BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait sehingga dapat membuahkan hasil belajar yang optimal. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia juga akan menjadi baik. Pendidikan juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu setiap pengajar menginginkan pengajarannya dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. Dasar 1945 alinea ke-4 yang berbunyi...untuk membentuk suatu Pemerintah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan merupakan penjabaran tentang alasan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan. Kemampuan (Ability) merupakan kecakapan atau potensi seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar merupakan peranan penting dalam usaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB. I PENDAHULUAN. pengajaran menargetkan tujuan tertentu, seperti tujuan yang bersifat kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, keberhasilan adalah hal utama yang diupayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (Wahidmuri 2010:15). Dengan pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan dalam memilih metode. 1. gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

I. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

I. PENDAHULUAN. sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori,

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat yang langsung bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tiga tantangan besar, pertama sebagai akibat dari krisis ekonomi,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan unsur- unsur manusiawi

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini masih dianggap sulit oleh siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL. Oleh: INTAN WINDA SAKHMA Dibimbing oleh : 1. ABDUL AZIZ HUNAIFI, S.S., M.A 2. Dr. SUBARDI AGAN, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang handal, tentunya

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mengembangkan berbagai ragam potensi anak didik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. Pelajaran IPA fisika pada umumnya dianggap siswa sebagai pelajaran yang sulit

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran guru SD memegang peranan yang sangat penting dalam pengetahuan dasar siswa. Hal ini dikarenakan siswa SD masih memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa untuk mengembangkan segala kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu selain mengajar guru harus bertindak juga sebagai model, teman, pendamping, motivator, dan fasilitator. Selain itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Karena untuk membangun masyarakat terdidik yang cerdas serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ini, maka hal yang mendesak untuk dilakukan sekarang adalah menata kembali sistem pendidikan dan pembelajaran. Terkait dengan penataan sistem pembelajaran, maka guru harus berusaha menggeser paradigma pengelolaan pembelajaran dari yang dahulunya lebih berpusat pada guru (teacher centered) menjadi lebih berpusat pada siswa (student centered). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari bahasa asing science berasal dari kata lain scientia yang berarti saya tahu. Kata science sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial (social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science). Lamakelamaan, bila seseorang mengatakan science maka yang dimaksud adalah natural science atau dalam bahasa Indonesia disebut IPA. IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (physical science) yang antara lain adalah ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life science). Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Disini guru berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Salah satu tujuan dari proses belajar mengajar IPA adalah memahami atau memiliki pemahaman tentang fakta dan keteraturan yang ada di alam. Proses belajar merupakan jalan yang harus

2 ditempuh oleh siswa untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui atau diketahui tetapi belum menyeluruh. Karena belajar adalah suatu kegiatan aktif dalam membangun makna atau pemahaman, maka diharapkan dari proses pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu pembelajran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) IPA I SD merupakan standar minimum yang secara nasonal harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembanga kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SKKD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. (Mulyasa, hlm. 110) Namun pada kenyataanya permasalahan dalam pembelajaran IPA masih dirasa sangat kompleks. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas V SDN 7 Cibogo, disini sangat terlihat jelas bahwa banyak permasalahan yang terjadi saat pembelajaran IPA berlangsung. Adapun permasalahan yang terjadi sebagai berikut: 1. Pemahaman siswa akan konsep yang diberikan masih kurang dipahami dan ditangkap dengan baik. Sehingga hasil belajar yang didapat masih kurang atau dibawah rata-rata. Dari 26 orang siswa hanya 5 orang siswa yang memliki nilai di atas rata-rata. 2. Kurangnya kerjasama pada siswa saat pembelajaran yang mengharuskan siswa belajar secara berkelompok. 3. Penggunaan media pembelajaran masih menggunakan buku siswa dan papan tulis yang ada. Pada pembelajaran IPA, setiap siswa dituntut untuk memahami setiap konsep-konsep yang ada secara real dan sesuai dengan kenyataan di sekitarlingkungan mereka. Pemahaman terhadap konsep-konsep yang baik akan membuat siswa mengingatnya dalam waktu yang cukup lama dan dapat digunakan untuk berpikir pada tahapan yang lebih tinggi seperti berpikir kreatif. Pemahaman konsep-konsep yang baik semestinya akan mempermudah siswa

3 dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan diatas, guru harus mampu mengambil strategi yang tepat atau memilih ide yang inovatif dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran IPA. Salah satunya dengan menggunakan beberapa alternatif yang dirasakan sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Adapun beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan media gambar, penggunaan metode eksperimen dan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Dari beberapa alternatif yang dapat digunakan peneliti lebih cenderung untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Karena model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu strategi pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling berkerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin (1995) dan rekan-rekannya di Johns Hopkins University. Berdasarkan permasalah tersebut maka diambil sebuah judul yaitu: Penerapan Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Mengenai Pembentukan Tanah (Pada Siswa Kelas V SDN 7 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan fakta-fakta, maka yang menjadi fokus masalah penelitian adalah Apakah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN 7 Cibogo pada materi Pembentukan Tanah?. Untuk memecahkan masalah tersebut peneliti

4 menjabarkannya ke dalam sub masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan peneliti: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA tentang Pembentukan Tanah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di kelas V SDN 7 Cibogo? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA tentang Pembentukan Tanah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di kelas V SDN 7 Cibogo? 3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran IPA tentang Pembentukan Tanah di kelas V SDN 7 Cibogo? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat sejauh mana perubahan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pembentukan tanah di kelas V semester II SDN 7 Cibogo dengan menggunakan model pembelajaran kooperativ tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui bagaimana proses perencanaan pembelajaran IPA materi pembentukan tanah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di kelas V SDN 7 Cibogo. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran IPA materi pembentukan tanah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) di kelas V SDN 7 Cibogo. 3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada pembelajaran IPA materi pembentukan tanah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di kelas V SDN 7 Cibogo.

5 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini atau yang disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perseorangan atau bagi institusi berikut ini: 1. Bagi Siswa a. Siswa dapat memahami konsep-konsep yang diberikan oleh guru melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). b. Memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa, sehingga mempunyai kesan dalam belajarnya. c. Dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam mengembangkan pengetahuan kemampuan dan meningktakan aktifitas dan hasil belajar siswa. d. Meningkatkan motivasi belajar siswa dan menanamkan kesadaran akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. e. Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman belajar siswa agar lebih bermakna dan termotivasi melalui konflik kongitifnya sendiri. f. Membangkitkan kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, sikap dan pendapat melalui bahasa yang sederhana. 2. Bagi Guru a. Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan kemampuan profesionalisme guru. b. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru IPA dalam menentukan metode, model, pendekatan, maupun media pembelajaran yang tepat sehingga dapat dijadikan alternatif lain yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c. Memberikan inovasi kepada guru agar lebih kreatif dalam setiap pembelajaran yang disampaikan. 3. Bagi Sekolah

6 a. Sekolah akan memiliki dan menerapkan banyak model dalam pembelajaran. b. Sekolah akan menghasilkan lulusan anak didik yang berprestasi sebab pembelajaran yang bermutu. c. Hasil penelitian diharapkan menjadi input bagi sekolah dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan para guru untuk meningkatkan efektifitas dan kreatifitas pembelajaran di dalam kelas. 4. Bagi Peneliti Sebagai bahan pertimbangan dan masukan atau referensi untuk meneliti pada mata pelajaran lain atau permasalahan lain yang prosedur penelitiannya hampir sama. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut: Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran IPA materi Pembentukan Tanah. F. Definisi Operasional Dalam bagian ini, akan dijelaskan mengenai definisi dari masing-masing variable yang akan dijadikan kata kunci penelitian ini. Adapun kata kunci yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berdeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin (1995) dan rekan-rekannya di

7 Johns Hopkins University. Dalam STAD, siswa diminta untuk membentuk kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing terdiri dari 4-5 anggota. Setelah pengelompokkan dilakukan, yakni pengajaran, tim studi, tes, penghitungan hasil tes dan rekognisi atau pemberian reward. 2. Pemahaman Siswa Pengertian pemahaman merupakan kompetensi yang dimiliki siswa dalam memahami konsep materi dan melakukan prosedur secara luwes, efisien, dengan tepat. Artinya pemahaman adalah suatu kemampuan pikiran dalam mengetahui makna atau arti yang terkandung dari segala hal yang kita pelajari, sehingga kita dapat memberi arti, mengubah, bahkan mengeksplorasi dari masalah tersebut walaupun ditemukannya secara terpisah. Para siswa dikatakan Memahami ketika mereka mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan instruksional, mencakup pesan oral, tertulis, dan grafis, bagaimanapun semua pesan ini disajikan pada siswa: selama ceramah-ceramah, dalam buku-buku, atau pada monitor-monitor komputer. Para siswa memahami ketika mereka membangun koneksi antara pengetahuan baru yang akan diperoleh dengan pengetahuan mereka sebelumnya. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami mencangkup interpretasi, eksemplifikasi (pencontohan), peng-klasifikasi-an, summarizing (pengikhtisaran), penyimpulan, pembandingan, dan eksplanasi. Dalam penelitian yang dilakukan hanya melibatkan tiga kategori yaitu menjelaskan, memberikan contoh, dan mengklasifikasi. Dengan pertimbangan yang disesuaikan pada kemampuan siswa yang dirasakan masih kurang dalam ketiga kategori tersebut.