Mitigasi Kawasan Rawan Banjir Rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Mitigasi Kawasan Rawan Banjir Rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

ARAHAN ADAPTASI KAWASAN RAWAN ABRASI BERDASARKAN KERENTANAN MASYARAKAT DI PESISIR KABUPATEN TUBAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

PEMODELAN BAHAYA BENCANA BANJIR ROB DI KAWASAN PESISIR KOTA SURABAYA

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

PAPARAN MANAJEMEN BANJIR DI KOTA SIDOARJO DWIDJO PRAWITO. Oleh : KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN SIDOARJO

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Faktor-Faktor Kerentanan yang Berpengaruh Terhadap Bencana Banjir di Kecamatan Manggala Kota Makassar

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERUMUSAN ZONASI RISIKO BENCANA BANJIR ROB DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR ARIFIN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 3 Kenaikan muka laut Kota Semarang berdasarkan data citra satelit.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

Desain Hunian Terapung di Jakarta Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) C-134

Arahan Adaptasi Kawasan Rawan Tanah Longsor Dalam Mengurangi Tingkat Kerentanan Masyarakat Di KSN. Gunung Merapi Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. dan juga benda-benda bersejarah yang tidak ternilai harganya sehingga harus

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

Dampak Intrusi Air Laut pada Kawasan Pesisir Surabaya Timur

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Merumuskan Kriteria Pengendalian Lahan di Area Tambak Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TUBAN

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pesisir Pantai. merupakan daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Abstrak Halaman Persembahan Motto

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Mitigasi Kawasan Rawan Banjir Rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya Medhiansyah Putra Prawira dan Adjie Pamungkas ST. M. Dev. Plg., Ph. D Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: adjie.difi@gmail.com Abstrak Kenaikan permukaan air laut berdampak pada munculnya bencana banjir rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya. Banjir rob ini menyebabkan terendamnya permukiman, pertambakan dan pergudangan. Ketinggian banjir rob yang meningkat setiap tahun berdampak pada peningkatan luasan genangan yang ditimbulkan dan peningkatan kerugian ekonomi masyarakat yang bekerja di sektor rentan. Oleh sebab itu, diperlukan upaya mitigasi yang efektif berdasarkan faktor kerentanan banjir rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya. Adapun faktor kerentanan yang ditinjau yaitu kerentanan fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan. Dalam menganalisa relevansi dan aplikasi mitigasi banjir rob berdasarkan faktor kerentanan digunakan metode content analysis. Berdasarkan hasil analisa terdapat 11 faktor kerentanan yaitu kepadatan bangunan yang tinggi, kondisi jaringan jalan yang tergenang banjir rob, kurang optimalnya kondisi saluran drainase, permukiman penduduk berada di dataran rendah, fasilitas umum yang tergenang banjir rob, kepadatan penduduk yang tinggi, menurunnya pendapatan masyarakat pada sektor rentan, berkurangnya kawasan resapan air, berkurangnya kawasan hutan mangrove, permukiman penduduk berada di dataran rendah dan kawasan terbangun dibangun di lahan bekas rawa. Berdasarkan faktor kerentanan tersebut didapatkan upaya mitigasi banjir rob yaitu pembangunan tanggul, pintu air dan rumah pompa, penyediaan konsep rumah panggung, pengembangan kawasan hutan bakau, penataan bangunan di sekitar pantai, pembentukan organisasi pemerintah dan non pemerintah terkait bencana, penyediaan peta bahaya dan risiko serta penyediaan konsep penataan ruang yang akrab bencana. Kata Kunci Banjir rob, kerentanan, mitigasi, Pantai Utara Surabaya S I. PENDAHULUAN EMAKIN meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan meningkatnya kegiatan manusia terutama dalam bidang transportasi dan industri secara tidak langsung akan memicu kenaikan suhu di seluruh permukaan bumi yang dikenal dengan pemanasan global [1]. Salah satu dampak dari pemanasan global yang melanda bumi ini adalah dapat menyebabkan hilangnya daratan. Karena pemanasan global menyebabkan banyak permukaan es mencair sehingga menyebabkan volume air laut meningkat, hal ini dapat menenggelamkan daratan yang ada di bumi ini. Laporan dari IPCC memperkirakan bahwa pada kurun waktu 100 tahun terhitung mulai tahun 2000 permukaan air laut akan meningkat setinggi 15-90 cm dengan kepastian peningkatan setinggi 48 cm [2]. Surabaya merupakan daerah pesisir yang rawan akan dampak kenaikan permukaan air laut dengan ketinggian 5,47 mm per tahun dalam periode waktu 64 tahun (1925 1989) [3]. Kawasan pesisir utara Surabaya merupakan wilayah yang sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan industri dan pergudangan, pertanian ladang garam, permukiman, militer dan pelabuhan [4]. Resiko ini juga didukung dengan kondisi topografi Kota Surabaya yang didominasi oleh dataran rendah dengan ketinggian 0 10 meter (80,72% atau sekitar 26.345,19 Ha), sehingga sangat rentan terhadap bahaya banjir pasang surut air laut apabila naiknya permukaan laut terus terjadi [5]. Wuryanti (2002) mengatakan apabila terdapat indikasi kenaikan permukaan air laut sehingga berdampak pada munculnya bencana banjir rob di Surabaya [6]. Pada bulan Januari dan Februari 2010 telah terjadi banjir rob di sebagian area Surabaya dengan tingkat penggenangan antara 20 hingga 160 cm dengan rentang waktu 30 menit hingga 6 jam (Iwa, 2010) [7]. Dampak bencana banjir rob yang terjadi di Kawasan Pantai Utara Surabaya tersebut menyebabkan : (1) Hilangnya harta benda, terutama di Kecamatan Asemrowo dan Krembangan ; (2) Terendamnya kawasan industri di Kecamatan Benowo ; (3) Terganggunya aktivitas pelabuhan di Kecamatan Krembangan ; (4) Terendamnya lahan tambak sehingga mengurangi mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Benowo dan Asemrowo. [8]. Seiring dengan pertumbuhan yang pesat, Kawasan Pantai Utara Surabaya memiliki kerentanan yang juga semakin besar sehingga secara otomatis meningkatkan potensi resiko terhadap bahaya banjir akibat kenaikan permukaan air laut. Hal ini juga didukung oleh kurang efektifnya upaya mitigasi yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif berupa kerugian secara fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan apabila terjadi. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan upaya untuk mengurangi tingkat resiko bencana. Maka penelitian ini bertujuan untuk merumuskan upaya mitigasi bencana banjir rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya. Adapun ruang lingkup wilayah yang diambil adalah Kawasan Pantai Utara Surabaya yang terdiri dari Kelurahan Morokrembangan, Kalianak, Greges, Tambak Langon, Tambak Osowilangon dan Romokalisari.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2 II. METODE PENELITIAN II.1 Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, dilakukan melalui survey sekunder dan primer. Dalam mendapatkan data terkait faktor kerentanan dan upaya adaptasi banjir rob dilakukan melalui survey primer menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi partipasi dan wawancara mendalam (in-depth interview). Sedangkan survey survey sekunder dilakukan untuk mendukung data data hasil survey primer dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui survey instansional ke beberapa badan terkait. II.2 Metode Analisis Dalam menganalisis relevansi dan aplikasi mitigasi terhadap bencana banjir rob berdasarkan faktor kerentanan di Kawasan Pantai Utara Surabaya, dilakukan melalui dua tahapan analisis. Berikut merupakan tahapan analisis yang dilakukan Selecting the unit of analysis Making sense of the data Developing analysis matrice B. Menganalisisa relevansi dan aplikasi mitigasi terhadap bencana banjir rob berdasarkan faktor kerentanan di Kawasan Pantai Utara Surabaya. Dalam menganalisa relevansi dan aplikasi mitigasi terhadap bencana banjir rob berdasarkan faktor kerentanan digunakan content analysis. Setelah didapatkan faktor kerentanan banjir rob yang berpengaruh, menentukan mitigasi yang relevan berdasarkan faktor kerentanan tersebut. Variabel mitigasi banjir rob hasil dari kajian, penelitian dan teori akan dikonfirmasi kepada stakeholder melalui metode in-depth interview. Pada tahap ini stakeholder akan mengkonfirmasi mitigasi banjir rob yang mampu mengurangi faktor kerentanan. Hasil dari in-depth interview berupa transkrip wawancara setiap stakeholder. Untuk memudahkan pemahaman terhadap transkrip wawancara dilakukan pengkodean untuk setiap unit analisis. Unit analisis yang dipilih adalah unit kalimat untuk menjelaskan maksud setiap mitigasi yang relevan dalam transkrip wawancara. Unit analisis yang diberikan kode dikelompokkan dan dikategorikan ke dalam suatu matriks. Pada tahap ini akan terlihat kecenderungan tiap stakeholder terhadap mitigasi banjir rob yang relevan dalam mengurangi faktor kerentanan banjir rob. Tahap akhir adalah abtraksi atau penarikan kesimpulan sehingga akan diperoleh relevansi dan aplikasi mitigasi banjir rob berdasarkan faktor kerentanan div Kawasan Pantai Utara Surabaya. Data gathering by content Grouping Categorization Gambar 1. Tahapan Content Analysis Sumber : Diolah dari Elo & Kyngas, 2008 A. Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap bencana banjir rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya Dalam mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap bencana banjir rob digunakan content analysis. Pada tahap ini variabel kerentanan banjir rob yang didapatkan dari kajian, penelitian dan teori akan dikonfirmasi kepada stakeholder melalui metode in-depth interview. Hasil dari in-depth interview berupa transkrip wawancara setiap stakeholder. Untuk memudahkan pemahaman terhadap transkrip wawancara dilakukan pengkodean untuk setiap unit analisis. Unit analisis yang dipilih adalah unit kalimat untuk menjelaskan maksud setiap variabel kerentanan dalam transkrip wawancara. Unit analisis yang diberikan kode dikelompokkan dan dikategorikan ke dalam suatu matriks. Pada tahap ini akan terlihat kecenderungan tiap stakeholder dalam variabel kerentanan banjir rob. Tahap akhir adalah abtraksi atau penarikan kesimpulan sehingga akan diperoleh faktor faktor kerentanan yang berpengaruh di Kawasan Pantai Utara Surabaya. III. HASIL DAN DISKUSI A. Identifikasi faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap bencana banjir rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya Berdasarkan penelitian yang dilakukan [9] terdapat faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan banjir rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya yaitu: 1. Kepadatan Bangunan yang Tinggi (F1) 2. Kondisi Jaringan Jalan yang Tergenang Banjir Rob (F2) 3. Kurang Optimalnya Kondisi Saluran Drainase (F3) 4. Permukiman Penduduk Berada di Dataran Rendah (F4) 5. Fasilitas Umum yang Tergenang Banjir Rob (F5) 6. Kepadatan Penduduk yang Tinggi (F6) 7. Menurunnya Pendapatan Masyarakat pada Sektor Rentan (F7) 8. Berkurangnya Kawasan Resapan Air (F8) 9. Berkurangnya Kawasan Hutan Mangrove (F9) 10. Permukiman Penduduk Berada di Dekat Sungai (F10) 11. Kawasan Terbangun Berada di Lahan Rawa (F11) Kepadatan penduduk yang tinggi berbanding lurus dengan kepadatan bangunan di wilayah penelitian. Sehingga semakin banyak penduduk maka semakin besar potensi bangunan yang tergenang banjir rob. Bencana banjir rob juga berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor pertambakan. Topografi pantai utara yang rendah berkisar 0 7,28 meter [10] mengakibatkan wilayah tersebut sering tergenang banjir rob. Kondisi ini semakin rentan dengan tingginya alih fungsi lahan sehingga apabila kawasan yang dulunya tidak terdampak banjir rob menjadi terdampak banjir rob. Hal ini diperkuat dengan perubahan luasan wilayah yang terdampak banjir rob dimana pada tahun 2009 sebesar 4341,12

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3 Ha bertambah sebesar 4902,60 Ha pada tahun 2013 [8] [11]. Selain itu sarana dan prasarana yang terdampak banjir rob adalah fasilitas umum berupa sekolah dan kantor pemerintahan [12] dan jaringan jalan [13]. B. Analisa relevansi dan aplikasi mitigasi terhadap bencana banjir rob berdasarkan faktor kerentanan di Kawasan Pantai Utara Surabaya Pada tahap ini didapatkan variabel mitigasi bencana banjir rob hasil sintesa pustaka yaitu membangun tanggul dan pintu air, pengembangan kawasan hutan bakau, penataan bangunan di sekitar pantai, pembentukan organisasi pemerintah dan non pemerintah, penyediaan sistem informasi bahaya peringatan dini, penyediaan peta bahaya dan risiko, penyediaan konsep penataan ruang. Variabel mitigasi tersebut dikonfirmasi oleh stakeholder melalui in-depth interview, Stakeholder yang menjadi responden adalah stakeholder yang mewakili pihak pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam menganalisa relevansi upaya mitigasi, tahap pertama adalah menentukan unit analisis dalam memperoleh informasi dalam transkrip wawancara. Berikut merupakan contoh unit analisis kalimat dalam transkrip yang telah diberikan kode Kode T1.4 Responden 1 kalau di pesisir memang perlu untuk diadakan tembok atau tanggul untuk menahan robnya agar tidak makin tinggi Kode T3.3 Responden 3 Pembuatan tembok itu mungkin mahal tapi dia efektif karena daerah Morokrembangan itu daerah permukiman penduduk.. Kode T6.1 Responden 6 Kalau ketinggiannya semakin tinggi saya rasa cukup dengan meninggikan tanggul saja, itu sekarang saja sudah tidak masuk airnya dari sungai. Dari ketiga pernyataan tersebut menunjukkan apabila pembangunan tanggul dianggap relevan oleh stakeholder. Ketinggian banjir rob yang senantiasa meningkat dapat diantisipasi dengan peninggian tanggul di daerah pesisir. Selain itu pembangunan tanggul dapat melindungi permukiman penduduk yang ada di wilayah pesisir. Variabel mitigasi yang telah diberikan kode dalam transkrip wawancara dikelompokkan dalam matriks analisis. Dalam matriks tersebut akan terlihat kecenderungan stakeholder terhadap mitigasi banjir rob yang relevan. Tabel 1. Tanggapan Responden Terhadap Adaptasi Banjir Rob yang Relevan Variabel Responden 1 2 3 4 5 6 7 Hasil Membangun tanggul dan pintu air Pengembangan kawasan hutan bakau Penataan bangunan di sekitar pantai Pembentukan organisasi pemerintah dan non pemerintah terkait bencana Penyediaan direktori dan sistem informasi bahaya peringatan dini Penyediaan peta bahaya dan risiko kenaikan permukaan laut Penyediaan konsep penataan ruang yang akrab bencana Pembangunan rumah pompa Penyediaan konsep rumah panggung Sumber : Komparasi Transkrip Wawancara dengan Variabel, 2014 Keterangan = Relevan = Tidak Relevan = Sangat Relevan = Null = Variabel Mitigasi Baru Berdasarkan hasil matriks analisis tersebut terdapat 8 variabel mitigasi yang relevan dengan penambahan 2 variabel mitigasi baru yang belum ditemukan peneliti dan 1 variabel mitigasi hasil sintesa pustaka yang dieliminasi. Dalam menemukan kesepakatan terkait variabel adaptasi yang relevan, pernyataan stakeholder dikelompokkan untuk melihat kecenderungan setiap variabel. Dimana semakin banyak stakeholder yang menyatakan variabel mitigasi tersebut relevan maka semakin relevan dan aplikatif mitigasi tersebut dalam mengurangi faktor kerentanan. Namun berdasarkan matriks analisis terdapat 1 variabel dari 9 variabel mitigasi yang menjadi perdebatan. Variabel yang diperdebatkan tersebut dikarenakan sebagian stakeholder menyatakan relevan namun sebagian tidak. Berikut akan dijelaskan alasan alasan dari variabel mitigasi yang menjadi perdebatan. Pertimbangan ini dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan keberpengaruhan variabel tersebut. Tabel 2 Penjelasan Penentuan Variabel Mitigasi Rob Variabel Membangun tanggul dan pintu air 1 2 3 4 5 6 7 Relevan Tidak Relevan Kesimpulan Pembangunan tanggul dan pintu air mampu mengurangi dampak banjir rob. Ketinggian banjir rob yang meningkat dapat diantisipasi dengan membangun tanggul yang lebih tinggi. Sedangkan pintu air mampu mengatur keluar masuknya air di daratan dan laut sehingga mampu mengendalikan laju air pasang Pembangunan tanggul dan pintu air kurang relevan dikarenakan minimnya lahan dan banyaknya permukiman di daerah semapadan sungai dan pesisir. Pembangunan tanggul dan pintu air relevan dalam mengurangi dampak banjir rob. Ketinggian banjir rob yang meningkat dapat diantisipasi dengan peninggian tanggul. Terkait masalah minimnya lahan, pembangunan tanggul dapat dilakukan di wilayah lautan. Sedangkan pintu air dapat mengatasi banjir rob yang masuk melalui sungai. Sistem kerja pintu air yang mampu membuka ketika air surut dan menutup ketika air pasang dapat mengatasi banjir rob yang terjadi Sumber : Penulis, 2014 Setelah didapatkan variabel mitigasi yang relevan menurut stakeholder, langkah berikutnya adalah menganalisis keterkaitan antara variabel mitigasi yang relevan dengan faktor kerentanan. Berdasarkan hasil capaian sebelumnya, telah didapatkan 11 faktor kerentanan banjir rob. Berikut merupakan contoh unit analisis kalimat dalam transkrip yang menjelaskan upaya mitigasi dalam mengurangi faktor kerentanan Kode T7.10 Responden 7 Tapi kalau menurut saya keberadaan pintu air itu efektif untuk mengatasi rob yang masuk melalui sungai itu. Kode T1.4 Responden 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4 dengan pintu air, ketika rob terjadi kita tinggal tutup pintunya agar air tidak masuk ke permukiman atau fasilitas penting lain. Dari kedua pernyataan tersebut menunjukkan apabila pembangunan pintu air yang merupakan upaya mitigasi yang relevan mampu mengurangi beberapa faktor kerentanan. Faktor kerentanan tersebut adalah permukiman penduduk berada di dekat sungai (F9) dan fasilitas umum yang tergenang banjir rob (F5). Berikut merupakan matriks keterkaitan mitigasi yang relevan dengan faktor kerentanan menurut stakeholder. Tabel 3. Adaptasi Banjir Rob Berdasarkan Faktor Kerentanan Adaptasi Faktor Kerentanan Membangun tanggul dan pintu air F1, F2, F3, F4, F5, F7, F8 Pengembangan kawasan hutan bakau F7, F10, F11 Penataan bangunan di sekitar pantai F1, F3, F4, F5, F8, F9, F10 Pembentukan organisasi pemerintah dan non pemerintah terkait bencana F6 Penyediaan peta bahaya dan risiko kenaikan permukaan laut F6 Penyediaan konsep penataan ruang yang akrab bencana F1, F3, F8, F9 Membangun rumah pompa F1, F3 Penyediaan konsep rumah panggung F1, F3, F9 Sumber : Penulis, 2014 Berdasarkan matriks keterkaitan, upaya mitigasi tersebut mampu mengurangi beberapa faktor kerentanan banjir rob. Berikut merupakan deskripsi umum untuk setiap upaya mitigasi dalam mengurangi faktor kerentanan di Kawasan Pantai Utara Surabaya antara lain: 1. Membangun tanggul dan pintu air Pembangunan tanggul dapat dianggap efektif untuk mengantisipasi banjir rob masuk ke wilayah daratan, upaya penanggulan dapat dilakukan pada wilayah dengan topografi rendah seperti Kawasan Pantai Utara Surabaya. Sehingga ketinggian air yang bertambah tinggi dapat diantisipasi dengan peninggian tanggul. Sedangkan pintu air dianggap efektif dalam mengatasi banjir rob yang masuk melalui sungai pada wilayah penelitian. Sistem kerja pintu air yang mampu membuka ketika surut dan menutup ketika pasang dapat mengatasi banjir rob yang terjadi. 2. Membangun rumah pompa Pembangunan rumah pompa mampu meminimalisir dampak banjir rob di wilayah penelitian. Sistem kerja rumah pompa yang mampu mengatur aliran air untuk dibuang menuju sungai atau lautan dianggap mampu mengatasi permasalahan banjir rob. Ketika banjir rob terjadi dimana volume air laut meningkat maka rumah pompa akan menyedot air laut yang masuk dan dimasukkan ke dalam tampungan sementara. Ketika surut, air dalam tampungan tersebut disedot kembali untuk dibuang ke laut atau sungai. 3. Penyediaan konsep rumah panggung Struktur rumah panggung dianggap mampu beradaptasi dengan fenomena banjir rob yang terjadi secara rutin dikarenakan genangan yang ditimbulkan tidak akan menggenangi bagian dalam rumah. Struktur rumah panggung mampu mengatasi permasalahan permukiman yang berada di kawasan topografi rendah yang senantiasa terkena banjir rob. 4. Pengembangan kawasan hutan bakau Keberadaan kawasan mangrove mampu menghasilkan sedimentasi lumpur, dimana pengendapan lumpur yang dihasilkan mangrove tersebut merupakan tanggul alami dalam mencegah banjir rob. Selain mampu menahan gerak air rob, mangrove mampu menpercepat proses penyerapan air sehingga genangan yang ditimbulkan oleh banjir rob tidak berlangsung lama. 5. Penataan bangunan di sekitar pantai Upaya penataan bangunan di daerah pesisir maupun pinggir sungai dianggap relevan dalam mengurangi dampak banjir rob. Penataan bangunan sebaiknya difokuskan pada kawasan kawasan rawan banjir rob seperti wilayah pesisir dan pinggir sungai. Selain menambah kawasan resapan air dan menjaga arus aliran sungai, penataan bangunan ini mampu menghindarkan masyarakat dari sumber bencana banjir rob 6. Pembentukan organisasi pemerintah dan non pemerintah terkait bencana Diperlukan sebuah organisasi yang fokus terhadap bencana banjir rob, dimana keberadaan organisasi ini selain melakukan upaya respon dan kesiapsiagaan juga dibutuhkan untuk merencanakan upaya mitigasi agar bencana banjir rob bisa diminimalisir dampaknya. Pembentukan organisasi yang fokus bencana banjir rob ini harus mencakup 3 elemen yaitu masyarakat, pemerintah dan swasta. 7. Penyediaan peta bahaya dan risiko kenaikan permukaan laut Penyediaan peta bahaya dan risiko kenaikan permukaan laut dapat memberikan informasi kepada masyarakat maupun pihak di luar wilayah penelitian terkait tren kenaikan permukaan air laut dan kawasan mana yang rawan akan banjir rob. Sehingga dapat menjadi acuan masyarakat dalam melakukan upaya peninggian dan renovasi rumah mereka maupun menjauhi kawasan kawasan yang rawan banjir rob. Selain itu adanya peta bahaya dan risiko kenaikan permukaan laut dapat membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan peraturan dalam menanggulangi dampak banjir rob. 8. Penyediaan konsep penataan ruang yang akrab bencana Penyediaan konsep penataan ruang yang akrab bencana diperlukan dalam menanggulangi dampak banjir rob dalam jangka panjang. Dimana dengan adanya konsep tata ruang ini menjadi landasan atau acuan terkait penataan dan peruntukan bangunan di wilayah penelitian. Oleh sebab itu diperlukan konsep penataan ruang yang mempertimbangkan aspek bencana dan lingkungan, dimana dibuat berdasarkan data kasus di lapangan. Sehingga kedepannya dampak terhadap banjir rob bisa diminimalisir dikarenakan sudah terdapat aturan atau zoning yang jelas di kawasan rawan banjir rob. Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan kawasan yang didominasi oleh penggunaan lahan permukiman, pertambakan dan pergudangan. Oleh sebab itu dalam merumuskan upaya

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5 mitigasi ini akan dirumuskan per pernggunaan lahan dalam mengurangi faktor kerentanan banjir rob. 1. Kawasan Permukiman a. Membangun tanggul Pembangunan tanggul penahan rob difokuskan di wilayah permukiman yang memiliki topografi rendah. Material tanggul dapat menggunakan batu kali maupun beton. Agar dapat berfungsi ganda, pembangunan tanggul dapat dilengkapi trotoar sehingga berfungsi sebagai tempat rekreasi b. Membangun pintu air dan rumah pompa Pembangunan pintu air maupun rumah pompa difokuskan pada setiap muara sungai yang berhadapan langsung dengan laut. Pada setiap rumah pompa dilengkapi dengan kolam tampungan sementara untuk menampung limpahan air pasang ketika rob. c. Penyediaan konsep rumah panggung Konsep rumah panggung difokuskan di wilayah permukiman yang berada dekat pesisir, sungai dan rawa. Masyarakat dianjurkan merenovasi bangunan rumah mereka dengan konsep rumah panggung d. Penataan bangunan di sekitar pantai Melakukan penataan permukiman di kawasan resapan air seperti dekat pesisir, sempadan sungai dan rawa. Penataan bangunan melalui mekanisme disentif dan insentif. Disentif diberikan apabila bangunan menyalahi aturan yang ditentukan. Sedangkan insentif diberikan apabila bangunan memenuhi persyaratan yang dianjurkan. Untuk menekan laju pertumbuhan permukiman di kawasan resapan air dapat dilakukan dengan memperketat ijin mendirikan bangunan (IMB). 2. Kawasan Pertambakan a. Pengembangan kawasan hutan bakau Melakukan perbaikan pola penanaman mangrove sesuai dengan ketahanan jenis habitat pesisir. Pada bagian yang berbatasan langsung dengan laut ditanamn jenis Avicennia sp dan Sonneratia sp, kemudian di bagian belakangnya jenis Rhizopora sp dan Bruguier asp. Untuk melindungi habitat mangrove, melakukan pembangunan breakwater jenis offshore breakwater di depan hutan mangrove dan menguatkan penetapan dan pelaksanaan kebijakan mengenai perlindungan hutan mangrove b. Membangun tanggul Pembangunan tanggul di sekeliling tambak untuk melindungi habitat ikan di tambak. Pembangunan tanggul dilengkapi dengan pemasangan jaring dan waring di sekeliling tambak. Untuk mencegah meningkatnya volume air di tambak, dilakukan pembuatan saluran air penghubung antar kolam tambak. 3. Kawasan Pergudangan a. Penataan bangunan di sekitar pantai Pengendalian pembangunan pergudangan di kawasan resapan air seperti dekat pesisir, sempadan sungai dan kawasan rawa dapat melalui peraturan zonasi. Apabila diketahui menyalahi aturan yang ditetapkan dapat dilakukan pembongkaran. Selain itu dapat dilakukan dengan menggunakan mekanisme disentif dan insentif. Dinsentif diberikan apabila bangunan menyalahi aturan yang ditentukan. Sedangkan insentif diberikan apabila bangunan memenuhi persyaratan yang dianjurkan. Sedangkan berikut ini merupakan upaya mitigasi yang berlaku untuk semua jenis penggunaan lahan di Kawasan Pantai Utara Surabaya 1. Penyediaan konsep penataan ruang yang akrab bencana Melakukan perencanaan dan pengembangan tata ruang wilayah pesisir yang berbasis adaptasi perubahan iklim melalui : a. Penyusunan master plan terkait zonasi dan peruntukan penggunaan lahan di wilayah penelitian b. Penyusunan master plan terkait fasilitas perlindungan yang meliputi jalur evakuasi dan tempat perlindungan masyarakat dari bencana di wilayah penelitian Terkait dengan kondisi masyarakat di Kawasan Pantai Utara Surabaya, berikut ini merupakan upaya mitigasi yang ditujukan kepada masyarakat dalam menghadapi dampak banjir rob 1. Pembentukan organisasi pemerintah dan non pemerintah terkait bencana a. Pembentukan komunitas masyarakat siaga bencana Komunitas masyarakat ini berfungsi untuk merencanakan mitigasi dan adaptasi secara dini di wilayah masing masing. Pembentukan komunitas ini dapat melalui mekanisme karang taruna dan ibu PKK b. Pembentukan kelompok kerja yang beranggotakan dinas dan instansi terkait dalam merencanakan upaya penanggulangan bencana banjir rob Kelompok kerja ini beranggotakan SKPD yang berkaitan dengan penanggulangan bencana. Masing masing SKPD saling berkoordinasi, sehingga upaya penanggulangan bencana tidak hanya tupoksi satu badan pemerintah saja 2. Penyediaan peta bahaya dan risiko kenaikan permukaan laut Penyediaan peta daerah rawan bencana disertai dengan plotting rute pengungsian, lokasi posko dan pos pengamat ketinggian. Penempatan peta daerah rawan banjir rob ini diletakkan di tempat tempat strategis seperti kantor kelurahan atau balai RW/RT. Untuk memudahkan visualisasi terhadap upaya mitigasi kawasan rawan banjir rob, berikut merupakan upaya mitigasi di Kawasan Pantai Utara Surabaya

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6 Mempertahankan mangrove yang ada di wilayah penelitian Menguatkan penetapan dan pelaksanaan kebijakan mengenai perlindungan mangrove pompa, penyediaan konsep rumah panggung, pengembangan kawasan hutan bakau, penataan bangunan di sekitar pantai, pembentukan organisasi pemerintah dan non pemerintah terkait bencana, penyediaan peta bahaya dan risiko kenaikan permukaan laut serta penyediaan konsep penataan ruang yang akrab bencana Memperketat ijin mendirikan bangunan di kawasan resapan air Melakukan penyesuaian terhadap struktur rumah panggung Perbaikan pola penanaman mangrove sesuai dengan ketahanan jenis habitat pesisir Pembangunan rumah pompa Arahan Umum Kawasan Pertambakan Pembangunan tanggul Pemasangan jaring dan waring di sekeliling tambak Pembuatan saluran air penghubung antar kolam tambak Pembangunan tanggul Pembangunan pintu air Arahan Umum Kawasan Permukiman Mekanisme insentif dan disentif, insentif diberikan apabila bangunan memenuhi persyaratan, disentif apabila bangunan melanggar persyaratan Pengendalian permukiman melalui peraturan zonasi terkait penggunaan lahan Memperketat ijin mendirikan bangunan di kawasan resapan air Arahan Umum Kawasan Pergudangan Mekanisme insentif dan disentif, insentif diberikan apabila bangunan memenuhi persyaratan, disentif apabila bangunan melanggar persyaratan Pengendalian permukiman melalui peraturan zonasi terkait penggunaan lahan UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, karunia dan tuntunan-nya sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul Mitigasi Kawasan Rawan Banjir Rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya ini dapat terselesaikan. Dengan terselesaikannya laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Sartlak PB Kota Surabaya, Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, BPBD Provinsi Jawa Timur yang telah memberikan bantuan dalam proses penyelesaian Tugas Akhir. DAFTAR PUSTAKA [1] Rukaesih, Achmad. 2004. Pemanasan Global. Jakarta : Erlangga [2] Mimura, N dan Hideo Harasawa. 2000. Data Book of Sea Level Rise 2000, Center for Global Environmental Research. National Institute for Environmental Studies. [3] Meiviana, Armely. 2004. Bumi Makin Panas Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia [4] RZWP Kota Surabaya Tahun 2011 [5] RTRW Kota Surabaya Tahun 2013 [6] Wuryanti, Wahyu. 2002. Identifikasi Kerugian Bangunan Rumah di Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut [7] Iwa, Achmad. 2010. Banjir Rob di Surabaya [8] Prasita, Viv Djanat dan Kisnarti, Engki Andri. 2013. Prediction of Sea Level Rise Impacts on The Coastal Area Surabaya Using GIS [9] Medhiansyah, Pamungkas, Adjie dan Siswanto, Vely Kukinul. 2014. Identifikasi Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kerentanan Bencana Banjir di Pantai Utara Surabaya [10] ESDM Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 [11] Ariquint, Angga. 2011. Penentuan Zona Resiko Bencana Banjir di Kecamatan Sidoarjo [12] Satria, Andi. 2013. Banjir Rob Surabaya. Sumber : http://ranaphototo.blogspot.com [13] Nurcholis, Anhari Lubis. 2010. Kawasan Perak Terancam Banjir Rob. Sumber : http://nasional.news.viva.co.id Gambar 2. Visualisasi Mitigasi untuk Setiap Penggunaan Lahan IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Faktor faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan banjir rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya adalah kepadatan bangunan yang tinggi, kondisi jaringan jalan yang tergenang banjir rob, kurang optimalnya kondisi saluran drainase, permukiman penduduk berada di dataran rendah, fasilitas umum yang tergenang banjir rob, kepadatan penduduk yang tinggi, menurunnya pendapatan masyarakat pada sektor rentan, berkurangnya kawasan resapan air, berkurangnya kawasan hutan mangrove, permukiman penduduk berada di dekat sungai, kawasan terbangun berada di lahan rawa. Berdasarkan faktor kerentanan tersebut dirumuskan upaya mitigasi untuk kawasan pertambakan, permukiman dan pergudangan. Mitigasi kawasan rawan banjir rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya yaitu membangun tanggul dan pintu air, membangun rumah