Pendahuluan. Heri Jodi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 3 Metode Penelitian

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 di

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

PENGARUH PROSES NITRIDASI ION PADA BIOMATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pengaruh Rapat Arus dan Asam Borat terhadap Kualitas dan Morfologi Hasil Elektrodeposisi Kobal pada Substrat Tembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

Beberapa unsur paduan dalam baja tahan karat :

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

Ketahanan Korosi Paduan Amorf Berbasis Zirkonium Zr 69.5 Cu 12 Ni 11 Al 7.5 dalam Lingkungan Nacl

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK UNTUK MATERIAL ORTOPEDI

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

PEMBUATAN STRUKTUR DUAL PHASE BAJA AISI 3120H DARI BESI LATERIT

PENGARUH RAPAT ARUS DAN WAKTU PADA PULSE ELECTRODEPOSITION OF NICKEL TERHADAP MIKROSTRUKTUR LAPISAN DEPOSIT DAN LAJU KOROSI AISI 410

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUKU PRAKTIS KOROSI DAN LOGAM UNTUK MAHASISWA

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PENUMBUHAN LAPIS LINDUNG NITRIDA PADA PERMUKAAN BAHAN STRUKTUR REAKTOR PADUAN FeCrNi

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

SIDANG TUGAS AKHIR. oleh : Rosalia Ishida NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Dr. Hosta Ardhyananta, ST, MSc

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang

Pengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah AISI 1010

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB I PANDAHULUAN. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda. merupakan pelapisan logam pada benda padat yang mempunyai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON DENGAN MENGGUNAKAN AIR LAUT DAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA LAJU KOROSI PADA PUMP IMPELLER DI INDUSTRI PERTAMBANGAN BATU BARA

BAB III METODE PENELITIAN

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN

- 0,1% NaOCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI BAJA GALVANIS PADA PIPA AIR MINUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan Materi #11

Transkripsi:

Karakterisasi Korosi Baja SS-430 pada lingkungan NaCl Heri Jodi Pusat Teknonologi Bahan Industri Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Serpong-Tangerang Selatan Banten-Indonesia 15314 Telp./Faks.: 021.7587.4788 e-mail: herieldi@batan.go.id ABSTRACT SS-430 is a ferrite type alloy that can be selected for the base material of sea-water duct-pipes in the water supply system of a power reactor, but in general the ferritic alloy is not as good as austenitic with respect to corrosion resistance. Then NaCl environment is used to examine corrosion rate of SS-430. The corrosion was observed in four concentrations of NaCl solution. The experiments were carried out using M-273 EG&G potentiostate test instrument with polarization methode. The microstructure of post-corrosion samples were analyzed with an EDS attached to SEM instrument to detect the presence of any viable corrosion byproducts. X-ray diffraction methode was also used to detect any possible emerging corrosion on samples surfaces. The results showed that SS-430 suffers very little corrosion in NaCl environment, and that this material turn out to have an outstanding resistance toward NaCl corrosion. The possible ensuing corrosion byproducts are chrome oxides and iron oxides. Keywords: Corrosion; Stainless Steel 430; Sodium Chloride; X-Ray Diffraction; Potentiostate. Pendahuluan Baja nirkarat SS-430 adalah salah satu tipe pa duan ferrite yang dapat dipilih sebagai bahan dasar pembuatan pipa air laut pada sistem suplai air di sebuah reaktor pembangkit listrik yang umumnya berada pada lingkungan laut. 1 Pada lingkungan yang memiliki kadar garam hingga 3,5% atau lingkungan dengan kadar ion klorida yang cukup tinggi, baja karbon rendah mengalami kegagalan material akibat korosi yang menyeluruh ke seluruh permukaan logam tergantung dari konsentrasi elektrolit di lingkungan. Pada umumnya baja ferrite tidak mempunyai ketahanan korosi yang lebih bagus dibandingkan dengan tipe austenite. Hal ini dikarenakan tipe ferrite tidak memiliki kandungan nikel sebagai elemen paduannya. Nikel, selain berfungsi sebagai agen antikorosi juga merupakan agen pembentuk austenite. Hal tersebut menjadikan pengujian korosi terhadap baja ferrite menjadi sangat diperlukan, terutama efek korosi pada lingkungan natrium klorida (NaCl). Biaya untuk kontrol korosi dan servis akibat proses korosi logam sangatlah mahal. Oleh karena itu, sifat ketahanan korosi logam menjadi bahan penelitian yang banyak dilakukan. Conde et al. 2 mendiskusikan tentang perbaikan sifat ketahanan terhadap korosi pitting dengan metode pelelehan permukaan dengan laser. Bacci et al. 3 membahas ketahanan baja las terhadap detergen. Penyelidikan perilaku baja nirkarat SS-430 terhadap korosi di lingkungan HCl diselidiki oleh Silalahi et al. 4 Perilaku baja nirkarat SS-304 dan SS-316 dalam media HCl menggunakan metode uji kabut garam diteliti oleh Priyotomo dkk., 5 sedangkan Habib dkk., 6 mengujinya dengan metode implantasi ion tembaga. Penyelidikan tentang ketahanan baja nirkarat pada lingkungan NaCl masih sedikit sehingga pengujian korosi pada lingkungan tersebut menjadi sangat diperlukan. Reaksi korosif dalam sebuah lingkungan tertentu adalah sebuah keadaan transisi, yang lebih sering terjadi secara spontan melalui pelepasan energi bebas dari sebuah sistem ke lingkungannya. 7 Faktor penting terjadinya korosi lingkungan 149

adalah adanya hujan, kabut atau pengembunan akibat kelembapan tinggi relatif. Kabut dan pengembunan dapat mengakibatkan korosi membasahi seluruh permukaan. Selapis tipis air yang tidak kelihatan sudah cukup membuat suatu sel korosi yang baik. Tingkat keparahan suatu logam pada korosi lingkungan umumnya ditentukan oleh konduktivitas elektrolit terlarut, salah satunya adalah lingkungan yang mengandung ion-ion klorida atau lingkungan laut. Korosi terjadi melalui reaksi elektrokimia di permukaan logam karena adanya larutan elektrolit. Sepotong logam yang berada pada lingkungan elektrolit dapat bertindak sebagai anoda, katoda, dan penghubung listrik sendiri. Laju korosi ditentukan oleh kesetimbangan antara dua reaksi elektrokimia yang berlawanan. Yang pertama adalah reaksi anodis, di mana logam teroksidasi dan mendapatkan penambahan jumlah elektron. Reaksi lawannya adalah reaksi katodis dengan satu unsur larutan (umumnya O 2 atau H + ) dikurangi dan elektron lepas dari logam. Aliran arus elektron ini merupakan penyebab utama korosi dalam logam. Teknik elektrokimia sangat ideal untuk melihat proses korosi karena bisa dilakukan dengan cepat. Pada teknik ini, digunakan instrumen sel polarisasi yang terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu potensiostat, sel elektrokimia, dan rangkaian akuisisi. Potensiostat dipakai untuk menyiapkan tegangan DC yang stabil dan dapat diprogram oleh mikrokomputer. Sel elektrokimia terdiri atas elektrode pembanding, elektrode kerja dan elektrode penghitung. Rangkaian akuisisi berfungsi sebagai pencatat data dan berantar muka dengan mikrokomputer. Prinsip kerjanya adalah bila antara elektrode pembanding dan elektrode kerja diberikan beda potensial, akan mengalir arus aplikasi pada elektrode penghitung sehingga akan dihasilkan kurva polarisasi berupa kurva arus fungsi potensial. 8 Pengukuran dengan sel elektrokimia akan menghasilkan parameter tahanan polarisasi (R p ) dan konstanta Tafel (b anodis dan b katodis ). Tahanan polarisasi mempunyai fungsi untuk menghitung kerapatan arus korosi i corr. Laju korosi n dalam satuan mili inci per tahun (mpy) dapat dihitung dari kerapatan arus korosi tersebut, memakai data kerapatan benda uji (d) dan berat ekuivalen benda uji (W E ). i corr = (1/ Rp) (b a b k / 2.303 (b a + b k ) ) n = (0,13/d) i corr W E Tujuan dari eksperimen ini adalah mengukur laju korosi baja SS-430 dalam lingkungan NaCl. Pengukuran dilakukan dalam beberapa variasi konsentrasi media korosinya, dan mengidentifikasi jenis produk korosi yang terjadi pada permukaannya saat berada pada lingkungan NaCl. Metodologi Penelitian ini dilakukan di PTBIN-BATAN Serpong, pada rentang waktu bulan April September 2007. Bahan percobaan adalah plat baja nirkarat komersial SS-430 yang mempunyai komposisi kimia pada Tabel 1, larutan NaCl yang akan digunakan sebagai media korosi dengan konsentrasi 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 M, kertas ampelas yang mempunyai ukuran kekasaran 400 1.500 mesh, ampelas beludru, dan pasta intan. Proses penelitian yang dilakukan dipresentasikan oleh diagram alur penelitian pada Gambar 1. Alat penelitian yang digunakan adalah mesin pemotong Buehler dengan pisau piringannya, mesin poles yang dibuat oleh Karl Kolb (Denmark), alat pengujian korosi potensiostat M273 yang dirakit oleh EG&G Princeton Applied Research Corporation, dijalankan dengan menggunakan perangkat lunak M352/252 Corrosion Measurement System dan dilengkapi dengan gelas uji, botol, pipet, dan tabung uji. Instrumen analisis pendukung pada penelitian ini adalah mikroskop optik Nikon UFX-DX, Difraktometer sinar-x Shimadzu XD-610, dan SEM (Scanning Electron Microscopy) merk Philips yang dilengkapi EDS (Energy Dispersive X-ray Spectroscopy). Pada proses preparasi benda uji, plat baja SS-430 dipotong menjadi bagian-bagian kecil dengan ukuran yang sama, kemudian dibentuk Tabel 1. Unsur Pemadu Baja Nirkarat SS-430 (w%) 1 Unsur Cr C Si Mn S P Berat % 16-18 0.12 1.25 1.0 0.03 0.04 150

menjadi bulat dengan ketebalan 5 mm dan diameter 15 16 mm menggunakan mesin poles dan kertas ampelas 400 mesh. Pemolesan benda uji dilakukan dengan cara menggosok permukaan secara bertahap menggunakan kertas ampelas 600, 800, 1.000, dan 1.500 mesh sampai permukaan benda uji mencapai tingkat kekasaran yang relatif sama dan tercapai keseragamannya. Pemeriksaan hasil perlakuan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop optik dengan pembesaran sampai 1.000 kali. Selanjutnya, benda uji digosok dengan pasta intan pada kain beludru sehingga diperoleh permukaan yang benar-benar halus dan mengilap. Penentuan material benda uji ini disesuaikan dengan standar yang telah baku. 9 Pengujian korosi dilakukan dengan teknik polarisasi atau potensiostatis, mengikuti prosedur sebagai berikut. Pertama-tama sel korosi tiga elektrode diisi dengan larutan elektrolit yang berfungsi sebagi media korosi sebanyak 600 ml. Benda uji dicelupkan ke dalam sel dan berfungsi sebagai elektrode kerja. Sebagai elektrode pembanding digunakan calomel standar, elektrode penghitung digunakan batang karbon. Selanjutnya, dilakukan pengukuran potensial sirkuit terbuka E oc, yaitu potensial setimbang logam saat tidak ada koneksi elektrik terhadapnya. Sel korosi dihubungkan dengan potensiostat yang memberikan beda potensial. Prinsip kerjanya adalah bila antara elektrode pembanding dan elektrode kerja diberikan beda potensial, akan mengalir arus aplikasi pada elektrode penghitung sehingga akan dihasilkan kurva polarisasi berupa kurva arus fungsi potensial. 8 Potensial dipasang pada 20 mv di bawah potensial korosi dan 20 mv di atas potensial korosi. Kecepatan pemindaian potensial adalah 0,1 mv/s. Dari pengukuran ini harga tahanan polarisasi (Rp) dan konstanta Tafel anodis-katodis didapatkan secara otomatis. Informasi yang didapatkan adalah arus korosi i corr yang kemudian dipakai untuk menghitung laju korosi n. Untuk melihat kerusakan yang terjadi, setiap permukaan benda uji diperiksa di bawah mikroskop elektron SEM dengan perbesaran sampai 500 mm. Kemudian, dilihat unsur-unsur yang dominan pada titik-titik kerusakan tersebut menggunakan EDS. Untuk menentukan produk-produk korosi yang terjadi pada permukaan benda uji, setiap benda uji diperiksa dengan difraktometer sinar-x yang menggunakan panjang gelombang K a dari Gambar 1. Skema Diagram Alur Penelitian. 151

target Cu (l = 1,5418 Å), dengan sudut pindai 2q = 20 120. Analisis sinar-x diselesaikan dengan menggunakan program perangkat lunak dari Joint Committee on Powder Diffraction Standard (JCPDS). Hasil dan Pembahasan Kurva polarisasi yang dihasilkan dari pengujian korosi bahan SS-430 dalam media NaCl 0,5 M diperlihatkan pada Gambar 2. Kurva memiliki slove (kemiringan) yang positif, artinya reaksi korosi yang dominan terjadi saat benda uji dicelupkan pada larutan NaCl 0,5 M adalah reaksi anodis, di mana baja mengalami proses oksidasi. Kurva yang tidak linear menunjukkan bahwa selain reaksi anodis juga terjadi reaksi katodis, walaupun pada tingkat yang dapat diabaikan. Ini artinya bahwa produk korosi yang terjadi kemungkinan besar adalah oksida-oksida dari unsur-unsur pemadu baja. Hal tersebut terjadi juga pada konsentrasi 0,4; 0,6; dan 0,7 M. Tahanan polarisasi (Rp) merupakan kemiringan dari kurva polarisasi mempunyai harga yang bergelombang seiring dengan kenaikan konsentrasi NaCl, dengan kecenderungan meningkat. Tahanan polarisasi yang didapatkan untuk konsentrasi 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 M masing-masing adalah 40,21; 33,76; 146,74; dan 99,41 kw cm -2. Parameter yang didapatkan dari kurva polarisasi adalah kerapatan arus korosi i corr hasil pengukuran yang menunjukkan tendensi penurunan seiring dengan bertambahnya nilai konsentrasi media korosi NaCl. Pada setiap konsentrasi 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 M kerapatan arus korosinya masing-masing mencatatkan harga 0,22; 0,21; 0,06; dan 0,05 macm -2. Penurunan kerapatan arus korosi ini berpengaruh pada laju korosi hasil pengukuran yang juga memiliki kecenderungan menurun. Laju korosi tertinggi dicatatkan oleh konsentrasi NaCl 0,4 M, yaitu 0,0583 mpy, sedangkan laju korosi terendah dicatatkan oleh konsentrasi NaCl 0,7 M dengan nilai 0,0142 mpy. Untuk konsentrasi NaCl 0,5 dan 0,6 M, laju korosinya masing-masing mencatatkan nilai 0,0551 dan 0,0151 mpy. Hubungan antara konsentrasi media korosi NaCl dengan kerapatan arus dan laju korosi ditunjukkan oleh Gambar 3. Peningkatan konsentrasi media dalam setiap pengukuran menimbulkan arus korosi yang lebih kecil. Hal tersebut akhirnya menyebabkan penurunan pada laju korosinya. Perbedaan kerapatan arus yang mencolok pada konsentrasi 0,4 0,5 M dengan 0,6 0,7 M menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,4 0,5 M lebih banyak terjadi oksidasi pada permukaan baja. Hal ini menunjukkan bahwa SS-430 mempunyai kecenderungan lebih mengalami ionisasi pada media korosi yang mempunyai konsentrasi yang kecil. Pengukuran korosi SS-430 pada media yang mempunyai konsentrasi yang lebih kecil memberikan hasil laju korosi yang lebih lemah bila dibandingkan dengan hasil pengukuran dalam media dengan konsentrasi lebih tinggi. Gambar 2. Hubungan potensial polarisasi dengan kerapatan arus yang didapatkan dari benda uji SS- 430 yang dicelupkan pada media larutan NaCl dengan konsentrasi 0,5 M. 10 Gambar 3. Kurva hubungan antara konsentrasi media korosi NaCl dengan kerapatan arus korosi i corr dan laju korosi n. 152

Laju korosi yang dihasilkan oleh setiap pengukuran pada penelitian ini, sangatlah kecil dengan harga 0,0142 0,0583 mpy. Artinya, dalam media NaCl 0,4 M baja SS-430 akan mengalami korosi sedalam 0,058 mili inci dalam kurun waktu setahun. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan laju korosinya pada media HCl dengan konsentrasi yang lebih lemah, yaitu berkisar antara 0,0207 0,64 mpy. 4 Ini artinya baja SS-430 lebih tahan terhadap korosi di lingkungan NaCl daripada di lingkungan HCl. Sehubungan dengan ketahanan korosi, bahan paduan besi komersial diklasifisikan dalam beberapa kategori. 7 Paduan yang memiliki laju korosi lebih besar dari 200 mpy dikategorikan sebagai bahan yang tidak bisa diterima (unacceptable) sebagai bahan struktur, kecuali untuk material yang murah dengan permukaan yang sangat tebal. Kategori kurang baik (poor) diberikan pada bahan yang memiliki rentang laju korosi antara 50 200 mpy. Sebuah bahan dinyatakan cukup baik (fair) bila memiliki laju korosi 20 50 mpy. Kategori ini merupakan kelas yang cukup banyak dipakai di pasaran. Kategori baik (good) diberikan pada bahan yang memiliki laju korosi antara 5 20 mpy, dan kategori sangat baik (excellent) untuk bahan dengan laju korosi 1 5 mpy. Adapun untuk laju korosi kurang dari 1 mpy mendapatkan kategori luar biasa (outstanding). Laju korosi yang dicatatkan oleh SS-430 memberikan kelas yang luar biasa dalam hubungannya dengan ketahanan korosi baja SS-430 pada lingkungan media larutan NaCl. Pengukuran sifat korosi menggunakan teknik potentiodynamic atau galvanostatis, menunjukkan bahwa SS-430 pada lingkungan larutan NaCl dengan konsentrasi ini tidak memiliki potensial pasifasi (passivation potential), yaitu suatu daerah di mana tidak terjadi proses korosi. 10 Ini artinya SS-430 mudah dan terus terkorosi pada media NaCl. Akan tetapi, proteksi katodis dari benda uji ini menekan timbulnya arus korosi sehingga laju korosinya menjadi kecil. Proteksi katodis terjadi karena SS-430 mengandung bahan-bahan pemadu antikorosi seperti Cr yang mempunyai potensial reduksi lebih kecil dibandingkan dengan potensial reduksi Fe. Larutan korosi harus menghadapi potensial negatif yang ditimbulkan oleh Cr dan elemen pemadu lainnya, sebelum dapat menyerang Fe. Hasil pengamatan mikrostruktur benda uji dengan menggunakan SEM menunjukkan bahwa permukaan benda uji telah mengalami kerusakan oleh media korosi, seperti diperlihatkan oleh Gambar 4.a. Terdapat bintik spot yang tidak merata pada permukaan benda uji yang telah a b Gambar 4.a Mikrostruktur permukaan SS-430 yang dicelupkan pada larutan NaCl 0,5 M, yang dihasilkan dari foto SEM. Titik A menunjukkan permukaan baja yang belum terkorosi. Titik B menunjukkan daerah terkorosi dengan produk korosinya kemung kinan besar adalah oksida krom, selain besi seperti ditunjukkan oleh EDS pada Gambar 4.b Titik C merupakan daerah terkorosi yang didominasi oleh unsur Cr, produk korosinya kemungkinan besar adalah oksida krom. Titik D menunjukkan daerah di mana oksida besi dan oksida krom hadir merata. 153

terkorosi. Titik A menunjukkan permukaan benda uji yang masih belum terkorosi. Penyelidikan lebih lanjut pada bintik-bintik permukaan tersebut menggunakan EDS, diketahui bahwa pada titik B terdapat kandungan unsur besi yang dominan, serta krom dan oksigen, seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.b. Hal ini menunjukkan kemungkinan besar di daerah tersebut ditemukan produk korosi berupa oksida besi. Titik C menunjukkan daerah di mana produk korosinya kemungkinan besar lebih didominasi oleh oksida krom, sedangkan titik D produk korosinya kemungkinan oksida krom dan oksida besi hadir merata. Berdasarkan hasil pengamatan mikrostruktur yang dilengkapi data EDS tersebut dapat dikatakan bahwa dalam media NaCl, korosi erosi (pitting) benar-benar terjadi. Ini disebabkan oleh klorin yang menyerang benda uji. Klorin dapat melakukan penetrasi dan memasuki bulk, dan selanjutnya membentuk porositas. Porositas tersebut kemudian diisi oleh larutan korosi yang menyebabkan aberasi pada benda uji. Yang terjadi kemudian adalah produk korosi berupa oksida besi dan oksida krom. Fakta ini diperkuat dengan data hasil difraksi sinar-x. Pola difraksi sinar-x benda uji SS-430 pada larutan NaCl 0,5 M diperlihatkan pada Gambar 5. Kemunculan puncak-puncak asing di samping puncak regular mengindikasikan adanya produk korosi di dalam benda uji. Analisis lebih lanjut menggunakan perangkat lunak dari JCPDS menunjukkan adanya kehadiran produk korosi padat oksida krom (Cr 2 ) seperti pada sudut 2q = 41,5, 50,2, dan 90,2. Oksida besi (Fe 2 ) orthorombik hadir pada sudut 2q = 54,9, Fe 2 kubik ada pada 2q = 75,5 dan 77,5, sedangkan Fe 2 tetragonal pada 2q = 56,2 dan 102,3. b_fe 2 dengan struktur kubik hadir pada sudut 2q = 65,9; 70,8; 80,4; 81,9; dan 98,9. b _Fe 2 tetragonal hadir pada sudut 2q = 43,7; 54,5; dan 64,9. Kehadiran bentuk-bentuk produk korosi ini sejalan dengan hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan SEM dan EDS. Gambar 5. Pola intensitas difraksi sinar-x dari benda uji SS-430 setelah mengalami korosi pada media larutan NaCl 0,5 M. Puncak-puncak oksida krom dan oksida besi yang merupakan produk korosi hadir, di samping puncak-puncak reguler. 154

Kesimpulan Baja komersial SS-430 mengalami proses korosi terus menerus pada lingkungan NaCl. Reaksi korosi yang terjadi, didominasi oleh reaksi anodis. Laju korosi yang terukur sangatlah kecil dengan tendensi menurun seiring dengan kenaikan konsentrasi larutan NaCl. Jadi dapat disimpulkan bahwa SS-430 mempunyai ketahanan korosi yang luar biasa (outstanding) pada lingkungan NaCl. Produk korosi yang terjadi pada permukaan baja SS-430 di lingkungan NaCl didominasi oksida krom dan oksida besi. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kami ucapkan pada pihak PTBIN- BATAN dan kepada Sdr. M. Ihsan dkk., yang telah banyak membantu pengukuran serta pengoperasian alat-alat pengukuran dan karakterisasi. Daftar Pustaka 1 December 2000. Advanced Material and Processes, Composition of Standard Stainless Steels. 2 Conde, A., R. Colaco, R. Vilar, and J.de Damborenea. 2000. Corrosion Behaviour of Steels After Laser Surface Melting. Materials & Design 21 (5): 441 445. 3 Bacci, D., A. Cauteruccio, and C. Turco. 1984. Behaviour of Resistance Welded AISI-430 Exposed to Detergents. Journal of Materials Science Letters 3 (8): 681 684. 4 Silalahi, M., H. Jodi, dan N. Effendi. April 2007. Corrosion analysis of SS-430 in Hydro Chloride solution. Majalah Ilmu & Teknologi 16 (1): 8-18. 5 Priyotomo, G. dan H. Soeroso. November 2007. Karakterisasi perbandingan material baja karbon rendah dan baja nirkarat di lingkungan 5% klorida dengan uji kabut garam. http://gadange-bookformaterialscience.blogspot.co, diakses 19 Juli 2009. 6 Habib, A. dan P. Anggraita Prayoto. Juli 2005. Efek Implantasi Ion Tembaga terhadap Sifat Ketahanan Korosi Baja Tahan Karat Austenitik dalam Media Asam Klorida. Prosiding Pertemuan dan Persentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir: 276 282. 7 Fontana, G. 1987. Corrosion Engineering, third ed. Singapore McGraw Hill Book Co. 8 Electrochemical Corrosion Measurement; Review of the Electrochemical Basis of Corrosion. http://www.mtec.or.th/th/research/famd/corro/ electrochem.html, diakses 19 Juli 2009. 9 Goodhew, J. 1973. Specimen Preparation In Materials Science. American Elsevier, North 2 Holland. 10 Jodi, H., M. Silalahi, dan N. Effendi. Desember 2008. Corrosion Behaviour of Steel (SS-430) In Sodium Chloride Environment. Jurnal Sains Materi Indonesia Edisi Khusus Desember 2008: 140 146. 155