`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

Post Power Syndrom. Siti Irene Astuti D

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan formal dan tidak bekerja lagi serta mengalami perubahan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB II LANDASAN TEORI. jasa berupa gaji dan kompensasi-kompensasi lainnya. telah diutarakan oleh para ahli, seperti Menurut Subri (2002), karyawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

\BAB I PENDAHULUAN. Bekerja tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seseorang, dengan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern, bekerja merupakan suatu tuntutan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisiologis ini. Jika satu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini sumber daya manusia adalah kunci sukses suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan menuju usia lanjut, sebuah perjalanan hidup yang memang tidak bisa

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB I PENDAHULUAN. Nining Sriningsih, 2014

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia kerja yang semakin lesu pada saat ini, tetap mampu membuat

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN A. STRES. yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ada pada perusahaan tersebut. Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Post power syndrome, Mantan Pemimpin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Bekerja merupakan salah satu kebutuhan manusia. Sebab, dengan bekerja

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

Menurut UU No. 13 Th.1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang dimaksud Lanjut Usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.

Transkripsi:

`BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan membutuhkan karyawan sebagai tenaga yang menjalankan setiap aktivitas yang ada dalam organisasi perusahaan. Karyawan merupakan aset terpenting yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap kesuksesan sebuah perusahaan. Tanpa mesin canggih, perusahaan dapat terus beroperasi secara manual, akan tetapi tanpa karyawan, perusahaan tidak akan dapat berjalan sama sekali. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan karyawan. kondisi inilah yang kerap menakutkan bagi karyawan saat ia memperjuangkan hak-haknya untuk mendapat penghidupan lebih layak. PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Bagi sebagian, PHK adalah akhir dari segala-galanya.phk berarti berakhirnya penghasilan yang selama ini diterima karyawan secara rutin. Sebab sebenarnya PHK juga adalah hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan.bagaimanapun juga perusahaan membutuhkan tenaga kerja untuk menjalankan perusahaannya. PHK bukan berarti kiamat, melainkan kesempatan untuk memulai karier dan kehidupan baru, tetap realistis, optimis dan kemauan bekerja keras, tak sulit merebut pasaran kerja kembali. Menurut Jean dan Paul (2001) PHK berarti menjadi bebas dan merdeka, bebas untuk melakukan apa yang ingin dilakukan, dapat menemukan pilihan-pilihan 1

2 yang ada pada masa lalu yang tidak dilakukan. Bebas untuk menentukan apakah harus bekerja pada perusahaan lain, untuk mandiri dan berwiraswasta, atau bahkan memilih untuk menikmati sisa hidup bagi yang sudah berumur dan menjadi ibu rumah tangga bagi wanita. Selama ini karyawan telah terikat oleh pekerjaan sehingga perlu memperhatikan the importance of inlearning yaitu membatasi diri untuk berpikir, membayangkan dan melakukan apa yang terjadi di luar lingkungan kerja. Pemutusan Hubungan Kerja yang lebih di kenal dengan istilah PHK merupakan pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha terhadap karyawannya yang terjadi karena berbagai sebab (Husni, 2010). Menjalani masa tidak bekerja lagi dengan rasa bahagia dan sejahtera adalah harapan karyawan yang menghadapi PHK, kondisi ini bisa tercapai apabila orang tersebut merasa sehat secara fisik, mental, dan sosial, merasa dibutuhkan, dicintai, dan merasa memiliki harga diri sehingga tetap dapat berpartisipasi dalam kehidupan walaupun telah memasuki masa tidak bekerja lagi. Tetapi pada kenyataannya ada banyak orang-orang yang menghadapi PHK mengalami gangguan psikologis.stress, depresi, tidak bahagia, merasa kehilangan harga diri dan kehormatan merupakan hal-hal yang sering dikeluhkan. Dalam istilah medis hal tersebut disebut dengan post power syndrome. PHK menurut Turner & Helms (Supardi, 2002) dapat menyebabkan terjadinya post power syndrome karena individu tidak menyadari bahwa dirinya akan menghadapi PHK sehingga menimbulkan masalah dalam proses penyesuaian dirinya yaitu suatu gejala yang terjadi dimana penderita tenggelam dan hidup di

3 dalam bayang-bayang kehebatan, kehilangan harga diri yang menyebabkan hilangnya perasaan atas pengakuan diri, hilangnya fungsi eksekutif yang yang memberikan kebanggaan diri, kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok tertentu, kehilangan orientasi kerja, kehilangan sumber penghasilan terkait dengan pekerjaan terdahulu, keberhasilan masa lalunya sehingga cenderung sulit menerima keadaan yang terjadi sekarang, dengan menunjukkan beberapa sikap yang dapat menghambat hubungannya dengan orang-orang di lingkungan sosial seperti, marah-marah, agresif dalam bentuk katakata dan tindakan serta emosi yang meledak-ledak. Post Power Syndrome menurut Turner & Helms (Supardi, 2002) banyak menyerang orang yang terkena PHK dengan kondisi mindset individu yang mengatasnamakan pekerjaannya sebagai sesuatu yang sangat membanggakan pada dirinya sehingga mereka belum siap menerima keadaan tersebut dan menganggap bahwa PHK sebagai suatu tekanan dalam kehidupannya yang dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pula. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya Post Power Syndrome. Menurut Turner & Helms (Supardi, 2002) PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Dampak dari PHK juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab seseorang tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah tidak dipakai lagi, padahal menurut dirinya masih bisa memberi konstribusi yang signifikan kepada perusahaan, Post Power Syndrome akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain.

4 Supeno (1991) mengatakan bahwa post power syndrome adalah suatu keadaan jiwa yang ditandai adanya gangguan baik pada sikap maupun perilaku seseorang yang disebabkan oleh tekanan psiko-sosial sebagai akibat dari kehilangan pekerjaan. Munandar (1991) mengatakan bahwa post power syndrome adalah suatu keadaan yang ditandai dengan munculnya sekelompok ciri atau perilaku yang merupakan ungkapan dari kekuasaan saat bekerja. Dari berbagai pendapat yang telah disebutkan diatas maka post power syndrome dapat diartikan sebagai suatu bentuk keadaan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan pada sikap, perilaku, dan emosi dari orang yang mengalaminya yang disebabkan karena orang tersebut telah kehilangan pekerjaan. Fenomena yang terjadi perusahaan melakukan PHK untuk upaya efesiensi, perusahaan melakukam PHK terhadap karyawan yang masih mampu berkontribusi karena berbagai alasan, terutama karena karyawan tersebut telah melakukan kesalahan dan melanggar peraturan, namun ada juga karyawan yang memang hampir memasuki masa selesai bekerja (pensiun). Emosi karyawan di PTPN III dominan sensitif terhadap perilaku orang-orang sekeliling karena tingkat stress dan tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya, mereka lebih memilih fokus terhadap pekerjaan dibandingkan memperdulikan orang lain, mereka lebih senang menyendiri ketimbang berbaur karena tidak jarang disaat mereka berbaur banyak hal yang membuat mereka jadi tegang dan terpancing emosi terutama jika orang sekelilingnya bertanya masalah yang mereka hadapi.

5 Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan dari karyawan yang menghadapi PHK terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil yang biasanya bersifat negatif. Mereka kecewa terhadap tanggapan dunia luar, karena yang bersangkutan tidak lagi dihormati dan di puja-puji seperti ketika masih bekerja maupun saat memiliki kelebihan-kelebihan lainnya, serta munculnya kekhawatiran dengan persepsi yang menganggap diri semakin tua, merasa tidak dihargai, dan tidak memiliki pekerjaannya lagi. Pada intinya orang yang mengalami gejala psikologis seperti ini tidak bisa menerima kenyataan bahwa pekerjaan yang pernah ia pegang digantikan oleh orang lain. Hal yang terjadi pada karyawan PTPN III yang akan menghadapi PHK diantaranya ada yang mampu menangani perasaannya dengan baik, namun ada juga karyawan yang merasa takut kehilangan pekerjaan dan merasa dirinya kurang dihargai sehingga dapat menimbulkan terjadinya post power sindrom pada karyawandengan mengalami gejala-gejala frustasi seperti meremehkan pekerjaan, dan meremehkan keahlian orang lain. Selanjutnya banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosi cakap, yang mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu membaca dan memahami perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu hubungan kerja, ataupun ketika akan memasuki masa berhenti dari bekerja (Goleman, 2000). Disamping itu kecerdasan emosi seseorang sangat berpengaruh untuk melewati fase Post Power Syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini

6 dibanding dengan seseorang yang memiliki konflik emosi. Maka dari itu, peneliti perlu untuk mengetahui bagaimana tingkat kecerdasan emosi karyawan dan hubungannya dengan terjadinya post power sindrom pada karyawan yang menghadapi PHK. Mengkaji lebih jauh permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut di atas, dengan membuat suatu judul penelitian yaitu : Hubungan antara kecerdasan emosi dengan Post Power Syndrome pada karyawan yang menghadapi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di PTPN III Sei Batang Hari Medan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas sangat pentingnya kecerdasan emosi bagi para karyawan. Maka dalam penelitian ini di identifikasi permasalahan yang akan diteliti adalah post power syndrome dihubungkan dengan kecerdasan emosi karyawan PTPN III Sei Batang Hari Medan. C. Batasan Masalah Didalam penelitian ini dibatasi permasalahan yang akan diteliti mengenai kecerdasan emosi hubungannya dengan post power syndrome pada karyawan di PTPN III Sei Batang Hari Medan. D. Rumusan Masalah Rumusan dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan Post Power Syndrome pada karyawan yang menghadapi PHK di PTPN III Sei Batang Hari Medan?

7 E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empirik hubungan antara kecerdasan emosi dengan Post Power Syndrome pada karyawan yang menghadapi PHK di PTPN III Sei Batang Hari Medan. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan terutama psikologi industri dan organisasi dalam hal mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan Post Power Syndrome. 2. Manfaat Praktis Bagi karyawan yang menghadapi PHK di PTPN III Sei Batang Hari Medan diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi tentang hubungan kecerdasan emosi dengan Post Power Syndromeserta informasi dalam menanggulangi Post Power Syndrome sehingga bisa diupayakan untuk menekan gejala Post Power Syndrome tersebut dengan memperhatikan tingkat kecerdasan emosi atau mengembangkan kecerdasan emosi.