BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di Indonesia. Penemuan Penicillin tahun 1930 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

Oleh: Ismail dan Sisca Febryani Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Wiralodra Indramayu

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk terbesar di dunia adalah negara Republik Rakyat Cina, India, Amerika Serikat dan Indonesia merupakan negara terbesar ke empat di dunia. 1 Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, menghadapi masalah yang dewasa ini merupakan masalah dunia, yaitu masalah peledakan penduduk yang disebut juga dengan istilah Baby boom. 2 Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, struktur umur yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok dalam bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang cepat mempersulit usaha peningkatan kesejahteraan rakyat di bidang pangan, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain-lain. 3 Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) TAP MPR No. 4 tahun 1978 dikemukakan bahwa kebijaksaan kependudukan perlu dirumuskan secara nasional dan menyeluruh serta dituangkan dalam program-program kependudukan yang terpadu. Kebijaksaan kependudukan yang perlu ditangani antara lain, meliputi bidang-bidang pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian, penyebaran penduduk seimbang dan merata, serta perkembangan dan penyebaran angkatan kerja. 4 Selama kurun waktu 2000-2005 jumlah penduduk Indonesia cenderung meningkat, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi 218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan

kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km 2. 5 Penyebaran penduduk sampai tahun 2005 tidak merata baik antar pulau maupun antar propinsi, dan data menunjukkan 58,7% penduduk berada di Pulau Jawa, 6 padahal luas Pulau Jawa hanya 132.187 km persegi dan luas daratan indonesia adalah 1.919.430 km persegi atau 6,9% dari luas daratan Indonesia. 7 Pada periode tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk adalah 1,97%, tahun 1990-2000 turun menjadi 1,45% dan tahun 2000-2006 turun lagi menjadi 1,34%. 8 Total Fertility Rate (TFR) tahun 1971 adalah 5,6 per wanita pasangan usia subur (PUS), tahun 1980-1990 turun menjadi 2,34 dan pada tahun 2000-2005 turun lagi menjadi 2,28. 9 Angka ini menunjukkan penurunan TFR dari waktu ke waktu tetapi belum mencapai target nasional yaitu 2,1. 10 Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan peningkatan Contraseptive Prevalence Rate (CPR) dari 54,7% (tahun 1994) menjadi 57,4% (tahun 1997) dan 60,3% (tahun 2002-2003). 11 Pada tahun 2007 yang menggunakan alat kontrasepsi 61,4%. Sebanyak 31,6% menggunakan suntik, pil 13,2 %, IUD 4,8%, Implant 2,8%, kondom 1,3%, Vasektomi dan Tubektomi 7,7 %. 12 Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah Program Keluarga Berencana (KB). 11

Pengertian Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya melalui pendewasaan usia Perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 13 Banyak hal yang mempengaruhi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi antara lain adalah pertimbangan medis, latar belakang sosial budaya, sosial ekonomi, pengetahun, pendidikan, dan jumlah anak yang di inginkan. Disamping itu adanya efek samping yang merugikan dari suatu alat kontrasepsi juga berpengaruh dalam menyebabkan bertambah atau berkurangnya akseptor suatu alat kontrasepsi. 5 Program keluarga berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi yang lestari. Berhasil tidaknya pelaksanaan pogram keluarga berencana akan menentukan pula berhasil tidaknya usaha mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia. 4 Adapun strategi dalam pelayanan kontrasepsi yang dikembangkan selama ini adalah mengarah kepada pemakaian Metode Kontrasepsi yang Efektif Terpilih atau disebut juga MKET yang terdiri dari Intra Uterine Device (IUD), Suntik, Susuk dan Kontrasepsi Mantap (Kontap). 14 Pada tahun 1998 di Amerika Serikat dengan jumlah PUS 1.003 orang datang ke pelayanan kesehatan yang menggunakan KB suntik 782 akseptor dengan proporsi 77,9%. Pada tahun 1969 kontrasepsi suntik sudah digunakan oleh hampir 9 juta wanita di lebih dari 90 negara, termasuk Inggris Raya, Perancis, Jerman, Swedia, Thailand, Selandia Baru dan Indonesia. 15

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. PUS yang menggunakan metode kontrasepsi terus meningkat mencapai 61,4%. Pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik 31,6%, Pil 13,2%, IUD 4,8%, implant 2,8%, kondom 1,3%, kontap 3,1%, dan kontap pria 0,2 % dan metode lainnya 0,4% 16 Sebagai gambaran metode kontrasepsi suntik pada tahun 1991 hanya 11,7%, 1994 menjadi 15,2%, 1997 menjadi 21,1%, 2003 menjadi 27,8% dan 2007 mencapai 31,6%. 17 Berdasarkan hasil survei BKKBN kabupaten Lampung Timur tahun 2006. Jumlah PUS 184.379 orang, akseptor KB suntik 41.538 orang dengan proporsi 22,52%. Sedangkan untuk Kecamatan Sekampung jumlah PUS 11.783 orang, akseptor KB suntik 1.890 dengan proporsi 16,04%. 12 Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2007, jumlah penduduk Sumatera Utara terdiri dari 12.911.511 jiwa. Jumlah PUS terdiri dari 1.863.147 jiwa. Dari seluruh akseptor KB aktif 1.107.634 orang dengan proporsi 59,45%, yang menggunakan suntik 399.256 orang dengan proporsi 36,04%, Sedangkan akseptor KB baru terdiri dari 220.892 orang dengan proporsi 11,86%, yang menggunakan suntik 82.068 orang dengan proporsi 37,15% yang tidak menggunakan KB suntik 138.824 dengan proporsi 62.85%. 18 Pada tahun 2008 PUS Sumatera Utara 2.046.122 orang, Dari seluruh akseptor KB aktif terdiri dari 1.350.724 orang dengan proporsi 66,01%, penggunaan KB suntik 448.783 orang dengan proporsi 33,96%. Sedangkan akseptor KB baru 345.271 orang dengan proporsi 16,87% dan yang menggunakan suntik 137.127 orang

dengan proporsi 42,32%. Dari tahun 2007 sampai 2008 terjadi peningkatan penggunan alat kontrasepsi suntik di Sumatera Utara. 19 Pada tahun 2007 jumlah penduduk kota Medan terdiri dari 2.083.156 jiwa. Jumlah PUS 305.821 orang. Dari seluruh aksepror KB aktif 195.241 orang dengan proporsi 63,84%, yang menggunakan KB suntik 74.864 orang dengan proporsi 38,34 %, yang tidak menggunakan KB suntik 120.377 orang dengan proporsi 61,66% Sedangkan akseptor KB baru 33.290 orang dengan proporsi 10,89%, pengguna KB suntik 14.613 orang dengan proporsi 43,90%, yang tidak menggunakan KB suntik18.677 orang dengan proporsi 56,10%. 20 Pada tahun 2008 PUS di Kota Medan 314.366 orang, Dari seluruh akseptor KB aktif 199.860 orang dengan proporsi 63,58%. Sedangkan akseptor KB baru 34.402 orang dengan proporsi 10,94%. Pada akseptor KB aktif yang menggunakan suntik sebanyak 74.146 orang dengan proporsi 23,36%. Sedangkan pada akseptor baru yang menggunakan suntik 15.650 orang dengan proporsi 42,28 %. 20 Berdasarkan data dari profil Kecamatan Medan Amplas pada tahun 2009 Kecamatan Medan Amplas mempuyai jumlah PUS 20.384 orang. Dari seluruh akseptor KB 13.654 orang dengan proporsi 66,98% yang menggunakan suntik 4.830 orang dengan proporsi 35,37%, pil 5.029 dengan proporsi 36,83%, implan 794 orang dengan proporsi 5,81%, kondom 637 orang dengan proporsi 4,66%, MOW 518 orang dengan proporsi 3,79%, MOP 1 orang dengan proporsi 0,01% dan IUD 1.846 dengan proporsi 13,51%. 21

Berdasarkan rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat kelurahan Harjosari I pada tahun 2009 di peroleh jumlah PUS 5.608 orang yang aktif sebagai akseptor KB 3.436 orang. Jumlah akseptor KB suntik 1.354 orang dengan proporsi 39,40%, pil 1.291 orang dengan proporsi 37,57%, implant 240 orang dengan proporsi 6,98%, IUD 293 orang dengan proporsi 8,52%, kondom 204 orang dengan proporsi 5,93%, MOW 53 orang dengan proporsi 1,54 %, MOP 1 orang dengan proporsi 0,01 %. 21 Kontrasepsi suntik memiliki keistimewaan sehingga ibu-ibu banyak menggunakannya antara lain aman, sederhana, efektif, dapat dipakai pasca persalinan. 22 Dari data yang tercatat diatas diketahui bahwa penggunaan alat kontrasepsi setiap tahun terus meningkat, tidak terkecuali dengan alat kontrasepsi suntik. Di Indonesia penggunaan terbanyak alat kontrasepsi suntik. Sedangkan di kelurahan Harjosari I penggunaan alat kontrasepsi suntik pada urutan pertama. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas tahun 2010. 1.2. Perumusan Masalah Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk menganalisis penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui prevalens rate penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. b. Untuk mengetahui hubungan karakteristik Host (umur, Pendidikan, Pekerjaan,, Umur menikah, pengetahuan dan Paritas) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. c. Untuk mengetahui hubungan karakteristik Environment (Dukungan keluarga) dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. d. Untuk mengetahui faktor yang dominan dari variabel Host dan Environment dalam hubungannya dengan penggunaan alat kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Sebagai Bahan masukan bagi kantor Kecamatan Amplas dan kantor Kelurahan Harjosari I khususnya yang menangani program KB. 1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian selanjutanya 1.4.3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan di FKM-USU dan juga sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).