PENUTUP. penelitian lapangan, serta pembahasan dan analisis yang telah penulis lakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penulis yang telah dilakukan maka dapat

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2005, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh seseorang

DAFTAR PUSTAKA. Adji, Indriyanto Seno. Korupsi dan Hukum Pidana. Jakarta : Kantor Pengacara & Konsultasi Hukum Prof. Oemar Seno Adji, SH&Rekan, 2001.

DAFTAR PUSTAKA. Admasasmita Romli, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer. Jakarta: Kencana

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Achmad, Menguak Realitas Hukum: Rampai Kolom Dan Artikel Pilihan Dalam Bidang Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008).

BAB III PENUTUP. korupsi dan kekuasaan kehakiman maka penulis menarik kesimpulan. mengenai upaya pengembalian kerugian negara yang diakibatkan korupsi

I. PENDAHULUAN. Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik itu pidana

BAB III PENUTUP. maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI S I L A B U S

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam. Bidang Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat. disimpulkan sebagai berikut:

GARIS-GARIS BESAR PERKULIAHAN (GBPP)

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017. PENGELOLAAN BENDA SITAAN MENURUT PASAL 44 KUHAP 1 Oleh : Maria Prisilia Djapai 2

KEWENANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM PROSES PRA PENUNTUTAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA 1 Oleh : Richard Olongsongke 2

BAB III PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

AKIBAT HUKUM PERALIHAN TANGGUNG JAWAB PENYIDIK ATAS BENDA SITAAN 1 Oleh : Noldi Panauhe 2

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan (machtsstaat). Hal ini mengandung konsekuensi logis agar setiap

BAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan

PENJATUHAN PIDANA PENJARA BAGI TERDAKWA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PERANAN HAKIM PENGAWAS DAN PEGAMAT TERHADAP PELAKSANAAN PUTUSAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II.B KOTA PADANGSIDIMPUAN. Oleh: Marwan Busyro 1

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016. PERAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM TINDAK PIDANA UMUM MENURUT KUHAP 1 Oleh : Dedi Hartono Latif 2

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat di simpulkan :

BAB III PENUTUP. menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari: berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

BAB III PENUTUP. serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan hakim adalah

Negeri Wonosari dalam pelaksanaan checking on the spot tidak

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban dari permasalahan dalam penulisan hukum ini yakni bahwa:

SISTEM PERADILAN PIDANA KODE MATA KULIAH : WHI 6258

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,

BAB III PENUTUP. disimpulkan peran penyidik dalam menangani tindak pidana yang. dilakukan oleh anakmenurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya

KONSEKUENSI YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN PRAPENUNTUTAN. (Permasalahan Tidak Adanya Batasan Mengenai Bolak Balik Perkara) SKRIPSI

ALASAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PEMBERHENTIAN SUATU PERKARA 1 Oleh: Intansangiang Permatasari Malagani 2

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

GANTI RUGI ATAS KESALAHAN PENANGKAPAN, PENAHANAN PASCA PUTUSAN PENGADILAN 1 Oleh: David Simbawa 2

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis sebagaimana diuraikan dalam permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

DAFTAR PUSTAKA. Abidin, Andi Zainal, Asas-asas Hukum Pidana Bagian Pertama, Bandung: Alumni, 1987

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

DAFTAR PUSTAKA. Abdulsyani, Sosiologi Kriminalitas, Remadya Karya, CV Bandung, 1987

PRAPENUNTUTAN DALAM KUHAP DAN PENGARUH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 Oleh: Angela A.

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

BAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :

Lex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015. TINDAK PINDANA PENYELUNDUPAN SEBAGAI DELIK EKONOMI 1 Oleh : Ryan Merianto 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara Hukum. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Asas-Asas Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. material. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan, maka dapat dirumuskan

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TUGAS DAN KEWENANGAN JAKSA DALAM MELAKSANAKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Kriminal, op.cit, hal.2

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mahrus Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, Ali, Zainuddin Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

SUATU TINJAUAN TERHADAP PEMBUKTIAN DALAM UNDANG UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. :

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB V P E N U T U P. hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, Desy, 2003, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amelia, Surabaya.

Bab III. Penutup. dalam penulisan hukum/skripsi ini sebagai berikut:

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

EKSISTENSI SAKSI MAHKOTA KAITANNYA DENGAN SPLITSING DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

Vol 10 No. 2 Oktober 2014 ISSN

SANKSI PIDANA TERHADAP PENYIDIK DALAM PENANGANAN PERKARA NARKOTIKA 1 Oleh : Stefano Junio Muaja 2

PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB YURIDIS PENAHANAN OLEH PENYIDIK KEPADA PENUNTUT UMUM 1 Oleh : Melky R. Pinontoan 2

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2008, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung, Alumni,

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELELANGAN BARANG BUKTI. oleh KBP. Drs. ISKANDAR IBRAHIM,MM

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

SKRIPSI PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGAMATAN TERHADAP NARAPIDANA OLEH HAKIM PENGAWAS DAN PENGAMAT STUDI KASUS DI LAPAS SLEMAN

PERAN BANTUAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA DAN TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi setiap orang, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, serta pembahasan dan analisis yang telah penulis lakukan pada bab bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pemusnahan barang sitaan Psikotropika yang dilaksanakan oleh Kejaksaan Negeri Sleman belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang dimuat dalam Pasal 53 ayat (2) Undang Undang No. 5 tahun 1997. Hal ini berdasarkan hasil penelitian penulis, yang menemukan adanya penyimpangan sebagai berikut : a. Jangka waktu pemusnahan Di dalam ketentuan undang undang di atur mengenai jangka waktu pemusnahan adalah paling lambat 7 hari setelah mendapat kekuatan hukum tetap. Namun dalam praktek pemusnahan tersebut dilakukan secara gabungan, artinya menunggu hasil penyitaan lain yang belum in cracht ditambah benda benda lain yang akan dimusnahkan. b. Kesulitan dalam mengundang pejabat dari instansi dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut dalam hal ini untuk berkoordinasi mengenai pemusnahan barang sitaan antara pihak Kejaksaan dengan 80

Kepala Rupbasan selaku pihak yang berwenang untuk menangani barang sitaan. 2. Hambatan dalam pelaksanaan pemusnahan barang sitaan psikotropika dalam penyimpanan barang sitaan di Ruang Penyimpanan Barang Sitaan di Kejaksaan Negeri Sleman selaku pelaksana pemusnahan barang sitaan selama belum ada putusan untuk dilakukannya pemusnahan mengakibatkan menumpuknya barang sitaan tersebut. Hal ini mengakibatkan penuhnya ruang penyimpanan tersebut. B. Saran 1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 270 KUHAP tentang pelaksanaan putusan pengadilan, hendaknya pemusnahan barang sitaan psikotropika yang dilakukan oleh penyidik selain meminta izin kepada pengadilan juga dilakukan dengan mengadakan koordinasi dengan Jaksa Penuntut Umum dan Kepala RUPBASAN selaku pihak yang berwenang untuk menangani barang sitaan, khususnya yang bersifat terlarang untuk dimusnahkan. 2. Untuk menanggulangi adanya penumpukan barang sitaan yang disimpan di Kejaksaan Negeri Sleman, masalah penyimpanan benda sitaan merujuk kepada ketentuan Pasal 44 KUHAP dan PP No. 77 / 1983. Dari ketentuan perundang undangan ini ada beberapa prinsip hukum yang perlu

diperhatikan, yaitu Pasal 44 ayat (1) KUHAP : benda sitaan disimpan dalam Rupbasan (Rumah penyimpanan Benda Sitaan Negara). Memang prinsip ini ditentukan oleh Penjelasan Pasal 44 ayat (1) itu sendiri, berupa aturan : selama belum ada Rupbasan di tempat yang bersangkutan, penyimpanan dapat dilakukan : a. di kantor Polri, b. di kantor Kajari, c. di kantor Pengadilan Negeri (PN), d. di gedung Bank Pemerintah, dan e. dalam keadaan memaksa dapat disimpan i) di tempat penyimpanan lain, atau ii) tetap di tempat semula benda itu disita.

DAFTAR PUSTAKA Literatur : Andi Hamzah, 1985. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Andi Hamzah, 2004. Hukum Acara Pidana Indonesia, edisi revisi, Sinar Grafika, Jakarta. Bambang Poernomo, 1988. Orientasi Hukum Acara Pidana Indonesia, Amarta Buku, Yogyakarta., 1988. Kapita Selekta Hukum Pidana, Liberty, Yogyakarta., 1993. Pola Dasar Teori Asas Umum Hukum Acara Pidana dan Penegakan Hukum Pidana, Liberty Yogyakarta. Indriyanto, Seno Adji, 2002. Arah Sistem Peradilan Pidana, Kantor Pengacara dan Konsultan Hukum Prof. Oemar Seno Adji SH & Rekan, Jakarta, Edisi Khusus untuk Program Magister Hukum UNPAD. Loebby Loqman, 2002. Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Hukum Acara Pidana (HAP), Datacom, Jakarta. Martiman Prodjohamidjojo, 1990. Komentar Atas KUHAP, Pradnya Paramita, Jakarta. Moeljatno, 2000. Asas asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta. Ramelan, 2003. Peningkatan Peran Kejaksaan Dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu, Media Hukum Persatuan Jaksa Republik Indonesia, Volume 2 Nomor 7, 22 September 2003, Jakarta 2003.

Romli Atmasasmita, 1996. Sistem Peradilan Pidana, Perspektif Eksistensialisme dan Abolisionisme, Putra A. Barden. Soerjono Soekamto dan Sri Mammuadji, 1990, Penelitian Hukum Normatif, Pengantar Singkat, Rajawali Press, Jakarta. Peraturan Perundang Undangan : Undang Undang Dasar 1945. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

LAMPIRAN