BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya menuju dewasa. Remaja cenderung memiliki peer group yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN. juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

Yang Paling Diberkati Secara Melimpah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

Lampiran 1 Kuesioner Pola Asuh Orang Tua dan Self Esteem DATA PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN. forum diskusi ilmiah, mempraktikkan ilmu pengetahuan di lapangan, dan. juga dibutuhkan pula oleh orang lain (Zuhri, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menurutnya akan menyalahi aturan yang dibuat oelh orang tuanya.

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang, sedangkan penting maksudnya bahwa ilmu pengetahuan itu besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi kehidupan manusia. Banyak orang mengeluhkan dirinya merasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. station. Anak-anak, remaja, bahkan sampai dewasa sangat menyenangi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB VI KESIMPULAN. Dari hasil analisis struktural terhadap unsur intrinsik novel Madogiwa no

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

BAB I PENDAHULUAN. setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi,

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Grand Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Social Learning

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

LAMPIRAN A. A-1 Skala Penelitian Awal Konformitas A-2 Skala Penelitian Awal Tingkah Laku Menolong

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Hubungan antara Persepsi terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Keterampilan Sosial Buruk pada Remaja Kelas XI di SMAN 1 Bandung

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia meskipun dalam kadar yang berbeda. Manusia dimotivasi oleh dorongan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

KARENA KITA ADALAH ORANGTUA: Percikan Cerita Pengasuhan Anak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENAHULUAN. lingkungan sosial, khususnya supaya remaja diterima dilingkungan temanteman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang saling bergantung dengan manusia yang lainnya sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang dapat membantu kesulitan yang dialami orang lain maupun membutuhkan bantuan orang lain. Hal tersebut tidak terkecuali para remaja yang pada dasarnya adalah individu yang sedang mengalami transisi masa perkembangannya menuju dewasa. Remaja cenderung memiliki peer group yang merupakan sarana dalam membantu proses sosialisasi. Dalam peer group sering kali muncul tingkah laku prososial pada remaja lainnya, Seperti halnya salah satu remaja yang mengetahui sahabatnya tidak bisa membeli buku pelajaran bahasa Inggris padahal buku pelajaran tersebut sangat dibutuhkan karena ada tugas dari gurunya yang mempunyai batas waktu selama seminggu untuk menyelesaikan akhirnya remaja tersebut yang memiliki buku bahasa Inggris berusaha memberikan bantuan pada sahabatnya untuk mengerjakannya dengan bersama sama (Salah satu siswa, Wawancara pribadi, oktober, 2010). Tingkah laku prososial merupakan suatu bentuk tindakan yang dilakukan individu untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan konsekuensi yang terjadi pada dirinya saat memberikan pertolongan orang lain tersebut tanpa pamrih. Dengan memberikan pertolongan tersebut individu yang

ditolong maupun yang menolong tidak peduli motif-motif si penolong maupun yang ditolong. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh David O.Sears (dalam http://www.makalah.tk) yang menyatakan perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan motif - motif si penolong. Tidak jauh berbeda dengan David, menurut Wispe, sebagaimana dikutip dari Wrightsman dan Deaux (dalam http://www.makalah.tk diunduh tanggal 7 maret 2011) yang menyatakan bahwa "Prosocial behavior is behavior that has positive social consequences - that contributes to the physical or psychological well being of another person". Perilaku prososial merupakan segala bentuk perilaku yang mempunyai konsekuensi sosial positif yang diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan fisik maupun psikis terhadap orang lain. Untuk menanggapi pendapat tokoh di atas dapat diberikan contoh secara langsung dari hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti bahwa adanya perilaku prososial yang muncul ketika si penolong tidak melihat konsekuensi dalam memberikan bantuan pada yang membutuhkan pertolongan dapat dikatakan antara lain memberikan bantuan tanpa pamrih seperti halnya seorang siswa mengantar temannya pulang saat mengetahui temannya sedang sakit dan sebelumnya siswa itu tidak tahu bahwa rumahnya berbeda arah pulang dengan dia, tetapi siswa itu tetap siap mengantar pulang temannya. Peran orang tua yang memiliki anak remaja sangat penting karena dapat membantu dalam membentuk perilaku prososial di lingkungan remaja

tersebut. Setiap orang tua yang memiliki pola asuh berbeda-beda dan dari pola asuh orang tua tersebut juga dapat membantu anaknya untuk memberikan arahan dalam berperilaku prososial di lingkungan sekitarnya. Dalam mengambil keputusan untuk berperilaku prososial seorang remaja tentunya tidak lepas dari bimbingan dan mendapatkan batasan dalam berperilaku ke lingkungannya sesuai dengan yang diberikan oleh orang tuanya. Peran orang tua sangat penting untuk remaja dalam memberikan pertolongan di lingkungannya karena pada usia remaja yang tergolong remaja cenderung masih bimbang untuk mengambil keputusan dalam bertindak selain itu pada usia remaja cenderung masih meniru tingkah laku orang yang menurutnya pantas untuk ditiru. Namun menurut hasil wawancara dengan guru wali kelas, mulai dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan di SMAN 12 Tangerang selama penelitian ini berlangsung maka dapat di temui sebagian orang tua ada yang memberikan respon cuek terhadap anaknya sehingga membuat anaknya itu tidak peduli sama orang sekitar dan ada pula orang tua yang memberikan dukungan pada anaknya ketika remaja tersebut ingin melakukan sesuatu kegiatan yang dapat dikatakan memberikan bantuan pada orang sekitar yang membutuhkan bantuannya (Guru wali kelas, Wawancara pribadi, Juni 2011) Pola asuh menurut Baumrind (dalam Santrock, 2002) terdapat tiga pola asuh orang tua, yaitu Authoritarian, Authoritative dan Permissive. Pola asuh Authoritarian orang tua aturan-aturan yang kaku dan ketat yang dipergunakan

sebagai pengontrol tingkah laku remaja, harus bertingkah laku sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh orang tua. Pola asuh authoritative memberlakukan peraturan-peraturan yang dibuat bersama oleh anggota keluarga yang bersangkutan. Orang tua selalu memperhatikan keinginan dan pendapat remaja, kemudian mendiskusikannya untuk mengambil keputusan terakhir. Pada pola asuh ini tetap terdapat bimbingan dari orang tua. Tidak terlepas dari pertolongan orang tua yang memiliki sifat mengarahkan agar anak tidak hanya taat secara penuh terhadap peraturan tetapi tahu dan mengerti dengan baik mengapa ada hal yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan. Pola asuh permissive tidak menggunakan aturan-aturan yang ketat bahkan bimbingan jarang diberikan, sehingga tidak ada pengendalian dan pengontrolan serta tuntutan kepada remaja. Kebebasan diberikan secara penuh dan remaja diperbolehkan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan boleh berkelakuan menuruti apa yang diinginkan remaja tanpa adanya kontrol dari orang tua. Jadi remaja dibiarkan berbuat sesuka hati tanpa dengan kekangan, memanjakan dan memenuhi kebutuhan remaja agar mereka senang. Kemudian pola asuh authoritarian memberikan kontrol yang sangat kuat sehingga membuat jarak antara orang tua dengan anak sangat jauh, karena anak merasa adanya pembatasan komunikasi anak seperti anak tidak mendapatkan kesempatan untuk memberikan alasan saat salah bertindak maupun melakukan kesalahan apapun itu. Setiap pola asuh yang diberikan orang tua terhadap remaja dapat menciptakan suatu aturan yang bisa mengontrol remaja, untuk mencapai suatu

keputusan yang baik dalam memilih tindakan atau perilaku yang akan dilakukan remaja. Disamping itu orang tua sangat membantu anak untuk memberikan dukungan sesuai dengan pola asuh masing-masing yang diberikan orang tua ke anaknya. Pola asuh orang tua yang authoritative membuat remaja untuk mencoba memahami orang lain dan juga merasakan perasaan orang lain sehingga remaja akan mampu memberikan pertolongan kepada orang lain, namun pertolongan yang remaja berikan telah dipikirkan terlebih dahulu pada dirinya untuk siap bertanggung jawab terhadap keputusannya dalam membantu orang lain dan yang ada dalam pikiran remaja seperti ini sudah tertanam pada diri remaja bahwa remaja mempersepsikan orang tuanya sudah memberikan kepercayaan akan keputusan yang diambil oleh diri remaja. Pola asuh orang tua yang permissive membuat remaja itu tidak peduli untuk memberikan bantuan pertolongan orang lain, karena dengan pola asuh seperti permissive ini remaja telah terbiasa kurang mendapatkan kasih sayang sehingga mereka kurang memiliki rasa peka terhadap orang lain dan orang tua mereka membiarkan remaja berbuat sesuka hatinya dengan tidak memiliki kekangan. Orang tua pun merasa dapat memenuhi kebutuhan mereka agar senang dan pada pola ini pun remaja harus belajar sendiri bagaimana harus berperilaku dalam lingkungan sosial. remaja pada pola pengasuhan ini membuat mereka untuk tidak memperdulikan orang lain dikarenakan mereka menganggap orang lain yang sedang

membutuhkan bantuannya akan bisa menanganinya masalah yang dihadapinya sendiri. Dari hasil pengamatan dan diskusi dengan beberapa Siswa SMAN 12 Tangerang diperoleh informasi mengenai jenis pola pengasuhan orang tua terhadap dirinya dan juga dapat mengetahui tingkatan perilaku prososial yang sering dilakukan oleh remaja. Berikut adalah wawancara mengenai pola asuh orang tua dengan munculnya perilaku prososial yang pernah terjadi pada remaja mengatakan bahwa sebagai berikut; Aku tinggal sama kedua orang tua ku kak, selama ini yang aku alami orang tuaku itu selalu keras dalam prinsipnya, jadi kalo mama atau papah misalnya saat saya lagi main PS (Play Station) tiba-tiba salah satu dari mereka pasti akan bilang gini kak Kamu tuh bukannya belajar malah main PS matikan Psnya dan langsung belajar dan pada saat itu pula aku harus matikan PS dan aku harus belajar lagi padahal saat itu aku lagi badmood dan bosen kak makanya main PS tapi orang tuaku tidak mengerti keadaan aku yang sedang jenuh belajar setiap saat dirumah. Pernah juga kak, saat itu aku pulang terlambat padahal ban motorku bocor tapi orang tua ku tidak mau dengar apapun yang aku jelaskan pada mereka saat itu papah atau mamah pasti langsung marah banget sama aku kak. Kemudian nih kak, tahu nggak kak dirumah ku kan ada kerja bakti bersih-bersihin mushala dan sekitar RT aku terus orang tuaku kan pergi tuh kak, saat itu aku pikir enak kali ya bantu-bantu kerja bakti diluar dan pasti orang tua nggak akan marah sama aku tapi saat mereka pulang lihat aku lagi bantu-bantu gitu malah aku disuruh pulang terus aku dimarahin kak dan semua itu nggak membuat aku kapok kak untuk ikut kerja bakti seperti itu lagi. (S, Wawancara Pribadi, Juni 2011). Dari kasus di atas dapat peneliti simpulkan bahwa S mempersepsikan pola asuh orang tuanya yang harus dia patuhi setiap kali dapat perintah dari orang tuanya saat itu pula S merasa tidak dapat berkesempatan untuk memberikan penjelasan apapun itu, ketika ia melakukan sesuatu kesalahan disudut pandang orang tuanya. Seperti yang S ceritakan saat pulang terlambat

karena ban motornya bocor dan pada waktu yang berbeda S ingin berpartisipasi untuk ikut kerja bakti dilingkungan rumahnya dapat dikatakan bahwa S memiliki kepekaan yang baik kemudian dari kasus S di atas berbeda dengan Kasus T yang mengatakan sebagai berikut; Orang tua ku cerewet banget kak. Terutama mamah aku, setiap aku mau berangkat sekolah nih kak pasti mamah yang semangat untuk melengkapi perlengkapan sekolah. Aku merasa dirumah tuh diberikan kebebasan sama orang tuaku kak, jangan salah kak walaupun mamah cerewet tapi bukan berarti tidak mau mendengarkan pendapat ku karena setiap aku mau main kerumah teman pasti aku terlebih dahulu ijin sama orang tuaku dan saat itu orang tuaku pasti selalu mengijinkanku asalkan memberikan alasan yang jelas agar orang tuaku tidak khawatir sama aku, aku sayang banget sama orang tuaku terutama sama mamah yang selalu ada untukku dan juga selalu siap mendengar curhatanku pada mamah. Kalo soal ayah sih kak, Mmmm... aku merasa ayah sayang sih sama aku tapi karena ayah sibuk saja makanya ayah kurang ada waktu untuk aku jadi yang selalu mengontrol aku dirumah ya hanya mamah palingan kalo papah itu mengontrol nilai-nilai rapotku saja dan kalo hasilnya kurang memuaskan ayah pasti menegur aku dan aku hanya diberikan semangat untuk belajar pokoknya mamah dan ayah yang terbaik untukku tanpa adanya kekangan dari mereka aku merasa bebas untuk melakukan sesuatu asalkan jelas alasannya. Saat itu pernah juga kak, disekolahkan diadakan bakti sosial untuk bantuan korban bencana alam yang akhir-akhir tahun kemarin kak. Saat itu aku pulang terlambat tapi aku tidak lupa ijin dulu sama orang tuaku terutama sama mamah, saat mamah sudah mendengar penjelasanku maka saat itu mamah mengijinkanku untuk mengikutsertakan diri pada kegiatan baksos disekolah tersebut tapi anehnya mamah meminta aku untuk pulang dulu karena mamah mau ikut menyumbangkan pakaian yang layak dipakai. (T, Wawancara pribadi, Juni 2011) Dari kasus T diatas dapat disimpulkan kembali bahwa T merasakan kebebasan dirumah karena orang tuanya tidak memberikan kekangan dalam sesuatu apapun yang dia lakukan namun orang tuanya tetap memberikan batasanbatasan yang jelas dan dapat dipahami tapi semua aturan itu bisa dikatakan

dengan saling mendengarkan antara T dengan orang tuanya. Dapat dikatakan T mendapatkan adanya dukungan dari orang tua, dalam hal ini T memiliki rasa kepedulian sesama manusia yang saling membutuhkan karena T ikut serta dalam memberikan bantuan pada kegiatan baksos disekolahan. Kasus S dan T berbeda pula dengan kasus Z, berikut adalah hasil wawancara singkat peneliti dengan Z; Uuuh... kalo bahas tetang mama dan papa aku sebel banget kak, habisnya mereka tuh banyak ngatur, harus beginilah... harus begitulah... jadi aku sebel deh sama mereka. Ingin rasanya aku nggak mau dengerin aturan mereka tapi kalo nggak didengerin mereka bercuapcuap lagi kak. Pernah nih yah kak, Mmmm... aku kan dilarang naik motor sama mereka terus tiba-tiba aku kesekolah bawa motor tahutahunya setelah pulang sekolah papa marah-marah banget sama aku kak. Tapi kak anehnya nih ya kak segalak-galaknya mereka kok hati mama dan papa baik juga deh, seperti begini kak ceritanya kan ada tetangga anaknya sakit dan tetanggaku itu bisa dibilang kurang mampu dalam ekonominya terus papa akhirnya simpati sama tetanggaku itu kak terus papa bawa anak tetangga itu ke klinik deh kak semuanya dibiayain papa. Mmm... jadi bangga juga sama papa sih kak, walaupun papa keras dengan aturan yang diterapkan dirumah tapi kalo udah diluar rumah papa jadi baik banget kak. Intinya papa dan mama itu suka marah-marah tanpa mendengarkan alasan dari aku kak dan setiap yang dikatakannya harus diturutin nggak boleh jawab nggak. (Z, Wawancara pribadi, Juni 2011) Dari hasil wawancara bersama Z, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua Z memiliki kontrol yang kuat pada anaknya kemudian juga tidak mau mendengarkan alasan dari Z apapun itu. Z merasa ada jarak sama orang tuamya karena orang tuanya itu tidak mau mendengar apapun pendapat anaknya. Tapi orang tua Z terutama papanya memberikan pertolongan maupun bantuan tanpa pamrih pada tetangganya yang sedang sakit sehingga membuat Z merasa bangga pada sifat orang tuanya itu.

Dari beberapa wawancara singkat di atas memperkuat pernyataan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang penting dalam berperilaku prososial, dan dari setiap pola asuh orang tua yang berbeda beda bisa membantu remaja dalam berperilaku prososial. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat permasalahan perilaku prososial pada remaja. Seperti tingkah laku prososial merupakan suatu bentuk tindakan yang dilakukan individu untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan konsekuensi yang terjadi pada dirinya saat memberikan pertolongan orang lain tersebut tanpa pamrih namun terdapat beberapa siswa dalam lingkungan sekolah itu yang memiliki rasa kepeduliaan dan kepekaan yang baik pada orang sekitarnya dan ada juga yang tidak memiliki rasa kepedulian dan kepekaan pada orang sekitarnya. Ketika siswa tersebut melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan seperti halnya yang sudah terlaksanakan oleh siswa saat adanya bencana alam pada tahun 2010 lalu, siswa itu dengan aktif dan semangat untuk mengikutsertakan diri dalam kegiatan bakti sosial yang diadakan secara spontan atau dadakan tanpa terencana, ternyata sikapnya siswa itu mendapat dukungan yang dimiliki dari orang tuanya sehingga membuat dirinya sangat berarti untuk orang yang membutuhkannya. Kedekatan anak dengan orang tua sangat berpengaruh seperti halnya diatas siswa tersebut tidak akan aktif kegiatan bakti sosial itu jika orang tuanya terlalu mengontrol maupun tidak dikontrol sama sekali oleh orang tuanya ternyata ada siswa yang memiliki prinsip

diri yang kuat ketika ia bertentangan dengan orang tuanya dalam memberikan bantuan tersebut sehingga membuat anak itu tetap kuat ingin memberikan bantuan walaupun ia bertentangan dengan orang tuanya yang keras. Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku prososial pada siswa SMAN 12 Tangerang C. Tujuan Penelitian Agar penelitian berhasil dengan baik, maka penulis akan menetapkan terlebih dahulu pokok-pokok tujuan sebagai sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui jenis pola asuh orang tua yang dominan pada siswa SMAN 12 Tangerang, yang berdasarkan sesuai dengan data penunjang. 2. Mengetahui tingkatan perilaku prososial siswa SMAN 12 Tangerang, yang berdasarkan sesuai dengan data penunjang data penunjang. 3. Mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku prososial pada siswa SMAN 12 Tangerang. D. Manfaat a. Manfaat teoritis Memberikan masukan pada bidang psikologi pendidikan dan psikologi sosial dalam kasus kasus perilaku prososial yang ada hubungannya dengan pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku prososial pada siswa SMAN

12 Tangerang dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya b. Manfaat praktis 1. Untuk orang tua agar dapat mendukung remaja dalam bersosialisasi dengan lingkungannya 2. Menjadikan remaja untuk lebih peka terhadap lingkungannya maupun orang sekitarnya yang membutuhkan pertolongan sehingga dapat mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi remaja untuk menolong E. Kerangka Berpikir Siswa dalam dunia pendidikan merupakan sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar, baik secara kelompok atau perorangan. Siswa juga sering disebut murid atau pelajar. Dalam hal ini, siswa yang berkaitan dengan penelitian ini adalah siswa sekolah menengah atas. Siswa sekolah menengah atas pada umumnya masih tergolong pada usia remaja, karena dalam tahap perkembangan siswa termasuk dalam kategori remaja yang berkisar 15-17 tahun. Seorang remaja masih merupakan bagian kecil dalam sebuah keluarga, karena di dalam keluarga seorang remaja tentunya masih berperan sebagai seorang anak yang hidup dengan orang tuanya. Orang tua yang memiliki anak remaja memberikan pola pengasuhan sesuai dengan gaya hidupnya orang tua masing-masing dan begitu pula dengan adanya gaya pengasuhan yang berbeda-beda maka setiap remaja akan terlihat tinggi atau rendahnya perilaku prososial yang muncul.

Dalam berperilaku prososial perlu adanya peran dari orang tua dan setiap siswa mendapatkan pengasuhan dari orang tua mereka sendiri, sehingga dari pola pengasuhan tersebut dapat membantu siswa untuk berperilaku prososial dimana siswa juga masih membutuhkan peran orang tuanya untuk dapat memberikan contoh maupun arahan dalam mengambil keputusan berperilaku prososial dilingkungan remaja tersebut sehingga menjadikan diri remaja yang bertanggungjawab kepada dirinya sendiri maupun keputusan dalam berperilaku namun siswa memiliki persepsi masing-masing tentang pola asuh orang tuanya. Siswa yang mempersepsikan pola pengasuhan orang tuanya yang authoritative, pada pola pengasuhan ini orang tuanya selalu memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mengemukakan pendapat, maka siswa tersebut akan lebih terbuka dengan orang tuanya. Ketika remaja itu melihat ada orang yang membutuhkan bantuan darinya maka dengan yakin remaja tersebut akan memberikan bantuan pada orang tersebut dengan pola asuh orang tua yang selalu memberikan kesempatan kepada anaknya untuk mengemukakan pendapat maupun menyerahkan semua keputusan diambil sendiri dengan siap bertanggung jawab pada diri sendiri, maka akan ada komunikasi antara siswa dengan orang tua sehingga akan terjadi kekompakkan dalam memberikan bantuan maupun berperilaku prososial. Keputusan yang diambil oleh remaja akan membentuk perilaku prososial yang

tinggi ketika remaja itu diberikan kesempatan untuk berpendapat dan melakukan perilaku prososial. Sedangkan siswa yang mempersepsikan bahwa pola pengasuhan orang tuanya yang permissive atau tidak peduli dengan segala kebutuhan anaknya maka siswa tersebut akan mengeksplorasi semua tingkah lakunya sendiri dan kemungkinan besar akan memunculkan perilaku prososial yang rendah dikarenakan remaja mencontohkan perilaku dari cara orang tuanya yang cenderung kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Remaja yang mempersepsikan bahwa pola pengasuhan orang tuanya yang authoritarian atau lebih dominan dan memiliki aturan yang ketat, maka yang akan terjadi adalah remaja tidak akan mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan tidak memiliki ruang gerak untuk mengeksplorasi apa yang ingin dilakukannya, sehingga siswa tersebut cenderung akan bingung apa yang harus dilakukan dan bingung juga untuk menyampaikan tentang perasaannya bagaimana supaya oang tua dapat mengerti apa yang diinginkannya dan ketika siswa menghadapi keadaan seperti itu maka keputusan remaja ada yang memiliki pendapat yang berbeda dengan orang tua dan remaja pun siap menerima konsekuensi dalam bentuk apapun saat cenderung berperilaku prososialnya tinggi Bagi remaja orang tua adalah sosok yang mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan mental dan spiritual anaknya karena bagi remaja, orang tua khususnya dalam ruang lingkup keluarga merupakan media

awal dari satu proses sosialisasi, sehingga dalam proses sosialisasi tersebut orang tua mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia yang dapat berperilaku baik. Dari permasalahan permasalahan tersebut, penulis ingin meneliti jenis pola asuh orang tua dengan tingkatan perilaku prososial remaja. Dari uraian di atas, maka kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar I.I. berikut: SISWA SMA (REMAJA) Diasuh Pola asuh 1. Authoritative 2. Authoritarian 3. Permissive E. HIPOTESIS PENGARUH Gambar I.I. Kerangka Berpikir Prilaku Prososial 1. Sympathy 2. Cooperation 3. Helping 4. Donating 5. Altruisme Berdasarkan uraian diatas, hipotesis penelitian yakni adanya pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku prososial pada siswa SMAN 12 Tangerang