BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yaitu granulosit (neutrofil, eosinofil dan basofil) dan non granulosit

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

Gagal Ginjal Kronis. 1. Apa itu Gagal Ginjal Kronis?

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

penyakit yang merusak massa nefron ginjal.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

ABSTRAK PATOLOGI GAGAL GINJAL KRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

Gagal Ginjal Khronis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. atau hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius dan masalah ekonomi

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

GAGAL GINJAL Zakiah,S.Ked. Kepaniteraan Klinik Interna Program Studi Pendidikan Dokter FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan kegagalan fungsi ginjal

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

PATHWAY THALASEMIA. Mutasi DNA. Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang. Kelainan pada eritrosit. Pengikatan O 2 berkurang

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. GFR < 60 ml/menit/1,73 m 2 selama 3 bulan dengan atau tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. kronik atau disebut chronic kidney disease(ckd). Chronic kidney disease

BAB I PENDAHULUAN. menganggu mekanisme biologis dalam tub uh. Salah satu bentuk kerusakan ginjal

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Ginjal Kronik 1. Pengertian Penyakit ginjal kronis (chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006). Penyakit ginjal kronik (chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua ginjal ini ireversibel. Eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan vaskular akibat diabetes melitus, dan hipertensi yang berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan pembentukan jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif (Baradero, 2008). 2. Penyebab Penyakit Ginjal Kronik Penyebab utama end-stage renal disease (ESRD) adalah diabetes melitus (32%), hipertensi (28%) dan glomerulonefritis (45%). CRF berbeda dengan ARF. Pada CRF, kerusakan ginjal bersifat progresif dan ireversibel. Progresi CRF melewati empat tahap, yaitu penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal dan end-stage renal disease (Baradero, 2008). Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan memengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat (Nursalam, 2006). 7

8 3. Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik Komplikasi penyakit ginjal kronik menurut Mansjoer (2006) meliputi anemia dan osteodistrofi renal: a. Anemia Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada penyakit ginjal kronik terutama disebabkan oleh defisiensi eritropoitin. Hal-hal lain yang ikut berperan dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misal, perdarahan saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang oleh substansi uremik, proses inflamasi akut maupun kronik (Mansjoer, 2006). b. Oesteodistrofi Renal Yaitu pembentukan tulang yang abnormal karena keadaan akibat penyakit ginjal kronik ditandai dengan fungsi ginjal yang terganggu, kadar fosfor serum yang meningkat dan kadar kalsium serum yang turun atau normal serta dengan perangsangan fungsi paratiroid, menyebabkan variasi campuran penyakit tulang. Oesteodistrofi renal merupakan komplikasi penyakit gagal ginjal kronik yang sering terjadi (Mansjoer, 2006).. 4. Terapi Penyakit Ginjal Kronik a. Hemodialisis Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat (Nursalam, 2006). Metode akses sirkulasi dalam terapi hemodialisis menurut Nursalam (2006) adalah fistula arterivena (AVP), hubungan vaskular melalui vena langsung ke arteri, sebagai berikut:

9 1) Biasanya, arteri radial dan vena cephalika yang terletak pada lengan non dominan. Pembuluh darah pada lengan atas dapat digunakan. 2) Sesudah prosedur, sistem vena superfisial lengan dilatasi. 3) Dengan menggunakan dua jarum berlubang besar, masukkan ke dalam sistem vena dilatasi dan darah akan mengalir melalui dialiser. Ujung arteri digunakan sebagai aliran arteri dan ujung distal diinfuskan kembali ke darah dialisis. 4) Graf penghubung arterivena mengandung graf selang yang terbuat dari vena savenous autologus atau dari politetrafluoroethyline (PTFE). 5) Kanula tetap vena pusat (CVC) langsung dari vena (subklavikula, jagular, internal, atau femoral) b. Transplantasi Ginjal Transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal mengatasi gagal ginjal terminal. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari dua sumber yaitu donor hidup atau donor yang baru saja meninggal (donor kadaver). Akan lebih baik bila donor tersebut dari anggota keluarga yang hubungannya dekat, karena lebih besar kemungkinan cocok, sehingga diterima oleh tubuh pasien. Selain kemungkinan penolakan, pasien penerima gagal ginjal harus minum obat seumur hidup. Juga pasien operasi ginjal lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi, kemungkinan mengalami efek samping obat dan resiko lain yang berhubungan dengan operasi (Hadibroto, 2007).

10 5. Stadium Tabel 2.1 Batasan dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik Sumber : Rasidji (2008) Stadium GFR Fungsi (ml/menit/1,73m 2 ) Ginjal Keterangan Normal 90 90% Kerusakan minimal dengan GFR normal Stadium 1 60-89 60-89% Kerusakan ringan dengan penurunan GFR, belum mengganggu Stadium 2 30-59 30-59% Kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan Stadium 3 15-29 15-29% Kerusakan berat, membahayakan Stadium 4 15 15% Keruskan sangat berat, perlu dialisis 6. Penatalaksanan Baughman (2002) menyatakan bahwa tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mengembalikan fungsi ginjal dan mempertahankan homeostatis selama mungkin. Penatalaksanaan ginjal kronik meliputi : a. Intervensi diet diperlukan dengan pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk menyeimbangkan kehilangan cairan, masukan natrium dan pembatasan kalium b. Pastikan masukan kalori dan suplemen vitamin yang adekuat c. Batasi protein karena kerusakan klirens ginjal terhadap urea, kreatinin, asam urat, dan asam organik. Masukan protein yang diperbolehkan harus tinggi kandungan biologisnya: produk yang berasal dari susu, telur dan daging. d. Cairan yang diperbolehkan adalah 500-600 ml atau lebih dari haluaran urine 24 jam

11 e. Atasi gagal jantung kongestif dan edema pulmonal dengan pembatasan cairan, diet rendah natrium, diuretik, preparat inotropik (misalnya digitalis atau dobutamin) dan dialisis f. Atasi asidosis metabolik jika perlu dengan suplemen natrium bikarbonat atau dialisis g. Atasi hiperkalemia dengan dialisis, pantau pengobatan dengan kandungan kalium, berikan diet pembatasan kalium, berikan kayexelete sesuai kebutuhan h. Amati terhadap tanda dini abnormalitas neurologis (misalnya berkedut, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang) i. Lindungi terhadap cedera dengan memberikan bantalan pada pagar tempat tidur j. Catat awitan, tipe durasi, dan efek umum kejang pada pasien, segera beritahu dokter k. Berikan diazepam intravena (valium) atau fenitoin (dilantin) untuk mengontrol kejang l. Atasi anemia dengan rekombinan eritopoietin manusia: pantau hematokrit pasien dengan sering. Sesuai dengan pemberian heparin sesuai dengan keperluan untuk mencegah pembekuan aliran dialisis selama tindakan m. Pantau kadar besi serum dan transferin untuk mengkaji status keadaan besi (besi penting untuk memberikan respons yang adekuat terhadap eritropoetin) n. Pantau tekanan darah dan kadar kalium serum o. Rujuk pasien pada pusat dialisis dan transplantasi di awal perjalanan penyakit ginjal progresif p. Lakukan dialisis saat pasien tidak dapat mempertahankan gaya hidup yang diperlukan dengan pengobatan konservatif

12 B. Dukungan Perawat 1. Pengertian Dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa dirinya dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama (Taylor, 1997 dalam Ratna, 2010).. 2. Sumber Dukungan Ratna (2010) menyatakan bahwa sumber dukungan sebagai berikut : a. Suami atau istri, secara fungsional otomatis adalah orang yang paling dekat dan paling berkewajiban memberikan dukungan ketika salah satunya mengalami kesulitan b. Keluarga dan lingkungan, termasuk tenaga kesehatan/ perawatan ketika dia sedang mendapat perawatan baik di rumah sakit maupun komunitas. c. Teman sebaya, atau sekelompok adalah tempat anggota kelompok berinteraksi secara inten setiap saat. Solidaritas diantara mereka juga tumbuh dengan kuat 3. Bentuk Dukungan Menurut Taylor et.al (1997) dalam Ratna (2010) bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penilaian dan dukungan pernghargaan : a. Dukungan emosi Diekspresikan melalui kasih sayang, cinta atau empati yang bersifat memberikan dukungan. Kadang dengan hanya menunjukkan ekspresi saja sudah dapat memberikan rasa tentram. Pemberian dukungan melalui pemberian rasa nyaman, keyakinan, kepedulian dan kecintaan yang dapat mempermudah dalam mengatasi masalah.

13 b. Dukungan instrumental Barang-barang atau jasa yang diperlukan ketika sedang mengalami masa-masa stress. Pemberian dukungan melalui materi. Dukungan ini dapat membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi. Misalnya peminjaman uang ataupun barang c. Dukungan informasi Informasi sekecil apapun merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi pasien. Pemberian dukungan melalui pemberian informasi ataupun saran. Dukungan ini dapat membantu untuk mengenali dan memecahkan masalah lebih mudah. d. Dukungan penilaian Dukungan berupa saran dari teman, keluarga terhadap keputusan yang diambil sudah tepat/ sesuai atau belum. Dukungan ini dapat terbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan tertekan. e. Dukungan penghargaan Dukungan yang mengacu pada rasa memiliki. Hal ini biasanya melibatkan sebuah sistem kewajiban bersama timbal balik informasi, dukungan sosial emosional dan instrumental. Dalam hal ini keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan dan menengahi pemecahan misal diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian.

14 4. Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Dukungan Ratna (2010) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan sosial sebagai berikut : a. Pemberian dukungan sosial, lebih efektif dari orang-orang terdekat yang mempunyai arti dalam hidup individu. Orang terdekat antara lain orang tua bagi anak, istri untuk suami, teman dekat, saudara, tergantung tingkat kedekatan antara keduanya. b. Jenis dukungan sosial: akan memiliki arti bila dukungan itu bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang ada c. Penerima dukungan sosial, perlu diperhatikan juga karakteristik orang yang menerima bantuan, kepribadian dan peran sosial penerima dukungan. d. Jenis dukungan yang diberikan, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. e. Waktu pemberi dukungan, situasi yang tepat, hampir sama dengan jenis dukungan, pemberi dukungan harus mempelajari waktu yang tepat. f. Lamanya pemberian dukungan, tergantung dari masalah yang dihadapi, kadang bila kasusnya kronis, maka diperlukan kesabaran dari pemberi dukungan, karena membutuhkan waktu yang cukup lama, membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan masalah atau keluar dari masalah. 5. Pengaruh Dukungan Sosial dengan Kesehatan Menurut Ratna (2010) pengaruh dukungan sosial dengan kesehatan antara lain : a. Jaringan sosial terkecil adalah keluarga, sehingga dukungan dari keluarga adalah hal yang penting, bahkan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan, tetapi sebaliknya klien dengan keadaan keluarga yang kurang mendukung akan mempersulit proses penyembuhan

15 b. Pada dasarnya secara alami setiap manusia mempunyai kemampuan beradaptasi dan mengelola maupun menyelesaikan masalahnya c. Dukungan yang diberikan tidak membuat seseorang menjadi tergantung terhadap bantuan, tetapi harusnya menjadikan seseorang menjadi lebih cepat mandiri karena yain akan kemampuannya, dan mengerti akan keberadaannya d. Teman asosiasi kerja, tetangga, jaringan kerja komunitas (kelompok komunitas, pengajian), jaringan kerja profesioal, saudara, kelompok sosial tertentu, merupakan pemberi dukungan sesuai dengan kemampuannya. e. Semakin banyak teman, semakin sehat f. Silaturakhmi, memperpanjang umur 6. Dukungan Perawat Dukungan perawat merupakan ketersediaan sumber daya perawat yang memberikan pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang komprehensif, yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh perawat berkaitan dengan tindakan asuhan yang diberikan.

16 C. Kerangka Teori Pasien ginjal kronik dengan hemodialisa Masalah fisik dan psikologis Optimalisasi kualitas hidup dan memperpanjang usia produktif Perlu dukungan soial perawat dalam Menjalani hemodialisis : 1. Perhatian secara emosi 2. Bantuan instrumental 3. Pemberian informasi 4. Dukungan penilaian 5. Dukungan penghargaan Faktor yang mempengaruhi dukungan : 1. Orang yang terdekat 2. Jenis dukungan sosial 3. Jenis dukungan yang diberikan 4. Waktu pemberian dukungan 5. Lamanya pemberian dukungan Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Smelzer & Bare (2002) D. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah variabel bebas yaitu dukungan perawat pada pasien yang menjalani hemodialisis.