BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

Tidur dan Ritme Sirkadian

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga terbangun lebih

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

GAMBARAN KARAKTERISTIK LANSIA DENGAN GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA) DI RW 1 KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. Insomnia merupakan gangguan tidur yang terjadi pada jutaan orang di

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

PENGARUH RENDAM AIR HANGAT PADA KAKI TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

PENGARUH RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR USIA LANJUT DI DUSUN MANGIRAN TRIMURTI SRANDAKAN BANTUL

Gangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

Pengaruh Rendam Air Hangat Pada Kaki Dalam Meningkatan Kuantitas Tidur Lansia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Batasan lansia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. seperti sekarang ini, kualitas tidur yang baik jarang dimiliki oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lama semakin bertambah besar. Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

PENGARUH TERAPI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI DUSUN CAMBAHAN GAMPING KAB. SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho,2008). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun (Depkes) tahun 2013 batasan umur pada lansia meliputi masa lansia awal 46 55 tahun, masa lansia akhir 60 tahun atau lebih, dan masa manula 65 tahun keatas. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran yang kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang proporsional serta gangguan tidur (Williams & Wilkins, 2010). Gangguan tidur yang terjadi pada usia lanjut dapat di sebabkan oleh persoalan medik atau psikologis, misalnya akibat stres atau pengaruh gaya hidup seperti seringkali minum kopi, alkohol, atau merokok. Perubahan pola tidur pada usia lanjut disebabkan perubahan pada sistem saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur, kerusakan sensorik, umum dengan penuaan, dapat mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang mempertahankan irama sirkadian (Potter & Perry, 2011). Adanya proses penuaan membuat lansia lebih mudah mengalami gangguan tidur, selain mengakibatkan perubahan normal pada pola tidur dan istirahat lansia. Gejala penting dari gangguan tidur pada lansia adalah kualitas tidur yang buruk. Perubahan kualitas tidur tersebut mencakup 1

2 kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang (Simpson et all, 1996). Hasil data susenas tahun 2012, didapatkan bahwa prevelensi gangguan tidur pada lansia di Indonesia sekitar 41,05%. Di Jawa Timur 52,12% dari jumlah lansia juga dilaporkan mengalami gangguan tidur dimalam hari (Riskesdas, 2012). Setelah usia 65 tahun, 13% pria dan 36% wanita dilaporkan perlu waktu lebih dari 30 menit untuk bisa jatuh tertidur. Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structural population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18% (Depkes, 2012). Prevelensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% (Ernawati & Sudaryanto, 2009). Kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh sulit untuk memulai tidur, terbangun lebih awal dari jam 05.00 pagi. Selain itu terdapat 30% kelompok lanjut usia tujuh puluh tahun yang banyak terbangun diwaktu malam hari. Angka ini ternyata tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia dua puluh tahun (Bandiyah, 2009). Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia, akan tetapi kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Episode tidur Rapid Eye Movement (REM) cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur REM 3 dan 4, beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam. Seorang lansia yang terbangun lebih sering di malam hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tertidur, tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur REM dan keberlangsungan dalam siklus tidur mirip dengan dewasa muda (Potter & Perry, 2011).

3 Adapun gangguan masalah tidur yang sering dialami lansia berupa susah tidur pulas, sering terbangun dimalam hari dan sulit memulai tidur kembali, berkurangnya waktu tidur malam, semakin panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk tidur (sleep latency), perasaan tidur yang kurang, terbangun cepat dan tidur sekejap pada siang hari sering terjadi berulang dan tidak disadari. Jumlah waktu tidur normal pada kebutuhan tidur sewajarnya yaitu 8 jam/hari (Potter & Perry, 2011). Menurut Saputri, 2009 tidur yang baik tidak hanya dilihat dari jumlah jam tidur, tetapi juga dari kualitas tidurnya. Tidak sedikit orang yang mengeluh kurang puas dengan tidurnya misalnya sering terbangun saat tidur, tidak nyenyak sehingga tidak segar saat bangun tidur, padahal mereka tidur dalam waktu yang lama. Pada usia lanjut sering terjadi mengantuk di siang hari yang kemudian dapat mempengaruhi jadwal tidur-bangunnya di malam hari. Hal ini menandakan bahwa orang tersebut memiliki kualitas tidur yang buruk. Sebaliknya, seseorang yang memiliki kualitas tidur yang baik akan merasa puas dengan tidurnya dan merasa segar saat bangun dari tidur serta aktivitas siang harinya tidak akan terganggu walaupun jumlah jam tidur mereka tidak lama (Rohmawati, 2012). Kualitas tidur yang berkurang berhubungan dengan adanya insomnia, Rest Legs Syndrome (RLS) dan Obstructive Sleep Apnea (OSA). Faktor yang dapat mempengaruhi tidur seperti faktor fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Adanya perubahan pada aspek-aspek tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya waktu tidur (Colten & Altevoght, 2008). Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme tubuh dan fungsi kardiovaskuler. Pola tidur lanjut usia sangat berbeda dengan orang

4 dewasa maka perlu mendapatkan perhatian dan penanganan dengan cepat dan tepat (Khotimah, 2011). Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi dengan memberikan obat sedative hipnotik seperti golongan benzodizepine (ativan, valium dan diazepam) (Widya, 2010). Namun pada lansia terjadi perubahan farmakodinamik, farmakokinetik serta metabolisme obat dalam tubuh lansia yang menyebabkan penatalaksanaan dengan farmakologis sangat memberi risiko pada lansia. Penatalaksanaan secara non farmakologi adalah pilihan alternatif yang lebih aman, yakni dengan cara terapi stimulus kontrol, melakukan olahraga ringan, berlari-lari kecil, senam atau sekedar peregangan otot, terapi relaksasi berupa rendam kaki air hangat (Putra, 2011). Air dengan suhu 35 42 mempunyai manfaat bagi tubuh antara lain meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami cedera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan pembuangan zat sisa, mengurangi kongesti vena di dalam jaringan yang mengalami cedera, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, meningkatkan aliran darah, dan memberi rasa hangat local (Safiyirrahman, 2010). Rendam air hangat pada kaki merupakan teknik stimulasi tidur. Hal ini berdasarkan fisiologi bahwa pada daerah kaki terdapat saraf-saraf kulit yaitu flexusvenosus dari rangkaian saraf ini stimulasi diteruskan ke kornus posterior kemudian dilanjutkan ke medulla spinalis, ke radiks dorsalis, selanjutnya ke ventro basal talamus dan masuk ke batang otak yang tepatnya di daerah rafe bagian bawah pons dan medulla, disinilah terjadi efek sofarifik (ingin tidur) (Putra, 2011).

5 Penelitian ini sesuai dengan penelitian Khotimah (2011) menunjukan bahwa hasil analisis kuantitas tidur lansia yang dilakukan rendam air hangat pada kaki mengalami peningkatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa rendam air hangat pada kaki efektif digunakan untuk meningkatkan kuantitas tidur pada lansia yang mengalami gangguan tidur. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Syarif (2016) menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan dengan total sampel 15 orang menggunakan air hangat bersuhu 37 C-42 C selama 15-30 menit dalam 7 hari, didapatkan setelah melakukan terapi air hangat jumlah lansia mengalami kualitas tidur baik 12 orang dan 3 orang mengalami kualitas tidur buruk. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Puspita (2014) tentang pengaruh rendam kaki air hangat pada lansia, menyimpulkan bahwa kualitas tidur lansia yang diberikan tindakan rendam air hangat lebih berkualitas dengan kualitas tidur lansia yang tidak diberi intervensi rendam kaki air hangat. Penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh Utami (2015) tentang gangguan tidur pada lansia yang mengalami insomnia dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh rendam air hangat pada kaki terhadap insomnia pada lansia. Dari rangkaian keempat penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan dengan judul pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap kualitas tidur lansia. Perbedaannya terletak pada waktu rendam kaki dilakukan selama 10 menit, pada pukul 06.00 pagi dan 18.00 malam dimana dalam rentang waktu 12 jam diberikan waktu untuk responden untuk lebih relaksasi dan intervensi

6 yang dilakukan 2x sehari yaitu pada pagi hari dan malam hari, dan lama waktu penelitian yaitu selama 7 hari, dengan air bersuhu 39-42. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Usiawan Panti Surya Surabaya jumlah lansia yang berusia 60 tahun adalah 71 orang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka diperlukan terapi komplementer yang dilakukan dengan hati-hati untuk mengurangi dampak farmakologi dan menghindari komplikasi lain yang mungkin muncul oleh karena peneliti ingin melakukan penelitian pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap kualitas tidur lansia. 1.2 Rumusan Masalah tidur lansia? Adakah pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap kualitas 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk membuktikan pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap kualitas tidur lansia. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kualitas tidur lansia sebelum dilakukan rendam kaki air hangat. 2. Mengidentifikasi kualitas tidur lansia setelah dilakukan rendam kaki air hangat. 3. Menganalisis pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap kualitas tidur lansia.

7 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan terutama di bidang Gerontik mengenai pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap kualitas tidur lansia. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Responden Terapi rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai suatu alternatif pengobatan untuk mengatasi gangguan tidur pada lansia. 2. Bagi Institusi Pendidikan Menjadi tambahan sumber informasi teoritis mengenai pemberian terapi untuk mengatasi gangguan tidur pada lansia. 3. Bagi Peneliti Sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang gerontik yang dapat diaplikasikan dilingkungan masyarakat. 4. Bagi Masyarakat Menjadi bahan informasi pembelajaran bagi masyarakat dalam mengatasi gangguan tidur untuk lansia.