I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

PANDUAN WAWANCARA. Panduan wawancara ini bersifat terbuka sebagai penuntun di lapangan penelitian, untuk

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK...

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. informan dengan cara melalui percakapan secara langsung berdasarkan daftar

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum legislatif sebagai agenda demokrasi yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA IKLAN PARTAI POLITIK DI TELEVISI DENGAN SIKAP PEMILIH PADA PEMILU 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

GAMBARAN UMUM. kordinat antara LS dan BT. Batas wilayah. Sebelah Utara kecamatan Punggur dan Pekalongan kabupaten Lampung

Akuntabilitas Dana Pilkada Lampung

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. karena sebelumnya pemilihan Calon /wakil Gubernur Sumatera sudah terlaksana

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 21 ayat (2) Anggaran Rumah Tangga Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Tahun 2015.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

II. TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

Pembaruan Parpol Lewat UU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama atau keyakinannya, tetapi kelompok yang lain memilih karena partai politik tertentu dianggap representasi dari kelas sosialnya. Ada juga kelompok yang memilih sebagai ekspresi dari sikap loyal pada partai atau figur tokoh tertentu. Terlepas dari tujuan suatu partai politik, satu hal telah pasti. Mereka membutuhkan suara para pemilih agar bisa berkiprah di dalam dunia politik. Untuk itu, mereka harus memahami pemilih. Tanpa pemahaman ini, mereka tidak akan diterima oleh masyarakat, sehingga artinya gagal untuk menyelenggarakan tujuan mereka berkiprah di politik. Sejatinya, suatu partai politik harus berusaha memahami pemilih mereka. Sejumlah hal perlu diketahui, terutama yang menyangkut perilaku pemilih sebagai konsumen politik dalam memberikan suara atau mendukung suatu partai politik tertentu.

2 Masa demokratisasi sekarang ini, hubungan antara kontestan dengan pemilih adalah hubungan yang tidak stabil, karena semakin kritisnya masyarakat dan semakin lunturnya ikatan tradisional maupun primordial. Kontestan tidak akan bisa memenangkan persaingan politik tanpa mendapatkan dukungan pemilih. Tentunya tidak mengherankan apabila menjelang pemilu, kontestan beramairamai mendekati pemilih untuk memberikan suaranya. Hubungan pasif seperti ini, seperti yang telah diungkapkan, membuat pemilih menjadi objek politik. Keberadaan pemilih seharusnya dijadikan subjek dan kontestan sebaiknya menempatkan diri sebagai pelayan serta agen pembaharuan dalam masyarakat. Pada kenyataannya, hubungan antara kontestan dengan pemilih begitu kerap dengan pengkhianatan. Setelah memenangkan pemilu, mudah sekali kontestan melupakan janji dan harapan politik yang telah mereka wacanakan di hadapan para pemilih. Mereka sangat sibuk mengurusi berbagai macam hal tentang distribusi kekuasaan untuk mengamankan posisi yang telah didapat. Pemilih juga seringkali memindahkan dukungan mereka dari satu kontestan ke kontestan lain. Semakin meningkatnya massa mengambang dan non-partisan, harus disadari bahwa ikatan ideologi yang dulu sangat kuat itu sekarang telah luntur. Pemilih semakin hari menjadi sangat kritis dan selalu mengevaluasi apa saja yang telah dilakukan kontestan pemenang pemilu. Mereka melihat bahwa program kerja yang dilaksanakan kontestan pemenang pemilu ternyata tidak sesuai dengan janji mereka ketika kampanye pemilu, pemilih dapat menghukum kontestan dengan tidak memilihnya kembali pada pemilu berikutnya.

3 Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan tersebut (Firmanzah, 2008:87). Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik. Partai politik harus memiliki basis pendukung yang memiliki kesamaan ideologi dan tujuan politik. Kelompok-kelompok pendukung atau konstituen ini secara jelas mendefinisikan keterikatan mereka dengan partai politik tertentu. Kelompok masyarakat ini adalah para pendukung atau konstituen suatu partai politik di lingkungan internal atau konstituen dan pendukung pesaing-pesaing di lingkungan eksternal. Selain itu, pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen partai politik tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok masyarakat yang memang non-partisan, dimana ideologi dan tujuan politik mereka tidak diikatkan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka menunggu sampai ada suatu partai politik yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan mereka pilih. Pemilihan Umum di Indonesia merupakan sarana penyaluran aspirasi yang paling efektif ditengah kondisi masyarakat yang sulit untuk menyalurkan aspirasinya. Partai politik yang salah satu fungsinya sebagai sarana untuk

4 menyalurkan aspirasi justru belum menunjukan fungsi yang sebenarnya, partai politik di indonesia cenderung disibukan dengan bagaimana caranya agar mendapatkan suara yang banyak dalam pemilu. Seiring dengan bergulirnya waktu, pemilihan umum pun mengalami fase perubahan, sejak pasca kemerdekaan sampai dengan masa sekarang. Setelah orde baru reformasi kehidupan politik di Indonesia banyak mengalami perubahan dan keterbukaan. Rakyat diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan politik di Indonesia. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Makna dari Kedaulatan berada ditangan rakyat dalam hal ini adalah bahwa rakyat memiliki kedaulatan, tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan dalam mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakilwakil rakyat untuk mengisi jalannya pemerintahan. Perwujudan kedaulatan rakyat yang dimaksud dilaksanakan melalui pemilihan umum secara langsung sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakilwakilnya yang akan menjalankan fungsi melakukan pengawasan, menyalurkan aspirasi politik rakyat, membuat undang-undang sebagai landasan bagi semua pihak di Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menjalankan fungsi masing-masing, serta merumuskan anggaran pendapatan dan belanja untuk membiayai pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut.

5 Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Melalui azas langsung, rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial. Setiap warga negara berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Untuk melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya oleh negara, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani. Saat pemilih memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain. Pada penyelenggaran pemilu ini, penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setiap pemilih dan peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan manapun. Pemilu legislatif yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2009 lalu dilaksanakan serentak di seluruh wilayah NKRI diikuti oleh 44 partai politik peserta pemilu. Salah satu diantaranya adalah Partai Keadilan Sejahtera,

6 dimana partai yang dipimpin oleh Ir.Tifatul Sembiring ini pada pemilu tersebut secara nasional mampu menunjukkan grafik peningkatan dalam hal dukungan pemilih. Hasilnya Partai Keadilan Sejahtera masuk dalam jajaran empat partai besar pemenang pemilu setelah Partai Demokrat, Partai Golkar, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Partai politik sebagai salah satu variabel penting dalam proses pemilu, dimana mereka adalah peserta pemilu. Wakil rakyat yang nantinya akan dipilih untuk mewakili rakyat dalam legislatif harus dipilih melalui kendaraan partai politik. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada pemilu 2009 secara nasional mampu memperoleh suara sebesar 8.325.020 ( 7,88%), dimana pada pemilu 2004 hanya mampu memperoleh suara sebanyak 8.206.955 (7,34 %). Artinya pada pemilu 2009 dukungan pemilih terhadap PKS meningkat 0,54 % dari pemilu sebelumnya. Hasil akhirnya setelah penghitungan suara selesai dan berdasarkan pada keputusan Komisi Pemilihan Umum, PKS masuk dalam empat besar partai pemenang pemilu pada pemilu legislatif 2009 setelah Demokrat dengan perolehan suara 21.703.137 (20,85%), Golkar mendapatkan 15.037.757 (14,45%) suara dan PDI-P memperoleh 14.600.091 (14,03%) suara dan tentunya mereka semua secara otomatis lolos ke senayan. Dua partai yang mengalami kenaikan pada pemilu legislatif 2009 adalah Partai Keadilan Sejahtera (0,54 %) dan Partai Demokrat (13,40 %), sementara yang mengalami penurunan suara atau turunnya dukungan pemilih adalah Partai Golkar (7,13 %) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( 4,50 %). Data

7 perolehan suara hasil pemilu legislatif 2009 secara nasional tersaji pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Data Perbandingan Perolehan Suara Pemilu Legislatif Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tingkat Nasional No Partai Jumlah suara Persentase Keterangan Politik 2004 2009 2004 2009 1 Demokrat 8.455.225 21.703.137 7,45 % 20,85% Naik 13,40 % 2 Golkar 24.480.757 15.037.757 21,58 % 14,45% Turun 7,13 % 3 PDI-P 21.026.629 14.600.091 18,53 % 14,03% Turun 4,50 % 4 PKS 8.206.955 8.325.020 7,34 % 7,88 % Naik 0,54 % Sumber : KPU Pusat Kenaikan Perolehan suara Partai Keadilan Sejahtera secara Nasional tidak diimbangi oleh perolehan suaranya di Provinsi Lampung yang pada pemilu legislatif 2009 mengalami penurunan suara sebanyak 20,68 % suara. Pemilu Tahun 2004 Partai Keadilan Sejahtera Provinsi Lampung memperoleh suara sebanyak 282.927 dan pada pemilu 2009 mengalami penurunan menjadi 255.057 suara. Terinci dari data yang tersaji pada tabel 2, dari sepuluh Kabupaten/Kota yang ada di Lampung lima daerah diantaranya mengalami penurunan perolehan suara dalam pemilu legislatif 2009, daerah tersebut antara lain (1) Kota Bandar Lampung turun menjadi 7,17 % suara, (2) Tanggamus menurun 6,60 % suara, (3) Lampung Timur menurun 1,30 % suara, (4) Lampung Utara menurun 5,39 % suara, (5) termasuk Kota Metro menurun 0,22 % suara, namun lima daerah lainnya mengalami kenaikan suara pada pemilu 2009 tersebut.

8 Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro dari pemilu 2004 ke pemilu 2009 tercatat tidak pernah menyentuh angka dukungan suara sebanyak minimal 10.000 suara, sehingga Kota Metro selalu memiliki perolehan suara terendah dibandingkan sembilan kepengurusan PKS di Kabupaten/Kota lain. Namun PKS Kota Metro berhasil mencatatkan penurunan dukungan suara terendah 0,22 % suara dibandingkan PKS di sembilan Kabupaten/Kota yang lain. Data perbandingan perolehan suara pemilu tersebut tersaji dalam tabel berikut : Tabel 2. Data Perbandingan Perolehan Suara Pemilu Legislatif Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tingkat Provinsi Lampung No DPD PKS Perolehan Suara Persentase Keterangan 2004 2009 2004 2009 1 Bandar Lampung 65.466 40.727 23,13 % 15,96 % Turun 7,17 % 2 Lampung Selatan 47.177 55.890 16,67 % 21,91 % Naik 5,24 % 3 Tanggamus 32.531 12.493 11,49 % 4,89 % Turun 6,60 % 4 Lampung Timur 31.770 25.315 11,22 % 9,92 % Turun 1,30 % 5 Lampung Tengah 31.362 54.199 11,08 % 21,24 % Naik 10,16 % 6 Lampung Utara 30.332 13.619 10,72 % 5,33 % Turun 5,39 % 7 Tulang Bawang 18.813 26.122 6,64 % 10,24 % Naik 3,60 % 8 Lampung Barat 10.210 11.202 3,60 % 4,39 % Naik 0,79 % 9 Way Kanan 10.190 11.474 3,60 % 4,49 % Naik 0,89 % 10 Metro 5.076 4.016 1,79 % 1,57 % Turun 0,22 % Total 282.927 255.057 100 % 100 % Turun 20,68 % Sumber : DPW PKS Lampung dan data diolah Peneliti mengambil Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro untuk dijadikan objek dalam penelitian ini. Sementara itu yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah dukungan pemilihnya dikarenakan dari pemilu 2004 ke pemilu 2009 dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro mengalami penurunan perolehan suara. Total jumlah dukungan pemilih pada Tahun 2004 sebanyak 5.076 suara dan pada pemilu berikutnya Tahun 2009 Partai Keadilan Sejahtera hanya mampu meraih suara sebanyak 4.016, artinya terjadi penurunan suara sebanyak 0,22 %.

9 Tabel 3. Data Perbandingan Perolehan Suara Pemilu Legislatif Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Metro No Kecamatan Perolehan Suara Persentase Keterangan 2004 2009 2004 2009 1 Metro Pusat 1.895 1.492 37,33 % 37,15 % Turun 0,18 % 2 Metro Utara 604 776 11,89 % 19,32 % Naik 7,43 % 3 Metro Timur 1.406 1.000 27,69 % 24,90 % Turun 2,87 % 4 Metro Barat 757 506 14,91 % 12,59 % Turun 2,40 % 5 Metro Selatan 414 242 8,15 % 6,02 % Turun 2,20 % Total 5.076 4.016 100 % 100 % Turun 0,22 % Catatan : * Suara Partai Keadilan (PK) Tahun 1999 = 1.659 suara Sumber : DPD PKS Kota Metro dan data diolah Data diatas memberikan gambaran bahwa telah terjadi penurunan yang cukup signifikan yang terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro dalam hal perolehan suara pada pemilu legislatif 2009. Hal ini tentunya terinci di dalam tabel 1 diatas, dimana Partai Keadilan Sejahtera pada pemilu legislatif 2009 lalu partai tersebut menjadi salah satu bagian kontestan di Kota Metro. Pada pemilu 2009 Kota Metro dibagi menjadi tiga daerah pemilihan (DP). Daerah pemilihan I yaitu meliputi Kecamatan Metro Pusat dan Metro Utara, Daerah Pemilihan II meliputi Kecamatan Metro Timur dan Daerah Pemilihan III meliputi Kecamatan Metro Barat dan Metro Selatan. Partai Keadilan Sejahtera di DP I Metro Pusat dan Metro Utara pada pemilu legislatif 2009 hanya berhasil memperoleh suara sebanyak 2.268. Perolehan suara pemilu pada tahun ini menurun dibandingkan pemilu tahun 2004 dimana PKS mampu mendulang suara hingga 2.499. Artinya pada DP I telah terjadi penurunan dukungan pemilih sebesar 0,18 % suara.

10 Kecamatan Metro Pusat yang terdiri dari lima kelurahan, empat diantaranya mengalami penurunn suara yakni Kelurahan Metro, Hadimulyo Barat, Hadimulyo Timur dan Yosomulyo, sedangkan Kelurahan Imopuro yang memang menjadi basis simpatisan PKS mengalami kenaikan dalam perolehan suara. Sedangkan di Kecamatan Metro Utara dari empat kelurahan yang ada, hanya kelurahan Karangrejo saja yang mengalami penurunan perolehan suara. Kelurahan Banjarsari, Purwosari dan Purwoasri mengalami kenaikan. Daerah Pemilihan II Kecamatan Metro Timur yang terdiri dari lima kelurahan, hanya kelurahan Tejosari saja yang mengalami peningkatan perolehan suara, sedangkan empat kelurahan lainnya seperti Tejo Agung, Iring Mulyo, Yosodadi dan Yosorejo mengalami penurunan. DP II pada pemilu 2004 memperoleh 1.406 Suara, namun pada pemilu 2009 turun 2,87 % suara menjadi 1.000 suara. Yang lebih menjadi sorotan tajam adalah DP III Kecamatan Metro Barat dan Metro Selatan, dari empat kelurahan yang ada di Metro Selatan semuanya mengalami penurunan suara, sedangkan di Kecamatan Metro Barat dari empat kelurahan hanya kelurahan Ganjar Agung saja yang mengalami peningkatan suara pada pemilu tahun ini, tiga kelurahan lainnya seperti Kelurahan Ganjar Asri, Mulyojati dan Mulyo Asri semuanya mengalami penurunan. Tercatat bahwa di DP III pada pemilu kali ini terjadi penuruanan sebesar 4,60 % suara, dengan perolehan suara tahun 2004 sebesar 1.171 suara dan pemilu 2009 menurun menjadi 748 suara. Kesimpulanya dari ketiga daerah pemilihan di Kota Metro yang mengalami penurunan suara terbanyak adalah DP III

11 dengan total penurunan 4,60 % suara, disusul DP II sebanyak 2,87 % suara dan kemudian DP I sebanyak 0,18 % suara. Fokus penelitian diarahkan untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana dukungan pemilih yang dilakukan oleh pemilih dalam memutusakan diri untuk aktif terlibat dalam pemilu legislatif 2009 dengan memilih Partai Keadilan Sejahtera di Kota Metro, peneliti juga ingin mengetahui penyebab dan latar belakang turunnya dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro pada pemilu tersebut. B. Rumusan Masalah Sebagaiamana yang telah diuraikan pada latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Dukungan Pemilih Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro? 2. Analisis Penyebab dan Latar Belakang Turunnya Dukungan Pemilih Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro.

12 2. Untuk mengetahui penyebab dan latar belakang apa sehingga terjadi penurunan dukungan pemilih terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara akademis, hasil dari penelitian diharapkan dapat membantu memberikan alternatif informasi, bahan referensi, serta sebagai sumber informasi awal bagi peneliti-peneliti lainnya yang tertarik dengan Analisis Dukungan Pemilih Terhadap Partai Keadilan Sejahtera Kota Metro. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi partai-partai politik dalam memperoleh dukungan pemilih.