RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XI/2013 Tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas I. PEMOHON Ta in Komari, S.S. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Perteraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas terhadap UUD 1945 Peraturan Pemerintah Nomor 46, Nomor 47 dan Nomor 48 tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah: 1. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh undang-undang dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945. 3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan para Pemohon.
IV. KEDUDUKAN PEMOHON (LEGAL STANDING) Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang merasa hak-hak konstitusionalnya dirugikan atau berpotensi dirugikan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Perteraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI A. NORMA MATERIIL Pemohon tidak mencantumkan Pasal-Pasal yang diujikan B. NORMA UUD 1945 Norma yang dijadikan sebagai penguji, yaitu : Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan Pasal 18A ayat (2) UUD 1945 Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan Undang-Undang Pasal 18B ayat (1) UUD 1945 Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-Undang Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti Undang- Undang Pasal 22A UUD 1945 Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan Undang- Undang diatur dengan Undang-Undang Pasal 25A UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang-Undang
Pasal 28C ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memeperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia Pasal 28E UUD 1945 1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali 2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya 3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat Pasal 33 UUD 1945 1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan 2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara 3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat 4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam Undang-Undang Pasal 34 ayat (2) UUD 1945 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan VI. Alasan-alasan Pemohon UU a quo Bertentangan Dengan UUD : 1. UU Nomor 44 Tahun 2007 bertentangan dengan UU lainnya seperti UU Nomor 32 Tahun 2004, UU Nomor 25 Tahun 2007, UU Nomor 17 Tahun 2006, sementara PP Nomor 46, 47 dan 48 Tahun 2007 juga bertentangan dengan UU Nomor 53 Tahun 1999;
2. Kebijakan pemerintah dengan mengeluarkan PP Nomor 46, 47 dan 48 Tahun 2007 berdasarkan Perppu Nomor 1 Tahun 2007 telah melanggar asas hukum tentang eksistensi PP yang merupakan peraturan pelaksana dari UU bukan pelaksana dari Perppu; 3. Penetapan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Kota Batam akan mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kota Batam sebagai daerah otonom. VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas bertentangan dengan UUD 1945; 3. Menyatakan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Perteraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas bertentangan dengan UU lainnya dan UUD 1945 sehingga UU tersebut harus dibatalkan; 4. Menyatakan bahwa semua peraturan perundangan yang konsiderannya mengacu pada Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Perteraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, semuanya gugur dan batal demi hukum; 5. Memerintahkan kepada Pemerintah membatalkan PP Nomor 46, 47 dan 48 tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, mengingat konsideran aturan tersebut kepada Perppu Nomor 1 Tahun 2007, secara hukum batal demi hukum; 6. Memerintahkan kepada Pemerintah menyusun draft RUU tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di Batam, Bintan dan Karimun dengan memperhatikan aturan perundangan lain, dan dengan memperhatikan segala aspek ekonomi, industri, ketenagakerjaan, sosial, kemasyarakatan dan budaya. Yang semua
aspek tersebut disusun secara terperinci dan detail dalam pasal-perpasal UU Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun; 7. Memerintahkan kepada Pemerintah mencabut status Batam, Bintan dan Karimun sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dengan membatalkan PP Nomor 46, 47, dan 48 tentang Penetapan Batam, Bintan dan Karimun sebagai Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas, karena Perppu Nomor 1 Tahun 2007 tidak dapat dijadikan konsideran/landasan hukum PP tersebut (PP merupakan petunjuk pelaksana dari UU bukan Perppu); 8. Memerintahkan kepada Pemerintah Indonesia untuk membubarkan Badan Pengusahaan Kawasan Batam (BP Batam) karena bertentangan dengan UUD 1945 dan perundangan lainnya serta menimbulkan dualism kepemimpinan di Kota Batam. Jika kemudian pemerintah tetap ingin mengembangkan Kawasan Batam, Rempang Galang (BARELANG) dan pulau-pulau sekitarnya maka sebaiknya dibuat Pemerintahan Khusus setingkat Provinsi dengan spesifikasi dan kekhususan kewenangan yang diatur oleh UU. Boleh dikatakan perlu membentuk Provinsi Daerah Khusus Industri (DKI) Batam dengan wilayah Batam, Rempang, Galang, Belakang Padang dan pulau-pulau gugusannya.