 pada menjadi 2,126 pada September 2015. Peningkatan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0,006 poin), serta di perdesaan (0,116 poin). Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami peningkatan 0,088 poin atau menjadi 0,613 pada September 2015. Peningkatan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin melebar. Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XIV,4 Januari 2016 1

Persentase Perkembangan Penduduk Miskin Di Jawa Timur Selama periode - September 2015, persentase penduduk miskin Jawa Timur mengalami sedikit penurunan sebesar 0,06 poin persen dari 12,34 persen Maret 2015 menjadi 12,28 persen September 2015 (Gambar 1). Penurunan selama satu semester tersebut ditunjukkan dengan jumlah penduduk miskin pada sebanyak 4.789,12 ribu jiwa menjadi sebanyak 4.775,97 ribu jiwa pada September 2015 atau turun sebesar 13,15 ribu jiwa. 25 Gambar. 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di JawaTimur Tahun 2005 2015 *) 20 15 10 5 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas 2005-2015 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk Ditinjau secara daerah kota-desa, penurunan persentase penduduk miskin terjadi di perdesaan, yaitu 0,34 poin persen, sementara untuk daerah perkotaan mengalami peningkatan sebesar 0,22 poin persen (Tabel 1 Kolom 7). 2 Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XIV,4 Januari 2016

Daerah/Tahun Perkotaan Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal, Maret 2009 s/d September 2015 *) Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total Jumlah penduduk miskin (ribu) Persentase penduduk miskin Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Maret 2009 145.676 56.948 202.624 2.148,51 12,17-0,98 Maret 2010 152.965 60.418 213.383 1.873,55 10,58-1,59 Maret 2011 169.242 65.303 234.546 1.774,63 9,87-0,71 Sept 2011 174.210 68.193 242.403 1.742,32 9,66-0,21 Maret 2012 175.806 69.499 245.305 1.639,65 9,06-0,60 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Sept 2014 Sept 2015 Perdesaan 182.073 187.350 200.620 206.858 210.198 216.139 222.168 71.874 77.853 78.033 80.723 83.193 88.779 92.152 253.947 265.203 278.653 287.582 293.391 304.918 314.320 1.616,40 1.561,45 1.631,10 1.535,81 1.531,89 1.524,62 1.571,15 8,90 8,57 8,90 8,35 8,30 8,19 8,41-0,16-0,33 0,33-0,55-0,05-0,11 0,22 Maret 2009 131.522 43.106 174.628 3.874,07 21,00-2,64 Maret 2010 139.806 46.073 185.879 3.655,76 19,74-1,26 Maret 2011 155.457 50.818 206.275 3.614,34 18,26-1,48 Sept 2011 161.141 53.025 214.166 3.509,13 17,66-0,60 Maret 2012 167.352 54.864 222.216 3.459,35 17,35-0,31 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Sept 2014 Sept 2015 Perkotaan+ Perdesaan 176.674 189.172 202.651 209.263 215.641 230.565 240.911 57.882 61.358 66.643 69.166 71.157 74.839 77.532 234.556 250.530 269.294 278.429 286.798 305.404 318.443 3.376,35 3.243,56 3.261,91 3.250,98 3.216,53 3.264,50 3.204,82 16,88 16,15 16,23 16,13 15,92 16,18 15,84-0,47-0,73 0,08-0,10-0,22 0,26-0,34 Maret 2009 138.442 49.874 188.317 6.022,59 16,68-1,83 Maret 2010 146.240 53.087 199.327 5.529,30 15,26-1,42 Maret 2011 162.017 57.711 219.727 5.388,97 14,27-0,99 Sept 2011 167.360 60.243 227.602 5.251,45 13,85-0,42 Maret 2012 171.375 61.827 233.202 5.099,01 13,40-0,45 Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Sept 2014 Sept 2015 179.244 188.306 201.683 208.116 213.043 223.641 231.914 64.540 69.205 72.075 74.681 76.902 81.530 84.549 243.783 257.510 273.758 282.796 289.945 305.171 316.464 4.992,75 4,805,01 4.893,01 4.786,79 4.748,42 4.789,12 4.775,97 13,08 12,55 12,73 12,42 12,28 12,34 12,28 Sumber: BPS, diolah dari data Susenas Panel Maret 2008-2010 dan Susenas Maret/September 2011-2015 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk -0,32-0,53 0,18-0,32-0,14 0,06-0,06 Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XIV,4 Januari 2016 3

Perubahan Garis Kemiskinan - September 2015 Berdasarkan hasil Susenas, pada periode - September 2015, garis kemiskinan meningkat sebesar 3,70 persen atau Rp. 11.293 per kapita perbulan, yaitu dari Rp. 305.171 perkapita perbulan pada menjadi Rp.316.464 per kapita perbulan pada September 2015. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2015, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,28 persen. Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya. Kenaikan garis kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan. Garis kemiskinan untuk perdesaan meningkat sebesar 4,27 persen dan untuk wilayah perkotaan sebesar 3,08 persen. Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut meliputi garis kemiskinan makanan (4,49 persen untuk perdesaan dan 2,79 persen untuk perkotaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (3,60 persen untuk perdesaan dan 3,80 persen untuk perkotaan). Pada September 2015, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan sebesar 24,31 persen di perkotaan dan 26,37 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (7,81 persen di perkotaan dan 7,66 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah tempe (3,56 persen di perkotaan dan 3,72 persen di perdesaan), dan seterusnya. Tabel 2. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), September 2015 Komoditi Perkotaan (%) Komoditi Perdesaan (%) (1) (2) (3) (4) Makanan Beras 24,31 Beras 26,37 Rokok kretek filter 7,81 Rokok kretek filter 7,66 Tempe 3,56 Tempe 3,72 Tahu 3,39 Gula pasir 3,34 Telur ayam ras 3,16 Tahu 3,23 Gula pasir 3,07 Telur ayam ras 3,05 Daging ayam ras 2,65 Mie instan 2,47 Mie instan 2,27 Cabe rawit 2,23 Cabe rawit 1,77 Kopi bubuk & kopi instan 2,05 Kopi bubuk & kopi instan 1,68 Daging ayam ras 1,98 Bukan Makanan Perumahan 6,60 Perumahan 6,36 Bensin 4,34 Bensin 3,74 Pendidikan 2,91 Listrik 1,93 Listrik 2,84 Pendidikan 1,31 Perlengkapan mandi 1,47 Kayu bakar 1,21 Sumber: BPS, diolah dari data Susenas September 2015 4 Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XIV,4 Januari 2016

Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, dan pendidikan. Sementara itu terdapat komoditi bukan makanan lainnya yang memberi sumbangan berbeda pada GK di perkotaan dan perdesaan, yaitu perlengkapan mandi yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di perkotaan dan kayu bakar yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di perdesaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Pemahaman kemiskinan secara holistik sangat dibutuhkan, agar dalam implementasi kebijakan yang diambil dapat terfokus dan efisien. Persoalan kemiskinan tidak hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi yang juga perlu diperhatikan adalah menyangkut seberapa besar jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang disebut sebagai P1 dan keragaman pengeluaran antar penduduk miskin (P2). Nilai P1 dalam satu semester ini menunjukkan peningkatan 0,063 poin atau sebesar 2,063 pada menjadi 2,126 pada September 2015. Peningkatan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0,006 poin), serta di perdesaan mengalami peningkatan (0,116 poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami peningkatan 0,088 poin atau menjadi 0,613 pada September 2015. Peningkatan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin melebar. Ditinjau secara daerah kota-desa, nilai P1 dan P2 antar perkotaan dan perdesaan menunjukkan bahwa kesenjangan kemiskinan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (Tabel 3). Hal ini dapat dilihat kenaikan nilai P1 dan P2 lebih besar terjadi di perdesaan dibanding di perkotaan. Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XIV,4 Januari 2016 5

Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Jawa Timur Menurut Daerah Tempat Tinggal, Maret 2009- September 2015 *) Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Maret 2009 2,180 3,542 2,876 Maret 2010 1,533 3,183 2,377 Maret 2011 1,505 2,964 2,270 September 2011 1,254 2,671 1,996 Maret 2012 1,249 2,315 1,808 September 2012 1,285 2,524 1,935 Maret 2013 1,314 2,318 1,840 September 2013 1,423 2,663 2,071 1,160 2,486 1,853 September 2014 1,245 2,415 1,857 1,279 2,787 2,063 September 2015 1,285 2,903 2,126 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Maret 2009 0,605 0,910 0,761 Maret 2010 0,374 0,790 0,587 Maret 2011 0,344 0,721 0.541 September 2011 0,281 0,626 0,461 Maret 2012 0,270 0,477 0,379 September 2012 0,296 0,568 0,439 Maret 2013 0,329 0,525 0,432 September 2013 0,335 0,656 0,503 September 2014 September 2015 0,269 0,306 0,314 0,374 0,597 0,589 0,719 0,834 0,440 0,454 0,525 0,613 Sumber: BPS, diolah dari data Susenas Panel Maret 2009-2010 dan Susenas Maret/September 2011-2015 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk 6 Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XIV,4 Januari 2016

Penjelasan Teknis dan Sumber Data Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran,dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis komoditi Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Indeks ( P1 ), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P 2 ), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2015 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan September 2015. Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XIV,4 Januari 2016 7

BPS PROVINSI JAWA TIMUR Informasi lebih lanjut hubungi: BIDANG DJAMAL, STATISTIK SE, M.Sc SOSIAL Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Telepon : 031-8439343 E-mail : bps3500@bps.go.id Telopon: 031-8438873 E-mail: bps3500@surabaya.wasantara.net.id 8 Berita Resmi Statistik No.05/01/35/Th.XIV,4 Januari 2016