I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan zaman bukan hanya membawa perubahan terhadap tekonologi dan pengetahuan tetapi ikut serta merubah pemikiran masyarakat terutama kaum wanita untuk berkontribusi dalam dunia kerja. Perubahan tersebut membuat para wanita memiliki dua peran sekaligus, yakni peran domestik yang bertugas mengurus rumah tangga dan peran publik yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Dewasa ini peran wanita pedesaan di bidang publik telah menunjukkan keinginannya untuk berkontribusi dalam membantu meringankan pekerjaan suami dan meningkatkan perekonomian keluarga. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, terdapat 45,6 juta pekerja perempuan yang membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Wanita pedesaan sebagai peran publik yang bekerja dengan persentase mencapai 36,82% sedangkan sebagai peran domestik yang mengurus rumah tangga sebanyak 37,83%. Persentase wanita pedesaan lainnya terbagi dalam penggangguran sebesar 6,34%, sekolah sebesar 16,98%, dan lainnya sebesar 2,03%. Apabila dilihat dari lapangan usaha di pedesaan data BPS menyebutkan sebesar 46,51% pada bidang pertanian. Hal tersebut menunjukkan bahwa kontribusi wanita pedesaan dalam peran publik sudah cukup besar dalam membantu perekonomian terutama pada bidang pertanian tetapi tetap menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga. Salah satu bentuk kontribusi wanita pedesaan dalam usaha peternakan sapi perah yaitu membantu manajemen pemeliharaan dan pengelolaan ternak. Selain hal tersebut wanita pedesaan juga berperan dalam melakukan pengelolaan pasca
2 panen yaitu susu menjadi berbagai produk olahan seperti yogurt, kerupuk susu, kefir dan permen susu yang bernilai jual tinggi. Berdasarkan data statistik Kabupaten Sumedang hasil produksi susu yang diperoleh Kabupaten Sumedang tahun 2016 sebesar 13.024.670 kg. Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan produksi susu tahun 2016 apabila dibandingkan dengan produksi susu Kabupaten Sumedang tahun 2014 sebesar 11. 031. 000 kg. Adanya kelebihan produksi susu membuat wanita pedesaan melakukan pengelolaan pasca panen dan membentuk kelompok. Seperti halnya yang dilakukan oleh istri peternak di daerah Kabupaten Sumedang yang tergabung dalam Kelompok Jaringan Usaha KSU Tandangsari. Wanita pedesaan dalam hal ini adalah istri peternak sapi perah (Indrawasih, 2015). Kelompok Jaringan Usaha KSU Tandangsari diantaranya terdiri dari Kelompok Harja Rahayu dan Rengganis yang tersebar di Kecamatan Tanjungsari dan Pamulihan dengan kegiatan utamanya yaitu melakukan pengolahan susu menjadi berbagai produk diantaranya yogurt, kefir, permen susu, kerupuk susu dan masker kefir serta mengembangkan usahanya melalui pemasaran produk tersebut. Kelompok Harja Rahayu merintis usaha mulai dari tahun 2002 sedangkan kelompok Rengganis merintis usaha dari tahun 2003. Berdasarkan data faktur penjualan KSU Tandangsari sekitar 6,53% atau 530,94 litter susu diserap oleh home industri menjadi jenis produk olahan susu yaitu yogurt, kerupuk susu, karamel dan susu murni. Peneliti memilih produk yogurt sebagai bahan penelitian karena penjualan produk yogurt kedua kelompok tersebut lebih diminati masyarakat sekitar dibandingkan dengan produk olahan lainnya. Bauran pemasaran merupakan alat bagi pemasar yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan rancangan produk
3 untuk menarik minat konsumen yang ditetapkan berjalan dengan baik (Kotler dan Armstrong, 2001). Kegiatan pemasaran menekankan pada keinginan dan kebutuhan konsumen, memberikan kepuasan konsumen pada produk yang dipasarkan, orientasi pada keuntungan, dan memikirkan perkembangan usaha di masa yang akan datang. Strategi pemasaran yang tepat merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga tercipta produk yang tepat. Bauran pemasaran merupakan kegiatan yang menjadi inti dari sistem pemasaran perusahan (P4) yakni Product, Price, Promotion dan Place (Swastha dan Irawan, 2006). Bauran pemasaran yang terjadi di Kelompok Jaringan Usaha KSU Tandangsari masih sangat sederhana terutama dalam aspek harga dan promosi. Harga produk yogurt hanya ditetapkan berdasarkan perkiraan atau taksiran tidak memperhitungkan input secara rinci. Promosi yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut masih bersifat personal dan tidak melakukan promosi melalui media sosial. Permasalahan yang terjadi di Kelompok Harja Rahayu dan Rengganis tersebut pada dasarnya disebabkan oleh pengetahuan tiap anggota terbatas dalam hal bauran pemasaran sehingga perlu peningkatan pengetahuan atau keterampilan anggota kelompok sebagai bagian dari pengembangan kapasitasnya. Peningkatan pengetahuan atau keterampilan tiap anggota mengenai bauran pemasaran yogurt diharapkan dapat membantu meningkatkan pendapatan kelompok dan anggota. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui sejauh mana kapasitas anggota Kelompok Jaringan Usaha (wanita pedesaan) dalam memahami bauran pemasaran terhadap variabel product, price, promotion, dan place (P4) pada produk yogurt.
4 1.2. Identifikasi Masalah 1) Bagaimana bauran pemasaran (product, price, place dan promotion) yogurt di kelompok Harja Rahayu dan kelompok Rengganis. 2) Bagaimana pengetahuan dan keterampilan wanita pedesaan pada anggota kelompok Harja Rahayu dan kelompok Rengganis dalam bauran pemasaran (product, price, place dan promotion) yogurt. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1) Mengetahui bauran pemasaran yogurt (product, price, place dan promotion) pada kelompok Harja Rahayu dan kelompok Rengganis. 2) Mengetahui pengetahuan dan keterampilan wanita pedesaan pada anggota kelompok Harja Rahayu dan kelompok Rengganis dalam bauran pemasaran (product, price, place dan promotion) yogurt. 1.4. Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan penelitian ini secara teoritis mengenai peningkatan kapasitas individu khususnya pengetahuan dan keterampilan dalam bauran pemasaran apabila dipahami dan diterapkan dengan baik dalam usaha dapat meningkatkan produksi penjualan dan pengembangan usaha jangka panjang. 2) Kegunaan penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan terhadap bauran pemasaran. Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada wanita pedesaan sebagai anggota
5 Kelompok Jaringan Usaha untuk mengembangkan usahanya melalui peningkatan kapasitas dalam pemasaran produk yogurt. Bagi pelaku usaha maupun pihak yang akan mengembangkan produk yogurt dapat mengetahui aspek aspek pemasaran yang berperan dalam usaha yang mereka jalankan. Sehingga para pelaku lebih menyadari keadaan usaha dan diharapkan dapat lebih berfokus pada aspek aspek pemasaran yang sebaiknya dilakukan dalam mengembangan usaha serta meningkatkan kapasitas khususnya pengetahuan dan keterampilan untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan usahanya. 1.5. Kerangka Pemikiran Peran wanita secara keseluruhan dapat dikatakan mulia dan dijunjung tinggi, ini terlihat pada wanita pedesaan yang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Wanita memiliki dua peran yaitu peran domestik yang bertugas dalam mengurus rumah tangga dan peran publik yang bekerja untuk membantu perekonomian keluarga (Risnawati, 2016). Peran publik sebagai istri peternak dalam kegiatan peternakan sapi perah bukan hanya membantu tatalaksana pemeliharaan sapi perah akan tetapi melakukan pengolahan susu. Kaum wanita yang melakukan pengolahan susu membentuk sebuah kelompok. Wanita pedesaan di Kecamatan Tanjungsari dan Pamulihan membentuk kelompok pengolahan susu dan tergabung dalam kelompok jaringan usaha KSU Tandangsari. Kelompok jaringan usaha KSU Tandangsari diantaranya Kelompok Harja Rahayu dan Kelompok Rengganis. Kelompok jaringan usaha KSU Tandangsari melakukan pengelolaan pasca panen antara lain,
6 berupa produk olahan seperti yogurt. Peran wanita pedesaan dalam kelompok Harja Rahayu dan Rengganis sebagai anggota kelompok sejatinya bertugas mengolah dan memasarkan produk yogurt ke pasaran. Namun demikian anggota kelompok Harja Rahayu dan Rengganis perannya dalam kelompok masih belum jelas terlihat dari pembagian tugasnya karena setiap anggotanya melakukan semua kegiatan dari mulai pengolahan produk yogurt hingga pemasarannya. Hal tersebut kemungkinan disebabkan tingkat partisipasi anggota dalam kelompok masih pasif. Bauran Pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi. Bauran pemasaran merupakan alat bagi pemasar yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan rancangan produk untuk menarik minat konsumen yang ditetapkan berjalan dengan baik (Kotler dan Armstrong, 2001). Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang menjadi inti dari sistem pemasaran perusahaan (P4) yakni Product, Price, Promotion, dan Place (Swastha dan Irawan, 2006 dalam Mevita 2013). Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk digunakan atau dikonsumsi yang mungkin dapat memuaskan harapan dan kebutuhan. Produk terdiri dari keragaman produk, mutu, desain, ciri, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan dan imbalan (Kotler dan Armstrong, 2004). Kelompok Jaringan Usaha KSU Tandangsari membuat berbagai produk olahan susu seperti yogurt, kefir, kerupuk susu, permen susu, dan lain lain. Harga merupakan sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Harga dari suatu produk mencakup daftar harga, diskon, potongan harga
7 khusus, dan periode pembayaran (Kotler dan Armstrong, 2007). Penetapan harga pada produk olahan susu Kelompok Jaringan Usaha KSU Tandangsari belum memperhitungkan input secara rinci tetapi berdasarkan perkiraan/taksiran. Promosi merupakan arus informasi satu arah dan hanya dilakukan satu individu atau organisasi tertentu. Terdapat lima sarana promosi utama yaitu periklanan, promosi penjualan, penjualan personal, dan pemasaran langsung (Kotler dan Armstrong, 2004). Promosi produk olahan susu yang dilakukan oleh Kelompok Harja Rahayu dan Rengganis masih bersifat personal atau penjualan pribadi (personal selling). Beberapa anggota kelompok jaringan usaha mulai mencoba menjual produknya ke daerah luar dan mengikuti pameran hasil peternakan yang diselengarakan oleh dinas maupun koperasi. Tempat atau saluran distribusi untuk barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen ke konsumen. Lokasi terdiri dari saluran pemasaran, cakupan pasar, pengelompokkan, lokasi, persediaan dan transportasi. Pemilihan lokasi yang strategis dapat meningkatkan tingkat akseptabilitas konsumen terhadap produk tersebut (Swastha, 2004). Saluran pemasaran Kelompok Jaringan Usaha KSU Tandangsari masih tergolong sederhana karena pemasaran hanya dilakukan di lingkungan setempat atau koperasi. Persediaan produk pun masih terbatas karena hanya mengikuti sesuai pesanan. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan anggota dalam bauran pemasaran dapat mempengaruhi keberlangsungan usaha karena kurangnya kreatifitas dalam menciptakan suatu produk dan ketidakmampuan produk bersaing dengan produk lainnya di pasaran. Oleh karena itu, Kelompok Jaringan Usaha KSU Tandangsari perlu memperhatikan bauran pemasaran sehingga wanita
8 pedesaan atau istri peternak harus meningkatkan pengetahuan atau keterampilan sebagai bagian dari pengembangan kapasitas atau capacity building. Capacity building (pengembangan kapasitas) merupakan suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang, suatu organisasi atau sistem untuk mencapai tujuan tujuan yang telah ditetapkan. Capacity building dapat menumbuhkan keberdayaan masyarakat, yang dapat dilihat dari kemampuan masyarakat, organisasi yang menaunginya, tingkat kesejahteraan anggota masyarakat sehingga mendukung keberlanjutan usahanya (Brown dkk, 2001 dalam Karwono, 2008). Pengembangan kapasitas merupakan proses peningkatan terus menerus dari individu, organisasi atau institusi, tidak hanya terjadi satu kali (Milen, 2004). Pengembangan kapasitas merupakan upaya memperkuat kapasitas individu, kelompok atau organisasi melalui pengembangan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, potensi dan bakat (Ratnasari, dkk 2004). Penjelasan lain mengenai pengembangan kapasitas juga dikemukakan oleh (Philbin, 1996 dalam Arnold, 2016) mendefinisikan capacity building (pengembangan kapasitas) merupakan proses mengembangkan dan meningkatkan keterampilan, bakat, kemampuan sumber daya organisasi sebagai kebutuhan untuk bertahan, menyesuaikan diri, dan menumbuhkan organisasi di era perubahan yang cepat. Berbagai penjelasan di atas tentang pengembangan kapasitas atau capacity building menunjukkan bahwa pengembangan kapasitas merupakan proses peningkatan kemampuan, pengetahuan, keahlian dan keterampilan individu, organisasi atau institusi secara terus menerus untuk mewujudukan tujuan tujuan tertentu melalui pendidikan, pelatihan, teknologi maupun keilmuwan. Program pengembangan kapasitas didesain untuk memperkuat kemampuan dalam
9 mengevaluasi pilihan pilihan kebijakan mereka dan menjalankan keputusannya secara efektif. Peningkatan pengetahuan atau keterampilan sangat diperlukan oleh wanita pedesaan untuk mencapai keberhasilan usaha, dengan dibantu Kelompok Jaringan Usaha yang berada di bawah divisi Kredit Usaha Tani KSU Tandangsari dapat mengembangkan kemampuan, pemahaman, pengetahuan dan keterampilan dalam bauran pemasaran yogurt. Peningkatan pengetahuan atau keterampilan wanita pedesaan dapat dicapai melalui pendidikan, pelatihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun bantuan keuangan, hal ini mengacu pada proses pengembangan keterampilan dan pengetahuan baik secara individu maupun kolektif untuk melaksanakan fungsi dalam usahanya dan mencapai tujuan secara mandiri.
Berdasarkan pendekatan yang telah dipaparkan di atas maka kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Ilustrasi 1. 10 Peran Wanita Publik Ibu Rumah Tangga Meningkatkan perekonomian keluarga Kelompok Jaringan Usaha Pengolahan Yogurt Bauran Pemasaran Yogurt Place Promotion Price Produk Pengembangan Kapasitas Keterampilan Pengetahuan Ilustrasi 1. Kapasitas Wanita Pedesaan terhadap Bauran Pemasaran (Studi Kasus Anggota Kelompok Jaringan Usaha KSU Tandangsari, Kabupaten Sumedang)
11 1.6. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian berlangsung pada bulan Februari - Maret 2017. Lokasi penelitian di Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.