BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. bagus guna meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. ASI adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

B. MANFAAT ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

MANFAAT ASI BAGI BAYI

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009).

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM. Mimatun Nasihah* Dina Mahaijiran** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian, yaitu : anatomi payudara, ASI, laktasi dan keefektifan proses menyusui.

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

1

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

The 4 th Univesity Research Coloquium 2016 PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERLANCAR ASI PADA IBU PASCA PERSALINAN DI KABUPATEN KUDUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana

BREAST CARE (PERAWATAN PAYUDARA) BAB I PENDAHULUAN

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN. A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Menyusui

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan

WIDYA NUR ANGGRAINI P.13057

BAB 1 PENDAHULUAN. Menyusui, artinya memberikan makanan kepada bayi yang langsung dari

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui atau dalam bahasa asing disebut breasting adalah pemberian air

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Universitas Indonesia

PERBEDAAN PRODUKSI ASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN KOMBINASI METODE MASSASE DEPAN (BREAST CARE)

EFEKTIFITAS PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENGELUARAN ASI DI RSIA ANNISA TAHUN 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vitamin dan mineral yang merupakan zat-zat yang dibutuhkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PENGLUARAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJA BASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

LEMBAR PENDELEGASIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Pengertian 1. Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir karena memiliki begitu banyak zat penting yang bagus guna meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. ASI adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan tambahan utama bagi bayi (Anggraini, 2010) ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindungi bayi dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007) ASI memberi langkah awal terbaik bagi anak dalam hidupnya. Diperkirakan lebih dari satu juta anak meninggal tiap tahun akibat diare, penyakit saluran napas dan infeksi lainnya karena mereka tidak diberikan ASI yang cukup. Ada lebih banyak lagi anak yang menderita penyakit

yang tidak perlu diderita jika mereka diberikan ASI. Dengan memberikan ASI juga membantu melindungi kesehatan ibu postpartum (Perinasia, 2007). Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2012) Ibu postpartum seringkali mengalami kesulitan dalam pengeluaran ASI karena lebih banyak ibu yang masih terpengaruh oleh mitos sehingga ibu tidak yakin bisa memberikan ASI pada bayinya. Perasaan ibu yang tidak yakin bisa memberikan ASI pada bayinya akan menyebabkan penurunan hormone oksitosin sehingga ASI tidak dapat keluar segera setelah melahirkan dan akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan susu formula. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk merangsang hormone prolaktin dan oksitosin pada ibu setelah melahirkan adalah dengan melakukan pijat oksitosin (Suryani, 2013) Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mempercepat serta memperlancar produksi dan pengeluaran ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima - keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indriyani, 2006; Yohmi & Roesli, 2009).

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflex let down. Selain untuk merangsang reflex let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007; King, 2005) Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pijat oksitosin merupakan tindakan yang dapat dilakukan pada ibu postpartum untuk meningkatkan produksi ASI sehingga proses menyusui dapat terpenuhi. 2. Proses Laktasi Menyusui tergantung pada gabungan kerja hormone, reflek dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor berikut ini. a. Laktogenesis Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveolar mamalia oleh laktogen plasenta, suatu substansi yang menyerupai prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara. b. Produksi susu Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan (1) jumlah produksi hormone prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan (2)

pengeluaran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu. c. Ejeksi susu Pergerakan susu dan alveoli (dimana susu disekresi oleh suatu proses ekstrusi dari sel) kemulut bayi merupakan proses yang aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada reflex let-down atau reflex ejeksi susu. Reflex let-down secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk menyekresi oksitosin.di bawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus kedalam mulut bayi. d. Kolostrum Kolostrum kuning kental secara unik sesuai untuk kebutuhan bayi baru lahir, kolostrum mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk mempermudah perjalanan mekonium. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi ASI antara hari ketiga dan kelima masa nifas. e. Susu Ibu Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang

keluar pada bagian akhir menyusui. Menjelang akhir pemberian makan, susu sisa ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih tinggi pada akhir pemberian makan memberikan bayi rasa puas. Pemberian makan yang cukup lama, untuk setidaknya membuat satu payudara menjadi lebih lunak, memberi cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan jarak antar menyusui, dan mengurangi pembentukkan gas dan kerewelan bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi ini akan dicerna lebih lama(woolridge, Fisher, 1988 dalam Bobak, 2004). 3. Fisiologi Laktasi Dalam buku yang ditulis Maritalia (2012) mengemukakan bahwa Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (Oksitosin). a. Produksi ASI atau prolaktin Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari ke dua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan hisapan bayi. Akhir kehamilan hormone prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang masih tinggi. Pasca

persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang putting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensori yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemacu sekresi prolaktin. Factor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada hisapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (Neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferous masuk kedalam mulut bayi.

Factor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Factor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti : keadaan bingung atau pikiran kacau, takut dan cemas. Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu refleks menangkap (rootin refleks), refleks menghisap (sucking refleks), refleks menelan (swallowing refleks) 1. Refleks Menangkap (Rootin Refleks) Refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya dan bayi akan menoleh kea rah sentuhan. Bila bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae atau jari, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap putting susu. 2. Refleks Menghisap (Sucking Refleks) Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh putting. Agar putting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada dibawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar. 3. Refleks Menelan (Swallowing Refleks) Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

b. Pengeluaran ASI (oksitosin) Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior sehingga mensekresi hormone oksitosin. Hal ini menyebabkan selsel mioepitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh hisapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. 4. Manfaat ASI Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat untuk bayi saja tetapi juga untuk ibu, keluarga dan Negara (Ambarwati, 2010) 1) Manfaat pemberian ASI bagi bayi a. Kesehatan Kandungan antibody yang terdapat dalam ASI tetap ampuh di segala zaman. Karenanya bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI. Manfaat ASI untuk kesehatan lainnya adalah bayi terhindar dari alergi, mengurangi kejadian karies dentist dan kejadian malokulasi yang disebabkan oleh pemberian susu formula. b. Kecerdasan Dalam ASI terkandung docosahexaenoic acid (DHA) terbaik, selain laktosa yang berfungsi untuk mielinisasi otak yaitu proses pematangan otak agar dapat berfungsi optimal. Selain itu pada saat dilakukan pemberian ASI

terjadi proses stimulasi yang merangsang terjalinnya jaringan saraf dengan lebih banyak. c. Emosi Saat menyusui, bayi berada dalam dekapan ibu. Ini akan merangsang terbentuknya EI (Emotional Intelegence). Selain itu ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi. 2) Manfaat pemberian ASI untuk ibu a. Aspek kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan merangsang pembentukan oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah daripada ibu ynag tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang memberikan ASI secara eksklusif. b. Aspek kontrasepsi Isapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterisor hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.

c. Aspek penurunan berat badan Ibu yang menyusui secara eksklusif tenyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapakan sebagai sumber tenaga dalam produksi ASI. Pada saat menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan segera kamebali seperti sebelum hamil. d. Aspek psikologis Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh sesama manusia. 3) Manfaat pemberian ASI untuk keluarga a. Aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli sehingga uang yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebh jarang sakit sehingga mengurang biaya berobat. b. Aspek psikologi Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c. Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu menyiapkan air, botol, susu formula dan sebagainya. 4) Manfaat pemberian ASI untuk Negara a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Adanya faktor protektif dan nutrien dalam ASI menjamin status gizi bayi baik sehingga kesakitan dan kematian anak menurun. b. Menghemat devisa negara ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 miliar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula. c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang sakit dibanding anak yang mendapat susu formula. d. Peningkatan kualitas penerus bangsa Anak yang mendapat ASI akan bertumbuh dan berkembang optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

5) Manfaat lain ASI Beberapa manfaat lain ASI menurut (Depkes RI, 2002; Ambarwati, 2010) antara lain : a. Perlindungan terhadap penyakit Bayi yang diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan penyakit system pernapasan dan pencernaan. Hal itu disebabkan zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan lansung melawan serangan penyakit. ASI juga memberikan perlindungan terhadap penyakit adalah penyediaan lingkungan yang ramah bagi bakteri menguntungkan yang disebut flora normal. Keberadaan bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus, dan parasit yang berbahaya. Penelitian lain membuktikan adanya unsure-unsur di dalam ASI yang dapat membentuk system kekebalan melawan penyakit menular dan membantunya agar bekerja dengan benar. b. ASI bagi bayi premature ASI yang memiliki bayi premature mengandung lebih banyak zat lemak, protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi. Bahkan telah dibuktikan bahwa fungsi mata bayi berkembang lebih baik pada bayi-bayi premature yang diberi ASI dan mereka memperlihatkan kecakapan yang lebih baik dalam tes kecerdasan. Selain itu, mereka juga mempunyai banyak sekali kelebihan lainnya.

c. Mengurangi resiko penyakit jantung Para ilmuwan Universitas Bristol mengungkap bahwa di antara manfaat ASI jangka panjang yaitu dampak baiknya terhadap tekanan darah, yang dapat mengurangi tingkat bahaya serangan jantung. Kelompok peneliti tersebut menyimpulkan bahwa perlindungan yang diberikan ASI disebabkan oleh kandungan zat gizinya. Menurut hasil penelitian itu, yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran Circulation, bayi yang di beri ASI berkemungkinan lebih kecil mengidap penyakit jantung. Telah diungkapkan bahwa keberadaan asam-asam lemak tak jenuh berantai panjang (yang mencegah pengerasan pembuluh arteri), serta fakta bahwa bayi yang di beri ASI menelan sedikit natrium (yang berkaitan erat dengan tekanan dara) yang tidak akan mengalami penambahan berat badan berlebihan, merupakan beberapa di antara manfaat ASI bagi jantung. d. Mengurangi resiko diabetes Keberadaan hormone lain yang disebut leptin di dalam ASI yang memiliki peran utama dalam metabolisme lemak. Leptin dipercayai sebagai molekul penyampai pesan kepada otak bahwa terdapat lemak pada tubuh. Jadi, menurut pernyataan Dr. Martin, hormone-hormon yang didapatkan semasa bayi mengkonsumsi ASI dapat mengurangi resiko penyakit seperti kelebihan berat badan, diabetes jenis dua dan kekebalan terhadap insulin.

e. Mengurangi resiko kanker Berdasarkan hasil seluruh penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa ASI, yang dibahas dalam ratusan tulisan yang telah terbit, melindungi bayi terhadap kanker. Hal ini telah diketahui, walaupun secara fakta mekanismenya belum sepenuhnya dipahami. Ketika sebuah protein ASI membunuh sel-sel tumor yang telah ditumbuhkan di dalam laboratorium tanpa merusak sel yang sehat mana pun, para peneliti menyatakan bahwa sebuah potensi besar telah muncul. Catharina Svanborg, Profesor imunologi klinis di Universitas Lund, Swedia, memimpin kelompok penelitian yang menemukan rahasia mengagumkan ASI ini f. Membantu perkembangan Otak ASI peranan sangat penting dalam perkembangan otak karena gula dan lemak yang dikandungnya, penelitian membandingkan terhadap bayi yang di beri ASI dengan bayi yang di beri susu formula yang dilakukan oleh James W. Anderson, yang membuktikan bahwa IQ bayi yang diberi ASI lebih tinggi 5 angka dari pada bayi yang diberi susu formula. Berdasarkan hasil penelitian ini ditetapkan bahwa ASI yang diberikan hingga enam bukan bermanfaat bagi kecerdasan bayi, dan anak yang disusui kurang dari delapan minggu tidak memberikan manfaat pada IQ.

g. Membantu pertumbuhan tulang Unsure-unsur seperti kalsium yang ada di dalam ASI berperan besar dalam perkembangan tulang-tulang bayi 5. Komposisi ASI Kandungan yang ada dalam ASI diantaranya : a. Protein Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang mudah larut yang sesuai untuk ginjal bayi yang belum matang. b. Lemak Seperti halnya substansi protein dalam ASI dapat membantu absorsi lemak. Fungsi kolesterol dengan kadar tinggi dalam ASI tidak sepenuhnya dipahami tetapi di perkirakan bahwa kadar awal ini dapat mempengaruhi tubuh dalam menangani suatu substansi di kemudian hari. c. Karbohidrat Laktosa Perkembangan sistem saraf pusat merupakan bagian dari fungsi laktosa dalam ASI; laktosa juga memberi sekitar 40% kebutuhan energi bayi. Asupan laktosa yang berlebihan kadang-kadang dicurigai terjadi pada bayi yang mendapat ASI, yang bersifat mudah marah, gelisah dan konsistensi feces encer.

d. Vitamin ASI memberi vitamin yang cukup bagi bayi, walaupun kadarnya bervariasi sesuai dengan alat maternal. Penting bagi bayi untuk mendapatkan kolustrum dan kemudian susu awal untuk memastikan bahwa vitamin yang larut diperoleh bayi pemancaran sinar matahari selama 30 menit setiap minggu ke kepala dan tangan menghasilkan vitamin D yang cukup. e. Mineral Zat besi di dalam ASI berikatan dengan protein yang tidak terkait jika terdapat kadar seng dan tembaga. Penting bagi bidan untuk memperhatikan manfaat ASI dalam diet dan istilah anti infeksi (Christine Henderson, 2006) 6. Factor yang mempengaruhi produksi ASI Dalam buku yang ditulis (Maritalia, 2012) jumlah produksi ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: a. Makanan Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta

mineral, yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas per hari. b. Ketenangan jiwa dan pikiran Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang. c. Penggunaan alat kontrasepsi Penggunaan alat kontrasepsi khususnya yang mengandung estrogen dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap produksi ASI. d. Perawatan payudara Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara yang baik, maka puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi. e. Faktor aktivitas/istirahat Kondisi kelelahan akibat aktivitas serta kondisi kurang istirahat akan memberikan efek kelemahan pada sistem yang terkait dalam proses

laktasi dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang. f. Faktor isapan anak Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelanjar susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna, frekuensi menyusui yang jarang serta puting susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun dan produksi ASI terganggu. g. Berat lahir bayi dan usia kehamilan saat persalinan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 36 minggu), dan dengan berat badan yang kurang, sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur atau yang lahir dengan berat badan normal (> 2.500 gr). Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ. h. Konsumsi rokok dan alkohol Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menggangu hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan

menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Meskipun minuman alcohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin. 7. Upaya Memperbanyak ASI 1) Untuk bayi a. Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam dengan lama menyusui antara 10-15 menit di setiap payudara b. Bangunkan bayi, lepas baju yang menyebabkan rasa gerah c. Pastikan bayi menyusui dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif. d. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali menyusui. 2) Untuk ibu a. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum b. Makan makanan yang bergizi c. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan d. Susukan bayinya sesering mungkin

8. Tanda Bayi Cukup ASI a. Bayi kencing setidaknya 6-8 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda (soetjiningsih, 2005) b. Bayi menyusu 8-12 kali dan bayi akan tidur tenang atau nyenyak 2-3 jam setelah menyusu. c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur cukup. d. Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, anak cukup aktif. 9. Masalah dalam Pemberian ASI Dalam buku yang ditulis Anggraini (2010) mengemukakan bahwa masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui di antaranya: 1) Putting susu lecet Penyebabnya : a. Kesalahan dalam teknik menyusui b. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim dan bahan yang berbahaya lainnya yang digunakan untuk mencuci putting susu ibu. c. Mungkin saja terjadi pada bayi yang frenulum lingue (tali lidah yang pendek), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sehingga hisapannya hanya pada putting susu. d. Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui dengan kurang hati-hati.

2) Payudara bengkak Penyebabnya : Pembengkakan ini terjadi karena ASI tidak disusui secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Pembengkakan bias terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Pembengkakan payudara ini dapat dicegah dengan: a. Apabila memungkinkan, susui bayi segera setelah lahir b. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi c. Melakukan perawatan payudara 3) Saluran susu tersumbat (obstruvtive duct) Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus laktiferus, dengan penyebabnya adalah: a. Tekanan jari ibu pada waktu menyusui b. Pemakaian BH yang terlalu ketat c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan. 4) Mastitis Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh: a. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat b. Putting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara bengkak c. Bra yang terlalu ketat

d. Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemi akan mudah terinfeksi 5) Abses Payudara Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak merah mengkilap dan terdapat nanah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya. 10. Pijat Oksitosin Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipotesa yang terdapat didasar otak. Sama halnya dengan hormon prolaktin, hormon oksitosin diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara di rangsang oleh hisapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot payudara mengerut dan disebut hormon oksitosin. Mekanisme ini disebut refleks pengeluaran ASI (let down reflex). Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveolli) ke gudang susu (ductus latiferous). Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan refleks prolaktin saja, akan tetapi harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung

dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI (Masdinarsah, 2011; Roesli, 2007) Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat Oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009). Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyaningsih (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI. Pijat oksitosin bisa dibantu oleh ayah atau nenek bayi. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007). Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata kemudian mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin yang menyebabkan payudara mengeluarkan ASI. Dengan pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan merelaksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosin keluar dan akan membantu

pengeluaran ASI, dibantu dengan isapan bayi pada putting susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Guyton, 2007), Kolostrum yang menetes atau keluar merupakan tanda aktifya refleks oksitosin ( Perinasia, 2007 ) Gambar 1.1 Pijat Oksitosin (Suherni, Hesty & Anita, 2009) a. Tahap Persiapan: 1. Persiapan ibu a) Bangkitkan rasa percaya diri ibu b) Bantu ibu agar dalam kondisi nyaman dan rileks 2. Persiapan alat a) Kursi atau tempat duduk dan tempat bersandar b) Minyak kelapa atau baby oil c) 1 buah handuk d) 1 buah waslap

3. Persiapan Perawat a) Menyiapkan alat dan mendekatkan alat ke pasien b) Mencuci tangan 4. Persiapan lingkungan a) Menutup gorden atau pintu b) Pastikan privasi pasien terjaga b. Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes RI,2007) : 1. Melepaskan baju ibu bagian atas 2. Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal atau bisa juga dengan posisi duduk 3. Memasang handuk 4. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak kelapa atau baby oil 5. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan 6. Menekan dengan kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya 7. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah, dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit 8. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali 9. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.

B. Pengkajian Fokus 1. Status maternal Meliputi usia dan maturitas, riwayat kedekatan sebelumnya, payudara (Pengkajian daerah areola, kaji adanya nyeri tekan, kaji adanya abses, pembengkakan atau ASI terhenti, kaji pengeluaran ASI), tingkat kenyamanan atau nyeri (Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi antara hari ke-3 sampai hari ke -5 post partum) 2. Status psikososial ibu Meliputi tingkat pemahaman, citra tubuh dan persepsi, stressor seperti keluarga dan karier, pandangan sosiokultural tentang menyusui, dukungan emosional dari orang lain 3. Status neonatal Meliputi kepuasan dan kesenangan, laju pertumbuhan, hubungan usia dengan berat badan, status neurologic, status pernafasan, reflex mengisap, adanya factor-faktor yang menghambat pengisapan yang benar ( celah bibir, celah palatum), pemberian makan sebelumnya (Taylor, Cynthia M, 2010). C. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya informasi ( Nanda, 2012). 2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan (Doengoes, 2001) 3. Resiko tinggi infeksi terhadap trauma jaringan berhubungan dengan adanya prosedur invasive (Doengoes, 2001)

D. Rencana Keperawatan 1. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan menyusui atau pemberian ASI menjadi efektif Kriteria hasil : a. Tidak terjadi pembengkakan payudara b. ASI keluar c. Ibu mau memberikan ASI Eksklusif d. Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri saat ditekan e. Bayi mau menetek f. Ibu memahami cara memberikan ASI, proses menyusui berjalan lancar g. Bayi mencapai keadaan nutrisi yang cukup ditunjukkan dengan penurunan berat badan awal dibawah batas normal, tumbuh kembang dalam batas normal,atau batas yang diharapkan, bayi tidak rewel Fokus Intervensi dan rasional: 1) Kaji pengetahuan pasien tentang menyusui sebelumnya. Rasional : Untuk mengidentifikasi pengalaman klien tentang menyusui 2) Beri informasi mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,dan faktor-faktor yang memudahkan atau menggangu keberhasilan menyusui.

Rasional : Membantu menangani permasalahan klien tentang menyusui sehingga dapat meningkatkan pengetahuan klien. 3) Ajarkan teknik untuk mendapatkan reflek let-down : 4) Shower air hangat 5) Massage (Pijat Oksitosin) 6) Pengisapan bayi, mendekatkan dengan payudara Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan pengeluaran air susu. 7) Demostrasikan tentang teknik-teknik menyusui. Rasional : Agar klien mengerti dan memahami serta mampu melaksanakan tindakan yangdirencanakan 8) Anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan seseringmungkin Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan mengurangiresiko terjadinya pembengkakan pada payudara. 9) Anjurkan pada klien untuk tidak menggunakan bra yang terlalu kencang. Rasional : Dengan pelindung puting dapat menyebabkan tekanan sehingga menggangu proses laktasi.

2. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan terpenuhi. Kriteria Hasil : a. Menunjukkan tekanan darah dan nadi dalam batas normal b. Turgor kulit baik c. Membran mukosa lembab d. Klien tidak lemah Fokus Intervensi dan rasional 1) Monitor tanda-tanda infeksi Rasional : hipotensi dan takikardi dapat menunjukkan hipovolemik 2) Kaji frekuensi dan jumlah berkemih Rasional : fungsi ginjal adalah indicator volume sirkulasi darah 3) Perhatikan kondisi kulit, bibir dan membrane mukosa Rasional : membrane mukosa atau bibir kering dan turgor kulit buruk menandakan ketidakadekuatan masukan cairan dalam hubungannya dengan kebutuhan cairan 4) Kaji karakteristik dan jumlah lochea 5) Kolaborasi dalam pemeriksaan hemoglobin, atau hematokrit Rasional : memberikan perbandingan untuk mengkaji kehilangan darah.

3. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Kriteria Hasil : a. Menunjukkan luka yang bebas dari infeksi, tidak panas, dan aliran lochea yang normal. Fokus Intervensi 1) Kaji dan catat faktor-faktor yang dapat mengganggu penyembuhan atau yang dapat memundurkan pertumbuhan epitel jaringan, serta perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina agar resiko infeksi berkurang. 2) Pantau suhu dan nadi secara rutin dan sesuaikan indikasi (catat tandatanda menggigil,, dan anoreksia). 3) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus (perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrim). 4) Catat jumlah dan bau rabas lochea atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa. 5) Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema. 6) Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sistitis. Misal peningkatan frekuensi, dorongan. Catat warna dan tampilan urine, hematuria yang terlihat, dan adanya nyeri suprapubis.

7) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh atau mengganti pembalut pada area jalan lahir.