Pemanfaatan Ekstrak Khamir Phaffia rhodozyma Sebagai Sumber Karotenoid Pada Penghambatan Tirosinase

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah set alat destilasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

STUDI INHIBISI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG Artocarpus Sp DALAM MENCEGAH HIPERPIGMENTASI KULIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

PENENTUAN PELARUT TERBAIK DALAM MENGEKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIF DARI KULIT BATANG Artocarpus heterophyllus

PENENTUAN AKTIVITAS DAN JENIS INHIBISI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG Artocarpus heterophyllus LAMK SEBAGAI INHIBITOR TIROSINASE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BIOKIMIA (Kode : F-08) AKTIVITAS INHIBITOR TIROSINASE SENYAWA BIOAKTIF KULIT BATANG Artocarpus heterophyllus Lamk: PROSPEKTIF SEBAGAI ANTI-BROWNING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan suatu organ yang berada pada seluruh permukaan luar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh Florentina Maria Titin Supriyanti Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSPLORASI INHIBITOR TIROSINASE DARI KULIT BATANG Artocarpus heterophyllus Lamk DAN APLIKASINYA PADA PRODUKSI TEPUNG KENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

Latar Belakang. Kosmetik. Terapi Klinis ( Obat ) Untuk perawatan kulit abnormal yang mengalami hiperpigmentasi. Bahan Pencerah kulit

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

SKRIPSI. DAY A HAM BAT ASAM-l-HIDROKSISINAMAT DAN ASAM-4-HIDROKSISINAMAT TERHADAP AKTIVITAS TIROSINASE AMANDA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia. Di

STUDI INHIBISI EKSTRAK METANOL KULIT BATANG Artocarpus Sp DALAM MENCEGAH HIPERPIGMENTASI KULIT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB 4 PEMBAHASAN Hasil Kerja Ekstraksi Jahe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

Berna Elya, Abdul Mun im, Eva Kurnia Septiana. Departemen Farmasi FMIPA-UI

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

39 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia berbeda-beda ada yang terang, kuning langsat, sawo matang, coklat,

BAB III METODE PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI PIGMEN KAROTENOID KHAMIR Phaffia rhodozyma TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Bacillus subtilis ATCC 6231 SECARA IN VITRO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT DAUN WUNGU (Graptophyllum pictum (Linn) Griff) DENGAN METODE FRAP (FERRIC REDUCING ANTIOXIDANT POWER)

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn) Sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ditanam di Indonesia. Hal ini disebabkan kentang sebagai sumber

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

MEKANISME INHIBISI ENZIM POLIFENOL OKSIDASE PADA SARI BUAH MARKISA DENGAN SISTEIN DAN ASAM ASKORBAT 1

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Pemanfaatan Ekstrak Khamir Phaffia rhodozyma Sebagai Sumber Karotenoid Pada Penghambatan Tirosinase Muhammad Ryan Radix Rahardhian, Wulandari STIFAR YAYASAN PHARMASI SEMARANG r_radix@yahoo.com Abstrak Ekstrak khamir Phaffia rhodozyma mengandung senyawa karotenoid berupa astaxhantin yang memiliki aktivitas sebagai penghambat tirosinase. Senyawa ini dapat menghambat tirosinase dalam mekanisme pembentukan melanin. Ekstrak khamir Phaffia rhodozyma diperoleh dengan cara menyari khamir dengan pelarut aseton dan dikeringkan menggunakan gas N 2. Pengukuran aktivitas penghambatan tirosinase dilakukan dengan pengukuran dopakrom menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 480,5 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai IC 50 hidrokuinon lebih besar dari sampel Ekstrak karotenoid khamir Phaffia rhodozyma, yang mana masing-masing kontrol positif hidrokuinon memiliki nilai IC 50 sebasar 90,34 µg/ml dan IC 50 Ekstrak karotenoid khamir Phaffia rhodozyma sebasar 113,85 µg/ml. PENDAHULUAN Kulit putih dan cerah merupakan dambaan bagi sebagian besar kaum wanita bahkan juga kaum pria tentunya dalam menunjang penampilan mereka. Untuk menjadikan kulit putih dan cerah, banyak dari mereka yang menggunakan bahan pemutih seperti kosmetik ataupun bahan tradisional yang digunakan untuk memutihkan dan mencerahkan kulit. Melanin merupakan pigmen utama pada warna kulit, rambut dan mata. Melanin dapat terbentuk secara berlebihan ketika terkena paparan matahari kronis, melasma atau penyakit hiperpigmentasi lainnya (Briganti et al. 2003). Inhibitor tirosinase penting dalam bidang kosmetik dan bidang pengobatan gangguan kulit yang terkait dengan hiperpigmentasi melanin (Parvez et al. 2007) dan untuk mencegah bintik-bintik karena sengatan matahari (Tanimoto et al. 2006). Kosmetika pemutih memiliki beberapa mekanisme dalam memutihkan kulit salah satunya yaitu menghambat tirosinase. Tirosinase merupakan salah satu enzim yang berpengaruh dalam sintesis melanin. Kelebihan melanin dapat ditekan dengan menghambat tirosinase. Enzim ini mengkatalisis dua reaksi utama dalam biosintesis melanin, yaitu hidroksilasi L-tirosin menjadi L-dopa dan oksidasi L-dopa menjadi dopakuinon. Senyawa dopakuinon mempunyai kereaktifan yang sangat tinggi sehingga dapat mengalami polimerisasi secara spontan membentuk dopakrom yang kemudian menjadi melanin. Salah satu cara menghambat pembentukan melanin adalah dengan menghambat aktivitas tirosinase Chang, (2005). Pada saat ini penelitian banyak berminat pada kandungan senyawa aktif biologis yang berasal dari sumber daya alam seperti senyawa karotenoid. Karotenoid jenis Astaxhantin merupakan golongan karotenoid xantofil yang dapat ditemui dari berbagai mikroorganisme salah satunya Khamir Phaffia rhodozyma yang merupakan salah satu khamir penghasil karotenoid. Penelitian ini bersifat eksperimental dan bertujuan untuk menguji dan mengetahui nilai IC 50 Ekstrak karotenoid dari Khamir Phaffia rhodozyma, dibandingkan dengan 1184

hidrokuinon dalam menghambat tirosinase. METODE PENELITIAN Penumbuhan Khamir Phaffia rhodozyma Sampel khamir Phaffia Rodozyma diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Diponegoro Semarang. Sel khamir ditanam pada media Potaoes Dextrose Agar (PDA), diinkubasi selama 3 hari pada suhu kamar (25-30 0 C) dan terlindung dari cahaya. Ekstraksi Ekstraksi khamir P. rodozyma dilakukan di laboratorium Mikrobiologi STIFAR Yayasan Paharmasi Semarang dengan metode Maserasi menggunakan pelarut Aseton pada perbandingan (1:6). Ekstraksi diawali dengan menggerus khamir P. rodozyma, selanjutnya dilarutkan dalam aseton, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Filtrat yang diperoleh dikeringkan dengan menggunakan gas N 2. Selama proses ekstraksi harus terlindung dari cahaya. Identifikasi Kandungan senyawa karotenoid Identifikasi kandungan senyawa karotenoid pada ekstrak P. rhodozyma dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan fase diam Sillca Gel 254F dan fase gerak (eluen) aseton : n-heksan (1:3). Pembuatan Larutan Pereaksi 1. Larutan HCl 2 N HCl 2 N dibuat dengan mengambil sejumlah 98,6 ml HCl 37% dan memasukkannya ke dalam labu takar 500 ml. Selanjutnya ditambah aquadest ad 500,0 ml. 2. Pembuatan air bebas CO 2 Air bebas CO 2 dibuat dengan cara mendidihkan air di dalam labu, setelah mendidih labu ditutup dengan tutup yang berisi (CaO) dan dibiarkan selama 10 menit kemudian diangkat dari atas kompor dan didinginkan. 3. Larutan Kalium fosfat monobase 0,1 M Sebanyak 3,4 gram KH 2 PO 4 dilarutkan dalam air bebas CO 2 hingga 250,0 ml. 4. Larutan KOH 0,1 N Sebanyak 1,4 gram KOH dilarutkan dalam air bebas CO2 hingga 250,0 ml. 5. Larutan dapar fosfat 0,1 M ( ph 6,5) Larutan Kalium fosfat monobase 0,1 M kemudian ditambahkan KOH 0,1 N sampai ph 6,5. Kemudian ditambahkan air bebas CO 2 sampai 250,0 ml. 6. Larutan L-tirosin 0,03% Larutan L- tirosin yang digunakan sebagai substrat dibuat dengan cara 30 mg L-tirosin dilarutan dengan air bebas CO 2 hingga larut dengan bantuan proses sonifikasi kemudian ditambahkan dapar fosfat ph 6,5 hingga 100,0 ml. 7. Larutan Tirosinase Tirosinase 25 KU diencerkan dengan dapar fosfat ph 6,5 hingga 25,0 ml sehingga konsentrasi enzim menjadi 1000 unit/ ml digunakan sebagai stok. Dari larutan stok dibuat tirosinase dengan konsentrasi 300 unit/ml dengan cara diambil 3,0 ml ad 10,0 ml dengan menggunakan dapar fosfat ph 6,5. 8. Larutan Ekstrak Aseton Phaffia Rodozyma Ekstrak Aseton P. rodozyma yang akan diuji penghambatannya ditimbang kemudian dilarutkan dengan beberapa tetes DMSO dan ditambahkan dapar fosfat ph 6,5. Dibuat konsentrasi 100 μg/ml; 200 μg/ml; 300 μg/ml; 400 μg/ml, dan 500 μg/ml. 9. Larutan Pembanding Hidrokuinon Larutan pembanding dibuat dengan melarutkan 100 mg dalam air bebas CO 2 sebanyak 100,0 ml sehingga konsentrasinya 1 mg/ml. Kemudian dari larutan stok tersebut dibuat konsentrasi 80 μg/ml; 90 μg/ml; 100 μg/ml; 110 μg/ml dan 120 μg/ml. 1185

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimal dopakrom menggunakan larutan kontrol negatif yang terdiri atas campuran 100μl tirosinase 300 U/ml, 300 μl L-tirosin 0,03%, dan 600 μl buffer fosfat 0,1M (ph 6,5). Larutan kontrol negatif kemudian dibaca serapannya menggunakan spektrofotometr UV-Vis panjang gelombangnya dari 400-800 nm. Uji Penghambatan Tirosinase Uji penghambatan tirosinase dilakukan berdasarkan metode Chang dkk. (2005) dengan modifikasi tertentu. Sebanyak 560 μl buffer fosfat 0,1 M (ph 6,5), 300 μl larutan L-tirosin 0,03 %, 40 μl larutan hidrokuinon (konsentrasi 80 μg/ml; 90 μg/ml; 100 μg/ml;110 μg/ml dan 120 μg/ml), serta 100 μl larutan tirosinase (300U/mL) sebagai kelompok kontrol, dimasukkan dalam tabung tes (eppendorf microcentrifuge tube), kemudian diinkubasi pada 37 C selama 30 menit dan dibaca serapannya menggungakan Spektrofotometer UV-Vis. Sedangkan untuk kelompok perlakuan, sebanyak 560 μl buffer fosfat 0,1 M (ph 6,5), 300 μl larutan L-tirosin 0,03 %, 40 μl larutan sampel ekstrak karotenoid dari khamir P. rhodozyma (konsentrasi 100 μg/ml; 200 μg/ml; 300 μg/ml; 400 μg/ml dan 1000 μg/ml) dan 500 μl larutan tirosinase (300U/mL) dimasukkan dalam tabung tes (eppendorf microcentrifuge tube), kemudian diinkubasi pada 37 C selama 30 menit dan dibaca serapannya menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran absorbansi larutan uji dengan menggunakan Spektrofotometer visible (492 nm). Absorbansi yang terukur merupakan absorbansi pembentukan produk (dopakrom). Dari pengukuran absorbansi ini dapat dihitung persentase aktivitas penghambatan tirosinase dengan nilai mutlak, berdasarkan Tan dkk. (2002) dengan rumus sebagai berikut: % Inhibisi = 100 A x 100 B A = nilai serapan dengan inhibitor; B = nilai serapan tanpa inhibitor. Setelah diperoleh % inhibisi, kemudian dicari persamaan regresi linier antara konsentrasi inhibitor (x) dengan persen inhibisi (y) dari masing masing perlakuan. Dari persamaan y = bx + a kemudian dilakukan perhitungan IC 50. HASIL DAN PEMBAHASAN Penumbuhan Khamir Phaffia rhodozyma P. rhodozyma memproduksi Pigmen karotenoid pada fase stasioner yaitu fase mulai dibentuknya metabolit sekunder. Terbentuknya metabolit sekunder karena kondisi nutrisi sudah mulai berkurang yang menyebabkan terjadinya akumulasi hasil ekskresi sel, sehingga radikal bebas yang mulai masuk kedalam sel semakin banyak dan sel mulai membentuk karotenoid untuk menangkap radikal bebas hasil metabolisme sel (Verdoes, 1997). Pengamatan Visual koloni P. rhodozyma tampak berbentuk seperti lendir, mengkilap, dan bewarna orange karena P. rhodozyma mengandung pigmen karotenoid terutama astaksantin dan karoten. Berikut ini adalah koloni khamir P. rhodozyma setelah peremajan disajikan pada Gambar1 Gambar 1. Koloni khamir P. rhodozyma Ekstraksi Tujuan Ekstraksi adalah untuk menyari senyawa aktif metabolit sekunder yang terkandung pada khamir yaitu karotenoid. Ekstraksi senyawa karotenoid yang terkandung dalam Khamir P. rhodozyma menggunakan pelarut aseton. Diawali dengan penggerusan P. rhodozyma untuk merusak dinding sel 1186

khamir sehingga pigmen dapat keluar dari sel dan dapat terlarut oleh pelarut aseton. Pelarut aseton yang digunakan untuk ekstraksi harus selalu baru hingga pigmen karotenoid dalam khamir P. rhodozyma tertarik sempurna yang ditandai dengan pelarut menjadi bewarna orange menjadi jernih. Ekstrak karotenoid dikeringkan dengan mengaliri gas N 2 hingga kering dan untuk menghilangkan oksigen sehingga pigmen karotenoid dalam ekstrak lebih stabil. Selama ekstraksi berlangsung, pengerjaan dilakukan dalam kondisi terlindung dari cahaya dan harus disimpan dalam almari pendingin untuk menjaga kestabilan dari pigmen. Ekstrak karotenoid yang diperoleh sebanyak 33,8840 gram dengan penimbangan awal sel phaffia sebesar 33,8840 gram dengan randemen sebesar 2,29%. Hasil ekstraksi senyawa karotenoid dari khamir P. rhodozyma setelah dilakukan preparasi dan dikering dengan gas N 2 disajikan pada gambar 2. Gambar 2. Ekstrak kering karotenoid dari khamir P. rhodozyma Identifikasi senyawa karotenoid Identifikasi senyawa karotenoid dengan metode KLT dengan fase diam Silika Gel 256F dan fase gerak aseton:heksana (1:3) diperoleh 2 spot senyawa. Hasil KLT senyawa ekstrak karotenoid dari khamir P. rhodozyma disajikan pada gambar 3. Gambar 3. Hasil KLT Ekstrak karotenoid dari khamir phaffia rhodozyma dengan pelarut aseton : heksana (1:3) Identifikasi Senyawa karotenoid berdasarkan nilai Rf disajikan pada tabel I. Tabel I. Harga Rf yang digunakan sebagai standard untuk karotenoid dengan eluen aseton : heksana (1:3) (Lorenz, 1998) Karotenoid Betakaroten Ekinenon Astaksantin Di-esters Astaksantinmonoesters Kantasantin Astaksantin bebas Rf : 0,87 Rf : 0,31 Rf 0,99 0,87 0,75 0,50 0,40 0,33 Berdasarkan tabel I nilai Rf diatas Ekstrak karotenoid dari khamir phaffia rhodozyma memiliki nilai Rf 0,31 yang mendekati senyawa astaksantin bebas dan Rf 0,87 yaitu senyawa karotenoid Ekinenon Uji Penghambatan Tirosinase Penetapan inhibisi aktivitas tirosinase dilakukan dengan metode spektrofotometri visibel untuk mengukur absorbansi dopakrom. Menurut Chang (2006), pengukuran absorbansi dopakrom dilakukan pada lamda 492 nm. Pada penelitian ternyata lamda yang diperoleh 480,5 nm. Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan menggunakan kontrol negatif (tanpa pemberian inhibitor). Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), panjang gelombang yang didapat masih ditoleransi asalkan memenuhi persyaratan tidak berbeda lebih dari ± 0,5 nm pada daerah 240 280 nm, tidak lebih dari ± 1 nm pada daerah 280 320 nm dan 1187

tidak lebih dari ± 2 nm diatas 320 nm dari panjang gelombang yang ditentukan. Uji aktivitas tirosinase tanpa menggunakan inhibitor (kontrol negatif) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas tirosinase dalam mengkatalisis tirosin tanpa adanya pengaruh dari inhibitor. Serapan absorbansi kontrol negatif yang diperoleh adalah 0,32 nm. Aktivitas inhibisi tirosinase ditentukan dengan cara mereaksikan enzim (tirosinase) dan substrat (L-tirosin) beserta inhibitor hidrokuinon (kontrol positif) dan ekstrak karotenoid dari khamir P. rhodozyma dalam larutan yang diinkubasi selama 30 menit. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi enzimatis antara substrat dengan tirosinase membentuk dopakrom. Penggunaan hidrokuinon sebagai kontrol positif dikarenakan hidrokuinon sudah terbukti mampu menghambat aktivitas tirosinase dan banyak digunakan dalam sediaan kosmetika pemutih kulit. Konsentrasi hidrokuinon yang digunakan adalah 80, 90, 100, 110, 120 μg/ml sedangkan konsentrasi ekstrak karotenoid dari khamir P. rhodozyma yang digunakan adalah 100, 200, 300, 400 dan 500 μg/ml. Dari 3 kali replikasi diperoleh nilai rata-rata IC 50 hidrokuinon sebesar 90,3399 µg/ml dan IC 50 ekstrak karotenoid dari khamir P. rhodozyma sebesar 113,854 µg/ml. Perbedaan aktivitas inhibisi tirosinase dari senyawa hidrokuinon dan senyawa karotenoid dimungkinkan karena hidrokuinon memiliki struktur menyerupai substrat alami dari tirosinase, sehingga terjadi kompetisi antara hidrokuinon dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif tirosinase. Selain itu hidrokuinon juga memiliki gugus hidroksil dan merupakan senyawa tunggal, tidak ada campuran dari senyawa lain sehingga konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat aktivitas tirosinase lebih kecil dibandingkan ekstrak karotenoid dari khamir phaffia rhodozyma. Hidrokuinon merupakan diphenol yang dapat dikatalisis oleh tirosinase sehingga pembentukan dopakrom dapat dihambat karena tirosinase mengkatalisi hidrokuinon bukan substratnya. Senyawa karotenoid terutama astaxhantin yang terkandung didalam khamir phaffia rhodozyma. Rumus struktur Hidrokuinon dan Astaxhantin disajikan pada Gambar 3 dan 4 Gambar 3. Rumus struktur Kimia Hidrokuinon Gambar 4. Rumus struktur Kimia Astaxhantin (Urich, 1994) Astaxhantin memiliki hidraksi alkohol yang dapat membentuk khelat dengan tirosinase berasal dari adanya gugus hidroksil. Sisi aktif dari enzim yaitu bagian tembaga akan berikatan membentuk kompleks dengan gugus fenol yang terdapat pada astaxhantin (Chang, 2009). Sisi aktif enzim yang seharusnya digunakan untuk mengoksidasi L-DOPA menjadi dopaquinon yang selanjutnya akan diubah menjadi dopakrom dan senyawa melanin digunakan untuk berikatan dengan gugus fenol membentuk kompleks. Sehingga kamampuan pengoksidasinya berkurang, produk dopakrom juga berkurang dan pembentukan senyawa melanin terhambat. Tirosinase merupakan salah satu enzim yang berpengaruh dalam sintesis melanin. Kelebihan melanin dapat ditekan dengan menghambat tirosinase. Enzim ini mengkatalisis dua reaksi utama dalam biosintesis melanin, yaitu hidroksilasi L- tirosin menjadi L-dopa dan oksidasi L- dopa menjadi dopakuinon. Senyawa dopakuinon mempunyai kereaktifan yang sangat tinggi sehingga dapat mengalami polimerisasi secara spontan membentuk dopakrom yang kemudian menjadi 1188

melanin. Salah satu cara menghambat pembentukan melanin adalah dengan menghambat aktivitas tirosinase (Chang, 2005) Tirosinase terdapat pada mikroorganisme, tumbuhan dan hewan (Matsuura et al. 2006) dan terlibat dalam biosintesis melanin (Lerch 1983). Tirosinase dapat mengkatalisis hidroksilasi monophenols dari tirosin menjadi o-diphenols oleh monooksigenase, dan oksidasi o-diphenols menjadi o-kuinon (katekol oksidase) (Salzbrunn 2007). O-kuinon selanjutnya mengalami polimerisasi dengan rangkaian reaksi enzimatik dan nonenzimatik berikutnya (Matsuura et al. 2006) untuk menghasilkan pigmen cokelat dan merah (Friedman 1996) dan melanin hitam (Sasaki et al. 2002). Reaksi tirosinase disajikan pada gambar 5. Gambar 5. Reaksi tirosinase dan catecholase. Tirosinase mengkatalisis hidroksilasi dari monophenol untuk membentuk o-diphenol dan oksidasi dari o-diphenol untuk membentuk o-kuinon. Reaksi hidroksilasi dan oksidasi, perlu kehadiran oksigen (Salzbrunn 2007) KESIMPULAN Ekstrak khamir Phaffia rhodozyma dapat menghambat reaksi oksidasi l-tirosin dalam mekanisme pembentukan melanin dengan nilai IC 50 90,3399 µg/ml dan IC 50 Ekstrak khamir Phaffia rhodozyma sebasar 113,8543 µg/ml. Senyawa karotenoid dari khamir phaffia rhodozyma yang berpotensi memiliki aktivitas inhibisi tirosinase adalah Astakshantin. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kemenristek DIKTI, yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah Penelitian Dosen Muda 2016. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada para mahasiswa Prodi S1 Farmasi STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang, yaitu Cahya Rahma Utami, Dea Fitria Mitha Pangestika dan Chintiana Nindya Putri. yang berperan sebagai eksekutor percobaan-percobaan pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta. Briganti, S., Camera, E., Picardo, M., Chemical and instrumental approaches to treat hyperpigmentation, Pigment Cell Res., 16, 2003, 101-110 Chang, T. S., 2009, An Updated Review of Tirosinase Inhibitors, Int. J. Mol. Sci, 10(6) : 2440-2475. Chang, T. S., Ding H.Y., Lin H.C., 2005, Identifying 6,7,4 Trihydroxyisoflavone as a potent Tirosinase Inhibitor, Biosci. Biotechnol.Biochem, 69 (10), 1999-2001. essential oils, J. Agric. Food Chem., 54, 2006, 2309-2313 Friedman, M., Food browning and its prevention : An overview, J. Agric. Food Chem., 44, 1996, 631-653 Lerch, K., Neurospora tyrosinase: structural, spectroscopic and catalytic properties, Mol. Cell. Biochem., 52, 1983, 125-138 Matsuura, R., Ukeda, H., Sawamura, M., Tyrosinase inhibitory activity of Citrus Parvez, S., Kang, M., Chung, H.S., Bae, H., Naturally occurring tyrosinase inhibitors: mechanism and applications in skin health, cosmetics and agriculture industrie, Phytother. Res, 21, 2007, 805-816 Salzbrunn, K. U., Über die Funktion und Struktur Tyrosinase aus Streptomycesantibioticus, 1189

Dissertation, The Johannes Gutenberg-Mainz University, Germany, 2007, 1-18 Sasaki, K. and Yoshizuki, F., Nobiletin as a tyrosinase inhibitor from the peel of Citrus fruit, Biol. Pharm. Bull., 25, 2002, 806-808 Tan, C., Zhu, W., and Lu, Y., 2002, Chin. Med. J.,115, 1859-1862. Tanimoto, S., Tominaga, H., Okada, Y., Nomura, M., Synthesis and cosmetic whitening effect of glycosides derived from several phenylpropanoids, Pharm. Soc., 126, 2006, 173-177 Urich, K. 1994. Comparative Animal Biochemistry. Springer Verlag. Germany Verdoes, J. 1997. Melecular genetics of carotenoid biosynthesis in yeast : improved production of natural pigments. Gene.184 : 89-97. 1190