BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang. diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu rasa yang wajar dan natural (Setiawani, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyulitkan, masa bermain, disebut pula masa aesthetis, yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Developmental and Clinical Psychology

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

PERILAKU TANTRUM ANAK USIA 5-6 TAHUN DITINJAU DARI USIA MENIKAH ORANG TUA DI DESA BENER, KECAMATAN KEPIL, KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendekatan pedagogis. dalam penyelenggaraan pendidikan anak yang dimulai dari saat periode

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh peneliti, di PAUD X Bandung,

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik, sedangkan perkembangan merupakan segala perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

BAB IV ANALISIS DATA. peneliti, maka peneliti menganalisis dengan analisis deskriptif komparatif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam

DI TK MARDITAMA ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini berjudul Terjemahan cerita anak Churiippu Hoikuen,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setiap individu berhak mendapatk:an pendidikan yaitu dengan cara. orangtua tentang pentingnya sekolah, banyak orangtua memasukkan anak mereka

BAB II LANDASAN TEORI. Chaplin (2009:502) mendefinisikan tantrum sebagai suatu ledakan emosi

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Fak. Psikologi UMBY

KEJADIAN TEMPERTANTRUM DILIHAT DARI POLA ASUH DAN URUTAN ANAK DALAM KELUARGA. Ihda Mauliyah Dosen D3 Kebidanan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

BAB I. self atau diri sendiri. Penyandang Autisme pada dasarnya seseorang yang. melakukan auto-imagination, auto-activity, auto-interested, dan lain

BAB 3 : TEKANAN EMOSI DALAM KALANGAN MURID. Nordin Tahir IPG Kampus Ipoh

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN. Nordin Tahir JIP

PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI USIA 5-6 TAHUN DITINJAU DARI IBU YANG BEKERJA. Heleni Filtri 1) 1 Universitas Lancang Kuning

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang tua yang mendambakannya. Para orang tua selalu. di karuniai anak seperti yang diharapkan tersebut.

Persepsi Orang Tua terhadap Pemecahan Masalah Temper Tantrum Anak Usia Dini di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru.

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak (TK) adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN SOSIAL PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL 3/22/2012

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

PERKEMBANGAN AFEKTIF

HYPNOPARENTING TERHADAP TEMPER TANTRUM PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK ISLAM TERPADU BINA INSANI KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI.

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

Developmental and Clinical Psychology

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal terpenting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Khaerunnisa,2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mendambakan anaknya dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Tetapi pada kenyataaanya ada anak yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Orang tua juga tidak dapat memaksakan kehendaknya agar anak dapat mengendalikan emosi sesuai cara orang tua karena kemampuan anak dalam mengendalikan emosinya dengan cara yang berbeda-beda. Salah satu permasalahan anak adalah tempertantrum. Temper tantrum merupakan luapan emosi secara berlebihan dan tidak terkontrol yang khas pada anak-anak kecil seperti memukul, menjerit, menggigit, meninju, melempar barang atau bahkan menangis. Temper tantrum anak lebih daripada sekadar cara anak menyalurkan perasaan emosi dan keamanannya yang tidak terpenuhi. Temper tantrum juga cara anak menghadapi frustasi yang ia rasakan ketika ia tidak mampu lagi mempertahankan perasaannya. Tetapi anak belum bisa membatasi apa yang ia inginkan. Anak hanya ingin melakukan apa yang ia inginkan dan melakukan nya sekarang juga. Sehingga temper tantrum membuat orang disekitarnya terpicu emosinya. Hurlock (1978) semua emosi memainkan perananan yang penting dalam kehidupan anak karena pengaruhnya terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Emosi itu sendiri menurut English English (Yusuf:2005) adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kelenjar dan motoris. Emosi ada beberapa jenis diantaranya marah, takut, dan kecewa. Dari jenis emosi tersebut mempunyai dampak pada perubahan fisik, seperti emosi pada marah menjadi peredaran darah bertambah cepat.

Emosi yang biasanya terlihat pada anak TK yaitu marah. Sutadi (1996:28) mengatakan luapan kemarahan terlihat lebih sering pada anak-anak usia Taman Kanak-kanak, memperlihatkan amarahnya dengan cara menangis; berteriak; menggertak; menendang; melompat-lompat atau memukul. Temper tantrum menurut Dewi (2005:95) adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui dengan caraini keinginan di penuhi. Semakin sering anak tantrum, semakin tinggi cenderungnya untuk kembali memanfaatkan tantrum ketika dia berkomunikasi. Mengeluh atau melampiaskan energi dan emosinya yang terpendam. Temper tantrum membuat terpengaruh emosi orang disekitarnya. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, anak yang diduga mengalami tempertantrum jika ia marah selalu dengan cara membentak, berteriak, dan merusak/melempar barang. Ketika ia marah dan mengamuk tidak dapat dikendalikan dan di dekati/dipeluk tidak berpengaruh dengan baik. Anak temper tantrum dapat berdampak pada fisik dan psikis anak serta dijauhi temannya karena emosinya yang tidak dapat terkendali. Tasmin (2002) berpendapat anak temper tantrum dapat berakibat memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur; sulit menyukai situasi, makanan, orangorang baru; lambatnya beradaptasi terhadap perubahan; moodnya (suasana hati) lebih sering negatif; mudah terprofokasi; gampang merasa marah/kesal; dan sulit dialihkan perhatiannya. Anak usia TK merupakan masa esensial dalam pertumbuhannya. Pada perkembangan sosial, emosi, kognitif, dan moral anak akan lebih belajar bersosialisasi, dapat meredam emosi dan kognitif anak berkembang secara optimal melalui kegiatan menggambar. Dalam perkembangan mental kanak kanak, selain daripada perkembangan kognitif yaitu pemikiran dan fungsi otak, aspek perasaan dan tingkah laku emosi

juga penting. Tingkah laku emosi dan perasaan kanak kanak menurut Agustina (2013) boleh diklasifikasikan dalam dua cara yang paling umum yaitu: a. Faktor luaran yaitu kanak kanak sering menunjukkan reaksi emosi melalui riak muka seperti ketawa, senyum, menangis, bermasam muka, tidak berkata kata dan sebagainya. b. Faktor dalaman yaitu perasaan emosi yang dilahirkan melalui tingkah laku emosi yang berubah ubah mengikut tindak balas emosi untuk menarik perhatian penjaga atau rakan rakan sebaya. Emosi adalah penggerak pada tingkah laku kanak kanak dan merupakan cara yang termudah untuk kanak-kanak melahirkan apa yang mereka fikirkan dan apa yang mereka rasa. Segala situasi yang berlaku dikeliling dan juga perubahan biologi yang mereka lalui akan bertindak untuk mewujudkan tingkahlaku emosi seperti meradang, marah, naik angin, takut, benci dan sebagainya. Situasi yang melibatkan tingkah laku emosi terkadang sukar dinilai, apalagi bila anak-anak itu berusia antara satu hingga lima tahun karena perubahan yang berlaku dalam diri anak-anak itu tidak seimbang. Setiap perubahan yang berlaku adalah disebabkan perubahan luaran dan juga dalaman yang sangat berkait erat dengan perubahan biologi yang kurang konsisten. Ini bermakna, seorang anak-anak itu dalam masa yang sama harus mengimbangi perubahan diri dan juga penyesuaian faktor luarannya. Secara tidak langsung, ia mempengaruhi sikap orang tua terhadap reaksi anak-anak itu. Sekiranya orang tua kurang sensitif dengan perubahan emosi dan biologi anak-anak itu, anak-anak akan mulai memanupulasikan orang tua mereka untuk memenuhi kehendak anak-anak itu. Sebagai contoh, anak-anak yang sensitif pada perubahan biologi dan perubahan emosinya, akan sering menangis dan merengek. Keadaan ini akan menimbulkan rasa marah pada orang tuanya. Atas tindak balas itu, orang tua akan mengambil jalan pintas dengan menghukum anak-anak itu agar berhenti menangis. Tindakan ini tidak akan memberi apa apa yang bermakna bagi anak karena tindak laku emosi anak-anak itu hanyalah bersifat sementara. Anak-anak itu akan berhenti menangis kerana takutkan hukuman yang diberi. Malahan

tingkah laku emosi ini akan berulang ulang dan berterusan karena anak-anak itu tidak belajar bahwa menangis atau takutkan hukuman merupakan perasaan emosi yang keluar dari dirinya. Anak temper tantrum dapat berdampak pada fisik dan psikis anak serta dijauhi temannya karena emosinya yang tidak dapat terkendali. Dampak ini berakibat pada sulit pada proses pembelajaran anak di rumah maupun di sekolah. Maka hal ini anak perlu menyalurkan/mengekspresikan tempertantrum dalam aktivitas yang positif. Dengan melihat dampak negatif yang diakibatkan oleh temper tantrum maka tidak pelak lagi diperlukan aktivitas yang dapat menyalurkan/mengekspresikannya untuk mengatasi hal ini. Berdasarkan faktafakta dan hasil penelitian anak tempertantrum maka penelitian ini memfokuskan pada kajian tentang upaya guru dalam mengatasi anak tempertantrum di TK Nurul Falaah B. Rumusan Masalah Permasalahan utama dalam penelitian ini secara umum difokuskan, bagaimana mengetahui upaya guru dalam mengatasi anak temper tantrum di TK Nurul Falaah?. Permasalahan tersebut dijabarkan dalam rumusan khusus yang terdiri dari: 1. Apa yang dimaksud dengan tempertantrum? 2. Apa yang menjadi penyebab anak mengalami tempertantrum? 3. Bagaimana upaya guru mengatasi anak yang mengalami tempertantrum? 4. Apa kendala yang dihadapi guru dalam menangani anak yang mengalami tempertantrum?

C. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai upaya guru dalam mengatasi anak temper tantrum di TK Nurul Falaah. Tujuan tersebut dijabarkan dalam tujuan khusus, tujuan khusus penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengetahui yang dimaksud dengan tempertantrum. 2. Mengetahui yang menjadi penyebab anak mengalami tempertantrum. 3. Mendeskripsikan penanganan/mengatasi anak yang mengalami tempertantrum. 4. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam mengatasi anak tempertantrum. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaatnya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Memberikan informasi, arahan, dan gambaran mengenai anak tempertantrum dan upaya mengatasi anak temper tantrum di Taman kanak-kanak. 2. Bagi Pembaca Memberikan informasi, arahan, dan gambaran mengenai anak tempertantrum dan upaya mengatasi anak temper tantrum di Taman kanak-kanak. 3. Bagi Orang Tua Memberikan informasi dan arahan mengenai upaya mengatasi anak temper tantrum. 4. Bagi Guru dan Pihak Sekolah

Para guru dan pihak sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dalam upaya menstimulasi dan mengatasi anak temper tantrum. 5. Bagi PRODI PGPAUD Memberikan informasi, arahan, dan gambaran mengenai upaya mengatasi anak temper tantrum. E. Batasan Istilah 1. Temper tantrum menurut Dewi (2005:95) adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui dengan cara ini keinginan di penuhi. 2. Emosi menurut Hurlock (1978) semua emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak karena pengaruhnya terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. F. Asumsi Dasar 1. Temper tantrum menurut Dewi (2005:95) adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui dengan caraini keinginan di penuhi. 2. Tasmin (2002) berpendapat tempertantrum adalah suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Tempertantrum (untuk selanjutnya disebut tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun. 3. Hames (2003) berpendapat tantrum adalah ledakan emosi yang kuat yang terjadi ketika anak balita merasa lepas kendali. Tantrum adalah demonstrasi praktis dari apa yang dirasakan oleh anak dalam dirinya ketika merasa kacau, bingung, dan berantakan. Hampir semua tantrum atau amukan terjadi ketika anak balita sedang bersama orang yang paling dicintainya.

4. Hurlock (1978) berpendapat bahwa ledakan kemarahan yang kuat atau tempertantrum adalah khas pada anak-anak kecil. Anak-anak tidak raguragu lagi melukai orang lain dengan cara apapun misalnya memukul, menggigit, meludah, menyepak, meninju, atau merenggut. 5. Temper tantrum adalah letupan kemarahan anak atau disebut pula sebagai mengamuk. Temper tantrum adalah hal yang sering terjadi dalam hal yang sering terjadi dalam empat tahun pertama usia anak. Tempertantrum bias terjadi dari gabungan tingkah laku menangis, menjerit, melempar barang, membuat tubuh kaku, memukul serta berguling-guling di lantai atau tidak mau beranjak dari tempat tertentu. (Seri Ayahbunda:1992). 6. Forge (2002) menyatakan bahwa tantrum adalah bagian normal dari proses perkembangan vital dan harus diperlakukan dengan pengertian dan cinta. G. SISTEMATIKA PENULISAN Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kajian mengenai penyebab anak temper tantrum dan mengatasi anak tempertantrum. Penulisan penelitian ini membatasi permasalahan lebih kepada Upaya Guru Dalam Mengatasi Anak Tempertantrum Di TK Nurul Falaah. Sistematikanya sebagai berikut: BAB I BAB II BAB III Pendahuluan, meliputi ; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Konsep Teoritis temper tantrum pada anak usia taman kanak-kanak meliputi : teori, konsep serta informasi mengenai judul penelitian ini. Metodologi penelitian, meliputi penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Semua prosedur serta tahap-tahap penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi : pendeskripsian hasil temuan penelitian, bagian analisis dan pembahasan mengenai hasil temuan penelitian, dimana bab ini mencoba mengungkap bagaimana upaya guru dalam mengatasi anak tempertantrum. BAB V Simpulan dan rekomendasi, meliputi: pemaparan penafsiran/pemaknaan peneliti berupa kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang diperoleh dan rekomendasi yang berdasarkan pada hasil penelitian.