PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TAHUN KABUPATEN BANYUMAS

dokumen-dokumen yang mirip
Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

B A B I P E N D A H U L U A N

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Kepala Ruta Dengan Pendidikan Di Bawah 9. Jumlah Kepala Rumah Tangga yang Bekerja Di Sektor Pertanian Arti Luas. Pertanian tanaman padi & palawija

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DATA JUMLAH RUMAH TANGGA TIDAK ADA FASILITAS TEMPAT BAB (BERDASARKAN PERHITUNGAN INDIKATOR DATA PPLS 2011) KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

BAB I PENDAHULUAN SSK PEMUTAKHIRAN 2016 POKJA SANITASI KOTA TOMOHON. of Sanitation (IYOS) pada tahun 2008, yang menghasilkan komitmen pemerintah dalam

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KOTA TANGERANG SELATAN

NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten Kerinci

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

1.1. Latar Belakang. SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi 2016 I-1

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

BAB 6 MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB V. STRATEGI MONEV

Transkripsi:

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TAHUN 2016 2020 KABUPATEN BANYUMAS

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan berkah serta karunia-nya kepada kita semua, sehingga dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Banyumas 2016 2020 telah dapat disusun dan disajikan menjadi suatu dokumen yang merupakan terminal dari seluruh dokumen perencanaan terkait sektor sanitasi Kabupaten Banyumas. Dokumen pemutakhiran SSK Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bentuk upaya perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Banyumas. Dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terarah, terintegrasi, dan berkelanjutan serta tanggap terhadap perubahan, sekaligus menjadi wujud perhatian yang lebih dari Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas terhadap pengelolaan sanitasi terutama untuk berkontribusi dalam pencapaian RPJPD (2005 2025) dan RPJMD (2013-2018) dari sektor sanitasi. Pemutakhiran SSK ini perlu dilakukan dalam rangka mempercepat implementasi terutama terkait dengan pencapaian target Pemerintah akan memasuki periode RPJMN baru 2015 2019 yang menetapkan target baru yaitu tercapainya Universal Access berupa cakupan akses 100% untuk air minum/air bersih, dan sanitasi, serta 0% kawasan pemukiman kumuh di akhir tahun 2019. Salah satu penataan yang penting dilakukan meliputi subsektor air limbah domestik, persampahan, drainase lingkungan, dan aspek Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS). Sebagai suatu entitas yang mengemban amanat rakyat, pemerintah Kabupaten Banyumas dalam melaksanakan hak dan kewajibannya berkomitmen memiliki rencana yang matang. Diharapkan Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Banyumas ini dapat dijadikan pedoman dalam menjawab tantangan dan permasalahan pembangunan sanitasi saat ini, dengan komitmen penuh dan optimal serta bermanfaat bagi semua pihak. Apresiasi patut diberikan kepada Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum & Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Banyumas beserta seluruh stakeholder Kabupaten Banyumas i

yang aktif membantu menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk menyelesaikan Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Banyumas 2016-2020 ini. Semoga Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan berkah serta karunia-nya senantiasa menuntun dan memberkati segala karya, perjuangan dan pengabdian kita dalam membangun Kabupaten Banyumas yang kita cintai. Amin Wassalamu alaikum Wr. Wb. Purwokerto, Desember 2015 Ketua Pokja AMPL Kabupaten Banyumas DEDY NOERHASAN, ST., M.Si NIP. 19710209 199803 1 003 ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTRA ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTRA LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF i ii iii vi ix xii xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I - 1 1.2 Metodologi Penyusunan I - 3 1.3 Dasar Hukum I - 8 1.4 Sistematika Penulisan I - 13 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1 Gambaran Wilayah Kabupaten Banyumas II - 1 2.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Banyumas II - 1 2.1.2 Topografi II - 1 2.1.3 Hidrologi dan Klimatologi II - 2 2.1.4 Penggunaan Lahan II - 2 2.1.5 Kependudukan II - 3 2.1.6 Potensi Pengembangan Wilayah II 13 2.1.7 Kelembagaan Pemerintah Daerah II - 28 2.2 Kemajuan Pelaksanaan SSK II 31 2.2.1 Air Limbah Domestik II 31 2.2.2 Persampahan II 33 2.2.3 Drainase Lingkungan II 34 2.2.4 Prohisan II - 35 2.3 Profil Sanitasi Saat Ini II 36 iii

2.3.1 Sistem dan Infrastruktur Air Limbah Domestik II 37 2.3.2 Sistem dan Infrastruktur Persampahan II 55 2.3.3 Sistem dan Infrastruktur Drainase Lingkungan II 78 2.3.4 PHBS II 93 2.4 Area Berisiko Dan Permasalahan Mendesak Sanitasi II 95 2.4.1 Area Berisiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik II 101 2.4.2 Area Berisiko dan Permasalahan Persampahan II 110 2.4.3 Area Berisiko dan Permasalahan Drainase Lingkungan II 118 BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi III 1 3.2 Pentahapan Pengembangan Sanitasi III 4 3.2.1 Tahapan Pengembangan Sektor Sanitasi III 4 3.2.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi III - 11 3.2.3 Skenario Pencapaian Sasaran III - 12 3.3 Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah III - 13 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik IV - 4 Pentahapan Pengembangan Sanitasi 4.2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Pengelolaan Persampahan IV - 14 4.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase IV - 25 4.4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan PHBS IV - 35 BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI 5.1 Ringkasan V - 1 5.2 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan V - 4 Pemerintah 5.3 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Non V - 5 Pemerintah 5.4 Antisipasi Funding Gap V - 6 BAB IV MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK 6.1 Strategi Monitoring dan Evaluasi Kabupaten Banyumas VI - 1 6.1.1 Proses Pelaksanaan dan Pengendalian Monitoring dan Evaluasi VI - 2 6.1.2 Struktur Kelembagaan untuk Monitoring dan Evaluasi VI - 3 6.1.3 Strategi Monitoring Sanitasi Kabupaten Banyumas VI - 4 iv

6.1.4 Strategi Evaluasi Sanitasi VI - 5 6.1.5 Tujuan Utama Strategi Monitoring dan Evaluasi VI - 5 6.2 Pengembangan Atau Penyusunan Indikator Input, Output, Dan Outcome VI - 6 6.3 Pengumpulan dan Penyajian/Pelaporan Data VI - 11 6.3.1 Pelaporan Monitoring dan Evaluasi Proses Perencanaan VI - 11 6.3.2 Pelaporan Monitoring dan Evaluasi Implementasi Program Sanitasi VI -1 2 6.3.3 Pelaporan Monitoring dan evaluasi manfaat dan dampak VI - 12 Pembangunan Sanitasi LAMPIRAN (terlampir) v

DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Gambaran Wilayah Kabupaten Banyumas II - 8 Tabel 2. 2 Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Banyumas Tahun II - 9 2015 2020 Tabel 2. 3 Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) Kabupaten Banyumas Tahun II - 10 2015 2020 Tabel 2. 4 Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banyumas II - 11 Tahun 2015 2020 Tabel 2. 5 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan II - 12 Tabel 2. 6 Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyumas II - 14 Tabel 2. 7 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banyumas II - 22 Tabel 2. 8 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Air Limbah Domestik II - 32 Tabel 2. 9 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Persampahan II - 33 Tabel 2. 10 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Drainase II - 34 Tabel 2. 11 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Prohisan II - 35 Tabel 2. 12 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA II - 39 Tabel 2. 13 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan II - 42 Pengelolaan Air Limbah Domestik Tabel 2. 14 Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Banyumas II - 44 Tabel 2. 15 Cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik Kabupaten II - 50 Banyumas Tabel 2. 16 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik II - 53 Tabel 2. 17 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan II - 61 Pengelolaan Persampahan Tabel 2. 18 Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Kabupaten Banyumas II - 63 Tabel 2. 19 Sarana dan Prasarana Sampah milik DCKKTR Kabupaten Banyumas II - 66 vi

Tabel 2. 20 Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten Banyumas dihitung II - 67 Berdasarkan Jumlah Penduduk (SNI 1995) Tabel 2. 21 Timbulan Sampah Per Kecamatan II - 76 Tabel 2. 22 Tabel Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Per II - 77 Kecamatan Tabel 2. 23 Daftar Pemangku Kepentingan yang Terlibat Dalam Pembangunan II - 84 dan Pengelolaan Drainase Lingkungan Tabel 2. 24 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Banyumas II - 86 Tabel 2. 25 Tabel Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan II - 90 Tabel 2. 26 Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten II - 92 Banyumas Tabel 2. 27 Hasil Skoring Kelurahan Menurut Tingkat Resiko di Kabupaten II - 95 Banyumas Tabel 2. 28 Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik II - 101 Tabel 2. 29 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Air Limbah II - 101 Tabel 2. 30 Permasalahan Mendesak Persampahan II - 110 Tabel 2. 31 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko II - 111 Persampahan Tabel 2. 32 Tabel Permasalahan Mendesak Drainase Lingkungan II - 118 Tabel 2. 33 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Drainase II - 119 Tabel 3. 1 Visi dan Misi Sanitasi Kab. Banyumas III - 2 Tabel 3. 2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Banyumas III - 4 Tabel 3. 3 Tahapan Pengembangan Persampahan III - 7 Tabel 3. 4 Tahapan Pengembangan Drainase Lingkungan Kabupaten III - 9 Banyumas Tabel 3. 5 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Air Limbah Domestik III - 11 Tabel 3. 6 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan III - 11 Tabel 3. 7 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Drainase III - 12 Tabel 3. 8 Tabel Skenario Pencapaian Sasaran III - 12 Tabel 3. 9 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Banyumas III - 14 untuk Sanitasi Tabel 3. 10 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi ke Depan Kab. Banyumas III - 15 Tabel 3. 11 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Banyumas untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi III - 15 vii

Tabel 3. 12 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kab. Banyumas untuk III - 16 Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2020 Tabel 3. 13 Perkiraan Kemampuan APBD Kab. Banyumas dalam Mendanai III - 17 Program/Kegiatan SSK Tabel 4. 1 Analisis SWOT Air Limbah Domestik IV - 4 Tabel 4. 2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah IV - 13 Domestik Tabel 4. 3 Analisis SWOT Pengelolaan Persampahan IV - 14 Tabel 4. 4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan IV - 24 Tabel 4. 5 Analisis SWOT Drainase Lingkungan IV - 25 Tabel 4. 6 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase IV - 34 Lingkungan Tabel 4. 7 Analisis SWOT PHBS IV - 35 Tabel 4. 8 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan PHBS IV - 43 Tabel 5. 1 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi V - 3 Untuk 5 Tahun Tabel 5. 2 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi V - 3 Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran Tabel 5. 3 Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBD Kabupaten V - 4 Tabel 5. 4 Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBD Provinsi V - 4 Tabel 5. 5 Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBN V - 5 Tabel 5. 6 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR V - 5 Tabel 5. 7 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Masyarakat V - 6 Tabel 5. 8 Funding Gap V - 6 Tabel 6. 1 Capaian Stratejik VI - 6 Tabel 6. 2 Capaian Kegiatan VI - 9 Tabel 6. 3 Evaluasi VI - 10 Tabel 6. 4 Pelaporan Monev Implementasi SSK VI - 13 viii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Banyumas Terhadap Prov. II - 4 Jawa Tengah Gambar 2. 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Banyumas II - 5 Gambar 2. 3 Peta Tutupan Lahan II - 6 Gambar 2. 4 Peta Kepadatan Penduduk II - 7 Gambar 2. 5 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyumas II - 23 Gambar 2. 6 Peta Struktur Ruang Kabupaten Banyumas II - 24 Gambar 2. 7 Kawasan Perkotaan dan Perdesaan II - 25 Gambar 2. 8 Peta Kawasan Strategis II - 26 Gambar 2. 9 Peta Kawasan Rawan Bencana II - 27 Gambar 2. 10 Bagan Pola Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas II - 28 Gambar 2. 11 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas II - 29 Gambar 2. 12 Struktur Tupoksi Pembangunan Sanitasi Kabupaten Banyumas II - 30 Gambar 2. 13 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar II - 38 Gambar 2. 14 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja II - 38 Gambar 2. 15 Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang II - 41 Kabupaten Banyumas Gambar 2. 16 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik II - 47 Gambar 2. 17 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik II - 54 Gambar 2. 18 Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga II - 56 Gambar 2. 19 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga II - 56 Gambar 2. 20 Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas Gambar 2. 21 Bagan Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi II - 58 II - 59 ix

Gambar 2. 22 Bagan Organisasi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan II - 60 Pariwisata Gambar 2. 23 Berbagai Macam Tempat Sampah II - 68 Gambar 2. 24 Berbagai Macam Tempat Sampah II - 68 Gambar 2. 25 Alat Pengumpul Sampah Masing-Masing Dinas Pengelola II - 70 Sampah Gambar 2. 26 Dump Truck Kendaraan Angkutan Sampah UPT Purwokerto II - 71 Gambar 2. 27 Armroll Truck Kendaraan Angkutan Sampah UPT Purwokerto II - 71 Gambar 2. 28 Peta Cakupan Layanan Persampahan II - 73 Gambar 2. 29 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan II - 74 Gambar 2. 30 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir II - 79 Gambar 2. 31 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin II - 79 Gambar 2. 32 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir II - 80 Gambar 2. 33 Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah II - 80 Gambar 2. 34 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL II - 81 Gambar 2. 35 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga II - 81 Gambar 2. 36 Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang II - 83 Kabupaten Banyumas Gambar 2. 37 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan II - 88 Gambar 2. 38 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting II - 93 Gambar 2. 39 Grafik Waktu Melakukan CTPS II - 94 Gambar 2. 40 Grafik BABS II - 94 Gambar 2. 41 Peta Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Banyumas II - 100 Gambar 2. 42 Peta Beresiko Air Limbah (Hasil Instrumen Profil Sanitasi) II - 107 Gambar 2. 43 Peta Area Beresiko Air Limbah II - 108 Gambar 2. 44 Peta Zonasi Air Limbah II - 109 Gambar 2. 45 Peta Area Beresiko Persampahan (Hasil Insturmen Profil II - 115 Sanitasi) Gambar 2. 46 Peta Area Beresiko Persampahan II - 116 Gambar 2. 47 Peta Zonasi Persampahan II - 117 x

Gambar 2. 48 Peta Tingkat Risiko Drainase (Hasil Insturmen Profil Sanitasi) II - 120 Gambar 2. 49 Peta Area Beresiko Drainase II - 121 Gambar 2. 50 Peta Zonasi Drainase II - 122 Gambar 3. 1 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik III - 6 Gambar 3. 2 Peta Tahapan Pengembangan Persampahan III - 8 Gambar 3. 3 Peta Tahapan Pengembangan Drainase Lingkungan III - 10 Gambar 4. 1 Posisi Kuadran Sub Sektor Air Limbah Domestik IV - 12 Gambar 4. 2 Posisi Kuadran Sub Sektor Pengelolaan Persampahan IV - 23 Gambar 4. 3 Posisi Kuadran Sub Sektor Drainase Lingkungan IV - 33 Gambar 4. 4 Posisi Kuadran Sub Sektor PHBS IV - 42 Gambar 5. 1 Grafik Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan V - 2 Sanitasi Untuk 5 Tahun Gambar 5. 2 Grafik Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan V - 2 Sanitasi Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran Gambar 6. 1 Bagan Struktur Kelembagaan Monitoring Dan Evaluasi VI - 4 xi

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1: HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO 1.1: STRUKTUR ORGANISASI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH 1.2: LEMBAR KERJA ANALISIS AREA BERISIKO MENGGUNAKAN INSTRUMEN PROFIL SANITASI 1.3: RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL STUDI EHRA DAN KAJIAN LAINNYA 1.3.1 Ringkasan Eksekutif Studi EHRA 1.3.2 Ringkasan Eksekutif Kajian Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Sanitasi 1.3.3 Ringkasan Eksekutif Kajian Kelembagaan dan Kebijakan 1.3.4. Ringkasan Eksekutif Kajian Komunikasi dan Media 1.3.5 Ringkasan Eksekutif Kajian Peranserta Masyarakat. 1.3.6 Ringkasan Eksekutif Kajian Sanitasi Sekolah LAMPIRAN 2: HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN 3: TABEL KERANGKA KERJA LOGIS LAMPIRAN 4: HASIL PEMBAHASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN LAMPIRAN 5: DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN LAMPIRAN 6: DAFTAR PERUSAHAAN PENYELENGGARA CSR YANG POTENSIAL LAMPIRAN 7: KESIAPAN IMPLEMENTASI LAMPIRAN 8: RENCANA KERJA TAHUNAN xii

RINGKASAN EKSEKUTIF Pemutakhiran SSK disusun oleh Tim Pokja AMPL dengan mengacu pada kondisi dan permasalahan yang ada, yang merupakan hasil suatu konsolidasi dan integrasi keluaran proses perencanaan. SSK merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahunan) yang memberikan arah bagi pengembangan layanan sanitasi yang dapat diwujudkan sebagai suatu rencana pembangunan sanitasi yang kompehensif dan bersifat strategis. Strategi sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Banyumas adalah suatu dokumen perencanaan yang memuat kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terarah, terintegrasi, dan berkelanjutan serta tanggap terhadap perubahan, sekaligus menjadi wujud perhatian yang lebih dari Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas terhadap pengelolaan sanitasi terutama untuk berkontribusi dalam pencapaian RPJPD (2005 2025) dan RPJMD (2013-2018) dari sektor sanitasi. Sebagai dokumen perencanaan, SSK tidak boleh bertentangan dengan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kabupaten Banyumas. Oleh sebab itu, dalam penyusunannya SSK harus mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyumas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional, Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya. Selain itu, adanya kebutuhan untuk mempercepat implementasi terutama terkait dengan pencapaian target Pemerintah akan memasuki periode RPJMN baru 2015 2019 yang menetapkan target baru yaitu tercapainya Universal Access berupa cakupan akses 100% untuk air minum/air bersih, dan sanitasi, serta 0% kawasan pemukiman kumuh di akhir tahun 2019. Tujuan Penyusunan SSK antara lain : (1) disusun sebagai rencana pembangunan 5 tahunan bidang/sektor sanitasi dan pedoman pembangunan sanitasi tahun 2016 2020; (2) disusun sebagai dasar penyusunan rencana operasional tahapan pembangunan sanitasi; (3) digunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi,masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi daerah Kabupaten Banyumas ; (4) SSK merupakan pedoman yang bersifat strategi dalam penanganan sanitasi Kabupaten Banyumas yang disusun berdasarkan urutan skala prioritas. RINGKASAN EKSEKUTIF xiii

Dalam rangka pembangunan sektor sanitasi, Kabupaten Banyumas telah menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten yang bertujuan sebagai dokumen perencanaan sektor sanitasi yang penganggranya bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN maupun dari masyarakat dan sektor swasta. Adapun tingkat pencapaian SSK Tahun 2010 2015 dapat digambarkan dalam tabel-tabel sebagai berikut : Tabel 1 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Air Limbah Domestik SSK Periode Tahun 2011-2016 Tujuan Sasaran Data Dasar 1. Terwujudnya 1. Terwujudnya Banyumas Stop desa/kelurahan Open BABS pada Defecation Free Tahun 2016; (ODF) sebanyak 50 desa pada tahun 2016; 2. Tersedianya septictank di setiap jamban atau MCK; 3. Tersedianya pengolahan air limbah hasil industri sebelum dibuang ke badan air; 4. Meningkatkan IPAL Komunal rumah tangga di setiap kawasan permukiman pada tahun 2016; dan 5. Tersedianya regulasi tentang air limbah domestk dan non domestik. 2. Tersedianya septic tank di setiap jamban atau MCK dari 38,74% pada Tahun 2011 menjadi 70% pada tahun 2016; 3. Tersedianya pengolahan air limbah hasil industri sebelum dibuang ke badan air sebesar 30% pada tahun 2016; 4. Meningkatkan IPAL Komunal rumah tangga di setiap kawasan permukiman dari 10 IPAL menjadi 60 IPAL pada tahun 2016; dan 5. Tersedianya regulasi tentang air limbah domestik dan non domestik pada tahun 2016. Status Saat Ini Desa/Kelurahan berstatus ODF sebanyak 49 Hasil Data EHRA 2015 Stop BABS sebesar 57,8%, akibatnya masih di bawah stabdar yang ditetapkan. Hasil Data EHRA 2015 Tempat buang ari besar baik menggunakan jamban dan MCK persentasenya sebesar 77,55% Terbangun 49 IPAL komunal Belum adanya regulasi tentang air limbah domestik dan non domestik RINGKASAN EKSEKUTIF xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF Tabel 2 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Persampahan SSK Tahun 2011-2016 Tujuan Sasaran Data Dasar 1. Berkurangnya Terwujudnya cakupan timbulan sampah layanan pengelolaan di kawasan persampahan dari permukiman pada 58% pada tahun 2011 tahun 2016; menjadi 80% pada tahun 2016; Mengkatkan ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang berwawasan lingkungan (TPST Mandiri); Meningkatkan jumlah desa/ kelurahan yang memiliki sistem pengelolaan sampah dari sumbernya; Meningkatkan sistem pengelolaan TPA dari open dumping ke sanitary landfill pada tahun 2016 Membentuk regulasi tentang pengelolaan sampah di tingkat sumber, TPS, dan TPA. Terbangun dan terkelolanya TPST mandiri sebabanyak 27 TPST pada tahun 2016; Meningkatnya jumlah desa yang memiliki bank sampah (pengelolaan dari sumber) dari 1 desa/kelurahan pada tahun 2011 menjadi 50 desa/kelurahan pada tahun 2016; Terwujudnya TPA Kaliori dengan sistem sanitary landfill pada tahun 2016 dan tersusunnya DED TPA Tipar Kidul dengan sistem sanitary landfill Tersedianya regulasi tentang pengelolaan sampah dari sumber, TPS dan TPA pada Tahun 2016. Status Saat ini Data EHRA: Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 2,36%; Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 11,67%; Dibakar 66,43%; Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 0,84%; Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 6,76%; Dibuang ke sungai/kali/laut/danau 3,42%; Dibiarkan saja sampai membusuk 0,17%; Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 7,24%; Lain-lain 1,03% Sudah ada pembangunan TPS 3R (Kel. Berkoh, Kel. Tanjung, dan Kel. Purwokerto Kidul) Jumlah Bank sampah 2 Lokasi (Kel. Arcawinangun & di BLH) Controlled landfill Belum ada regulasi tentang pengelolaan sampah dari sumber, TPS dan TPA xv

Tabel 3 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Drainase SSK Tahun 2011-2016 Tujuan Sasaran Data Dasar 1. Terwujudnya 1. Terlaksananya sistem drainase pembangunan dan yang tertata pemeliharaan dengan baik, drainase sesuai sehingga jelas dengan masterplan aliran airnya dan drainase kabupaten tidak timbul Banyumas sebesar genangan; 60% dari rencana pada Tahun 2016; 2. Terwujudnya Kabupaten Banyumas bebas banjir pada tahun 2016 3. Terwujudnya kawasan permukiman bebas genangan tahun 2016. 2. Terlaksananya penanganan daerah rawan banjir di kabupaten Banyumas sebesar 50% pada tahun 2016; dan 3. Menurunya jumlah genangan air di kawasan permukiman sebesar 60% pada tahun 2016. Status Saat ini Data EHRA 2015, akibat tidak adanya drainase, air genangan/ banjir akan menggenang di depan rumah sebesar 47,60% Pembangunan dan pemeliharaan drainase seuai dengan master plan Kabupaten Banyumas untuk wilayah perkotaan Purwokerto telah 100% dari perencanaan. Data EHRA 2015, persentase rumah tangga yang mengalami banjir di Kabupaten Banyumas sebesar 28,32% sebaliknya 71, % rumah tangga tidak mengalami banjir. Data EHRA 2015, jumlah genangan air sebesar 6,48% di kawasan pemukiman. Tabel 4 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Prohisan SSK Tahun 2011-2016 Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat ini Terwujudnya sekolah, rumah, Terwujudnya lingkungan Beberapa sekolah dan institusi yang sehat pada sekolah, institusi dan di Kabupaten tahun 2016; rumah yang sehat Banyumas sudah sebesar 80% pada menerapkan tahun 2016; sekolah adiwiyata Meningkatnya pengetahuan Meningkatkan Perilaku Hasil data EHRA dan kesadaran masyarakat Hidup Bersih dan Sehat 2015, persentase tentang Perilaku Hidup Bersih (PHBS) di masyarakat Perilaku Hidup dan Sehat (PHBS); dan dari 65% menjadi 80% Bersih dan Sehat pada tahun 2016; dan (PHBS) sebesar 81,4% Membentuk regulasi tentang Tersusunnya regulasi PHBS Perilaku Hidup Bersih Belum ada regulasi dan Sehat (PHBS) di tentang PHBS. Kabupaten Banyumas pada Tahun 2014. RINGKASAN EKSEKUTIF xvi

TINGKAT AREA BERESIKO SANITASI KABUPATEN BANYUMAS Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti dengan penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut. Dari kriteria tersebut diatas maka didapat 15 desa/ kelurahan beresiko sangat tinggi, 109 desa/ kelurahan, beresiko tinggi, 158 desa/ kelurahan beresiko sedang dan 49 desa/ kelurahan kurang berisiko. Hasil penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/ derajat risiko ini dapat dilihat pada peta di bawah ini : Tabel 5 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko di Kabupaten Banyumas Kecamatan Desa/Kelurahan Area Berisiko Lumbir Cingebul 3 Cidora 3 Besuki 3 Parungkamal 3 Cirahab 3 Canduk 3 Wangon Jurangbahas 3 Cikakak 3 Windunegara 3 Jatilawang Gunung Wetan 3 Karanganyar 3 Adisara 3 Tinggarjaya 3 Tanjung 3 Gentawangi 3 Rawalo Tambaknegara 3 Sidamulih 3 Pesawahan 3 Tipar 3 Kebasen Karangsari 3 Randegan 3 Kaliwedi 3 Sawangan 3 Kalisalak 3 Kebasen 3 Kemranjen Grujugan 3 Sibrama 3 Kecila 3 RINGKASAN EKSEKUTIF xvii

Kecamatan Desa/Kelurahan Area Berisiko Nusamangir 3 Pageralang 3 Petarangan 3 Sumpiuh Pandak 4 Kuntili 4 Kemiri 4 Nusadadi 4 Sumpiuh 3 Kradenan 3 Selanegara 3 Ketanda 3 Tambak Plangkapan 4 Gumelar Kidul 3 Gumelar Lor 3 Prembun 3 Pesantren 3 Watuagung 4 Somagede Kanding 3 Kalibagor Srowot 3 Suro 3 Kalipucak Kidul 3 Kalisogra Wetan 3 Banyumas Karangrau 3 Kejawar 3 Kalisube 3 Papringan 3 Patikraja Kedungrandu 3 Kedungwuluh Lor 3 Karanganyar 3 Purwojati Gerduren 4 Purwojati 3 Kaliputih 3 Kaliwangi 3 Kalitapen 3 Ajibarang Darmakradenan 4 Sawangan 4 Kalibenda 3 RINGKASAN EKSEKUTIF xviii

Kecamatan Desa/Kelurahan Area Berisiko Karangbawang 3 Kracak 3 Gumelar Gumelar 3 Tlaga 3 Samudra 4 Pekuncen Cibangkong 3 Cikawung 3 Tumiyang 3 Pekuncen 3 Pasiram Lor 3 Pasiram Kidul 3 Kranggan 3 Cilongok Batuanten 3 Jatisaba 3 Panusupan 3 Pejogol 3 Pageraji 3 Cilongok 3 Langgongsari 3 Rancamaya 3 Panembangan 3 Kalisari 3 Karangtengah 3 Sokawera 4 Karang Lewas Kediri 3 Pengebatan 3 Tamansari 3 Karanggude 3 Pasir Lor 3 Pasir Kulon 3 Jipang 3 Babakan 3 Kedung Banteng Keniten 3 Baseh 3 Kalikesur 3 Baturraden Pamijen 4 Karangsalam Lor 4 Kemutug Kidul 3 RINGKASAN EKSEKUTIF xix

Kecamatan Desa/Kelurahan Area Berisiko Sumbang Karanggintung 3 Karangcegak 3 Silado 3 Susukan 3 Kebanggan 3 Kawungcarang 3 Banteran 4 Kedungmalang 3 Kembaran Kramat 3 Purbadana 3 Bojongsari 3 Karangsoka 3 Bantarwuni 3 Linggasari 3 Sokaraja Jompo Kulon 3 Banjaranyar 3 Sokaraja Lor 3 Wiradadi 4 Purwokerto Selatan Karang Klesem 3 Purwokerto Barat Purwokerto Timur Purwokerto Lor 3 Purwokerto Utara Grendeng 3 RINGKASAN EKSEKUTIF xx

Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas 2016-2020 Gambar 1 Peta Area Berisiko Kab. Banyumas xiii

VISI DAN MISI SANITASI Visi dan Misi Sanitasi Kab. Banyumas ditetapkan dengan mempertimbangkan dan bersifat mendukung terhadap Misi induk Kab. Banyumas sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen RPJMD periode 2013-2018 pada pernyataan Misi no. 5 terkait meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah yang menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Serta Visi dan Misi sebagaimana Rencana Strategis SKPD terkait dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kab. Banyumas 2005 2025, maka Visi Sanitasi Kabupaten Banyumas adalah Terwujudnya Banyumas yang bersih, sehat, mandiri, dan sejahtera melalui peningkatan pengelolaan sanitasi secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Adapun misi untuk masing-masing sektor adalah sebagai berikut: Misi Air Limbah Domestik: 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Infrastruktur sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik yang berwawasan lingkungan 2. Meningkatkan Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan air limbah domestik sebagai wujud keselarasan lingkungan 3. Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik tercapainya derajat kesejahteraan masyarakat Misi Persampahan 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Infrastruktur sarana prasarana pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan 2. Meningkatkan Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan persampahan sebagai wujud keselarasan lingkungan 3. Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengelolaan persampahan tercapainya derajat kesejahteraan masyarakat Misi Drainase Lingkungan 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Infrastruktur sarana prasarana pengelolaan drainase yang berwawasan lingkungan 2. Meningkatkan Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan drainase sebagai wujud keselarasan lingkungan 3. Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengelolaan drainase tercapainya derajat kesejahteraan masyarakat Misi PHBS Mewujudkan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) xiii

Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas 2016-2020 Gambar 2 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik xiii

Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas 2016-2020 Gambar 3 Peta Tahapan Pengembangan Persampahan xiii

Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas 2016-2020 Gambar 4 Peta Tahapan Pengembangan Drainase Lingkungan xiii

Sedangkan indikasi kerangka pembiayaan pembangunan sanitasi Kabupaten Banyumas tahun 2016-2020 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 6 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun No. Uraian Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) Total Kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020 Anggaran 1 Air Limbah 10.454 13.255 8.053 10.940 7.663 50.365 Domestik 2 Persampahan 10.150 12.042 13.834 14.836 8.958 59.820 3 Drainase 6.642 8.722 7.792 2.482 1.982 27.620 4 PHBS 360,7 1.171,00 1.190 1.190 1.190 5.101,70 Jumlah 27.740 35.189 30.792 29.472 19.841 142.907 Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 Tabel 7 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran No. Uraian Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) Total Kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020 Anggaran A. Pemerintah 1 APBD 14.804 20.078 15.874 19.703 13.798 84.257 Kabupaten 2 APBD 337,7 1.587 137 137 137 2.335,70 Provinsi 3 APBN 11.360 12.217 13.560 8.310 4.560 50.007 Jumlah A 26.502 33.882 29.571 28.150 18.495 136.600 B. Non Pemerintah 1 CSR Swasta 5 10 10 10 10 45 2 Masyarakat 1.100 1.298 1.288 1.288 1.288 6.262 Jumlah B 1.105 1.308 1.298 1.298 1.298 6.307 TOTAL A + B 27.607 35.190 30.869 29.448 19.793 142.907 Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 Adapun Strategi penanganan sanitasi, serta Program dan Kegiatan yang berkaitan dengan Sanitasi dapat dilihat dalam tabel kerangka kerja logis terlampir. Tujuan pembangunan sanitasi tingkat Kabupaten telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Banyumas dan dinyatakan dalam sebuah dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Dokumen SSK juga mencantumkam target-target pembangunan sanitasi sub sektor (air limbah domestik, persampahan, drainase lingkungan, dan aspek PHBS). Strategi, kebijakan dan daftar panjang program dan kegiatan telah disiapkan dalam dokumen ini guna mendukung tercapainya tujuan pembangunan sanitasi Kabupaten Banyumas. xiii

Sedangkan implementasinya perlu kerja keras dan kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan, baik dari pemerintah, maupun masyarakat sebagai subyek pembangunan sanitasi itu sendiri serta swasta dan pelaku usaha melalui perannya masing-masing. Demikian sekilas ringkasan Strategi Sanitasi Kabupaten Banyumas Tahun 2015 yang memuat strategi terhadap pemenuhan target-target sanitasi 2016-2020. xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan dan perkembangan suatu kota akibat perkembangan ekonomi dan pembangunan infrastruktur, maka kebutuhan akan utilitas di bidang sanitasi akan meningkat. Peningkatan pelayanan sanitasi suatu kota sangat bergantung pada pertambahan penduduk, tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, aktivitas perekonomian dan pembangunan serta ketersedian sumber daya alam (sumber air bersih). Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan bahwa akses sanitasi layak di Indonesia baru menempati angka ke 8 dari 10 Negara di Asia Tenggara dan termasuk dalam kategori terlambat. Wilayah Kabupaten Banyumas telah mengalami perkembangan pesat dari segi jumlah penduduk, aktivitas ekonomi dan kegiatan pembangunan fisik, namun belum mampu memberikan tingkat pelayanan sanitasi yang baik kepada masyarakat (pelayaan prima), yang mencakup: pelayanan air minum, pelayanan air limbah (domestik dan non domestik), pelayanan kebersihan/persampahan, dan penanganan drainase. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyumas setiap tahun mengalami peningkatan, dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 1,1 % (BPS Kabupaten Banyumas, 2014). Bertambahnya penduduk berarti meningkat pula tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Banyumas, sementara luasan lahan permukiman semakin menyempit. Bertambahnya penduduk juga menyebabkan produksi sampah dan air limbah akan meningkat, belum memadainya sarana dan prasarana sanitasi akan berdampak buruk terhadap kesehatan lingkungan seperti meningkatnya angka kesakitan dan bahkan angka kematian bayi. Kondisi ini merupakan salah satu alasan bagi Pemerintah untuk secara nasional melaksanakan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Melalui program PPSP yang bertujuan untuk memprioritaskan pembangunan sanitasi melalui pendekatan penyusunan dokumen perencanaan sanitasi sebelum pelaksanaan tahap implementasi. Pada tahun 2011 Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Banyumas telah berhasil menyusun tiga rangkaian dokumen perencanaan pembangunan sanitasi yaitu; Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Banyumas 2012 2016 dan pada Tahun 2012 dokumen BAB I PENDAHULUAN I - 1

Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS). Seiring dengan berjalannya waktu dan pembangunan yang telah dilaksanakan, dokumen perencanaan tersebut perlu dievaluasi untuk mengetahui hasil implementasi dan deviasi yang mungkin terjadi, serta sebagai tolak ukur untuk merumuskan langkah selanjutnya dalam perencanaan pembangunan sanitasi. Program PPSP di Kabupaten Banyumas memasuki Tahap II 2016 2020 dokumen perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Banyumas mendapat kesempatan untuk direview. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 648-565/Kep/Bangda/2014, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu Kabupaten/Kota yang terpilih untuk melaksanakan Pemutakhiran Stategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Dokumen BPS, SSK, dan MPSS sudah habis masa berlakunya akan dilakukan updating/review kembali agar dapat dimplementasikan. Adapun dokumen perencanaan yang telah di review tersebut dinamai pemutakhiran SSK dan disusun dalam 1 (satu) tahun anggaran saja yang dilakukan oleh Pokja AMPL Kabupaten Banyumas. Pemutakhiran SSK disusun oleh Tim Pokja AMPL dengan mengacu pada kondisi dan permasalahan yang ada, yang merupakan hasil suatu konsolidasi dan integrasi keluaran proses perencanaan. SSK merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahunan) yang memberikan arah bagi pengembangan layanan sanitasi yang dapat diwujudkan sebagai suatu rencana pembangunan sanitasi yang kompehensif dan bersifat strategis. Dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terarah, terintegrasi, dan berkelanjutan serta tanggap terhadap perubahan, sekaligus menjadi wujud perhatian yang lebih dari Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas terhadap pengelolaan sanitasi terutama untuk berkontribusi dalam pencapaian RPJPD (2005 2025) dan RPJMD (2013-2018) dari sektor sanitasi. Pemutakhiran SSK ini perlu dilakukan mengingat beberapa kondisi di bawah ini : 1. Periode pelaksanaan yang tercantum dalam dokumen SSK telah melampaui masa berlaku atau telah kadaluarsa, yaitu lebih dari 5 tahun. 2. Peningkatan kualitas dokumen dari SSK sebelumnya yang disebabkan oleh ketidaklengkapan data maupun akibat adanya keraguan atas validitas data yang digunakan. 3. Adanya kebutuhan untuk mempercepat implementasi terutama terkait dengan pencapaian target Pemerintah akan memasuki periode RPJMN baru 2015 2019 yang menetapkan target baru yaitu tercapainya Universal Access berupa cakupan akses 100% untuk air minum/air bersih, dan sanitasi, serta 0% kawasan pemukiman kumuh di akhir tahun 2019. 4. Adanya penyesuaian/perubahan RPJMD yang menjadi acuan dari SSK. Perubahan RPJMD terjadi akibat adanya pergantian Kepala Daerah. BAB I PENDAHULUAN I - 2

Hubungan antara SSK yang disusun dan telah dimutakhirkan ini dengan dokumen perencanaan lainnya antara lain: 1. SSK Kabupaten Banyumas merupakan pelengkap dari dokumen perencanaan resmi yang ada di Kabupaten Banyumas, seperti RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD; 2. SSK Kabupaten Banyumas merupakan penjabaran secara lengkap sebagian dari RPI2JM tahun 2013-2018, khususnya dalam bidang sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase); 3. Penyusunan SSK Kabupaten Banyumas mengacu pada dokumen Perda Kaupaten Banyumas Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW tahun 2011-2031) Kabupaten Banyumas, khususnya berkaitan dengan zonasi pembangunan sarana sanitasi. SSK diperlukan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan para pelaku pembangunan menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah antar ruang antar waktu antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah, menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan dengan tujuan mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan. Setelah disepakati, SSK akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan (annual action plan). Isinya, informasi lebih rinci dari berbagai usulan kegiatan (program atau proyek) pengembangan layanan sanitasi yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya. Pembangunan infrastruktur sanitasi yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana dan terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Dengan mendayagunakan sumber daya yang lebih optimal diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan diberbagai daerah, penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan dengan tetap menjaga daya dukung lingkungan. Untuk meujudkan hal tersebut perlu disiapkan perencanaan program infrastruktur yang dapat mendukung kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan secara terpadu. 1.2 Metodologi Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Banyumas ini disusun oleh Pokja AMPL melalui proses partisipastif dan terintegrasi lewat diskusi, lokalatih, lokakarya dan pembekalan yang dilakukan oleh Tim Pokja Kabupaten Banyumas dibantu Pokja AMPL Prov. Jawa Tengah lewat fasilitasi dari Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU PR) dan Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPPENAS) melalui BAB I PENDAHULUAN I - 3

Provincial Sanitation Development Advisor (ProSDA) dan City Fasilitor (CF). Adapun proses yang dilakukan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut: 1. Pembentukkan Pokja AMPL dibentuk melalui SK Bupati Banyumas Nomor : 050/120/2015 tanggal 09 Februari 2015. Pokja AMPL terdiri dari dua tim yaitu Tim Koordinasi yang diketuai oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Banyumas dan beranggotakan kepala SKPD yang terkait dengan pembangunan sanitasi, dan Pokja AMPL Operasionalisasi yang diketuai oleh Kapala Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah BAPPEDA Kabupaten Banyumas dan beranggotakan para Kepala Bidang dan Kepala Sub Bidang/Seksi pada SKPD SKPD yang menangani sanitasi ditambah dengan unsur masyarakat, LSM dan organisasi lainnya. Bupati dan Wakil Bupati Banyumas kedudukan dalam Tim sebagai Penasihat. 2. Review/Updating Buku Putih dan Strategi Sanitasi Kabupaten Banyumas yang dilakukan pada tanggal 19 Mei 2015 di Ruang Rapat Bappeda Kabupaten Banyumas. 3. Pelatihan (Coaching Clinic). 4. Pelatihan Enumerator EHRA yang dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2015. 5. Pelaksanaan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA). 6. Pengumpulan data berupa data primer dan sekunder. 7. Pengumpulan persepsi SKPD. 8. Pengisian Instrumen Profil Sanitasi dan Instrumen Perencanaan Sanitasi. 9. Input dan penulisan Dokumen SSK. 10. Lokalatih I yang dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2015 di ruang rapat BAPPEDA Kabupaten Banyumas. 11. Lokalatih II. 12. Pra Lokakarya dan Lokakarya yang dilaksanakan Pokja Provinsi dan Satker PAMS 13. Rapat koordinasi Pokja dan Pusat (Bappenas). 14. Penyusunan SSK oleh Pokja AMPL Kabupaten Banyumas didampingi oleh City Fasilitor. 15. Konsultasi Publik. 16. Monitoring dan Evaluasi. Untuk melakukan proses pemutakhiran SSK, terdapat lima (5) proses utama yang perlu dijalani oleh Pokja AMPL Kabupaten Banyumas. Proses tersebut adalah : 1. Milestone 1 : Internalisasi dan penyamaan persepsi. 2. Milestone 2 : Pemetaan kondisi dan kemajuan pembangunan sanitasi. 3. Milestone 3 : Skenario pembangunan sanitasi. 4. Milestone 4 : Konsolidasi penganggaran dan pemasaran sanitasi. 5. Milestone 5 : Finalisasi dokumen. BAB I PENDAHULUAN I - 4

Pemahaman air limbah domestik, persampahan, dan drainase Sanitasi di Indonesia didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi dalam 3 (tiga) subsektor, yaitu: i) air limbah; ii) persampahan; dan iii) drainase tersier. 1. Pengertian Air Limbah Domestik Berdasarkan KepmenLH Nomor 112 Tahun 2003 adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Pengertian air limbah domestik yang digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Banyumas adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau permukiman termasuk didalamnya air buangan yang berasal dari WC, kamar mandi, tempat cuci dan tempat memasak. 2. Pengertian Sampah dan Pengelolaan Sampah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 disebutkan definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons masyarakat. Menurut Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi: a. Pembatasan timbulan sampah; b. Pendauran ulang sampah; dan/atau c. Pemanfaatan kembali sampah. BAB I PENDAHULUAN I - 5

Sedangkan kegiatan penanganan meliputi : a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahan sampah terpadu; c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah 3R terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir (TPA) atau tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. 3. Pengertian Drainase Lingkungan Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Sistem drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban). Sistem tersebut berupa jaringan pembuangan air yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan manusia. Berdasarkan fisiknya, sistem drainase terdiri atas saluran primer, sekunder dan tersier. Sistem Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran saluran sekunder. Saluran primer relatif besar sebab letak saluran paling hilir. Aliran dari saluran primer langsung dialirkan ke badan air. Sistem Saluran Sekunder adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran saluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer. Sistem saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran saluran pembuangan rumah rumah, umumnya saluran tersier ini adalah saluran kiri kanan jalan perumahan. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini merupakan produk bottom up dan top down planning, dengan mengkamodir kebutuhan akan layanan sanitasi yang ada sekaligus menindaklanjuti arahan makro pembangunan daerah dari RPJMD Kabupaten Banyumas. Metodologi penyusunan yang digunakan adalah metoda kajian dan review, metode pengumpulan data primer untuk mengindentifikasi kebutuhan warga kota menyangkut sanitasi, dan dengan metode scoring untuk merumuskan bobot penilaian area berisiko. Metode yang BAB I PENDAHULUAN I - 6

digunakan dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendektan dan alat bantu yang secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Serangkaian kegiatan dan metode dilakukan bersama sama dengan tim Pokja AMPL Kabupaten melalui kegiatan lokakarya, pelatihan, diskusi, dan pembekalan. Metode penyususnan SSK ini, terdiri dari tahapan berikut: 1. Metode pengumpulan data Data yang digunakan dalam dokumen ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder memanfaatkan Banyumas Dalam Angka tahun 2014 serta data terupdate dari SKPD terkait. Data sekunder meliputi data teknis, partisipasi swasta, pemberdayaan masyarakat jender dan kemiskinan, dan kelembagaan serta keuangan. Sedangkan data primer memanfaatkan Studi EHRA, media dan komunikasi, strategi sanitasi sekolah, dan persepsi SKPD yang terlibat dalam Pokja AMPL Kabupaten Banyumas. Dalam rangka ini maka data yang akurat berkaitan dengan kebutuhan infrastruktur diperlukan. Keberhasilan data untuk menjadi bahan analisis akan terjadi apabila data diperoleh dengan menggunakan metode yang benar. Sumber data, cara memperoleh data untuk menjadi bahan analisis akan terjadi apabila data diperoleh dengan menggunakan metode yang benar. Sumber data, cara memperoleh data maupun pengelolaan dan pengolahannya akan mempengaruhi suatu hasil akhir yang ingin dicapai. 2. Metode analisis Merumuskan SSK yang menjadi basis penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kabupaten jangka menegah (5 Tahun). Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman sistem sanitasi kabupaten. Pada pelaksanaan analisis SWOT, isu strategis diidentifikasi dari setiap data yang ada untuk kemudian diberi bobot dan skor untuk mendapatkan posisi pengelolaan sanitasi dari setiap sub sektor sanitasi dan aspek Prohisan. Selain itu, penyusunan dokumen ini juga memanfaatkan tools yang disebut Sanitation Planning Tools, yaitu rangkaian tools yang digunakan untuk menganalisis dan menentukan area beresiko serta rencana zona sistem sanitasi (tahapan pengembangan sanitasi) dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. 3. Metode penyusunan strategi hingga program dan kegiatan Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Banyumas menjadi dasar dalam merumuskan visi dan misi sanitasi, yang kemudian dilanjutkan dengan merumuskan tujuan, sasaran dan strategi. Tiap-tiap strategi kemudian diterjemahkan menjadi berbagai usulan kegiatan berikut komponen-komponen kegiatan indikatifnya. Cakupan suatu Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang meliputi: BAB I PENDAHULUAN I - 7

Aspek Teknis; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan sektor sanitasi yang terdiri dari : (a) Layanan sub sektor air limbah domestic; (b) Layanan sub sektor persampahan; (c) Layanan Sub sektor drainase lingkungan; (d) Aspek Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan). Aspek non-teknis, meliputi : (a) Kajian peran swasta dalam penyedian layanan sanitasi; (b) Konsolidasi data kelembagaan terkait sanitasi; (c) Pemetaan keuangan dan perekonomian daerah; (d) Kajian komunikasi dan media; (e) Kajian peran serta masyarakat; (f) Kajian sanitasi sekolah. 4. Metode Penganggaran dan Pendanaan Melakukan konsilidasi penganggaran dan pemasaran sanitasi melalui upaya; eksternalisasi kepada Pokja AMPL Provinsi, Satker Pengembangan Air Minum dan Sanitasi (PAMS), Kementrian dan Lembaga terkait dan sumber pendanaan lainnya. Internalisasi keseluruh SKPD terkait sanitasi di tingkat kabupaten dan pemasaran sanitasi kepada Corporate Social Responsibility (CSR) dan pendanaan non pemerintah lainnya. 1.3 Dasar Hukum Landasan hukum dalam penyususnan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Banyumas adalah : a) Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten di Lingkungan Provinsi Jawa Tengah. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. BAB I PENDAHULUAN I - 8

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 12. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Kesehatan; b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pencemaran Udara. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota. 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. BAB I PENDAHULUAN I - 9

c) Peraturan Presiden Republik Indonesia 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2015-2019. 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi. d) Keputusan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. e) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang Penetapan Kelas Air. 3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL. 4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air. 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. f) Keputusan Menteri Kesehatan 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472 Tahun 1996 Tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 288/Menkes/SK/III/2003 Tentang Penyehatan Sarana dan bangunan umum. 4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 Tahun 2001 Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan). BAB I PENDAHULUAN I - 10

g) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP- SPP). 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/2008 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP). 3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Drainase Perkotaan. h) Peraturan Menteri Dalam Negeri 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010 Tentang Perubahan Permendagri 57/2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. i) Petunjuk Teknis 1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan. 2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah. 3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan. 4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih. 5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan. 6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik. 7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan. BAB I PENDAHULUAN I - 11

8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman. 9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus. 10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi. 11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK. j) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah 1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. 2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup Di Provinsi Jawa Tengah. 4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 2025. 6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029. 7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah. 8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah di Jawa Tengah. 9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 2018. k) Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas 1. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 38 Tahun 1995 tentang Kebersihan dan Keindahan Lingkungan. BAB I PENDAHULUAN I - 12

2. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 9 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. 3. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Banyumas Tahun 2005-2025. 4. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 23 Tahun 2009 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup di Kabupaten Banyumas. 5. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 25 Tahun 2009, tentang Struktur Organisasi Tata Kerja Setda dan Setwan Kabupaten Banyumas. 6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 26 Tahun 2009 tentang Struktur Organisasi Tata Kerja Dinas Kabupaten Banyumas. 7. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 27 Tahun 2009 tentang Struktur Organisasi Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Banyumas. 8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2011 tentang Ijin Mendirikan Bangunan. 9. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas Tahun 2011-203. 10. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah. 11. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 10 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyumas Tahun 2013 2018. 1.4 Sistematika Penulisan Sesuai dengan pedoman pemutakhiran SSK yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, susunan penulisan dokumen pemutakhiran SSK Kabupaten Banyumas disajikan dalam satu buku yang terdiri dari 6 (enam) Bab, serta lampiran, meliputi : a) BAB 1 Pendahuluan Menjelaskan latar belakang pemutakhiran SSK, peran SSK dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Banyumas, pentingnya memiliki dokumen strategi sanitasi yang berkelanjutan, metodologi penyusunan, dasar hukum, sistemetika penulisan, dan hubungan antara SSK sebelumnya dengan SSK yang telah dimutakhirkan serta kaitannya dengan dokumen perencanaan Kabupaten Banyumas seperti RPJPD, RPJMD dan RTRW Kabupaten Banyumas. BAB I PENDAHULUAN I - 13

b) BAB 2 Profil Wilayah dan Sanitasi Saat Ini Menguraikan tentang gambaran umum kondisi wilayah Kabupaten Banyumas, gambaran umum kondisi sanitasi yang ada, kemajuan pelaksanaan SSK, area berisiko dan permasalahan sanitasi berdasarkan hasil pengisian instrument profil dan peta area berisiko sanitasi. c) BAB 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Menguraikan visi dan misi sanitasi yang menjadi acuan dalam penyusunan SSK Kabupaten Banyumas ke arah pengembangan sanitasi lima tahun ke depan, pentahapan pengembangan sanitasi sesuai dengan zona dan sistem sanitasi yang direkomendasikan serta analisis kemampuan pendanaan santiasi. d) BAB 4 Strategi Pengembangan Sanitasi Menguraikan strategi pengembangan sanitasi seperti air limbah domestik, persampahan, dan drainase yang akan dicapai dan dijalankan. e) BAB 5 Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Menguraikan tentang ringkasan program, kegiatan dan indikasi pendanaan kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan pemerintah, kebutuhan biaya pengembangan sanitasi dengan sumber pendanaan non pemerintah dan antisipasi funding gap. f) BAB 6 Monitoring dan Evaluasi Capaian SSK Menguraikan tentang strategi monitoring dan evaluasi. BAB I PENDAHULUAN I - 14

Table of Contents 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Metodologi Penyusunan... 3 1.3 Dasar Hukum... 8 1.4 Sistematika Penulisan... 13 BAB I PENDAHULUAN I - 15

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1 Gambaran Wilayah Kabupaten Banyumas 2.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Banyumas Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Banyumas dibatasi oleh: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Cilacap. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes. Secara geografis, Kabupaten Banyumas terletak antara 108 0 39 17 109 0 27 15 Bujur Timur (BT) dan di antara 7 0 15 05 LS 7 0 37 10 Lintang Selatan (LS). Luas wilayah Kabupaten Banyumas adalah 132.759 Ha dengan jarak bentang terjauh dari barat ke timur adalah 96 Km dan dari utara ke selatan adalah sejauh 46 Km. Terdiri atas 27 Kecamatan dengan 301 Desa dan 30 Kelurahan. Wilayah Banyumas seluas 132.795 Ha sekitar 4,08% dari luas wilayah Propinsi Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Dari wilayah seluas 132.795 Ha, yang merupakan luas lahan terbangun adalah 20.727 Ha. Dari 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, Kecamatan Cilongok merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu sekitar 10.534 ha (7,93%). Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling sempit yaitu sekitar 740 Ha (0,56). 2.1.2 Topografi Wilayah Kabupaten Banyumas lebih dari 45% merupakan daerah dataran yang tersebar di bagian Tengah dan Selatan serta membujur dari Barat ke Timur. Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran 25 100 M dpl seluas 42.310,3 Ha dan 100-500 M dpl seluas 40.385,3 Ha. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 1

Berdasarkan kemiringan wilayah, Kabupaten Banyumas mempunyai 4 (empat) kategori yaitu: 1. 00 20 meliputi areal seluas 43.876,9 Ha atau 33,05% yaitu wilayah bagian Tengah dan Selatan. 2. 20 150 meliputi areal seluas 21.294,5 Ha atau 16,04% yaitu sekitar Gunung Slamet 3. 150 400 meliputi areal seluas 35.141,3 Ha atau seluas 26,47 % yaitu daerah lereng Gunung Slamet 4. Lebih dari 400 meliputi areal seluas 32.446,3 ha atau seluas 24,44 % yaitu daerah lereng Gunung Slamet. Dilihat dari bentuk tata alam dan penyebaran geografisnya, wilayah Kabupaten Banyumas dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kategori daerah yaitu: 1. Daerah pegunungan disebelah utara atau daerah lereng Gunung Slamet dan daerah Pegunungan Serayu Selatan yang membujur hampir sepanjang wilayah kabupaten dan hanya dipisahkan oleh lembah di daerah Jatilawang. 2. Dataran rendah terletak diantara lereng Gunung Slamet dan Pegunungan Serayu Selatan dengan lebar rata-rata 15 km; 3. Dataran rendah di sebelah Selatan Pegunungan Serayu Selatan, membujur dari arah Barat sampai dengan perbatasan Kabupaten Kebumen dengan lebar rata-rata 10 km. 2.1.3 Hidrologi dan Klimatologi Curah hujan di Kabupaten Banyumas cukup tinggi yaitu 2.725 mm per tahun, dengan suhu udara rata-rata 26,30C, suhu minimum sekitar 24,40C dan suhu maksimum sekitar 30,90C. Selama tahun 2012 di Kabupaten Banyumas terjadi hujan rata-rata pertahun sebanyak 126 hari dengan curah hujan rata-rata 3.048 mm per tahun. Kecamatan yang paling sering terjadi hujan di Kabupaten Banyumas adalah Kecamatan Kembaran dengan 153 hari hujan dan curah hujan pertahun mencapai 434 mm selama tahun 2012, sedangkan kecamatan yang paling sedikit terjadi hujan adalah Kecamatan Somagede dengan 52 hari hujan dengan curah hujan mencapai 128 mm dan kecamatan yang paling sedikit curah hujannya adalah kecamatan Kemranjen dengan curah hujan sebesar 62 mm dengan 54 hari hujan. 2.1.4 Penggunaan Lahan Luas wilayah Kabupaten Banyumas adalah 132.795 Ha atau sekitar 4,08% dari luas wilayah Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Luas wilayah tersebut terbagi menjadi lahan sawah sekitar 32.266 Ha atau 24,35 %, lahan pertanian bukan sawah seluas 61.598 Ha (39,11%) dan lahan bukan pertanian seluas 38.795 Ha (36,54%). BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 2

2.1.5 Kependudukan Penduduk Kabupaten Banyumas pada akhir tahun 2013 berjumlah 1.605.579 orang, yang terdiri dari 802.316 laki-laki dan 803.263 perempuan. Dari jumlah tersebut terlihat 3 kecamatan yang merupakan urutan teratas jumlah penduduknya yaitu Cilongok (113.187 orang), Ajibarang (92.612 orang), dan Sokaraja (80.763 orang). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Purwojati dengan jumlah 31.414 orang. Dengan luas Wilayah kabupaten Banyumas sekitar 1.328 kilomenter persegi yang didiami oleh 1.605.579 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk kabupaten Banyumas adalah sebanyak 1.209 orang kilometer persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan pendudukanya adalah Purwokerto Timur yakni sebanyak 6.874 orang per kilometer persegi, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Lumbir dengan kepadatan sebanyak 428 oarng per kilometer persegi. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 3

Gambar 2. 1 Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Banyumas Terhadap Prov. Jawa Tengah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 4

Gambar 2. 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Banyumas BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 5

Gambar 2. 3 Peta Tutupan Lahan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 6

Gambar 2. 4 Peta Kepadatan Penduduk BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 7

Tabel 2. 1 Gambaran Wilayah Kabupaten Banyumas No. Nama Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jumlah Jumlah Rasio Rumah Rata - Luas Wilayah Kepadatan Penduduk (Jiwa) Penduduk Jenis Tangga Rata Administrasi Terbangun Penduduk Desa Kel Laki - Laki Perempuan (Jiwa) Kelamin (KK) (KK) (Ha) (%) (Ha) (%) (Org/Ha) 1 Lumbir Lumbir 10-21.707 22.206 43.913 97.75 12.841 3,42 10.266 7,73% 527,89 2,55% 83,19 2 Wangon Wangon 12-37.211 37.296 74.507 99.77 20.499 3,63 6.078 4,58% 924,7 4,46% 80,57 3 Jatilaw ang Tunjung 11-28.825 29.299 58.124 98.38 16.016 3,63 4.816 3,63% 767 3,70% 75,78 4 Raw alo Rawalo 9-23.145 23.176 46.321 99.87 13.282 3,49 4.964 3,74% 861,56 4,16% 53,76 5 Kebasen Gambarsari 12-28.653 28.277 56.930 101.33 15.599 3,65 5.399 4,07% 1.714,55 8,27% 33,2 6 Kemranjen Kecila 15-32.182 32.007 64.189 100.55 17.622 3,64 6.071 4,57% 780,41 3,77% 82,25 7 Sumpiuh Kebokura 11 3 25.428 25.270 50.698 100.63 14.368 3,53 6.038 4,55% 920,51 4,44% 55,08 8 Tambak Kamulyan 12-21.323 21.152 42.475 100.81 12.248 3,47 5.203 3,92% 331,81 1,60% 128,01 9 Somagede Somagede 9-16.123 16.464 32.587 97.93 8.980 3,63 4.011 3,02% 535,1 2,58% 60,9 10 Kalibagor Kalibagor 12-23.826 23.433 47.259 101.68 12.618 3,75 3.573 2,69% 747,07 3,60% 63,26 11 Banyumas Sudagaran 12-23.041 23.188 46.229 99.37 12.336 3,75 3.809 2,87% 1.371,42 6,62% 33,71 12 Patikraja Notog 13-26.122 26.148 52.270 99.90 13.882 3,77 4.322 3,25% 556,4 2,68% 93,94 13 Purw ojati Purw ojati 10-15.644 15.770 31.414 99.20 9.433 3,33 3.786 2,85% 806,17 3,89% 38,97 14 Ajibarang Ajibarang 15-46.587 46.025 92.612 101.22 24.282 3,81 6.653 5,01% 893,64 4,31% 103,63 15 Gumelar Gumelar 10-23.161 22.597 45.758 102.50 13.815 3,31 9.395 7,07% 879,66 4,24% 52,02 16 Pekuncen Banjaranyar 16-32.378 33.080 65.458 97.88 17.421 3,76 9.270 6,98% 925,46 4,46% 70,73 17 Cilongok Pernasidi 20-57.036 56.151 113.187 101.58 30.399 3,72 10.534 7,93% 1.179,62 5,69% 95,95 18 Karanglew as Karanglewas Lor 13-30.538 29.769 60.307 102.58 15.391 3,92 3.248 2,45% 1.061,78 5,12% 56,8 19 Kedungbanteng Kedungbanteng 14-26.978 25.981 52.959 103.84 13.422 3,95 6.022 4,53% 538,2 2,60% 98,4 20 Baturaden Rempoah 12-24.582 24.836 49.418 98.98 12.385 3,99 4.553 3,43% 412,27 1,99% 119,87 21 Sumbang Sumbang 19-39.308 39.029 78.337 100.71 19.607 4,00 5.342 4,02% 588 2,84% 133,23 22 Kembaran Kembaran 16-38.322 38.115 76.437 100.54 20.017 3,82 2.592 1,95% 367,03 1,77% 208,26 23 Sokaraja Sokaraja Kulon 18-40.282 40.481 80.763 99.51 20.674 3,91 2.992 2,25% 619,99 2,99% 130,27 24 Purw okerto Selatan Karangklesem - 7 36.639 37.004 73.643 99.01 18.670 3,94 1.375 1,04% 916,48 4,42% 80,35 25 Purw okerto Barat Rejasari - 7 24.944 25.898 50.842 96.32 12.955 3,92 740 0,56% 416,97 2,01% 121,93 26 Purw okerto Timur Purwokerto Wetan - 6 28.328 29.553 57.881 95.85 14.691 3,94 842 0,63% 551,94 2,66% 104,87 27 Purw okerto Utara Bancarkembar - 7 30.003 31.058 61.061 96.60 22.226 2,75 901 0,68% 531,42 2,56% 114,9 Jum lah / Total 301 30 802.316 803.263 1.605.579 99.88 435.679 3,69 132.795 20.727 2.374 Sumber : Banyumas dalam angka, 2014 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 8

Tabel 2. 2 Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Banyumas Tahun 2015 2020 No. Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (orang) Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Tahun Tahun Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 1 Lumbir 17.397 17.658 17.923 18.192 18.465 18.742 26.517 26.915 27.318 27.728 28.144 28.566 43.914 44.573 45.241 45.920 46.609 47.308 2 Wangon 43.031 43.676 44.332 44.997 45.672 46.357 31.477 31.949 32.428 32.915 33.409 33.910 74.508 75.626 76.760 77.911 79.080 80.266 3 Jatilawang 9.254 9.393 9.534 9.677 9.822 9.969 48.871 49.604 50.348 51.103 51.870 52.648 58.125 58.997 59.882 60.780 61.692 62.617 4 Rawalo 11.858 12.036 12.216 12.400 12.586 12.774 34.464 34.981 35.506 36.038 36.579 37.128 46.322 47.017 47.722 48.438 49.164 49.902 5 Kebasen 8.610 8.739 8.870 9.003 9.138 9.275 48.321 49.046 49.782 50.528 51.286 52.055 56.931 57.785 58.652 59.532 60.424 61.331 6 Kemranjen 28.583 29.012 29.447 29.889 30.337 30.792 35.571 36.105 36.646 37.196 37.754 38.320 64.154 65.116 66.093 67.084 68.091 69.112 7 Sumpiuh 28.077 28.498 28.926 29.360 29.800 30.247 22.622 22.961 23.306 23.655 24.010 24.370 50.699 51.459 52.231 53.015 53.810 54.617 8 Tambak 20.306 20.611 20.920 21.234 21.552 21.875 22.170 22.503 22.840 23.183 23.530 23.883 42.476 43.113 43.760 44.416 45.082 45.759 9 Somagede 9.572 9.716 9.861 10.009 10.159 10.312 23.016 23.361 23.712 24.067 24.428 24.795 32.588 33.077 33.573 34.077 34.588 35.107 10 Kalibagor 7.409 7.520 7.633 7.747 7.864 7.982 39.851 40.449 41.055 41.671 42.296 42.931 47.260 47.969 48.688 49.419 50.160 50.912 11 Banyumas 22.323 22.658 22.998 23.343 23.693 24.048 23.907 24.266 24.630 24.999 25.374 25.755 46.230 46.923 47.627 48.342 49.067 49.803 12 Patikraja 36.086 36.627 37.177 37.734 38.300 38.875 16.185 16.428 16.674 16.924 17.178 17.436 52.271 53.055 53.851 54.659 55.479 56.311 13 Purwojati 4.211 4.274 4.338 4.403 4.469 4.536 27.204 27.612 28.026 28.447 28.873 29.306 31.415 31.886 32.365 32.850 33.343 33.843 14 Ajibarang 31.012 31.477 31.949 32.429 32.915 33.409 61.601 62.525 63.463 64.415 65.381 66.362 92.613 94.002 95.412 96.843 98.296 99.771 15 Gumelar 24.413 24.779 25.151 25.528 25.911 26.300 21.346 21.666 21.991 22.321 22.656 22.996 45.759 46.445 47.142 47.849 48.567 49.295 16 Pekuncen 13.230 13.428 13.630 13.834 14.042 14.252 52.230 53.013 53.809 54.616 55.435 56.267 65.460 66.442 67.439 68.450 69.477 70.519 17 Cilongok 29.614 30.058 30.509 30.967 31.431 31.903 83.574 84.828 86.100 87.392 88.702 90.033 113.188 114.886 116.609 118.358 120.134 121.936 18 Karanglewas 27.353 27.763 28.180 28.602 29.031 29.467 32.956 33.450 33.952 34.461 34.978 35.503 60.309 61.214 62.132 63.064 64.010 64.970 19 Kedungbanteng 33.426 33.927 34.436 34.953 35.477 36.009 19.535 19.828 20.125 20.427 20.734 21.045 52.961 53.755 54.562 55.380 56.211 57.054 20 Baturaden 26.460 26.857 27.260 27.669 28.084 28.505 22.960 23.304 23.654 24.009 24.369 24.734 49.420 50.161 50.914 51.677 52.453 53.239 21 Sumbang 37.846 38.414 38.990 39.575 40.168 40.771 40.494 41.101 41.718 42.344 42.979 43.624 78.340 79.515 80.708 81.918 83.147 84.394 22 Kembaran 43.411 44.062 44.723 45.394 46.075 46.766 33.028 33.523 34.026 34.537 35.055 35.581 76.439 77.586 78.749 79.931 81.130 82.347 23 Sokaraja 53.802 54.609 55.428 56.260 57.103 57.960 26.963 27.367 27.778 28.195 28.618 29.047 80.765 81.976 83.206 84.454 85.721 87.007 24 Purwokerto Selatan 73.644 74.749 75.870 77.008 78.163 79.336 0 0 0 0 0 0 73.644 74.749 75.870 77.008 78.163 79.336 25 Purwokerto Barat 50.844 51.607 52.381 53.166 53.964 54.773 0 0 0 0 0 0 50.844 51.607 52.381 53.166 53.964 54.773 26 Purwokerto Timur 57.883 58.751 59.633 60.527 61.435 62.356 0 0 0 0 0 0 57.883 58.751 59.633 60.527 61.435 62.356 27 Purwokerto Utara 61.061 61.977 62.907 63.850 64.808 65.780 0 0 0 0 0 0 61.061 61.977 62.907 63.850 64.808 65.780 Jumlah 810.716 822.877 835.220 847.748 860.464 873.371 794.863 806.786 818.888 831.171 843.639 856.293 1.605.579 1.629.663 1.654.108 1.678.919 1.704.103 1.729.665 Sumber: Banyumas dalam angka (diolah), 2014 Metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah Metode Geometrik (bunga berganda), dengan formula sebagai berikut : P n P n P o = P o (1 + r) n = jumlah penduduk tahun tertentu / akhir = jumlah penduduk tahun awal r = rata-rata pertumbuhan penduduk n = selisih tahun Asumsi: laju pertumbuhan adalah sama untuk tiap tahun, yang artinya pertambahan absolut tiap tahun semakin besar BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 9

Tabel 2. 3 Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) Kabupaten Banyumas Tahun 2015 2020 No. Nama Kecamatan Jumlah Rumah Tangga (KK) Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Tahun Tahun Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 1 Lumbir 5.059 5.135 5.212 5.290 5.369 5.450 7.782 7.899 8.017 8.137 8.260 8.383 12.841 13.034 13.229 13.428 13.629 13.833 2 Wangon 11.839 12.017 12.197 12.380 12.565 12.754 8.660 8.790 8.922 9.056 9.191 9.329 20.499 20.806 21.119 21.435 21.757 22.083 3 Jatilawang 2.515 2.553 2.591 2.630 2.669 2.709 13.501 13.704 13.909 14.118 14.329 14.544 16.016 16.256 16.500 16.748 16.999 17.254 4 Rawalo 3.323 3.373 3.423 3.475 3.527 3.580 9.959 10.108 10.260 10.414 10.570 10.729 13.282 13.481 13.683 13.889 14.097 14.308 5 Kebasen 2.333 2.368 2.404 2.440 2.476 2.513 13.266 13.465 13.667 13.872 14.080 14.291 15.599 15.833 16.070 16.312 16.556 16.805 6 Kemranjen 8.011 8.131 8.253 8.377 8.503 8.630 9.611 9.755 9.901 10.050 10.201 10.354 17.622 17.886 18.155 18.427 18.703 18.984 7 Sumpiuh 7.788 7.905 8.023 8.144 8.266 8.390 6.580 6.679 6.779 6.881 6.984 7.089 14.368 14.584 14.802 15.024 15.250 15.478 8 Tambak 5.825 5.912 6.001 6.091 6.182 6.275 6.423 6.519 6.617 6.716 6.817 6.919 12.248 12.432 12.618 12.807 13.000 13.195 9 Somagede 2.601 2.640 2.680 2.720 2.761 2.802 6.379 6.475 6.572 6.670 6.770 6.872 8.980 9.115 9.251 9.390 9.531 9.674 10 Kalibagor 1.895 1.923 1.952 1.982 2.011 2.041 10.723 10.884 11.047 11.213 11.381 11.552 12.618 12.807 12.999 13.194 13.392 13.593 11 Banyumas 5.729 5.815 5.902 5.991 6.081 6.172 6.607 6.706 6.807 6.909 7.012 7.118 12.336 12.521 12.709 12.899 13.093 13.289 12 Patikraja 9.200 9.338 9.478 9.620 9.765 9.911 4.682 4.752 4.824 4.896 4.969 5.044 13.882 14.090 14.302 14.516 14.734 14.955 13 Purwojati 1.157 1.174 1.192 1.210 1.228 1.246 8.276 8.400 8.526 8.654 8.784 8.916 9.433 9.574 9.718 9.864 10.012 10.162 14 Ajibarang 7.956 8.075 8.196 8.319 8.444 8.571 16.326 16.571 16.819 17.072 17.328 17.588 24.282 24.646 25.016 25.391 25.772 26.159 15 Gumelar 7.578 7.692 7.807 7.924 8.043 8.164 6.237 6.331 6.426 6.522 6.620 6.719 13.815 14.022 14.233 14.446 14.663 14.883 16 Pekuncen 3.463 3.515 3.568 3.621 3.676 3.731 13.958 14.167 14.380 14.596 14.815 15.037 17.421 17.682 17.948 18.217 18.490 18.767 17 Cilongok 7.740 7.856 7.974 8.094 8.215 8.338 22.659 22.999 23.344 23.694 24.049 24.410 30.399 30.855 31.318 31.788 32.264 32.748 18 Karanglewas 6.630 6.729 6.830 6.933 7.037 7.142 8.761 8.892 9.026 9.161 9.299 9.438 15.391 15.622 15.856 16.094 16.335 16.580 19 Kedungbanteng 8.296 8.420 8.547 8.675 8.805 8.937 5.126 5.203 5.281 5.360 5.441 5.522 13.422 13.623 13.828 14.035 14.246 14.459 20 Baturaden 6.576 6.675 6.775 6.876 6.980 7.084 5.809 5.896 5.985 6.074 6.165 6.258 12.385 12.571 12.759 12.951 13.145 13.342 21 Sumbang 9.194 9.332 9.472 9.614 9.758 9.905 10.413 10.569 10.728 10.889 11.052 11.218 19.607 19.901 20.200 20.503 20.810 21.122 22 Kembaran 11.394 11.565 11.738 11.914 12.093 12.275 8.623 8.752 8.884 9.017 9.152 9.289 20.017 20.317 20.622 20.931 21.245 21.564 23 Sokaraja 13.715 13.921 14.130 14.341 14.557 14.775 6.959 7.063 7.169 7.277 7.386 7.497 20.674 20.984 21.299 21.618 21.943 22.272 24 Purwokerto Selatan 18.670 18.950 19.234 19.523 19.816 20.113 0 0 0 0 0 0 18.670 18.950 19.234 19.523 19.816 20.113 25 Purwokerto Barat 12.955 13.149 13.347 13.547 13.750 13.956 0 0 0 0 0 0 12.955 13.149 13.347 13.547 13.750 13.956 26 Purwokerto Timur 14.691 14.911 15.135 15.362 15.592 15.826 0 0 0 0 0 0 14.691 14.911 15.135 15.362 15.592 15.826 27 Purwokerto Utara 22.226 22.559 22.898 23.241 23.590 23.944 0 0 0 0 0 0 22.226 22.559 22.898 23.241 23.590 23.944 Jumlah 218.359 221.634 224.959 228.333 231.758 235.235 217.320 220.580 223.888 227.247 230.656 234.115 435.679 442.214 448.847 455.580 462.414 469.350 Sumber: Banyumas dalam angka (diolah), 2014 Metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah Metode Geometrik (bunga berganda), dengan formula sebagai berikut : P n P n P o r n = P o (1 + r) n = jumlah penduduk tahun tertentu / akhir = jumlah penduduk tahun awal = rata-rata pertumbuhan penduduk = selisih tahun Asumsi: laju pertumbuhan adalah sama untuk tiap tahun, yang artinya pertambahan absolut tiap tahun semakin besar BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 10

Tabel 2. 4 Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2015 2020 Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (orang/ha) No Nama Kecamatan Tahun Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020 1 Lumbir -0,46% -0,47% -0,47% -0,48% -0,49% -0,50% 83 84 86 87 88 90 2 Wangon -0,25% -0,25% -0,26% -0,26% -0,27% -0,27% 81 82 83 84 86 87 3 Jatilawang -0,29% -0,29% -0,30% -0,30% -0,31% -0,31% 76 77 78 79 80 82 4 Rawalo -0,15% -0,15% -0,15% -0,16% -0,16% -0,16% 54 55 55 56 57 58 5 Kebasen -0,21% -0,21% -0,22% -0,22% -0,22% -0,23% 33 34 34 35 35 36 6 Kemranjen 0,03% 0,03% 0,03% 0,03% 0,03% 0,03% 82 83 85 86 87 89 7 Sumpiuh -0,30% -0,30% -0,31% -0,31% -0,32% -0,32% 55 56 57 58 58 59 8 Tambak 0,20% 0,20% 0,21% 0,21% 0,21% 0,22% 128 130 132 134 136 138 9 Somagede -0,13% -0,13% -0,13% -0,14% -0,14% -0,14% 61 62 63 64 65 66 10 Kalibagor 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 63 64 65 66 67 68 11 Banyumas -0,46% -0,47% -0,47% -0,48% -0,49% -0,50% 34 34 35 35 36 36 12 Patikraja 0,32% 0,32% 0,33% 0,33% 0,34% 0,34% 94 95 97 98 100 101 13 Purwojati -0,26% -0,26% -0,27% -0,27% -0,28% -0,28% 39 40 40 41 41 42 14 Ajibarang 0,07% 0,07% 0,07% 0,07% 0,07% 0,08% 104 105 107 108 110 112 15 Gumelar -0,46% -0,47% -0,47% -0,48% -0,49% -0,50% 52 53 54 54 55 56 16 Pekuncen -0,38% -0,39% -0,39% -0,40% -0,40% -0,41% 71 72 73 74 75 76 17 Cilongok 0,38% 0,39% 0,39% 0,40% 0,40% 0,41% 96 97 99 100 102 103 18 Karanglewas 0,83% 0,84% 0,86% 0,87% 0,88% 0,89% 57 58 59 59 60 61 19 Kedungbanteng 0,26% 0,26% 0,27% 0,27% 0,28% 0,28% 98 100 101 103 104 106 20 Baturaden 0,63% 0,64% 0,65% 0,66% 0,67% 0,68% 120 122 123 125 127 129 21 Sumbang 0,68% 0,69% 0,70% 0,71% 0,72% 0,73% 133 135 137 139 141 144 22 Kembaran 0,99% 1,00% 1,02% 1,04% 1,05% 1,07% 208 211 215 218 221 224 23 Sokaraja 0,70% 0,71% 0,72% 0,73% 0,74% 0,75% 130 132 134 136 138 140 24 Purwokerto Selatan 0,51% 0,52% 0,53% 0,53% 0,54% 0,55% 80 82 83 84 85 87 25 Purwokerto Barat 0,25% 0,25% 0,26% 0,26% 0,27% 0,27% 122 124 126 128 129 131 26 Purwokerto Timur -0,46% -0,47% -0,47% -0,48% -0,49% -0,50% 105 106 108 110 111 113 27 Purwokerto Utara 1,21% 1,23% 1,25% 1,27% 1,28% 1,30% 115 117 118 120 122 124 Sumber: Banyumas dalam angka (diolah), 2014 Metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah Metode Geometrik (bunga berganda), dengan formula sebagai berikut : P n P n P o r n = P o (1 + r) n = jumlah penduduk tahun tertentu / akhir = jumlah penduduk tahun awal = rata-rata pertumbuhan penduduk = selisih tahun Asumsi: laju pertumbuhan adalah sama untuk tiap tahun, yang artinya pertambahan absolut tiap tahun semakin besar BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 11

Tabel 2. 5 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan No Nama Kecamatan Penduduk Sangat Miskin RT Sangat Miskin Penduduk Miskin RT Miskin Penduduk Hampir Miskin RT Hampir Miskin Penduduk Rentan Miskin RT Rentan Miskin Jumlah Penduduk Miskin Total Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Persentase Penduduk Miskin 1 Lumbir 7.353 1.947 4.894 1.545 3.967 1.680 5.331 1.266 12.247 6.438 44.115 27,76% 2 Wangon 7.060 1.651 5.346 1.501 8.435 2.361 8.288 2.438 12.406 7.951 74.694 16,61% 3 Jatilawang 4.720 1.026 3.683 980 7.429 1.834 6.564 2.178 8.403 6.018 58.293 14,42% 4 Rawalo 3.160 744 2.775 787 5.643 1.545 5.211 1.709 5.935 4.785 46.390 12,79% 5 Kebasen 5.933 1.444 4.152 1.175 6.579 1.766 6.124 1.949 10.085 6.334 57.050 17,68% 6 Kemranjen 6.418 1.588 4.490 1.293 6.091 1.914 6.398 1.764 10.908 6.559 64.168 17,00% 7 Sumpiuh 5.752 1.408 3.579 997 5.095 1.574 5.464 1.465 9.331 5.444 50.853 18,35% 8 Tambak 4.893 1.167 3.033 838 5.077 1.331 4.731 1.431 7.926 4.767 42.671 18,57% 9 Somagede 3.968 958 2.790 788 3.901 1.169 4.020 1.112 6.758 4.027 32.629 20,71% 10 Kalibagor 4.990 1.193 3.061 873 4.396 1.358 4.817 1.227 8.051 4.651 47.252 17,04% 11 Banyumas 5.267 1.290 3.198 887 3.994 1.212 4.288 1.144 8.465 4.533 46.442 18,23% 12 Patikraja 3.571 777 3.133 789 5.948 1.373 5.213 1.674 6.704 4.613 52.105 12,87% 13 Purwojati 3.093 798 2.486 783 3.549 1.244 3.803 1.184 5.579 4.009 31.495 17,71% 14 Ajibarang 8.513 1.900 7.023 1.826 11.317 2.992 10.512 3.180 15.536 9.898 92.545 16,79% 15 Gumelar 5.751 1.498 4.287 1.349 5.054 1.816 5.671 1.574 10.038 6.237 45.969 21,84% 16 Pekuncen 7.432 1.577 6.239 1.591 9.609 2.575 9.366 2.673 13.671 8.416 65.705 20,81% 17 Cilongok 14.579 3.255 11.286 3.066 14.994 4.683 16.432 4.359 25.865 15.363 112.759 22,94% 18 Karanglewas 5.506 1.217 4.237 1.073 7.043 1.856 6.918 1.968 9.743 6.114 59.809 16,29% 19 Kedungbanteng 7.201 1.539 4.584 1.203 6.500 1.867 7.010 1.772 11.785 6.381 52.824 22,31% 20 Baturaden 4.692 954 3.367 805 5.460 1.472 5.756 1.494 8.059 4.725 49.108 16,41% 21 Sumbang 15.469 3.470 8.884 2.300 9.117 3.103 11.774 2.414 24.353 11.287 77.809 31,30% 22 Kembaran 5.911 1.176 4.570 1.100 7.151 1.976 7.678 1.865 10.481 6.117 75.690 13,85% 23 Sokaraja 3.953 800 3.295 835 6.653 1.640 6.103 1.799 7.248 5.074 80.202 9,04% 24 Purwokerto Selatan 1.814 308 1.551 322 3.161 643 2.818 782 3.365 2.055 73.266 4,59% 25 Purwokerto Barat 1.138 213 1.171 256 2.987 557 2.239 799 2.309 1.825 50.716 4,55% 26 Purwokerto Timur 1.369 239 1.161 247 2.799 470 1.966 675 2.530 1.631 58.148 4,35% 27 Purwokerto Utara 1.415 236 1.109 237 2.617 523 2.199 639 2.524 1.635 60.330 4,18% Jumlah / Total 150.921 34.373 109.384 29.446 164.566 46.534 166.694 46.534 260.305 156.887 1.603.037 Sumber: Data Kemiskinan PPLS 2011 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 12

2.1.6 Potensi Pengembangan Wilayah Peraturan Daerah KabupatenBanyumas Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011 2031, maka pengembangan KabupatenBanyumas memperhatikan pola ruang dan struktur ruang wilayah. Penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan mewujudkan Kabupaten sebagai pusat pertumbuhan ekonomi regional yang berbasis pertanian, pariwisata, serta perdagangan dan jasa didukung pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan. kebijakan perencanaan ruang wilayah meliputi: a. Pengembangan kegiatan pertanian sebagai sektor pertumbuhan ekonomi utama Kabupaten; b. Pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan dan berbasis kerakyatan; c. Pengembangan fungsi kegiatan perdagangan dan jasa berskala lokal dan regional; d. Pengembangan pusat kegiatan yang terintegrasi dan terpadu; e. Pengembangan sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya sebagai pendukung potensi wilayah; f. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung; g. Pengembangan kawasan budidaya melalui pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan; h. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan i. Pengembangan dan pengendalian kawasan strategis sesuai dengan penetapannya. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 13

Tabel 2. 6 Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyumas K awasan Lokasi A. Kawasan Lindung 1. Kawasan Hutan Lindung Kawasan Hutan Lindung seluas kurang lebih 9.121 (se mbilan ribu seratus dua puluh satu) hektar meliputi 14 Kecamatan Jatilawang; Kecamatan Rawalo; Kecamatan Kebasen; Keca matan Banyu mas; Keca matan Patikraja; Kecamatan Purwojati; Kecamatan Ajibarang; Kecamatan Gumelar; Kecamatan Pekuncen; kecamatan. Kecamatan Cilongok; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Keca matan Baturaden; dan Keca matan Su mbang. edungbanteng; 2. Kawasan yang memberikan p erlindungan ter.hadap kawasan bawahnya Kecamatan Baturaden; Kecamatan Sumbang; Kecamatan Kedungbanteng; Sebagian kecil wilayah Kecamatan Pekuncen; Sebagian kecil wilayah Kecamatan Ajibarang; Sebagian kecil wilayah Kecamatan Purwojati; Sebagian kecil wilayah Kecamatan Somagede; Sebagian kecil wilay a h Kecamatan Kalibagor; Sebagian kecil wilayah Kecamatan Sokaraja; dan Sebagian kecil wilayah Keca matan Ke mbaran. 3. Kawasan Perlindungan Setempat a. Ka w asan sekitar mata air Keca matan Su mbang; Keca matan Baturaden; Keca matan Banyum as; Keca matan Karanglewas; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Ajibarang; Keca matan Cilongok; dan Keca matan Purwojati. b. Kawasan sempadan sungai; a. Ruang sepanjang tepian sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan dengan lebar minimal 5 (lima) meter dari tepi tanggul; b. Ruang sepanjang tepian sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan lebar minimal 3 (tiga) meter dari tepi tanggul; c. Ruang sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan per mukiman dengan lebar minimal 100 (seratus) m eter dari tepi sungai; d. Ruang sepanjang tepian sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan per mukiman dengan lebar minimal 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai; e. Ruang sepanjang tepian sungai tak bertanggul yang mempunyai kedala man kurang dari 3 (tiga) meter di dala m kawasan perkotaan dengan lebar minimal 10 (sepuluh) meter dari tepi sungai; f. Ruang sepanjang tepian sungai tak bertanggul yang mempunyai B A B II PR O FIL SANITASI SAAT INI II - 14

K awasan Lokasi kedala man 3-20 (tiga sampai dua puluh) meter di dalam kawasan perkotaan dengan lebar minimal 15 (lima belas) meter dari tepi sungai; dan g. Ruang sepanjang tepian sungai tak ertanggul yang mempunyai kedalaman lebih besar dari 20 (dua puluh) meter di dalam kawasan perkotaan dengan lebar minimal 30 (tiga puluh) m eter dari tepi sungai. c. Ruang terbuka hijau (RTH) kawasan perkotaan. Perkotaan Purwokerto; Perkotaan Banyumas; Perkotaan Ajibarang; Perkotaan Sokaraja; Perkotaan Wangon; Perkotaan Jatilawang; Perkotaan Su mpiuh; Perkotaan Patikraja; Perkotaan Baturaden; Perkotaan Cilongok; Perkotaan Lumbir; Perkotaan Gumelar; Perkotaan Pekuncen; Perkotaan Purwojati; Perkotaan Rawalo; Perkotaan Ke mranjen; Perkotaan Ta mbak; Perkotaan Sumbang; Perkotaan Kembaran; Perkotaan Karanglewas; Perkotaan Kebasen; Perkotaan Somagede; Perkotaan Kedungbanteng; dan Perkotaan Kalibagor. 4. Kawasan suaka alam, pelestarian ala m, dan cagar budaya. a. Kebun raya Kebun Raya Baturaden di Keca matan Baturaden. b. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Kecamatan Wangon; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Karanglewas; Perkotaan Purwokerto; dan Kecamatan Sumbang. 5. Kawasan rawan bencana alam. a. kawasan rawan bencana tanah longsor; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Gumelar; Kecamatan Lumbir; Kecamatan W angon; Kecamatan Ajibarang; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Purwojati; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Somagede; Kecamatan Kemranjen; Kecamatan Kebasen; Kecamatan Patikraja; Kecamatan Kedungbanteng; Keca matan Su mpiuh; Keca matan Jatilawang; Keca matan Ta mbak; dan Keca matan Ra walo. b. K awasan rawan bencana banjir; dan Kecamatan Kedungbanteng; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Baturaden; dan Keca matan Su mbang. c. K awasan rawan bencana angin topan. 6. Kaw asan lindung geologi. B A B II PR O FIL SANITASI SAAT INI II - 15

K awasan Lokasi a. Kawasan imbuhan air; Cekungan Air Tanah Purwokerto-Purbalingga; Cekungan Air Tanah Kroya; dan Cekungan Air Tanah Cilacap. b. Kawasan rawan bencana geologi. Berupa kawasan rawan bencana alam lentusan gunung berapi di sekitar G unung Sla met meliputi: Keca matan Baturaden; Keca matan Su mbang; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Kedungbanteng; dan Kecamatan Cilongok. 7. Kawasan lindung lainnya. a. K a wasan lindung plas ma nutfah; Keca matan Baturaden. b. K a wasan lindung yang dikelola masyarakat. Kecamatan Lumbir; Kecamatan Wangon; Kecamatan Jatilawang; Kecamatan Rawalo; Kecamatan Kebasen; Kecamatan Kemranjen; Kecamatan Sumpiuh; Kecamatan Tambak; Kecamatan Somagede; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Patikraja; Keca matan Purwojati; Kecamatan Ajibarang; Kecamatan Gumelar; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Karanglewas; Keca matan Kedungbanteng; Keca m atan Baturaden; dan Keca matan Su mbang. B. Kawasan Budaya 1. Kawasan peruntukan hutan produksi; a. Kawasan hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 13.949 (tiga belas ribu se mbilan ratus e mpat puluh sembilan) hektar Keca matan Lu mbir; Keca matan W angon; Kecam atan Ra walo; Keca ma tan Ajibarang; Kecamatan Gumelar; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Patikraja; Kecamatan Baturaden; Kecamatan Sumbang;Kecamatan Kebasen; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Somagede; Kecamatan Sumpiuh; Kecamatan Tambak; Kecamatan Karanglewas; dan Kecamatan Kedungbanteng; b. Ka w asan hutan produksi tetap seluas kurang lebih 5.592 (lima ribu lima ratus se mbilan puluh dua) hektar Keca matan Lu mbir; Keca matan Jatilawang; Keca matan Purwojati; Keca matan Ajibarang; Keca matan Cilongok; Keca matan Patikraja; Kecamatan Rawalo; Kecamatan Kebasen; Kecamatan Wangon; dan Kecamatan Gu melar. 2. Kawasan hutan rakyat Kecamatan Sumbang; Kecamatan Baturaden; Kecamatan Kedungbanteng; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Pekuncen; Keca matan Gu melar; Keca matan Ajibarang; Keca matan Lu mbir; Keca ma tan B A B II PR O FIL SANITASI SAAT INI II - 16

K awasan Lokasi W angon; Kecamatan Jatilawang; Kecamatan Purwojati; Kecamatan Rawalo; Kecamatan Kebasen; dan Kecamatan Banyumas. 3. Kaw asan peruntukan pertanian; a. Ka wasan peruntukan tana man pangan terdiri dari pertanian lahan basah seluas kurang lebih 32.310 (tiga puluh dua ribu tiga ratus sepuluh) hektar dan pertanian lahan kering seluas kurang lebih 13.623 (tiga belas ribu enam ratus dua puluh tiga) hektar; Kecamatan Wangon; KecamatanJatilawang; Kecamatan Rawalo; Kecamatan Kebasen; Kecamatan Kemranjen; Kecamatan Lumbir; Keca matan Su mpiuh; Keca matan Ta mbak; Keca matan Patikraja; Keca matan Ajibarang; Keca matan Gu melar; Keca matan So magede; Kecamatan Kalibagor; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Purwojati; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Kedungbanteng; Kecamatan Baturaden; Keca matan Su mbang; Keca matan Ke mbaran; dan Keca matan Sokaraja. b. Ka wasan peruntukan hortikultura yang dike mbangkan T erseb ar di wilayah Kabupaten. secara terpadu dengan memanfaatkan lahan kering potensial tanaman hortikultura tersebar di wilayah Kabupaten; c. Ka wasan peruntukan perkebunan; Kecamatan Kemranjen; Kecamatan Sumpiuh; Kecamatan Tambak; Kecamatan Sokaraja; Kecamatan Kembaran; Kecamatan Sumbang; Keca matan Baturaden; Keca matan Ra walo; Keca matan Purwojati; Kecamatan Jatilawang; dan Kecamatan Wangon. d. Ka wasan peruntukan peternakan terdiri atas ternak besar yaitu meliputi ternak Sapi Potong dan Sapi Kecamatan Wangon; KecamatanJatilawang; Kecamatan Rawalo; Kecamatan Kebasen; Kecamatan Kemranjen; Kecamatan Lumbir; Perah, ternak Kerbau dan ternak Kuda, ternak kecil Kecamatan Sumpiuh; Kecamatan Tambak; Kecamatan Patikraja; meliputi ternak Kambing, Domba dan ternak Babi, Keca matan Ajibarang; Keca matan Gu melar; Keca matan So magede; unggas meliputi ternak Ayam Ras, ternak Aya m Bukan Kecamatan Kalibagor; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Purwojati; Ras dan ternak Itik, sedangkan aneka ternak meliputi ternak Puyuh dan ternak Kelinci; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Kedungbanteng; Kecamatan Baturaden; Kecamatan Sumbang; Keca matan Ke mbaran; dan Keca matan Sokaraja. 4. Kawasan peruntukan perikanan; a. Budidaya perikanan; Kecamatan Baturaden; Kecamatan Kedungbanteng; Kecamatan B A B II PR O FIL SANITASI SAAT INI II - 17

K awasan Lokasi Karanglewas; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Sumbang; Kecamatan Kembaran; Kecamatan Kemranjen; Kecamatan Somagede; Kecamatan Rawalo; Kecamatan Sokaraja; Kecamatan Kebasen; Kecamatan Banyumas; dan Keca matan Patikraja. b. Pengolahan ikan; dan Keca matan Jatilawang; Keca matan Su mpiuh; Keca matan Ta mbak; Keca matan Purwokerto Utara; Keca matan Purwokerto Timur; Kecamatan Purwokerto Barat; dan Kecamatan Purwokerto Selatan. c. Pe masaran hasil perikanan. S eluruh wilayah Kabupaten. 5. Kaw asan peruntukan pertambangan; a. Kawasan pertambangan mineral; dan Kawasan pertambangan mineral logam; Kecamatan Lumbir; Kecamatan Gumelar; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Ajibarang; Keca matan W angon; Keca matan Cilongok; Keca matan Purwojati; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Patikraja; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Rawalo; Kecamatan Kebasen; Kecamatan Somagede; Keca matan Ke mranjen; Keca matan Su mpiuh; Keca matan Jatilawang; Kecamatan Kalibagor; Kecamatan Baturaden; Kecamatan Kedungbanteng; Kawasan pertambangan mineral bukan logam; dan dan Keca matan Ta mbak. Kecamatan Lumbir; Kecamatan Gumelar; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Ajibarang; Keca matan Wangon; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Kedungbanteng; Kecamatan Baturaden; Keca matan Su mbang; Keca matan Ke mbaran; Keca matan Jatilawang; Keca matan Purwojati; Keca matan Ra walo; Kecam atan Patikraja; Keca m atan Kebasen; Kecamatan Sokaraja; Kecamatan Kalibagor; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Somagede; Kecamatan Kemranjen; Kecamatan Kawasan pertambangan mineral batuan. b. K awasan pertambangan panas bumi. Wilayah kerja pertambangan panas bumi seluas kurang lebih 15.490 (lima belas ribu e mpat ratus se mbilan Su mpiuh; dan Kecamatan Tambak. Kawasan pertambangan mineral ditetapkan dalam Wilayah Pertambangan oleh pe merintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Keca matan Su mbang; Keca matan Baturaden; Keca matan Karanglewas; Kecamatan Kedungbanteng; Kecamatan Cilongok; dan Kecamatan Pekuncen. B A B II PR O FIL SANITASI SAAT INI II - 18

K awasan Lokasi puluh) Hektar r m eliputi 6. Kawasan peruntukan pariwisata; Ka w asan wisata ala m; Lokawisata Baturraden di Keca matan Baturaden; W ana Wisata dan Bu mi Perke mahan Baturraden di Keca matan Baturaden; Curug Cipendok di Kecamatan Cilongok; Curug Gede di Kecamatan Baturaden; Telaga Sunyi di Keca matan Baturaden; Curug Ceheng di Keca matan Su mbang; Situ Pernasidi di Kecamatan Cilongok; Curug Gu mawang di Kecamatan Ke mranjen; Desa Wisata Desa Ketenger di Keca matan Baturaden; G ua Gong Kali Salakdi Kecamatan Kebasen; Curug Penganten di Desa Cirahab Kecamatan Lumbir; Curug Dadap di Desa Sunyalangu Kecamatan Karanglewas; dan Curug Gomblang di Desa Windujaya Kecamatan Kedungbanteng Ka wasan wisata buatan; dan Wisata Sungai Serayu River Voyage meliputi: Keca matan Ra w alo; Keca matan Kebasen; Keca matan Patikraja; Keca matan Kalibagor; dan Kecamatan Banyumas. Wisata Buatan Kali Logawa dan Kali Mengaji di Kecamatan Karanglewas; Taman Rekreasi Kota Andhang Pangrenan di Perkotaan Purwokerto; Wisata Husada Kalibacindi Kecamatan Patikraja; Monumen Pangsar Jendral Sudirman di Kecamatan Karanglewas; Museum BRI di Kecamatan Purwokerto Barat; Taman Hutan Raya di Kecamatan Pekuncen; dan; Wisata belanja dan kuliner dike mbangkan sebagai lokasi wisata Yang menjajakan makanan dan buah tangan khas Banyumas meliputi: Desa Sokaraja Kulon dikecamatan Sokaraja; Desa Sokaraja Tengah di Kecamatan Sokaraja; dan Kelurahan Kedungwuluh di Kecamatan Purwokerto Barat. Kawasan wisata budaya. Wisata Kota Lama Banyumas di Kecamatan Banyumas; Masjid Saka Tunggal di Kecamatan W angon; Wisata Religi Syekh Maqdum Ali di Desa Pasir Kulon Kecamatan Karanglewas; Museum Wayang Sendangmas Banyumas dikecamatan Banyumas; Makam Bupati Desa Dawuhan di Kecamatan Banyumas; Wisata Religi Gunung Mahameru di Desa W atuagung Kecamatan Tambak; Desa tradisional di Desa Plana Kecamatan B A B II PR O FIL SANITASI SAAT INI II - 19

K awasan Lokasi Somagede; Wisata budaya di Desa Gerduren Kecamatan Purwojati; Wisata budaya Goa Maria di Desa Kaliori Kecamatan Kalibagor; Situs Bonokeling di Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang; Wisata budaya Gunung Putri di Desa Kalitapen Kecamatan Purwojati; dan Wisata budaya Singadipa di Desa Rancamaya Kecamatan Cilongok. 7. Kaw asan peruntukan industri; a. Industri Besar; Keca matan Ke mranjen; Keca matan Sokaraja; Kecamatan Wangon; dan Keca matan Ajibarang. b. Industri Menengah; Dan Kecamatan Lumbir; Kecamatan Gumelar; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Kedungbanteng; Kecamatan Baturaden; Keca matan Su mbang; Keca matan Ke mbaran; Keca ma tan Jatilawang; Keca matan Purwojati; Keca matan Rawalo; Keca matan Patikraja; Kecamatan Tambak; Kecamatan Kebasen; Kecamatan Kalibagor; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Somagede; Kecamatan Sumpiuh; Keca matan Purwokerto Utara; Keca matan Purwokerto Timur; Kecamatan Purwokerto Selatan;dan Keca matan Purwokerto Barat. c. Industri Kecil Dan Mikro. Seluruh wilayah Keca ma tan 8. Kaw asan peruntukan pe mukiman a. Kawasan Perkotaan fungsi utama berupa pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, perdagangan, dan jasa maupun permukiman dengan ciri perkotaan. Perkotaan Purwokerto; Perkotaan Banyumas; Perkotaan Ajibarang; Perkotaan Sokaraja; Perkotaan Wangon; Perkotaan Jatilawang; Perkotaan Su mpiuh; Perkotaan Patikraja; Perkotaan Baturaden; Perkotaan Cilongok; Perkotaan Lumbir; Perkotaan Gumelar; Perkotaan Pekuncen; Perkotaan Purwojati; Perkotaan Rawalo; Perkotaan Ke mranjen; Perkotaan Ta mbak; Perkotaan Su mbang; Perkotaan Kembaran; Perkotaan Karanglewas; Perkotaan Kebasen; Perkotaan Somagede; Perkotaan Kedungbanteng; dan Perkotaan Kalibagor. b. Kawasan Pedesaan Memiliki fungsi utama pertanian dengan karakteristik kegiatan yang sentralistik, tradisi dan budaya yang kental berciri pedesaan, meliputi Kecamatan Lumbir; Kecamatan Wangon; Kecamatan Jatilawang; Kecamatan Rawalo; Kecamatan Kebasen; Kecamatan Kemranjen; Kecamatan Sumpiuh; Kecamatan Tambak; Kecamatan Somagede; B A B II PR O FIL SANITASI SAAT INI II - 20

K awasan Lokasi kawasan yang termasuk dala m PPL. K e c a m atan Kalibagor; Kecamatan Banyumas; Kecamatan Patikraja; Keca matan Purwojati; Keca matan Ajibarang; Keca matan Gu me lar; Kecamatan Pekuncen; Kecamatan Cilongok; Kecamatan Karanglewas; Kecamatan Kedungbanteng; Kecamatan Baturaden; Kecamatan Sumbang; Keca matan Ke mbaran; dan Kecamatan Sokaraja. 9. Kawasan peruntukan lainnya berupa kawasan pertahanan dan keamanan negara. a. Instalasi Militer meliputi: Kore m 07 1 Wijayakusu m a di Keca m atan Sokaraja; Kodim 0701/Banyumas di Kecamatan Purwokerto Barat; dan Yonif 405 Suryakusuma di Kecamatan Wangon. b. Instalasi Militer Kodim 0701/Banyumas meliputi: Koramil 01 Kecamatan Purwokerto Utara; Kora mil 02 Keca matan Baturaden; Kora mil 03 Kecamatan Patikraja; Koramil 04 Kecamatan Sokaraja; Koramil 05 Kecamatan Sumbang; Koramil 06 Kecamatan Kembaran; Koramil 07 Kecamatan Banyumas; Koramil 08 Kecamatan Kalibagor; Koramil 09 Keca matan So magede; Kora mil 10 Keca matan Su mpiuh; Kora mil 11 Keca matan Ke mranjen;. Kora mil 13 Keca matan Ajibarang; Kora mil 14 Kecamatan Gumelar; Koramil 15 Kecamatan Pekuncen; Koramil 16 Keca matan Rawalo; Kora mil 17 Keca matan Kebasen; Kora mil 18 Kecamatan Purwojati; Koramil 19 Kecamatan Wangon; Koramil 20 Kecamatan Lumbir; Koramil 21 Kecamatan Jatilawang; Koramil 22 Kecamatan Karanglewas; Koramil 23 Kecamatan Cilongok; Koramil 24 Kecamatan Kedungbanteng; dan Koramil 25 Kecamatan Purwokerto Selatan. c. Kantor Polisi Resor (Polres) di eca matan Purwokerto Utara; dan d. Kantor Polisi Sektor (Polsek) di seluruh keca matan. B A B II PR O FIL SANITASI SAAT INI II - 21

Tabel 2. 7 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banyumas Kawasan Lokasi A. Sistem Perkotaan 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PK W) adalah kawasan Keca matan Purwokerto Utara; Kecamatan Purwokerto Timur; Kecamatan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten. PKW mempunyai fungsi utama berupa perdagangan berskala regional, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan perbankan. 2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Purwokerto Selatan; Kecamatan Purwokerto Barat; Sebagian Kecamatan Sumbang; Sebagian Kecamatan Baturaden; Sebagian Kecamatan Kedungbanteng; Sebagian Kecamatan Kembaran; Sebagian Kecamatan Karanglewas; Sebagian Kecamatan Sokaraja; dan Sebagian Kecamatan P atikraja. PKL Perkotaan Banyumas dengan fungsi pelayanan utama berupa pe m erintahan dan kesehatan di Kecamatan Banyumas; PKL Perkotaan Ajibarang dengan fungsi pelayanan utama berupa kesehatan, transportasi, industri, dan perdagangan skala kabupaten di Kecamatan Ajibarang; PKL Perkotaan Sokaraja dengan fungsi pelayanan utama berupa pendidikan, kesehatan, perdagangan skala kabupaten, dan industri di Kecamatan S ok araja; PKL Perkotaan Wangon dengan fungsi pelayanan utama berupa perdagangan skala kabupaten, transportasi, dan industri di Kecamatan W angon; 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah ka w asan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Perkotaan Jatilawang; Perkotaan Sumpiuh; Perkotaan Patikraja; Perkotaan Baturaden; Perkotaan Cilongok; Perkotaan Lu mbir; Perkotaan Gu m elar; kecamatan atau beberapa desa. PPK dengan fungsi Perkotaan Pekuncen; Perkotaan Purwojati; Perkotaan Ra walo; Perkotaan pelayanan pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan yang melayani kegiatan skala keca matan atau beberapa desa. Ke mranjen; Perkotaan Tambak; Perkotaan Su mbang; Perkotaan Ke mbaran; Perkotaan Karanglewas; Perkotaan Kebasen; Perkotaan So magede; Perkotaan Kedungbanteng; dan Perkotaan Kalibagor. B. Sistem Perdesaan Pusat Pelayanan Lingkungan ( PPL) adalah pusat per muki man yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. PPL dengan fungsi pelayanan utama pendidikan dan Desa Cihonje di Keca m atan Gu melar; Desa Tipar di Keca matan Ra w alo; Desa Paningkaban di Kecamatan Gumelar; Desa Jompo Kulon di Kecamatan Sokaraja; dan Desa Sidamulya di Kecamatan Kemranjen. perdagangan dan jasa yang melayani kegiatan skala antar desa B A B II PR O FIL SANITASI SAAT INI II - 22

Gambar 2. 5 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyumas BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 23

Gambar 2. 6 Peta Struktur Ruang Kabupaten Banyumas BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 24

Gambar 2. 7 Kawasan Perkotaan dan Perdesaan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 25

Gambar 2. 8 Peta Kawasan Strategis BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 26

Gambar 2. 9 Peta Kawasan Rawan Bencana BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 27

2.1.7 Kelembagaan Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pe m erintah Kabupaten Banyumas pada tahun 2009 ini telah menyesuaikan Peraturan Pemerintah dimaksud dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 25 Tahun 2009, tentang Struktur Organisasi Tata Kerja Setda dan Setwan Kabupaten Banyumas; Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 26 Tahun 2009, tentang Struktur Organisasi Tata Kerja Dinas Kabupaten Banyumas; dan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 27 Tahun 2009, tentang Struktur Organisasi Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Banyumas. G a m b ar 2. 10 Bagan Pola Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 28

G a m b ar 2. 11 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 29

G a m b ar 2. 12 Struktur Tupoksi Pembangunan Sanitasi Kabupaten Banyumas B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 30

2.2 KEMAJUAN PELAKSANAAN SSK Dokumen perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Banyumas telah dilakukan pada tahun 2011 dan 2012, dimana dokumen tersebut disusun menjadi tiga bagian yaitu Buku Putih Sanitasi (BPS) yang menyajikan profil sanitasi tingkat Kabupaten, Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang berisi rencana aksi daerah dalam penyelesaian masalah sanitasi dan Memorandum Program (MP) yang berisi rencana progra m dan kegiatan untuk imple mentasi pe mbangunan sanitasi. Sela m a kurun waktu 4 tahun tersebut tentunya banyak perke mbangan dala m pembangunan sektor sanitasi, sehingga perlu untuk dipetakan perke mbangan pelaksanaan SS K. Pada tahun 2015 keberadaan dokumen perncanaan pembangunan sanitasi sudah kadaluarsa perlu di mutakhirkan. Pemutakhiran SSK adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi tentang potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pe mbangunan sanitasi jangka menengah. Pe m utakhiran SSK Kabupaten Banyumas merupakan penjabaran dari strategi sanitasi yang memuat empat sub sektor pilar utama sanitasi yaitu sub sektor air limbah dom estik, sub sektor persam pahan, sub sektor drainase, dan sub sektor PHB S. 2.2.1 Air Limbah Domestik Kondisi pengelolaan air limbah di Kabupaten Banyumas dalam SSK tahun 2011 dilihat dari kepemilikan sarana pengelolaan air limbah yang sehat, dalam hal ini adalah kepemilikan sarana jamban sehat di masyarakat. Disadari oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas, bahwa tidak semua warga masyarakat mampu untuk membangun sarana jamban sehat, sehingga perlu dibangun IPAL komunal bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan tinggal diwilayah yang padat, sehingga target pembangunan IPAL komunal dimasukkan dalam SSK 2011. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah juga perlu terus dilibatkan.hal ini ditegaskan dalam SSK 2011 bahwa pengelola sedot tinja swasta dan pengelola IPAL industri besar dan kecil di Kabupaten Banyumas juga perlu dilibatkan dalam pembangunan sanitasi. Lembaga pengelola air limbah juga mendapatkan perhatian khusus, mengingat peran Pemerintah Daerah dalam pelayanan pengelolaan air limbah rumah tangga berupa pengolahan akhir di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) harus dikelola dengan baik agar tidak mence m ari lingkungan. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk membangun jamban sehat dan perkembangan pembangunan IPAL B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 31

komunal mengharuskan lembaga pengelola air limbah harus mampu untuk melayani pengolahan akhir limbah tinja tersebut. Saat ini kelembagaan pengelola air limbah sedang dalam tahap kajian untuk diperluas tugas pokok dan fungsinya agara dapat melayani pengelolaan air limbah dengan lebih baik. Adapun kemajuan pelaksanaan SSK tahun 2011 adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.8. Tabel 2. 8 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Air Limbah Domestik S S K Periode T ahun 2011-2016 Status Saat Ini Tujuan Sasaran Data Dasar 1. Terwujudnya Banyumas Stop BABS pada Tahun 2016; 2. Tersedianya septictank di setiap ja mban atau M C K ; 3. Tersedianya pengolahan air limbah hasil industri sebelum dibuang ke badan air; 4. Meningkatkan IPAL Komunal ru mah tangga di setiap kawasan permukiman pada tahun 2016; dan 5. Tersedianya regulasi tentang air limbah domestk dan non domestik. 1. Terwujudnya desa/kelurahan Open Defecation Free (ODF) sebanyak 50 desa pada tahun 2016; 2. Tersedianya septic tank di setiap ja mban atau MCK dari 38,74% pada Tahun 2011 menjadi 70% pada tahun 2016; 3. Tersedianya pengolahan air limbah hasil industri sebelum dibuang ke badan air sebesar 30% pada tahun 2016; 4. Meningkatkan IPAL Komunal rumah tangga di setiap kawasan permukiman dari 10 IPAL menjadi 60 IPAL pada tahun 2016; dan 5. Tersedianya regulasi tentang air limbah domestik dan non domestik pada tahun 2016. Desa/Kelurahan berstatus ODF sebanyak 49 Hasil Data EHRA 2015 Stop BABS sebesar 57,8%, akibatnya masih di bawah stabdar yang ditetapkan. Hasil Data EHRA 2015 Tempat buang ari besar baik menggunakan jamban dan MCK persentasenya sebesar 77,55% Terbangun 49 IPAL komunal Belum adanya regulasi tentang air limbah domestik dan non domestik B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 32

2.2.2 Persampahan Pengelolaan persampahan di Kabupaten Banyumas dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasaran, sumber daya manusia dan penerapan teknologi tepat guna bagi SKPD pengelola persampahan. Disadari bersama bahwa dalam pengelolaan sampah tidak mungkin hanya dilakukan oleh Pemerintah, namun peran swasta dan masyarakat harus dilibatkan, melalui peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah. Adapun perkembangan pengelolaan sampah adalah Tabel 2.9 sebagai berikut : Tabel 2. 9 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Persampahan SSK Tahun 2011-2016 Tujuan Sasaran Data Dasar 1. Berkurangnya Terwujudnya timbulan sampah cakupan layanan di kawasan pengelolaan permukiman pada persampahan dari tahun 2016; 58% pada tahun 2011 menjadi 80% pada tahun 2016; Mengkatkan ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang berwawasan lingkungan (TPST Mandiri); Terbangun dan terkelolanya TPST mandiri sebabanyak 27 TPST pada tahun 2016; Status Saat ini Data EHRA: Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 2,36%; Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 11,67%; Dibakar 66,43%; Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 0,84%; Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 6,76%; Dibuang ke sungai/kali/laut/danau 3,42%; Dibiarkan saja sampai membusuk 0,17%; Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 7,24%; Lain-lain 1,03% Sudah ada pembangunan TPS 3R (Kel. Berkoh, Kel. Tanjung, dan Kel. Purwokerto Kidul) Meningkatkan jumlah Meningkatnya jumlah Jumlah Bank sampah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 33

desa/ kelurahan yang memiliki sistem pengelolaan sampah dari sumbernya; Meningkatkan sistem pengelolaan TPA dari open dumping ke sanitary landfill pada tahun 2016 Membentuk regulasi tentang pengelolaan sampah di tingkat sumber, TPS, dan TPA. desa yang memiliki bank sampah (pengelolaan dari sumber) dari 1 desa/kelurahan pada tahun 2011 menjadi 50 desa/kelurahan pada tahun 2016; Terwujudnya TPA Kaliori dengan sistem sanitary landfill pada tahun 2016 dan tersusunnya DED TPA Tipar Kidul dengan sistem sanitary landfill Tersedianya regulasi tentang pengelolaan sampah dari sumber, TPS dan TPA pada Tahun 2016. 2 Lokasi (Kel. Arcawinangun & di BLH) Controlled landfill Belum ada regulasi tentang pengelolaan sampah dari sumber, TPS dan TPA 2.2.3 Drainase Lingkungan Pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase menjadi salah satu target dalam rangka mengurangi luas wilayah, ketinggian dan waktu terjadinya genangan. Untuk lebih memadukan pembangunan dibidang drainase, perlu dibuat master plan drainase yang akan memberikan arah dan pencapaian pembangunan dibidang drainase di Kabupaten Banyumas. Adapun perkembangan pembangunan drainase di Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut Tabel 2. 10 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Drainase SSK Tahun 2011-2016 Tujuan Sasaran Data Dasar 1. Terwujudnya 1. Terlaksananya sistem drainase pembangunan dan yang tertata pemeliharaan dengan baik, drainase sesuai sehingga jelas dengan masterplan aliran airnya dan drainase kabupaten tidak timbul Banyumas sebesar genangan; 60% dari rencana pada Tahun 2016; 2. Terwujudnya Kabupaten Banyumas bebas banjir 2. Terlaksananya penanganan daerah rawan banjir di kabupaten Status Saat ini Data EHRA 2015, akibat tidak adanya drainase, air genangan/ banjir akan menggenang di depan rumah sebesar 47,60% Pembangunan dan pemeliharaan drainase seuai dengan master plan Kabupaten Banyumas untuk wilayah perkotaan Purwokerto telah 100% dari perencanaan. Data EHRA 2015, persentase rumah tangga yang mengalami banjir di Kabupaten Banyumas sebesar 28,32% sebaliknya 71, BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 34

SSK Tahun 2011-2016 Tujuan Sasaran Data Dasar pada tahun Banyumas sebesar 2016 50% pada tahun 2016; dan 3. Terwujudnya 3. Menurunya jumlah kawasan genangan air di permukiman kawasan bebas genangan permukiman sebesar tahun 2016. 60% pada tahun 2016. Status Saat ini % rumah tangga tidak mengalami banjir. Data EHRA 2015, jumlah genangan air sebesar 6,48% di kawasan pemukiman. 2.2.4 Prohisan Prohisan merupakan aspek non-teknis dari sanitasi, meliputi promosi kesehatan, perubahan perilaku dan sanitasi di rumah tangga (5 pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Tabel 2. 11 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Prohisan SSK Tahun 2011-2016 Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat ini Terwujudnya sekolah, rumah, Terwujudnya lingkungan Beberapa sekolah dan institusi yang sehat pada sekolah, institusi dan di Kabupaten tahun 2016; rumah yang sehat Banyumas sudah sebesar 80% pada menerapkan tahun 2016; sekolah adiwiyata Meningkatnya pengetahuan Meningkatkan Perilaku Hasil data EHRA dan kesadaran masyarakat Hidup Bersih dan Sehat 2015, persentase tentang Perilaku Hidup Bersih (PHBS) di masyarakat Perilaku Hidup dan Sehat (PHBS); dan dari 65% menjadi 80% Bersih dan Sehat pada tahun 2016; dan (PHBS) sebesar 81,4% Membentuk regulasi tentang Tersusunnya regulasi PHBS Perilaku Hidup Bersih Belum ada regulasi dan Sehat (PHBS) di tentang PHBS. Kabupaten Banyumas pada Tahun 2014. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 35

2.3 PROFIL SANITASI SAAT INI Pembangunan di Kabupaten Banyumas dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan yang berkelanjutan agar mekanisme pengelolaan, pemanfaatan sumber daya yang ada diharapkan akan bermuara kepada kualitas lingkungan yang memenuhi standar kehidupan. Persoalan penting yang memerlukan prioritas penanganan dalam peningkatan kualitas lingkungan adalah pengelolaan sanitasi, baik sanitasi dalam kedudukan sebagai salah satu kegiatan sektoral yang menjadi bagian dari program pengelolaan lingkungan maupun sanitasi sebagai bagian dari sistem pengembangan kawasan di wilayah permukiman. Sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan, peningkatan kualitas sanitasi di Kabupaten Banyumas lebih difokuskan kepada upaya peningkatan kualitas sanitasi yang berbasis masyarakat. Sedangkan sebagai subsistem pengembangan kawasan, peningkatan kualitas sanitasi di Kabupaten Banyumas difokuskan kepada penataan drainase lingkungan, pengelolaan persampahan dan pencegahan kontaminasi terhadap air tanah oleh limbah hasil kegiatan manusia khususnya di lingkungan pemukiman yang padat penduduk dan atau pusatpusat kegiatan masyarakat serta peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi masyarakat. Seiring dengan aktifitas pembangunan yang meningkat dengan bertambahnya penduduk akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan masalah di bidang sanitasi. Hal ini akan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan, menurunnya kualitas lingkungan dan estetika serta kemungkinan timbulnya penyakit sehingga merugikan masyarakat di sekitarnya. Kebiasaan masyarakat membuang sampah dan limbah rumah tangga ke saluran drainase, sungai-sungai dan pada tempat-tempat yang bukan peruntukannya ikut memperburuk kondisi sanitasi di Kabupaten Kabupaten Banyumas. Dari semua persoalan sanitasi di Kabupaten Kabupaten Banyumas, penyebab utamanya adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi yang berakibat kepada kurangnya kesadaran terhadap pentingnya sanitasi dalam kehidupan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 36

2.3.1 Sistem dan Infrastruktur Air Limbah Domestik Air limbah domestik terdiri dari 2 jenis, yaitu grey water (air bekas mandi dan cuci) serta black water (tinja). Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banyumas terdapat 2 sistim, yaitu sistem individu dan sistem komunal. Sistem individu adalah sistem pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat di rumah masing-masing, baik menggunakan septik tank maupun cubluk. Sedangkan sistem komunal adalah sistem pengelolaan air limbah yang dikelola secara kelompok (KSM), baik berupa sistem perpipaan maupun MCK komunal. Sampai saat ini peran pemerintah daerah dalam hal pengelolaan sanitasi masih sangat terbatas. Beberapa hal yang dilakukan pemerintah daerah antara lain memberikan dana stimulan pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) komunal, MCK Plus dan jamban keluarga, serta memberikan fasilitasi pembangunan MCK komunal berbasis masyarakat di beberapa titik wilayah yang didanai oleh pemerintah pusat maupun lembaga donor. Permasalahan terkait dengan pengelolaan air limbah domestik, yaitu : a. Faktor Topografi Wilayah Dengan melihat kondisi alam yang ada di Kabupaten Banyumas, dengan kelerengan yang relatif tinggi dan keberadaan drainase alam maupun buatan yang cukup banyak, dan terbatasnya luasan lahan yang cukup datar sehingga permukiman yang sangat berimpitan antara rumah satu dengan lainnya (baik diperkotaan maupun diperdesaan) dan ditambah dengan ketersediaan air permukaan yang cukup banyak, sehingga masyarakat sangat mudah mengalirkan limbah pada drainase tersebut dengan biaya yang sangat murah, walaupun tanpa disadari bahwa membuang limbah dengan cara seperti itu akan membawa dampak pada kesehatan lingkungan yang akan berimbas kepada kesehatan masyarakat. b. Faktor SDM Kesadaran Masyarakat Dengan Kapasitas masyarakat yang masih relatif terbatas maka belum menyadari tentang bahayanya membuang limbah dengan cara yang tidak baik akan berdampak kepada kesehatan. Dan yang terpenting lagi bahwa seolah-olah dengan mengalirkan air limbah ke saluran irigasi maka masalah limbah sudah selesai artinya dalam tataran rumah mungkin bisa dimengerti tetapi dalam kontek lingkungan bisa bisa menimbulkan dampak negatif yang serius. Secara umum limbah tinja di Kabupaten Banyumas belum dikelola dengan baik, banyak masyarkat yang masih membuang air limbah (grey water) langsung ke saluran drainase. Masyarakat bahkan masih ada yang melakukan BABs baik di sungai. Kondisi tersebut dapat dilihat dari hasil studi EHRA sebagaimana grafik berikut ini : BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 37

PERSENTASE TEMPAT BUANG AIR BESAR DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 0.55% 1.28% 1.04% 2.73% 0.23% A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum 12.70% C. Ke WC helikopter 11.38% D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan 73.76% F. Ke selokan/parit/got 3.79% G. Ke lubang galian H. Lainnya, I. Tidak tahu Gambar 2. 13 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar TEMPAT PENYALURAN AKHIR TINJA DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 0.01% 24.65% 0.07% 7.79% 54.06% 7.75% 0.70% 4.46% 0.52% Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/p antai Gambar 2. 14 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 38

Pada Gambar 2.13 menjelaskan persentase tempat buang air besar, dimana responden yang buang air besar ke jamban pribadi sebesar 73,76%, di MCK sebanyak 3,79%, dan responden yang masih buang air besar sembarangan sebesar 22,45% (WC helikopter, sungai, kebun, selokan). Kondisi ini memerlukan penanganan serius dari berbagai pihak untuk terciptanya kondisi lingkungan yang sehat. Tempat penyaluran akhir tinja responden pada studi EHRA di Kabupaten Banyumas disalurkan pada 6 (enam) tempat seperti yang tertera pada Gambar 2.14, antara lain: Tangki septik sebesar 54,06%; Pipa sewer sebesar 0,52%; Cubluk/lobang tanah sebesar 4,46%; Langsung ke drainase sebesar 0,70%; Sungai sebesar 7,75%; Kolam/sawah sebesar 7,79%; Kebun/tanah lapang sebesar 0,07% Pada saat ini sistem pengelolaan limbah secara off-site belum dimiliki oleh Kabupaten Banyumas. Sebagian besar warga membuang limbah kakus atau yang juga dikenal sebagai black water belum menggunakan septic tank yang dirancang dan dibangun dengan baik sehingga tidak memberikan pengolahan optimal kepada limbah tersebut. Hasil studi EHRA seperti pada Tabel 3.3, area beresiko Air Limbah Domestik di Kabupaten Banyumas dari segi tangki septik suspek aman tidak aman sebesar 30,5%; pencemaran karena pembuangan isi tangki septik tidak, aman sebesar 58,6%; dan pencemaran karena spal tidak aman sebesar 67,1% Tabel 2. 12 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA Total VARIABEL KATEGORI 9 10 n % 2.1 Tangki septik suspek aman Tidak aman 4032 30,5 Suspek aman 9208 69,5 2.2 Pencemaran karena Tidak, aman 728 58,6 pembuangan isi tangki septik Ya, aman 515 41,4 2.3 Pencemaran karena SPAL Tidak aman 8883 67,1 Ya, aman 4357 32,9 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 39

Kelembagaan Kabupaten Kabupaten Banyumas belum mempunyai regulasi yang mengatur pengelolaan air limbah domestik. Aspek legal formal yang menjadi landasan pengelolaan air limbah domestik adalah Perda Kabupaten Banyumas Nomor 8 tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas, Jabatan Struktural dan Tata Kerja pada Dinas Cipta Karya, Kebersihan, dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas. Adapun untuk daftar pemangku kepentingan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada Tabel 2.13. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 40

G a m b ar 2. 15 Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 41

Tabel 2. 13 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik PEMANGKU KEPENTINGAN FUN GSI Pe merintah Kabupaten/Kota Sw asta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota DCKKTR - - Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target DCKKTR - - Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target DCKKTR - - PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik DCKKTR Ada Ada Me mbangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) DCKKTR Ada Ada M enyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) DCKKTR Ada - M e m bangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari su mber ke IPAL (pipa kolektor) DCKKTR - Ada M e m bangun sarana IPLT dan atau IPAL DCKKTR - - PENGELOLAAN M enyediakan layanan penyedotan lumpur tinja DCKKTR Ada - M engelola IPLT dan atau IPAL DCKKTR - Ada Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja DCKKTR Ada - M e m berikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB BPMPP - - DCKKTR - - PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) DCKKTR - - Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah DCKKTR - - B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 42

PEMANGKU KEPENTINGAN FUN GSI Pe merintah Kabupaten/Kota Sw asta Masyarakat domestik Me mberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik Satpol PP - - M O NITO RING DAN EVAL U ASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah do mestik skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik M elakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah do mestic, dan atau mena mpung serta m engelola keluhan atas layanan air limbah do mestic M elakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah do me stic Bappeda, DCKKTR, DKK Bappeda, DCKKTR, DKK Bappeda, D C K K T R, DKK Bappeda, DCKKTR, DKK - - - - - - - - Dari Tabel 2.13 di atas, dapat terlihat Sub fungsi pengelolaan air limbah domestik yang belum ditangani oleh stakeholder manapun di Kabupaten Banyumas, yaitu terkait dengan fungsi pembinaan dan pengaturan dengan subfungsi Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) dan Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk mengakomodasi fungsi tersebut di masa mendatang. Selain itu, terlihat pula sub fungsi pengelolaan air limbah domestik dimana pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola yaitu terkait fungsi pengadaan prasarana dengan subfungsi berupa Menyediakan sarana pembangunan awal air limbah domestik dan Membangun sarana pembuangan awal air limbah domestik (Tangki Septik). Namun diharapkan dapat menjadi pilot project dimasa mendatang yang dapat mendatangkan sektor swasta yang lain untuk ikut terlibat. Adanya keterlibatan swasta tentunya cukup membantu Pemerintah yang notabene memiliki keterbatasan anggaran. Dengan demikian, pada masa mendatang perlu digalakkan adanya pola kemitraan Pemerintah dan swasta yang djuga didukung masyarakat untuk penanganan sanitasi. Disamping itu diperlukan perangkat B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 43

kebijakan dalam pengelolaan sanitasi, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam pelaksanaan oleh SKPD atau pemangku kepentingan, dalam kaitannya dengan hal tersebut di Kabupaten Banyumas masih dirasa kurang dalam hal kebijakan yang terkait dengan sanitasi utamanya air limbah, oleh karena itu kedepan masih diperlukan kebijakan yang mengatur tentang air limbah dengan secara terinci dan jelas. Kerangka kebijakan/peraturan terkait sanitasi air limbah di Kabupaten Banyumas dapat dilihat dalam tabel 2.14 dibawah. Tabel 2. 14 Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Banyumas Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada Tidak Efektif B elu m Efektif Tid a k Efe ktif Ket. (Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan AIR LIM B AH D O M E STIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banyumas. Ada (RPJMD) - V Ke w ajiban dan sanksi bagi Pe merintah Kab/Kota dala m penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestik - V Ke w ajiban dan sanksi bagi Pe merintah Kab/Kota dala m me mberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam - V pengelolaan air limbah domestik Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah. Kewajiban dan sanksi bagi industri ru mah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di te mpat usaha. Ada (Perda Bang. Gedung) Ada (Perda Lingkungan) - V - V Ke wajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha. - V K e w ajiban penyedotan air limbah domestik untuk m asyarakat, industri ru mah tangga, dan kantor pemilik - V tangki septic. Retribusi penyedotan air limbah do m estik. Ada (SK Bupati) V V B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 44

Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada Tidak Efektif B elu m Efektif Tid a k Efe ktif Ket. (Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan Tata cara perizinan untuk kegiatan pe mbuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran. Ada (IM B) V V Berdasarkan Tabel 2.14. di atas, ditemukan hanya ada 3 (tiga) isian tabel yang menyatakan bahwa Peraturan terkait air limbah domestik yang sudah ada, dan dilaksanakan secara efektif. Sebagian besar peraturan terkait limbah domestik yang sudah ada, namun belum berlaku atau tidak berlaku secara efektif, contohnya target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik, kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah, kewajiban dan sanksi bagi industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha. Hal tersebut sudah di atur, namun belum menyentuh pada aspek penegakan peraturan, tentunya ini juga menjadi tantangan Pemerintah dengan dukungan swasta dan masyarakat dalam upaya penegakan peraturan dan pencapaian target peraturan yang ada. Hal itu dapat dijadikan bahan evaluasi, bahwa selama ini peraturan yang dibuat selain Perda Tata Ruang, hanya memuat ketentuan sanksi bagi pelanggar dari unsur masyarakat, belum melibatkan unsur pemerintah sebagai pelayan masyarakat untuk dikenai sanksi pula jika tidak memenuhi kewajibannya. Berbeda halnya dengan peraturan terkait tata ruang yang sudah mengamanatkan adanya ketentuan sanksi yang dapat menjerat dua sisi baik itu pelanggar tata ruang dari unsur masyarakat/swasta maupun dari pejabat pemerintah yang memberikan izin yang tidak sesuai dengan tata ruang. Kedepannya, jika model peraturan yang ada mengakomodasi hal tersebut, tentunya dapat meningkatkan supremasi hukum peraturan yang ada. B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 45

Sistem dan Cakupan Pelayanan Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pada saat ini sistem pengelolaan limbah secara off-site belum dimiliki oleh Kabupaten Banyumas. Secara umum masih dikelola oleh masyarakat sendiri dari masing-masing rumah tangga dengan cara yang sangat minim bahkan banyak yang belum dilakukan pengelolaan dengan kaidah kaidah yang sehat. Dengan melihat kondisi yang demikian maka sejak tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Banyumas berupaya untuk mengelola air limbah ini melalui program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), dimana dalam kegiatan ini adalah membangun Septiktank komunal untuk sekelompok permukiman penduduk di wilayah perkotaan, yang selama ini karena kondisi topografi Banyumas yang memiliki alur alur sebagai drainase alam sangat banyak sehingga masyarakat dengan mudah membuang limbah ke saluran/ alur tersebut. SLBM ini disamping difasilitasi pendanaan oleh pemerintah. Peta Lokasi septictank komunal pada program SLBM dapat dilihat pada Gambar 2.16, di bawah. Air limbah domestik di Kabupaten Banyumas yang dibuang dari permukiman, pada umumnya tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu sehingga berdampak pada penurunan kualitas air pada perairan di wilayah Kabupaten Banyumas. Penurunan kualitas air dapat disebabkan oleh kontaminasi dari air limbah yang dibuang dari daerah pemukiman penduduk. Penurunan kualitas perairan dapat berdampak pada penurunan kualitas air permukaan maupun air tanah. Padahal sebagian besar penduduk di wilayah Kabupaten Banyumas masih menggunakan air permukaan dan air tanah sebagai sumber air minum. Hal ini dapat membahayakan kesehatan penduduk. Oleh karena itu maka pengelolaan air limbah yang terpadu sangat perlu dilakukan untuk mencegah dan meminimalisir dampak yang dapat ditimbulkan. Di samping itu dengan semakin berkembangnya Kabupaten Banyumas dengan Ibu Kota Purwokerto yang menjadi salah satu kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin pesat, berakibat pada meningkatnya volume pencemar khususnya yang berasal dari buangan domestik, baik air limbah cucian dan kamar mandi (greywater) dan air limbah WC (blackwater). Sehingga baik dalam jangka pendek atau menengah maupun jangka panjang diperlukan suatu pengelolaan air limbah yang terpadu dalam mendukung pembangunan sanitasi di Kabupaten Banyumas Untuk mengetahui sistem dan infrastruktur pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banyumas, digunakan Diagram Sistem Sanitasi (DSS), yang menjelaskan mengenai alur pengelolaan air limbah domestik mulai dari pengguna (user interface), pengumpulan dan penampungan / pengolahan awal, pengangkutan / pengaliran, (semi) pengolahan akhir terpusat dan daur ulang / pembuangan akhir. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 46

G a m b ar 2. 16 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 47

Dengan mengetahui diagram alir dari DSS tersebut, maka akan diketahui permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banyumas, adalah sebagai berikut : 1. Di Kabupaten Banyumas masih terdapat masyarakat yang masih melakukan praktek buang air besar dengan menggunakan WC helikopter atau WC yang dibangun di atas badan air dengan tanpa melakukan pengolahan sama sekali. Masyarakat yang melakukan ini adalah yang tinggal disekitar bantaran sungai atau badan air yang lainnya. Untuk masyarakat wilayah perkotaan disekitar bantaran sungai, masyarakat langsung membuang limbah black dan grey water langsung ke badan air, meskipun menggunakan closet untuk buang air besar, namun limbah black dan grey water tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu dan langsung dibuang ke badan air. 2. Masyarakat yang telah sadar akan pentingnya pengelolaan air limbah rumah tangga telah membuat jamban dengan system jongkok maupun duduk untuk kemudian dilakukan pengolahan awal limbah black water di instalasi tangki septic sedangkan untuk grey water langsung dialirkan ke drainase lingkungan. Setelah jangka waktu tertentu, lumpur tinja di tangki septic dilakukan pengurasan untuk selanjutnya diolah di instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT). 3. Seiring dengan perkembangan penduduk, maka lahan untuk membangun tangki septic di Kabupaten Banyumas semakin terbatas. Pemerintah melalui program USRI telah memfasilitasi mesyarakat dengan membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal. Dengan IPAL komunal, masyarakat dapat melakukan praktek buang air besar dengan menggunakan jamban keluarga, namun limbah tinja tersebut dialirkan ke IPAL komunal untuk dilakukan pengolahan sementara. Setelah waktu tertentu, lumpur tinja dari IPAL komunal tersebut disedot dengan menggunakan mobil sedot tinja untuk selanjutnya dilakukan pengolahan di IPLT. Sesuai pembahasan Diagram Sistem Sanitasi (DSS), berdasarkan isu pokok sanitasi air limbah domestik, permasalahan mendesak sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banyumas, sebagai berikut: 1. Bahwa tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara merata pada hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, dukungan kelembagaan sanitasi dalam semua tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara belum tertata dengan baik. Sistem kelembagaan yang lemah ini membawa konsekwensi luas terhadap PHBS dan kualitas lingkungan hunian dan permukiman penduduk. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 48

2. Hampir semua pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Banyumas baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan adalah menggunakan on site system dengan tingkat teknologi sederhana, sementara pengelolaan dengan off site system (terpusat) masih belum berkembang, sistem jaringan belum terstruktur dengan baik, di antaranya pembuangan akhir dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat. Sarana IPAL atau IPLT belum optimal. 3. Kondisi di atas tentunya membawa pengaruh besar di dalam menempatkan pengelolaan air limbah tidak memenuhi standar/pedoman sistem pengelolaan air limbah baik melalui on site system, lebih-lebih pada off site system. 4. Belum ada kelembagaan yang kuat di dalam mengatur tatanan sistem pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, baik dilingkungan Pemerintah, masyarakat, maupun swasta. 5. Keterlibatan pihak swasta sejauh ini hampir tidak kelihatan guna mendukung peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan layanan pengelolaan limbah. 6. Kerjasama dengan dunia usaha, unsur-unsur media sejauh ini belum berkembang, belum ada upaya-upaya promosi, publikasi dan sosialisasi yang betul-betul menyentuh pada peningkatan kepedulian masyarakat. 7. Sistem kelembagaan yang lemah, kepedulian masyarakat, dunia usaha dan pemerintah yang lemah maka dukungan pendanaan dan pembiayaan dalam meningkatkan layanan sanitasi air limbah juga masih jauh diharapkan. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 49

Tabel 2. 15 Cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik Kabupaten Banyumas Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak Sistem Onsite Sistem Offsite No Na ma Kecamatan BABS* Siste m Berbasis Ko mun al Skala Ka wasan / terpusat Cubluk***, Cubluk aman/ MCK M CK IPAL Tangki Septik Sambungan (KK) ja mban tidak Ja mban keluarga dgn tangki septik /Ja mban Bersama Ko munal**** (KK) Komunal (KK) Komunal > 10 KK (KK) R u m a h yg berfungsi (KK) a man*(kk) aman (KK) (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) Wilayah Perdesaan 1 Lu mbir 3115 255 3740 377 0 0 0 0 2 Wangon 2770 0 5551 0 0 0 0 0 3 J atilawang 7649 0 4742 749 0 0 0 0 4 Rawalo 4171 1 5456 2 0 0 0 0 5 Kebasen 6750 67 5228 705 0 0 0 0 6 K emranjen 4476 0 4781 28 0 0 0 0 7 Su mpiuh 2010 868 2800 550 0 0 0 0 8 Tambak 1857 75 4070 131 0 0 0 0 9 S omagede 1207 1204 2836 933 0 0 0 0 10 Kalibagor 5813 0 3353 1193 0 0 0 0 11 Banyumas 2698 87 2618 866 0 80 0 0 12 Patikraja 1641 839 1238 775 0 0 0 0 13 Purwojati 2388 697 4870 61 0 0 0 0 14 Ajibarang 6699 0 8849 237 0 0 0 0 15 Gu melar 1741 636 2804 713 0 0 0 0 16 Pekuncen 4411 0 8727 273 0 0 0 0 17 Cilongok 10688 231 10207 588 0 117 0 0 18 Karanglewas 4818 9 3546 132 0 0 0 0 19 Kedungbanteng 1938 0 2715 300 0 0 0 0 B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 50

Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak Sistem Onsite Sistem Offsite No Na ma Kecamatan BABS* Siste m Berbasis Ko mun al Skala Ka wasan / terpusat Cubluk***, Cubluk aman/ MCK M CK IPAL Tangki Septik Sambungan (KK) ja mban tidak Ja mban keluarga dgn tangki septik /Ja mban Bersama Ko munal**** (KK) Komunal (KK) Komunal > 10 KK (KK) R u m a h yg berfungsi (KK) a man*(kk) aman (KK) (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) 20 Baturraden 2002 0 3023 178 0 318 0 0 21 Sumbang 2826 0 5449 1602 0 120 0 0 22 Ke mbaran 2227 212 4411 1247 0 95 0 0 23 Sokaraja 2561 0 4048 0 0 340 0 0 24 Purwokerto Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 25 Purwokerto Barat 0 0 0 0 0 0 0 0 26 Purwokerto Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 27 Purwokerto Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 Wilayah Perkotaan 1 Lu mbir 2222 30 2592 53 0 0 0 0 2 Wangon 3931 354 8940 128 0 0 0 0 3 J atilawang 1887 10 585 20 0 0 0 0 4 Rawalo 358 0 2952 0 0 0 0 0 5 Kebasen 87 0 1578 636 0 0 0 0 6 K emranjen 2777 324 4516 193 0 0 0 0 7 Su mpiuh 2366 221 4827 257 0 0 0 0 8 Tambak 1016 245 4323 191 0 0 0 0 9 S omagede 761 252 1284 294 0 0 0 0 10 Kalibagor 1080 0 796 0 0 0 0 0 11 Banyumas 652 0 4777 72 0 75 0 0 B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 51

Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak Sistem Onsite Sistem Offsite No Na ma Kecamatan BABS* Siste m Berbasis Ko mun al Skala Ka wasan / terpusat Cubluk***, Cubluk aman/ MCK M CK IPAL Tangki Septik Sambungan (KK) ja mban tidak Ja mban keluarga dgn tangki septik /Ja mban Bersama Ko munal**** (KK) Komunal (KK) Komunal > 10 KK (KK) R u m a h yg berfungsi (KK) a man*(kk) aman (KK) (KK) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) 12 Patikraja 891 801 5660 1448 0 223 0 0 13 Purwojati 388 0 735 0 0 0 0 0 14 Ajibarang 2985 0 4592 88 0 0 0 0 15 Gu melar 2335 222 4359 300 0 0 0 0 16 Pekuncen 651 0 2692 33 0 0 0 0 17 Cilongok 2084 0 4959 425 0 0 0 0 18 Karanglewas 2933 0 3396 0 0 0 0 0 19 Kedungbanteng 4177 0 3389 386 0 109 0 0 20 Baturraden 2546 0 3453 0 0 359 0 0 21 Sumbang 2855 0 5728 0 0 198 0 0 22 Ke mbaran 2495 340 5872 1939 0 263 0 0 23 Sokaraja 6204 0 6162 568 0 593 0 0 24 Purwokerto Selatan 10284 129 7178 0 0 774 0 0 25 Purwokerto Barat 5756 0 6484 0 0 530 0 0 26 Purwokerto Timur 3508 228 10494 9 0 218 0 0 27 Purwokerto Utara 4300 2438 14179 549 0 0 0 0 B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 52

Tabel 2. 16 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik No Jenis Satuan Jumlah/ Kapasitas Berfungsi K o n disi Tdk berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1 B erbasis ko m u nal - MCK Komunal unit 49 Berfungsi 2. Truk Tinja unit 2 Berfungsi 3 IPLT : kapasitas M 3 /hari Berfungsi S P AL Terpusat (Siste m Offsite) 1 B erbasis ko m u nal - Tangki septik ko m u nal unit >10KK - IPAL Komunal unit 2 IPAL Ka wasan/terpusat - kapasitas M 3 /hari - siste m B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 53

Gambar 2. 17 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 54

2.3.2 Sistem dan Infrastruktur Persampahan Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Berdasar sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya. Pada prinsipnya sampah harus dikelola, karena adanya sampah dapat mengancam keberlanjutan keberadaan, kehidupan dan kesejahteraan manusia. Sampah merupakan buangan hasil suatu proses atau aktivitas yang berbentuk padat. Sampah dihasilkan oleh rumah tangga, pasar, rumah sakit, tempat rekreasi, jalan, pertanian dan industri serta berasal dari pembangunan. Secara fisik sampah dapat dibedakan menjadi sampah kering dan sampah basah. Pengelolaan persampahan rumah tangga di Kabupaten Banyumas dimulai sejak dari pewadahan, pengangkutan dan pengumpulan di tempat pembuangan sementara (TPS). Sampah dari TPS tersebut kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Data komposisi dan karakteristik sampah rumah tangga di Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut: Identifikasi pengelolaan sampah rumah tangga dalam studi EHRA di Kabupaten Banyumas dibedakan berdasarkan cara pembuangan dan perilaku pemilahan sampah. Pada Gambar 2.18 disajikan pengelolaan sampah rumah tangga Kabupaten Banyumas menurut kecamatan di bagian atas dan kelurahan di bagian bawah. Berdasarkan grafik tersebut cara pengelolaan sampah yang lebih banyak dilakukan di Kabupaten Banyumas secara berurutan adalah: a. Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang sebesar 2,36%. b. Dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 11,67%. c. Dibakar sebesar 66,43%. d. Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah sebesar 0,84%. e. Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 6,76%. f. Dibuang ke sungai/kali sebesar 3,42%. g. Dibiarkan saja sampai membusuk sebesar 0,17%. h. Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 7,24%. i. Lain-lain sebesar 1,03%. Perilaku pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kabupaten Banyumas ditunjukan pada Gambar 2.19, sebanyak 69,1% tidak melakukan pemilahan sampah sedangkan 30,09% melakukan pemilahan sampah sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 55

100% 90% 80% PENGELOLAAN SAMPAH BERDASARKAN STRATA DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 0.45 0.00 1.28 0.20 1.00 0.02 0.81 0.00 1.03 0.09 7.35 5.47 0.13 4.67 3.15 0.09 9.25 6.80 7.24 0.72 0.18 0.26 3.42 0.17 7.51 3.93 7.51 8.25 0.80 5.31 0.98 6.76 0.77 0.86 0.84 Tidak tahu Lain-lain 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 68.02 58.91 66.43 75.58 79.34 16.63 11.44 11.67 2.69 0.13 2.04 3.83 0.45 3.22 2.36 0 1 2 3 TOTAL STRATA Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Dibakar Gambar 2. 18 Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 100% PRAKTEK PEMILAHAN SAMPAH OLEH RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 90% 80% 38 70% 60% 70 73 60 69 50% 40% Dipilah/dipisahkan Tidak dipilah/dipisahkan 30% 62 20% 10% 30 27 40 31 0% 0 1 2 3 TOTAL STRATA Gambar 2. 19 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 56

Kelembagaan Pengelolaan persampahan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas secara resmi di bawah pembinaan 3 (tiga) instansi yakni: 1. Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang, 2. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi 3. Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata. Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang bertugas untuk mengelola sampah yang berasal dari masyarakat dan mengelola TPA. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi bertugas mengelola sampah yang berasal dari semua pasar yang ada di Kabupaten Banyumas, sedangkan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata mengelola sampah yang berasal dari kawasan wisata. Pengelolaan persampahan yang masuk dalam struktur kerja Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang, pada garis kerjanya persampahan masuk dalam bidang kebersihan dan pertamanan sebagai koordinatornya. UPT langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, sedangkan dengan Bidang Kebersihan & Pertamanan hanya sebagai koordinasi saja. Di bawah kordinasi Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang terdapat 3 Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Kota Purwokerto dan TPA Gunung Tugel, UPT Banyumas Wilayah Barat (Ajibarang) dengan TPA Tipar Kidul dan UPT Banyumas Wilayah Timur (Banyumas) dengan TPA Kaliori. Fungsi UPT untuk mempermudah pengelolaan sampah pada tiap zona pelayanan sampah atau dapat dikatakan merupakan zoning persampahan Kabupaten Banyumas. Pengelolaan persampahan pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi masuk dalam bidang pasar pada seksi pengelolaan pasar sebagai koordinatornya, yang bertanggungjawab untuk mengelola sampah dari pewadahan sampai pengumpulan yaitu masing-masing UPT Pasar. Pengelolaan sampah pada Dinas Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata masuk dalam bidang pariwisata yang menjadi tanggungjawab seksi obyek dan pemasaran pariwisata sebagai koordinatornya, sedangkan yang bertanggungjawab untuk mengelola sampah dari pewadahan sampai pengumpulan yaitu masing-masing UPT. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas No. 26 Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas, Jabatan Struktural dan Tata Kerja. Adapun Bagan organisasi masing-masing Dinas pengelola sampah dapat dilihat pada Gambar 5.1., 5.2., dan Gambar 5.3. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 57

G a m b ar 2. 20 Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 58

G a m b ar 2. 21 Bagan Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 59

G a m b ar 2. 22 Bagan Organisasi Dinas Pe m u d a, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 60

Tabel 2. 17 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan PEMANGKU KEPENTINGAN FUN GSI Pe merintah Kabupaten/Kota Sw asta Masyarakat PERENCANAAN M e nyusun target pengelolaan sa mpah skala kab/kota, Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target DCKKTR DCKKTR BAPPEDA & Dinas Ciptaru PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah BLH & DCKKTR Ada Ada Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS) DCKKTR Ada Ada Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) DCKKTR Ada Ada Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) DCKKTR Ada M e m bangun sarana TPA DCKKTR M enyediakan sarana com posting BLH & DCKKTR Ada Ada PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari su m ber ke T P S DCKKTR Ada M e n g elola sa m p ah di T PS DCKKTR Ada Mengangkut sampah dari TPS ke TPA DCKKTR Ada M e n g elola T P A DCKKTR Melakukan pemilahan sampah* BLH & DCKKTR Ada M elakukan penarikan retribusi sa mpah M e m berikan izin usaha pengelolaan sampah DCKKTR DCKKTR PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, DCKKTR dll) B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 61

PEMANGKU KEPENTINGAN FUN GSI Pe merintah Kabupaten/Kota Sw asta Masyarakat Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah BLH & DCKKTR Ada Me mberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah D C K K T R, Satpol PP M O NITO RING DAN EVAL U ASI M elakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sa mpah skala kab/kota M elakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan BAPPEDA & DCKKTR BAPPEDA & DCKKTR Bappeda, DCKKTR, & BLH 1. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang belu m ditangani oleh stakeholder, yaitu; Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Selama ini meski sudah ada peraturan tentang pelanggaran sampah, namun tidak ada upaya penegakan hukum. 2. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang sudah dikelola masyarakat secara mandiri, yaitu: Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah; Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS); Membangun sarana Te mpat Penampungan Sementara (TPS); Melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik dan; Menyediakan sarana composting. Hanya saja dalam hal pemilahan sampah yang sudah dilakukan masyarakat terkesan sia- sia, karena begitu diangkut ke dalam armada sampah akhirnya menjadi satu bagian. Hal ini karena belum adanya armada yang dapat memisahkan sampah organik dan anorganik. 3. Sub fungsi pengelolaan sampah mana yang pihak swasta sudah mulai terlibat untuk mengelola sa m pah. Keterlibatan swasta ini merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat/corporate social responsibility (C S R), yaitu; Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah; Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke TPS); Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS); Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (T P A) dan ; Menyediakan sarana co m p osting. B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 62

Tabel 2. 18 Peta Peraturan Persa mpahan Kabupaten Kabupaten Banyumas Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan B elu m Efektif Dilaksanakan Tida k Efektif Dilaksanakan Keterangan PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persa mpahan di Kab/Kota ini Ada (RPJMD Kewajiban dan sanksi bagi Pe merintah Ada Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah ( Melakukan pengu mpulan dan pengangkutan serta pengelolaan sampah) Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Ada Kab/Kota dalam memberdayakan ( Mengikutsertakan masyarakat dan badan usaha dalam masyarakat dalam pengelolaan sampah m engurangi timbulan sampah) Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat Ada untuk mengurangi sampah, m e nyediakan te mpat sam p ah di hunian ( Setiap warga wajib m enyediakan tong ru mah, dan me mbuang ke T PS sa mpah tertutup) Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit Ada usaha di ka w asan ko m ersial / fasilitas ( Sekolahan, badan, kantor social / fasilitas umum untuk mengurangi dan warga diharapkan sampah, menyediakan tempat sampah, melakukan 3R untuk dan membuang ke TPS mengurangi sampah dan bertanggung jawab sa m p ai ke T P S) Pembagian kerja pengumpulan sampah Ada B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 63

Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan B elu m Efektif Dilaksanakan Tida k Efektif Dilaksanakan Keterangan dari su mber ke TPS, dari TPS ke TPA, ( Pengelolaan sampah pengelolaan di TPA, dan pengaturan menggunakan sistem waktu pengangkutan sampah dari TPS modul. Jadi warga, kantor, ke T P A badan usaha bertanggung jawab sa mpai TPS. TPS ke T P A menjadi tanggung jawab DInas Pengelola Persampahan) Kerjasama pemerintah kab/kota dengan Ada swasta atau pihak lain dala m (Hibah tempeh sa mpah) pengelolaan sampah Retribusi sampah atau kebersihan Ada (khususnya di perumahan) Dari tabel 2.18 di atas, peta peraturan persa mpahan di atas, ta mpaknya di Kabupaten Banyumas sudah me menuhi ketersediaan peraturan persampahan. Meksipun sudah ada, namun pelaksanaannya ada yang belum efektif. Peraturan terkait persa mpahan yang sudah ada, na mun belu m berlaku atau tidak berlaku secara efektif, diantaranya: Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintahan Kabupaten dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah; dan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan bahan usaha dalam pengelolaan sampah Peraturan terkait persa m pahan yang sudah ada, d a n dilaks an ak an sec ara efektif: Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi s a mpah, menyediakan te mpat sa mpah di hunian ru mah, dan me mbuang ke TPS; Kewajiban dan sanksi bagi kantor/unit usaha di kawasan komersial/fasilitas sosial/fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyadiakan tempat sampah dan membuang ke TPS; Pe mbagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA; dan Retribusi sampah atau kebersihan. B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 64

Sistem dan Cakupan Layanan Pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan juga masyarakat dan swasta. Paradigma yang mengatakan bahwa masalah sampah adalah urusan pemerintah, pada dasarnya adalah salah besar, semestinya sampah adalah urusan masyarakat. Keterlanjuran paradigma harus terpaksa untuk dilanjutkan dengan kegiatan pengelolaan sampah yang dipimpin oleh pemerintah. Meskipun demikian, pemerintah bertanggung jawab dalam mengkoordinasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Untuk menunjang ketugasannya, seperti pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, Dinas Pengelola Sampah Kabupaten Banyumas melakukan pengangkutan 2-3 kali per hari. Timbulan sampah harian di Kabupaten Banyumas berdasarkan jumlah penduduk dan konstanta yang telah ditentukan sebesar 4.075 m 3 /hari. Berdasarkan jumlah timbulan sampah dapat diketahui bahwa penghasil sampah terbesar adalah areal permukiman dan pasar. Terdapat 3 (tiga) Tempat Pebuangan Akhir sampah (TPA) di Kabupaten Banyumas yakni di; 1. TPA Kaliori untuk wilayah Banyumas Timur yang menerima sampah per hari rata-rata sebanyak 76,8 m 3 /hari, 2. TPA Gunungtugel untuk wilayah Purwokerto yang menerima sampah per hari rata-rata sebanyak 320,8 m 3 /hari,dan 3. TPA Tipar Kidul untuk wilayah Banyumas Barat yang menerima sampah per hari ratarata sebanyak 80,65 m 3 /hari, Sehingga sisa sampah yang tidak dapat dikirim ke TPA jumlahnya masih sangat besar dan perlu diperhatikan untuk dikelola agar tidak memberikan gangguan pada keberlanjutan keberadaaan, kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Komposisi sampah rata-rata di Kabupaten Banyumas dari 3 (tiga) TPA adalah: 1. Sampah organik= 46,12%. 2. Sampah kertas = 11,61%. 3. Sampah plastik = 20,50%. 4. Sampah kaca = 2,68 %. 5. Sampah lain-lain (karet, stereofom, kain, dll) = 19,09%. a. Sarana dan Prasaran Sarana dan prasarana yang dimiliki DCKKTR Kabupaten Banyumas dalam pengelolaan persampahan antara lain: dump truck, arm roll truck, pick up, motor roda tiga, bulldozer, backhoe, gerobak sampah, becak sampah, kontainer, TPS, TPA, transfer depo dan komposter. Data jumlah sarana dan prasarana milik DCKKTR Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada Tabel 5.1. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi hanya memiliki 2 buah armada truk BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 65

sampah, sedangkan Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata hanya memiliki 1 buah truk sampah. Dinperindagkop memiliki alat pewadahan, pengumpul dan TPS yang ditempatkan pada masing-masing pasar dibawah binaan Dinperindagkop. Dinporabudpar juga memiliki alat pewadahan, pengumpul dan TPS yang ditempatkan pada unit wilayah kerja Dinporabudpar seperti GOR Satria, Kawasan Wisata Baturaden dan lain-lain. Tabel 2. 19 Sarana dan Prasarana Sampah milik DCKKTR Kabupaten Banyumas No Nama Unit UKP UKP UKP Persampahan Purwokerto Banyumas Ajibarang Jumlah 1. Dump truck - 16 4 4 24 2. Truck Amr Roll - 7 1-8 3. Pick Up - 2 1 1 7 4. Motor Roda 3-1 2 3 6 5. Bulldozer 2 - - - 2 6. Beckhoe / 1 - - - 1 Excavator 7. Gerobag/Becak - 95 36 26 308 Sampah 8. TPS - 58 3 4 65 9. TPA 3 - - - 3 10. Transfer Dipo - 5 - - 5 11. Kontainer / Amr - 26 3 10 39 roll 12. Tempat Sampah - - - - 83 Doubel Engsel 13. Komposter - - - - 490 Sumber: DCKKTR Kabupaten Banyumas, 2014 b. Timbulan Sampah Timbulan sampah di Kabupaten Banyumas dapat dihitung berdasarkan SNI 1995 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia. Berdasarkan SNI 1995, jumlah perkiraan timbulan sampah untuk kota sedang yaitu 2,75 3,25 liter/orang/hari, sedangkan untuk kota kecil yaitu sebesar 2,50 2,75. Berdasarkan SNI tersebut, maka perhitungan timbulan sampah di Kabupaten Banyumas berdasarkan jumlah penduduk disajikan pada Tabel 5.2. Berdasarkan data perhitungan timbulan sampah menurut SNI 1995 (Tabel 5.2) didapatkan jumlah timbulan sampah di Kabupaten Banyumas sebanyak 4.074.804,25 liter/hari atau 4.075 m3/hari. Timbulan sampah yang ada pada ketiga wilayah pelayanan DCKKTR tidak semuanya dapat terangkut ke TPA karena beberapa Kabupaten Banyumasa antara lain: keterbatasan sumber daya baik berupa armada pengangkutan maupun tenaga kerja dan juga adanya beberapa sampah yang dimanfaatkan oleh pihak lain. Sampah yang tidak terangkut ke TPA sebagian dikelola sendiri oleh masyarakat, dengan cara dibakar maupun dibuang ke BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 66

sungai. Sebagian sampah yang masuk ke TPA dimanfaatkan oleh para pemulung untuk dijual ke pengepul sampah plastik, logam dan kertas sebagai bahan baku produk daur ulang. Tabel 2. 20 Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten Banyumas dihitung Berdasarkan Jumlah Penduduk (SNI 1995) No. Kecamatan Jumlah Penduduk Konstanta Pengali Jumlah Timbulan h 1 Lumbir 43.913 2,5 109.782,50 2 Wangon 74.507 2,5 186.267,50 3 Jatilawang 58.124 2,5 145.310,00 4 Rawalo 46.321 2,5 115.802,50 5 Kebasem 56.930 2,5 142.325,00 6 Kemranjen 64.189 2,5 160.472,50 7 Sumpiuh 50.698 2,5 126.745,00 8 Tambak 42.475 2,5 106.187,50 9 Somagede 32.587 2,5 81.467,50 10 Kalibagor 47.259 2,5 118.147,50 11 Banyumas 46.229 2,5 115.572,50 12 Patikraja 52.270 2,5 130.675,00 13 Purwojati 31.414 2,5 78.535,00 14 Ajibarang 92.612 2,5 231.530,00 15 Gumelar 45.758 2,5 114.395,00 16 Pekuncen 65.458 2,5 163.645,00 17 Cilongok 113.187 2,5 282.967,50 18 Karanglewas 60.307 2,5 150.767,50 19 Kedungbanteng 52.959 2,5 132.397,50 20 Baturraden 49.418 2,5 123.545,00 21 Sumbang 78.337 2,5 195.842,50 22 Kembaran 76.437 2,5 191.092,50 23 Sokaraja 80.763 2,5 201.907,50 24 Purwokerto Selatan 73.643 2,7 202.518,25 25 Purwokerto Barat 50.842 2,7 139.815,50 26 Purwokerto Timur 57.881 2,7 159.172,75 27 Purwokerto Utara 61.061 2,7 167.917,75 Jumlah 1.605.579 4.074.804,25 c. Manajemen Persampahan Masyarakat telah membuang sampah melalui berbagai cara yakni tempat sampah dalam bentuk galian tanah, wadah atau tempat yang berasal dari berbagai bahan seperti plastik, anyaman bambu, ban mobil bekas, kaleng, drum, tembok dan lain sebagainya. Kondisi berbagai tempat sampah tersebut terdapat pada bermacam kondisi yakni dari rusak hingga layak dipakai, sehingga beberapa tempat sampah ada yang berfungsi dengan baik maupun tidak berfungsi. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 67

Gambar 2. 23 Berbagai Macam Tempat Sampah Gambar 2. 24 Berbagai Macam Tempat Sampah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 68

Dijumpai bahwa tempat sampah telah terdapat dibanyak tempat, tidak hanya di permukiman, tetapi ada di sekolah, kantor, warung makan, Pedagang Kali Lima (PKL), pasar, tepi jalan, terminal, stasiun, pertokoan dan lain sebagainya. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa tempat sampah telah menjadi kebutuhan masyarakat. Hal tersebut disebabkan dinamika kehidupan masyarakat Kabupaten Banyumas telah sangat dinamis, setiap saat menghasilkan sampah, sehingga membutuhkan tempat sampah. Pewadahan sampah yang digunakan oleh masyarakat, kecuali pada galian tanah, merupakan wadah sampah sementara yang nantinya sampah akan diangkut ke TPS (Tempat Penampungan Sampah Sementara). Wadah yang digunakan ada yang telah mengikuti pola pemilahan sampah, namun sebagian besar tidak menggunakan pola pemilahan sampah organik dan an organik. Bahkan terdapat indikasi bahwa wadah sampah yang terpilah masih pada taraf pengenalan. Hal tersebut dapat diamati dari tempat sampah pemilahan hanya terdapat di Kota Purwokerto yang sedang berusaha untuk memperoleh Penghargaan Adipura, belum diikuti secara swadaya oleh masyarakat. Walaupun Pemerintah Kabupaten melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang (DCKTR) telah mensosialisasikan penggunaan sistem pewadahan sampah dengan pemilahan, namun dirasa mesyarakat belum sadar betul. Hal tersebut padat pula diamati bahwa walaupun Pemerintah Kabupaten telah menempatkan tempat sampah terpilah antara sampah organik dan anorganik, namun masyarakat dalam membuang sampahnya tidak memperhatikan tempatnya. Pada tempat sampah telah tertulis untuk tempat sampah organik, pada beberapa tempat sampah tetap diisi sampah an organik dan sebaliknya. Penempatan tong sampah terpilah telah ditempatkan pada tempat-tempat strategis, antara lain: jalan-jalan protokol, sekolah, taman yang banyak dikunjungi masyarakat dan lain sebagainya. Pada dasarnya pengelolaan pewadahan menjadi urusan masyarakat sendiri yang dikoordinasi oleh RT maupun perseorangan. Kemudian sumber sampah yang berasal dari masyarakat dikumpulkan dalam tempat sampah kemudian di angkut oleh petugas ke TPS terdekat. Pada pengelolaan pengangkutan sampah oleh masyarakat sendiri, pada beberapa lokasi, Pemerintah Kabupaten memberikan atau menyediakan bantuan alat persampahan seperti gerobak dan becak sampah, sehingga tidak semua lokasi terdapat becak atau gerobak sampah. Dimungkinkan gerobak atau becak sampah tersebut terdapat pada lokasi yang intensitas sampahnya tinggi dan timbulan sampahnya besar. Pengumpulan Sampah yang telah ditempatkan oleh masyarakat sebagai penghasil sampah dan sumber timbulan sampah pada wadah tertentu, secara komulatif akan dikumpulkan pada tempat tertentu yakni TPS (Tempat Penampungan Sementara Sampah). Alat pengumpul sampah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 69

berupa gerobak dan becak sampah yang berfungsi untuk pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan dan sampah dari pelayanan rumah tangga (domestik) dan industri (nondomestik). Gerobak dan becak sampah beroperasi secara periodik 2 kali sehari di masingmasing wilayah tertentu seperti RT atau RW yang pengelolaannya berasal dari swadaya masyarakat. Hasil pengumpulan sampah dari tempat sampah atau wadahnya diangkut menuju TPS terdekat dengan menggunakan gerobak dan becak sampah tersebut. Dinas yang mengelola sampah semuanya memiliki gerobag sampah di untnya masing-masig, seperti DCKKTR ada di perumahan, DISPERINDAGKOP memiliki gerobag sampah yang ditempatkan pada tiap pasar, DINPORABUDPAR memiliki gerobag sampah yag ditempatkan di GOR Satria dan tempat-tempat pariwisata, Badan Lingkungan Hidup juga memilki gerobag atau kendaraan yang mengumpulkan sampah. Gambar 2. 25 Alat Pengumpul Sampah Masing-Masing Dinas Pengelola Sampah Pemindahan dan Pengangkutan Sampah yang telah terkumpul pada TPS, dilakukan pemindahan dan pengangkutan dengan sarana berupa transfer depo, semi transfer depo, dump truck, armroll truck, pick-up zebra, feel truck, kontainer dan kontainer armroll. Sarana pemindahan telah ditempatkan secara BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 70

menyebar. Beberapa sarana untuk pemindahan dan pengangkutan sampah berupa dump truck dan armroll truck yang terdapat di wilayah pelayanan UPT Purwokerto tertera pada Gambar 2. 26 Dump Truck Kendaraan Angkutan Sampah UPT Purwokerto Gambar 2. 27 Armroll Truck Kendaraan Angkutan Sampah UPT Purwokerto Sistem Pembuangan Akhir Sistem pembuangan akhir sampah tersebar pada 3 (tiga) lokasi yaitu TPA Gunung Tugel untuk wilayah Purwokerto, Kaliori untuk wilayah Banyumas Timur dan Tipar Kidul untuk wilayah Banyumas Barat. Ke tiga TPA terdapat perbedaan dalam metode pengelolaannya. Berikut disajikan metode pengelolaan sampah di masing- masing TPA, yaitu: 1. TPA Gunung Tugel: Open Dumping. Sampah yang terangkut diletakkan di zona aktif yang telah tersedia kemudian diratakan dengan buldoser, setelah 3 bulan ditimbun dengan tanah. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 71

2. TPA Kaliori : Open dumping - Controlled landfill. Sampah yang terangkut dari TPS, diletakkan di tanah zona aktif yang telah disediakan kemudian diratakan dengan buldozer. 3. TPA Tipar Kidul : Open dumping. Sampah yang terangkut diletakkan di tanah yang telah tersedia kemudian diratakan secara manual oleh petugas. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 72

Gambar 2. 28 Peta Cakupan Layanan Persampahan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 73

G a m b ar 2. 29 Diagra m Siste m Sanitasi Pengelolaan Persampahan B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 74

Untuk mengetahui sistem dan infrastruktur pengelolaan persampahan di Kabupaten Banyumas, digunakan Diagram Sistem Sanitasi (DSS), yang menjelaskan mengenai alur pengelolaan persampahan mulai dari pengguna (user interface), pengumpulan setempat, penampungan sementara (TPS), pengangkutan, (semi) pengolahan akhir terpusat, daur ulang / pembuangan akhir. Dengan mengetahui diagram alir dari DSS tersebut, maka akan diketahui permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Banyumas. Adapun sistem dan infrastruktur pengelolaan persampahan di Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut : 1. Di Kabupaten Banyumas, masih ada sebagian masyarakat yang belum mengelola sampah dengan baik, namun langsung dibakar. Kebiasaan ini sebenarnya kurang baik karena dapat menimbulkan pencemaran dan bahaya kebakaran. Masyarakat yang melakukan kebiasaan ini biasanya yang tinggal di perdesaan dan belum masuk dalam cakupan wilayah pelayanan persampahan di Kabupaten Banyumas. 2. Bagi masyarakat yang tinggal dipinggir sungai atau badan air masih banyak yang membuang sampahnya langsung ke sungai atau badan air. Kebiasaan ini sangat merugikan bagi lingkungan dikarenakan dapat menimbulkan pencemaran air dan berdampak pada penimbulan sampah di badan air yang akan menyebabkan banjir. 3. Untuk masyarakat yang tinggal diwilayah cakupan pelayanan persampahan, masyarakat membuang sampah ditempat sampah rumah tangga, untuk selanjutnya diambil oleh gerobag sampah dan dibuang ke tempat penampungan sementara (TPS). Dari TPS sampah diangkut dengan menggunakan dump truck ke TPA. 4. Masyarakat yeng telah mengolah sampah dilingkungannya dengan menggunakan komposter / takakura sehingga jumlah timbulan sampah yang diangkut oleh gerobag sampah sudah berkurang. Selanjutnya gerobag sampah akan membuangnya ke TPS atau container sampah, yang kemudian akan diambil oleh dump truk atau truk arm roll ke TPA. 5. Tingkat kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga di sebagian wilayah Kabupaten Banyumas sudah cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan sudah adanya bank sampah yang mengolah sampah an organik menjadi produk yang laku dijual. Residu sisa sampah yang tidak dapat diolah diangkut dengan gerobag sampah untuk dibuang ke TPS atau container sampah. Dari TPS atau container sampah kemudian diambil oleh dump truk atau truk arm roll ke TPA. Sebagian sampah organik yang masih terbawa diolah menjadi kompos di dalam instalasi pengolahan pupuk granule, sedangkan residu yang tidak dapat diolah ditempatkan dalam zona penimbunan sampah. Cairan sampah/lindi diolah dalam instalasi pengolahan lindi dan selanjutnya dibuang ke badan air. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 75

Tabel 2. 21 Ti mbulan Sampah Per Kecamatan Na ma Kecamatan Jumlah Penduduk Wilayah Wilayah perdesaan perkotaan Volu me Timbulan Sa m pah T otal Wilayah perdesaan Wilayah Perkotaan T otal orang orang orang (%) (M 3/hari) (%) (M 3/hari) (%) (M 3/hari) Kecamatan Lumbir 26.517 17.397 43.914 3,34 % 66,2925 2,13 % 46,9719 2,70 % 113,2644 Kecamatan Wangon 31.477 49.552 81.029 3,96 % 78,6925 6,06 % 133,7904 5,07 % 212,4829 Kecamatan Jatilawang 48.871 9.254 58.125 6,15 % 122,1775 1,13 % 24,9858 3,51 % 147,1633 Keca matan Ra walo 34.464 11.858 46.322 4,34 % 86,16 1,45 % 32,0166 2,82 % 118,1766 Kecamatan Kebasen 48.321 8.610 56.931 6,08 % 120,8025 1,05 % 23,247 3,43 % 144,0495 Keca matan Ke mranjen 35.571 28.583 64.154 4,48 % 88,9275 3,50 % 77,1741 3,96 % 166,1016 Kecamatan Sumpiuh 22.622 28.077 50.699 2,85 % 56,555 3,44 % 75,8079 3,16 % 132,3629 Kecamatan Tambak 22.170 20.306 42.476 2,79 % 55,425 2,48 % 54,8262 2,63 % 110,2512 Kecamatan omagede 23.016 9.572 32.588 2,90 % 57,54 1,17 % 25,8444 1,99 % 83,3844 Kecamatan Kalibagor 39.851 7.409 47.260 5,01 % 99,6275 0,91 % 20,0043 2,85 % 119,6318 Kecamatan Banyumas 23.907 22.323 46.230 3,01 % 59,7675 2,73 % 60,2721 2,86 % 120,0396 Keca matan Patikraja 16.185 36.086 52.271 2,04 % 40,4625 4,42 % 97,4322 3,29 % 137,8947 Keca matan Purwojati 27.204 4.211 31.415 3,42 % 68,01 0,52 % 11,3697 1,89 % 79,3797 Kecamatan Ajibarang 61.601 31.012 92.613 7,75 % 154,0025 3,79 % 83,7324 5,67 % 237,7349 Keca matan Gu melar 21.346 24.413 45.759 2,69 % 53,365 2,99 % 65,9151 2,84 % 119,2801 Kecamatan Pekuncen 52.230 13.230 65.460 6,57 % 130,575 1,62 % 35,721 3,97 % 166,296 Kecamatan Cilongok 83.574 29.614 113.188 10,51 % 208,935 3,62 % 79,9578 6,89 % 288,8928 Kecamatan Karanglewas 32.956 27.353 60.309 4,15 % 82,39 3,35 % 73,8531 3,73 % 156,2431 Kecamatan Kedung Banteng 19.535 33.426 52.961 2,46 % 48,8375 4,09 % 90,2502 3,32 % 139,0877 Keca matan Baturraden 22.960 26.460 49.420 2,89 % 57,4 3,24 % 71,442 3,07 % 128,842 Kecamatan Sumbang 40.494 37.846 78.340 5,09 % 101,235 4,63 % 102,1842 4,85 % 203,4192 Kecamatan Ke mbaran 33.028 43.411 76.439 4,16 % 82,57 5,31 % 117,2097 4,76 % 199,7797 Kecamatan Sokaraja 26.963 53.802 80.765 3,39 % 67,4075 6,58 % 145,2654 5,07 % 212,6729 Kecamatan Purwokerto Selatan 0 73.644 73.644 0,00 % 0 9,01 % 198,8388 4,74 % 198,8388 Keca matan Purwokerto Barat 0 50.844 50.844 0,00 % 0 6,22 % 137,2788 3,27 % 137,2788 Kecamatan Purwokerto Timur 0 57.883 57.883 0,00 % 0 7,08 % 156,2841 3,73 % 156,2841 Keca matan Purwokerto Utara 0 61.061 61.061 0,00 % 0 7,47 % 164,8647 3,93 % 164,8647 B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 76

Nama Kecamatan Tabel 2. 22 Tabel Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Per Kecamatan 3R Volu me sa mpah yg terangkut ke TP A Wilayah perdesaan Wilayah perkotaan T otal Wilayah Perkotaan T otal (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) Lu mbir W angon Jatilawang Rawalo Kebasen Ke mranjen Su mpiuh Tambak S omagede K alibagor Banyumas P atikraja P ur w ojati Ajibarang G u melar Pekuncen Cilongok Karanglewas Kedungbanteng Baturraden Sumbang Ke mbaran Sokaraja Purwokerto Selatan Purwokerto Barat Purwokerto Timur Purwokerto Utara B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 77

2.3.3 Sistem dan Infrastruktur Drainase Lingkungan Pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya yang menimbulkan tekanan terhadap ruang/lahan yang selanjutnya menjadikan kawasan terbangun. Hal itu menjadikan koefisien aliran (run off) bertambah besar, air hujan maupun buangan tidak lagi mudah diserap ke dalam tanah, padahal kapasitas saluran drainase eksisting sudah tidak memadai, ditambah dngan pola masyarakat yang membuang sampah ke saluran menyebabkan hambatan aliran dan daya tampung menjadi berkurang. Kondisi riil drainase lingkungan di Kabupaten Banyumas lainnya ditandai dengan permasalahan seperti tidak memadainya daya tampung saluran sehingga air buangan meluber ke kanan kiri saluran yang mengakibatkan genangan. Saluran drainase yang berada di dalam rumah warga menyulitkan pemeliharaan. Adanya pengendapan material di saluran juga menyebabkan permasalahan meluapnya air saluran di musim hujan. Bercampurnya saluran drainase lingkungan dengan air buangan limbah rumah tangga yang menimbulkan bau tidak sedap. Bercampurnya saluran drainase perkotaan/lingkungan dengan saluran irigasi yang tentunya dapat mengganggu kesuburan tanaman di daerah irigasi. Identifikasi drainase lingkungan pada studi EHRA di Kabupaten Banyumas adalah mengenai lokasi genangan, topografi wilayah genangan air, keberadaan saluran drainase lingkungan, dan mengenai kondisi drainase lingkungan. Pada Gambar 2.30 responden di Kabupaten Banyumas sebanyak 93,52%; Sekali dalam setahun sebesar 2,93%; Beberapa kali dalam sebesar 1,58%; Sekali atau beberapa dalam sebulan sebesar 0,05%; Tidak tahu sebesar 1,93%. Pada Gambar 2.31, responden di Kabupaten Banyumas yang mengalami banjir rutin sebanyak 28,32% rumah tangga Dari lokasi di Kabupaten Banyumas yang rutin mengalami banjir, lama genangan air jika banjir seperti yang terdapat pada Gambar 2.32. Pada Gambar tersebut sebanyak 9,5% responden mengalami banjir Kurang dari 1 jam sebesar 20,42%; Antara 1-3 jam sebesar 43,75%; Setengah hari sebesar 5,83; Satu hari sebesar 8,75; Lebih dari 1 hari sebesar 17,92; Tidak tahu sebesar 3,33%. Pada Gambar 2.33, lokasi genangan dihalaman rumah sebesar 47,60%; di dekat dapur sebesar 13,63%; di dekat kamar mandi sebesar 16,09%; di dekat bak penampungan sebesar 3,13%; lainnya sebesar 14,41%. Sedangkan untuk kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Kabupaten Banyumas pada Gambar 2.34 sebanyak 25,7% responden tidak memilik SPAL, dan yang memiliki SPAL sebanyak 74,3% responden. Persentase responden akibat tidak memiliki SPAL rumah tangga di Kabupaten Banyumas seperti pada Gambar 2.35, sebanyak 6,76% terdapat genangan air dan sebanyak 93,24% tidak terdapat genangan air BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 78

100% 98% 96% 94% PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG PERNAH MENGALAMI BANJIR DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 2.36 0.00 1.27 1.98 2.79 1.69 1.85 0.04 0.08 1.54 1.89 3.34 2.86 0.00 0.81 3.13 1.93 0.05 1.58 2.93 Tidak tahu Sekali atau beberapa dalam sebulan Beberapa kali dalam 92% 90% 94.39 93.95 92.85 93.20 93.52 Sekali dalam setahun Tidak pernah 88% 0 1 2 3 TOTAL STRATA Gambar 2. 30 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir 100% PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENGALAMI BANJIR RUTIN DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 90% 80% 70% 60% 50% 77.27 67.07 70.83 89.47 71.68 Tidak 40% Ya 30% 20% 10% 0% 32.93 22.73 29.17 28.32 10.53 0 1 2 3 TOTAL STRATA Gambar 2. 31 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 79

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% LAMA AIR MENGGENANG JIKA TERJADI BANJIR DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 9.09 9.09 0.00 63.64 38.83 9.09 2.91 3.39 9.09 18.45 16.10 10.68 8.74 7.63 4.24 47.46 20.39 21.19 0.00 50.00 0.00 25.00 25.00 3.33 17.92 8.75 5.83 43.75 20.42 0 1 2 3 TOTAL STRATA Tidak tahu Lebih dari 1 hari Satu hari Setengah hari Antara 1-3 jam Kurang dari 1 jam Gambar 2. 32 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir LOKASI GENANGAN AIR DI SEKITAR RUMAH E. Lainnya 14.41 D. Di dekat bak penampungan 3.13 C. Di dekat kamar mandi 16.09 B. Di dekat dapur 13.63 A. Dihalaman rumah 47.60 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 Gambar 2. 33 Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 80

PERSENTASE KEPEMILIKAN SPAL DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 26% 74% Ya Tidak ada Gambar 2. 34 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL 100% AKIBAT TIDAK MEMILIKI SPAL RUMAH TANGGA BERDASARKAN STRATA 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 93.75 93.66 92.77 92.58 93.24 6.25 6.34 7.23 7.42 6.76 0 1 2 3 TOTAL STRATA Tidak ada genangan Ada genangan Gambar 2. 35 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 81

Kelembagaan Berdasarkan pemahaman akan Peraturan Bupati tentang tugas pokok dan fungsi detail setiap Lembaga Teknis, dan Dinas di Pemerintah Kabupaten dan kondisi aktual pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Banyumas,maka unit SKPD pengelola drainase adalah DPU Kabupaten Banyumas Bidang Cipta Karya Seksi Perumahan dan Permukiman. Jadi, unit pengelola sampahnya adalah berbentuk Seksi. Subsektor drainase juga harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan juga didukung oleh swasta dan masyarakat. Ketiga pihak inilah yang berperan menjadi pemangku kepentingan pembangunan dan pengelolaan drainase lingkungan. Fungsi-fungsi dalam pengelolaan drainase lingkungan dicoba untuk dipetakan menurut pemangku kepentingan, hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.29. Dalam pengelolaan drainase tingkat kabupaten sesuai dengan Peraturan Bupati Kabupaten Banyumas Nomor 28 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang seksi Tata Lingkungan. Tupoksi dari seksi tersebut lebih terfokus pada pembangunan fisik, sedangkan aspek pemeliharaan belum terdefinisi secara jelas. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 82

G a m b ar 2. 36 Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 83

Tabel 2. 23 Daftar Pemangku Kepentingan yang Terlibat Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN FUN GSI Pe merintah Kabupaten/Kota Sw asta Masyarakat PERENCANAAN M enyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota M enyusun rencana progra m drainase lingkungan dala m rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target DCKKTR BAPPEDA & DCKKTR BAPPEDA & DCKKTR PENGADAAN SARANA M enyediakan / me mbangun sarana drainase lingkungan DCKKTR v v PENGELOLAAN M e m bersihkan saluran drainase lingkungan DCKKTR v v M e m perbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak DCKKTR v v Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB DCKKTR & BPMPP PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan BAPPEDA & DCKKTR D C K KT R, Bina Marga, & BAPPEDA D CKKT R, Bagian Huku m Setda, Bappeda Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan Satpol PP, BAPPEDA & DCKKTR B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 84

PEMANGKU KEPENTINGAN FUN GSI Pe merintah Kabupaten/Kota Sw asta Masyarakat M O NITO RING DAN EVAL U ASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktu rsarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan DCKKTR, Bappeda, Bagian Pembangunan DCKKTR, Bappeda, Bagian Pembangunan DCKKTR, Bappeda, Bagian Pembangunan Berdasarkan tabel 2.23 di atas, fungsi perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Meskipun demikian, dalam hal perencanaan seperti menyusun target pengelolaan drainase lingkungan belum menggunakan perhitungan teknis yang baik yang memperhatikan berbagai aspek. Dari berbagai fungsi di atas, belum ada satu pun yang m elibatkan peran swasta dan masyarakat terkait dengan pengelolaan drainase lingkungan. Semuanya masih menjadi tanggung jawab pemerintah. B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 85

Tabel 2. 24 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Banyumas Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada Tidak Efektif B elu m Efektif Tida k Efektif Keterangan (Sebutkan) Ada Dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di Kab/Kota ini Ke w ajiban dan sanksi bagi Pe merintah Kab/Kota dala m menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dala m me mberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem Ada - - - - V - - - - V - - - - - - drainase sekunder A d a (IM B) Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pem atusan - V - - - air hujan Dari tabel 2.24, terkait peta peraturan drainase lingkungan di atas, hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya peraturan target capaian peayanan pengelolaan drainase di beberapa dokumen perencanaan memang telah ada, namun dalam pelaksanaannya belum efektif. Adapun peraturan yang belum ada adalah kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dala m menyediakan drainase lingkungan, serta kewajiban dan sanksi bagi emerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan. B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 86

Sistem dan Cakupan Layanan Sistem jaringan drainase di Kabupaten Kabupaten Banyumas dibedakan atas 3 (tiga) bagian yaitu drainase alam, drainase pedesaan dan drainase perkotaan. Drainase alam pada umumya merupakan sungai-sungai yang melintas di Kabupaten Kabupaten Banyumas, berfungsi sebagai penampung pengaliran drainase Kabupaten dan air hujan yang kemudian dipatuskan ke laut. Drainase pedesaan pada umumnya sebagai saluran pembuangan limbah rumah tangga dan saluran pembuangan air hujan menuju saluran tersier. Drainase perkotaan pada umumnya sebagai saluran pembuangan limbah dan saluran pembuangan air hujan menuju saluran sekunder. Sistim drainase di Kabupaten Kabupaten Banyumas terdiri dari saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier. Kondisi saluran-saluran tersebut sebagian ada yang sudah permanen, sebagian lagi semi permanen dan bahkan terdapat saluran yang masih berupa tanah. Saluran primer merupakan muara dari saluran-saluran drainase sekunder dan/atau tersier yang seterusnya akan mengalirkan air hujan maupun air limbah ke laut. Saluran sekunder merupakan muara bagi saluran drainase tersier atau drainase lingkungan. Kondisi saluran drainase sekunder saat ini bervariasi, dimana sebagian masih berupa saluran tanah serta sebagian lagi merupakan pasangan batu. Secara garis besar kondisi saluran tersebut masih cukup baik dan terawat dengan baik terbukti dengan pengaliran air yang relatif lancar. Saluran tersier merupakan upstream dari sistem drainase secara keseluruhan, terdapat di kanan-kiri jalan yang ada di permukiman yang bermuara pada saluran drainase sekunder. Kondisi saluran tersier di Kabupaten Kabupaten Banyumas pada umumnya masih berupa saluran tanah dan hanya sebagian kecil saja yang telah dibangun dengan kontruksi pasangan. Kondisi saluran yang ada saat ini kurang terpelihara dimana banyak saluran tersumbat sampah, terjadi pendangkalan karena tingginya lumpur/ sedimen, sehingga aliran air kurang lancar. Kondisi sungai-sungai di Kabupaten Kabupaten Banyumas adalah sungai-sungai alam yang sampai sekarang masih mampu untuk menampung air hujan, hanya saja perlu ditingkatkan pemeliharaanya baik secara rutin maupun periodik terhadap endapan lumpur dan pasir pada sungai-sungai tersebut. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 87

Pe m utakhiran SSK Kab. Banyumas 2016-2020 G a m b ar 2. 37 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 88

Dalam memudahkan identifikasi sistem dan infrastruktur pengelolaan drainase di Kabupaten Banyumas, dikembangkan Diagram Sistem Sanitasi (DSS) yang menjelaskan mengenai alur pengelolaan drainase lingkungan mulai dari sumbernya, pengaliran dan pembuangan akhir. Dengan mengetahui diagram alir dari DSS tersebut, maka akan diketahui permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Banyumas. Permasalahan yang paling mendasar adalah masih tercampurnya air hujan dan grey water, sehingga kemungkinan dalam pengaliran terdapat pencemaran masih besar. Untuk kedepan perlu dikembangkan sistem yang terpisah antara air hujan dan grey water rumah tangga. Adapun sistem dan infrastruktur pengelolaan drainase di Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut: 1. Di Kabupaten Banyumas masih terdapat pola pengaliran drainase, dimana air hujan dan grey water dialirkan semua ke selokan tanah untuk selanjutnya akan dibuang ke sungai. Model ini biasanya ditemukan di kawasan perdesaan, dimana saluran drainase belum dibuat permanen. 2. Pengembangan permukiman yang semakin banyak di Kabupaten Banyumas mengharuskan perbaikan sarana dan prasarana drainase permanen. Dengan drainase model ini diharapkan pola pengaliran air buangan dapat berjalan lebih baik dan mengurangi pencemaran air permukiman apabila air buangan masih mengandung limbah cair yang tercemar. 3. Di Kabupaten Banyumas masih terdapat sistem pengelolaan drainase yang kurang baik, dimana diwilayah tersebut belum terlayani sarana drainase, sehingga air hujan dan grey water tergenang di halaman atau kebun warga. Keadaan ini apabila dibiarkan akan menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit dikarenakan genangan air tersebut dapat menjadi tempat berkembangnya penyakit dan nyamuk. Wilayah perdesaan dan kawasan kumuh paling banyak terdapat sistem ini dikarenakan belum terbangunnya sarana drainase, tidak tersedianya lahan untuk pembangunan atau pola hidup masyarakat yang belum menyadari pentingnya sarana drainase dilingkungannya. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 89

Tabel 2. 25 Tabel Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan Wilayah Genangan Infrastruktur* No Lokasi Genangan Luas K etinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (jam /hari) (kali /tah u n) Penyebab Jenis Keterangan** 1 Desa Kedunggede 4 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 2 D esa Lu mbir 11 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 3 Desa Banteran 9 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 4 D esa Sirau 6 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 5 D esa Karangjati 3 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 6 Desa Sidamulya 5 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 7 Desa Karanggedang 2 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 8 Desa Nusadadi 4 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 9 Desa Selandaka 4 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 10 Kelurahan Kebokura 5 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 11 Desa Plangkapan 2 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 12 Desa Gebangsari 2 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 13 Desa Prembun 2 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 14 Desa Gerduren 6 Setumit Orang Antara 1 3 Beberapa Kali Genangan Air/ Saluran drainase Belu m terlayani B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 90

Dewasa ja m Dalam Setahun B a njir 15 D esa Kaliurip 5 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 16 Desa Kaliwangi 13 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 17 Desa Kalitapen 11 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 18 Desa Kediri 6 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani 19 Desa Karanggude Kulon 10 Setumit Orang Dewasa Antara 1 3 ja m Beberapa Kali Dalam Setahun Genangan Air/ B a njir Saluran drainase Belu m terlayani B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 91

Tabel 2. 26 Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten Banyumas No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Bentuk Penam- pang Saluran* Di mensi K o n disi B** H*** Ber- fungsi Tdk berfungsi Frekuensi Pe m eli- haraan (kali/ tah u n) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Saluran 1 - S. Pri mer A m - Saluran Sekunder A1 m - Saluran Sekunder A2 m Bangunan Pelengkap - Ru mah Po mpa - Pintu Air unit - Kola m retensi unit - Trash rack/ saringan sampah 2 - S. Pri mer B m - Saluran Sekunder B1 m. Bangunan Pelengkap unit - Ru mah Po mpa unit - Pintu Air unit - Kolam retensi unit - Trash rack/ saringan unit sampah B A B II PR O FIL SA NITA SI SA AT INI II - 92

2.3.4 PHBS Identifikasi perilaku higiene dan sanitasi pad studi EHRA di Kabupaten Banyumas meliputi praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 + 1 waktu penting, ketersediaan sarana CTPS di jamban, pola pemanfaatan sabun dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaan masyarakat membuang sampah, masalah sampah di lingkungan rumah dan praktek BABS. Praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) di 5 waktu penting seperti pada Gambar 2.38. Di Kabupaten Banyumas sebanyak 18,6% responden melakukan praktek cuci tangan pakai sabun di 5 waktu penting, dan sisanya 81,4% responden tidak melakukan praktek cuci tangan pakai sabun di lima waktu penting.untuk waktu melakukan cuci tangan pakai sabun seperti ditunjukan pada Gambar 2.39, Setelah ke toilet sebesar 5,3%; Setelah menceboki bayi/anak sebesar 38,9%; Setelah dari buang air besar sebesar 76,7%; Sebelum makan sebesar 79,2%; Setelah makan sebesar 84,5%; Sebelum memberi menyuapi anak sebesar 35,0%; Sebelum menyiapkan masakan sebesar 40,1%; Setelah memegang hewan sebesar 50,1%; Sebelum sholat sebesar 35,3%; Lainnya sebesar 1,9%. Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) di Kabupaten Banyumas seperti pada Gambar 2.40 di bawah ini. Sebanyak 42,2% responden di Kabupaten Banyumas masih melakukan praktek buang air besar sembarangan. CTPS DI LIMA WAKTU PENTING 19 Tida k 81 Gambar 2. 38 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

WAKTU MELAKUKAN CTPS DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 J. Lainnya 2% I. Sebelum sholat 35% H. Setelah memegang hewan 50% G. Sebelum menyiapkan masakan F. Sebelum memberi menyuapi anak 35% 40% E. Setelah makan D. Sebelum makan C. Setelah dari buang air besar 79% 77% 85% B. Setelah menceboki bayi/anak 39% A. Sebelum ke toilet 5% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% Gambar 2. 39 Grafik Waktu Melakukan CTPS 120 PERSENTASE PRAKTIK BABS DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2015 100 80 58 61 56 54 58 60 40 Tidak Ya, BABS 20 42 39 44 46 42 0 0 1 2 3 TOTAL STRATA Gambar 2. 40 Grafik BABS BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

2.4 AREA BERISIKO DAN PERMASALAHAN MENDESAK SANITASI Penentuan area berisiko berdasarkan tingkat resiko sanitasi dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan data primer berdasarkan hasil penilaian oleh SKPD dan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/ desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih dan sanitasi dan data umum, meliputi Sambungan Rumah dan Hidran Umum (PDAM/ BPSPAM/ HIPPAM), jumlah jamban, nama kelurahan, jumlah RT & RW, jumlah populasi, luas administratif, luas terbangun; Jumlah KK miskin; serta bila data tersedia, luas genangan. Penentuan area berisiko berdasarkan Penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kota/ kabupaten. Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air, pencemaran karena air limbah domestik, pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga; kondisi drainase; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penangan air minum, buang air besar sembarangan). Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti dengan penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Penentuan area berisiko dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut. Dari kriteria tersebut diatas maka didapat 15 desa/ kelurahan beresiko sangat tinggi, 109 desa/ kelurahan, beresiko tinggi, 158 desa/ kelurahan beresiko sedang dan 49 desa/ kelurahan kurang berisiko. Hasil penentuan area berisiko berdasarkan tingkat/ derajat risiko ini dapat dilihat pada peta di bawah ini : Berdasarkan dari data sekunder, penilaian SKPD dan analisis berdasarkan hasil studi EHRA. Untuk wilayah-wilayah yang menjadi prioritas penanganan sanitasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. 27 Hasil Skoring Kelurahan Menurut Tingkat Resiko di Kabupaten Banyumas Kecamatan Desa/Kelurahan Area Berisiko Lumbir Cingebul 3 Cidora 3 Besuki 3 Parungkamal 3 Cirahab 3 Canduk 3 Wangon Jurangbahas 3 Cikakak 3 Windunegara 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Kecamatan Desa/Kelurahan Area Berisiko Jatilawang Gunung Wetan 3 Karanganyar 3 Adisara 3 Tinggarjaya 3 Tanjung 3 Gentawangi 3 Rawalo Tambaknegara 3 Sidamulih 3 Pesawahan 3 Tipar 3 Kebasen Karangsari 3 Randegan 3 Kaliwedi 3 Sawangan 3 Kalisalak 3 Kebasen 3 Kemranjen Grujugan 3 Sibrama 3 Kecila 3 Nusamangir 3 Pageralang 3 Petarangan 3 Sumpiuh Pandak 4 Kuntili 4 Kemiri 4 Nusadadi 4 Sumpiuh 3 Kradenan 3 Selanegara 3 Ketanda 3 Tambak Plangkapan 4 Gumelar Kidul 3 Gumelar Lor 3 Prembun 3 Pesantren 3 Watuagung 4 Somagede Kanding 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Kecamatan Desa/Kelurahan Area Berisiko Kalibagor Srowot 3 Suro 3 Kalipucak Kidul 3 Kalisogra Wetan 3 Banyumas Karangrau 3 Kejawar 3 Kalisube 3 Papringan 3 Patikraja Kedungrandu 3 Kedungwuluh Lor 3 Karanganyar 3 Purwojati Gerduren 4 Purwojati 3 Kaliputih 3 Kaliwangi 3 Kalitapen 3 Ajibarang Darmakradenan 4 Sawangan 4 Kalibenda 3 Karangbawang 3 Kracak 3 Gumelar Gumelar 3 Tlaga 3 Samudra 4 Pekuncen Cibangkong 3 Cikawung 3 Tumiyang 3 Pekuncen 3 Pasiram Lor 3 Pasiram Kidul 3 Kranggan 3 Cilongok Batuanten 3 Jatisaba 3 Panusupan 3 Pejogol 3 Pageraji 3 Cilongok 3 Langgongsari 3

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Kecamatan Desa/Kelurahan Area Berisiko Rancamaya 3 Panembangan 3 Kalisari 3 Karangtengah 3 Sokawera 4 Karang Lewas Kediri 3 Pengebatan 3 Tamansari 3 Karanggude 3 Pasir Lor 3 Pasir Kulon 3 Jipang 3 Babakan 3 Kedung Banteng Keniten 3 Baseh 3 Kalikesur 3 Baturraden Pamijen 4 Karangsalam Lor 4 Kemutug Kidul 3 Sumbang Karanggintung 3 Karangcegak 3 Silado 3 Susukan 3 Kebanggan 3 Kawungcarang 3 Banteran 4 Kedungmalang 3 Kembaran Kramat 3 Purbadana 3 Bojongsari 3 Karangsoka 3 Bantarwuni 3 Linggasari 3 Sokaraja Jompo Kulon 3 Banjaranyar 3 Sokaraja Lor 3 Wiradadi 4 Purwokerto Selatan Karang Klesem 3

Kecamatan Desa/Kelurahan Area Berisiko Purwokerto Barat Purwokerto Timur Purwokerto Lor 3 Purwokerto Utara Grendeng 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Gambar 2. 41 Peta Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Banyumas BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 100

2.4.1 Area Berisiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik Permasalahan yang ada dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Banyumas adalah : Tabel 2. 28 Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik No. Permasalahan Mendesak 1 Angka BABS sebesar 57,8 % (Data EHRA, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2015) 2 Angka tidak CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) sebesar 81,4 % (Data EHRA, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2015) 3 Akses layak untuk air limbah sebesar 77,75 % (Data EHRA, Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2015) 4 Proporsi penduduk dengan akses terhadap sistem pengelolaan air limbah yang layak sebesar 58,15 % (Hasil Instrumen Profil Sanitasi Tahun 2015) 5 Pencemaran di air sungai dan sumur oleh bakteri e coli (bakteri yang ada akibat air limbah domestik) sumber BLH 6 Kelembagaan; Dalam hal ini belum ada instansi yang bertugas mengelolah air limbah secara tersendiri. Air limbah masih ditangani oleh berbagai instansi, sehingga sulit dalam mengkoordinasikan kegiatannya di lapangan. 7 Keuangan Dana untuk pengelolaan air limbah masih sangat minim bila dibandingkan dengan sektor lainnya. 8 Sarana pembuangan air limbah masih relatif terbatas; 9 Pembuangan limbah melalui tangki septik dan sumur resapan serta pembuangan air bekas mandi, cuci dan dapur masih banyak dilakukan secara langsung ke sungai. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 101

Dari permasalahan air limbah tersebut diatas maka dapat digambarkan lokasi-lokasi area berisiko air limbah di Kabupaten Banyumas berdasarkan hasil pengolahan Data Sekunder, Studi EHRA dan Persepsi Pokja/SKPD akan dianalisis oleh tool instrument profil sanitasi yang mendapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 2. 29 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Air Limbah Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Lumbir Cingebul 4 Lumbir Kedunggede 3 Lumbir Cidora 4 Lumbir Besuki 3 Lumbir Parungkamal 4 Lumbir Cirahab 3 Lumbir Canduk 3 Wangon Wangon 3 Wangon Banteran 3 Wangon Jambu 3 Wangon Jurangbahas 3 Wangon Cikakak 3 Wangon Windunegara 4 Jatilawang Gunung Wetan 3 Jatilawang Pekuncen 3 Jatilawang Karanganyar 4 Jatilawang Margasana 3 Jatilawang Adisara 4 Jatilawang Kedungwringin 3 Jatilawang Tinggarjaya 3 Jatilawang Tanjung 4 Jatilawang Gentawangi 3 Rawalo Losari 3 Rawalo Menganti 3 Rawalo Rawalo 3 Rawalo Tambaknegara 3 Rawalo Sidamulih 4 Rawalo Pesawahan 4 Rawalo Tipar 3 Kebasen Adisana 3 Kebasen Karangsari 3 Kebasen Randegan 3 Kebasen Kaliwedi 3 Kebasen Sawangan 4 Kebasen Kalisalak 3 Kebasen Kebasen 4 Kebasen Gambarsari 3 Kemranjen Grujugan 4 Kemranjen Sirau 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 102

Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Kemranjen Sibalung 3 Kemranjen Sibrama 3 Kemranjen Kecila 3 Kemranjen Nusamangir 3 Kemranjen Karangjati 3 Kemranjen Kebarongan 4 Kemranjen Pageralang 4 Kemranjen Petarangan 3 Kemranjen Karangsalam 4 Sumpiuh Pandak 4 Sumpiuh Kuntili 4 Sumpiuh Kemiri 4 Sumpiuh Nusadadi 4 Sumpiuh Sumpiuh 4 Sumpiuh Kradenan 3 Sumpiuh Selanegara 3 Sumpiuh Kebokura 3 Sumpiuh Lebeng 3 Sumpiuh Ketanda 3 Sumpiuh Banjarpanepen 3 Sumpiuh Bogangin 3 Tambak Plangkapan 4 Tambak Gumelar Kidul 3 Tambak Gumelar Lor 3 Tambak Gebangsari 4 Tambak Karangpucung 3 Tambak Prembun 4 Tambak Pesantren 3 Tambak Buniayu 3 Tambak Watuagung 4 Somagede Somagede 3 Somagede Kanding 3 Somagede Plana 3 Kalibagor Srowot 3 Kalibagor Suro 3 Kalibagor Karangdadap 3 Kalibagor Kalibagor 3 Kalibagor Kalipucak Kidul 3 Kalibagor Kalisogra Wetan 3 Banyumas Pasinggangan 4 Banyumas Karangrau 3 Banyumas Kejawar 4 Banyumas Kedungunter 3 Banyumas Kalisube 3 Banyumas Papringan 3 Patikraja Notog 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 103

Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Patikraja Kedungrandu 4 Patikraja Kedungwuluh Lor 3 Patikraja Karanganyar 3 Purwojati Gerduren 3 Purwojati Karangtalun Kidul 4 Purwojati Purwojati 4 Purwojati Karangmangu 3 Purwojati Kaliputih 4 Purwojati Kaliwangi 4 Purwojati Kalitapen 3 Ajibarang Darmakradenan 4 Ajibarang Sawangan 4 Ajibarang Kalibenda 3 Ajibarang Karangbawang 3 Ajibarang Kracak 3 Gumelar Cihonje 3 Gumelar Gancang 4 Gumelar Kedungurang 3 Gumelar Gumelar 3 Gumelar Tlaga 3 Gumelar Samudra 4 Gumelar Samudra Kulon 4 Pekuncen Cibangkong 3 Pekuncen Cikawung 3 Pekuncen Karangklesem 4 Pekuncen Cikembulan 4 Pekuncen Tumiyang 3 Pekuncen Pekuncen 3 Pekuncen Pasiram Lor 4 Pekuncen Pasiram Kidul 3 Pekuncen Karangkemiri 4 Pekuncen Kranggan 4 Pekuncen Krajan 3 Cilongok Batuanten 3 Cilongok Jatisaba 3 Cilongok Panusupan 3 Cilongok Pejogol 3 Cilongok Pageraji 3 Cilongok Cilongok 3 Cilongok Cipete 3 Cilongok Cikidang 4 Cilongok Langgongsari 3 Cilongok Rancamaya 4 Cilongok Panembangan 4 Cilongok Kalisari 4 Cilongok Karangtengah 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 104

Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Cilongok Gunung Lurah 4 Cilongok Sokawera 4 Karang Lewas Kediri 3 Karang Lewas Pengebatan 3 Karang Lewas Karanglewas Kidul 3 Karang Lewas Tamansari 4 Karang Lewas Karangkemiri 4 Karang Lewas Karanggude 3 Karang Lewas Pasir Lor 3 Karang Lewas Pasir Kulon 3 Karang Lewas Jipang 3 Karang Lewas Babakan 3 Karang Lewas Sunyalangu 4 Kedung Banteng Kebocoran 3 Kedung Banteng Karangsalam Kidul 3 Kedung Banteng Karangnangka 3 Kedung Banteng Keniten 4 Kedung Banteng Baseh 4 Kedung Banteng Kalikesur 4 Kedung Banteng Melung 4 Baturraden Pamijen 4 Baturraden Kebumen 3 Baturraden Kemutug Lor 4 Baturraden Karangsalam Lor 4 Baturraden Kemutug Kidul 3 Baturraden Karangmangu 3 Baturraden Ketenger 3 Sumbang Karanggintung 3 Sumbang Karangcegak 3 Sumbang Karangturi 3 Sumbang Silado 4 Sumbang Susukan 4 Sumbang Kebanggan 3 Sumbang Kawungcarang 3 Sumbang Banteran 4 Sumbang Sikapat 3 Sumbang Kotayasa 4 Sumbang Limpakuwus 3 Sumbang Kedungmalang 4 Kembaran Ledug 3 Kembaran Purwodadi 4 Kembaran Kramat 3 Kembaran Sambeng Wetan 4 Kembaran Purbadana 4 Kembaran Bojongsari 4 Kembaran Karangsoka 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 105

Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Kembaran Dukuhwaluh 3 Kembaran Bantarwuni 3 Kembaran Karangsari 3 Kembaran Linggasari 4 Sokaraja Sokaraja Wetan 3 Sokaraja Jompo Kulon 4 Sokaraja Banjaranyar 4 Sokaraja Sokaraja Lor 3 Sokaraja Kedondong 3 Sokaraja Pamijen 3 Sokaraja Sokaraja Tengah 3 Sokaraja Karangkedawung 4 Sokaraja Wiradadi 4 Purwokerto Selatan Karang Klesem 3 Purwokerto Selatan Tanjung 3 Purwokerto Barat Bantarsoka 3 Purwokerto Barat Kober 3 Purwokerto Timur Kranji 3 Purwokerto Timur Purwokerto Lor 3 Purwokerto Utara Bancarkembar 3 Purwokerto Utara Sumampir 3 Purwokerto Utara Pabuaran 3 Purwokerto Utara Grendeng 3 Purwokerto Utara Karangwangkal 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 106

Gambar 2. 42 Peta Beresiko Air Limbah (Hasil Instrumen Profil Sanitasi) BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 107

Gambar 2. 43 Peta Area Beresiko Air Limbah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 108

Gambar 2. 44 Peta Zonasi Air Limbah BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 109

2.4.2 Area Berisiko dan Permasalahan Persampahan Pengelolaan persampahan di Kabupaten Banyumas telah dilakukan dengan cukup baik. Hal tersebut tercermin dari kebijakan-kebijakan yang memberikan peluang terhadap penanggulangan sampah di Kabupaten Banyumas, antara lain komitmen pemerintah dalam penanggulangan sampah, adanya investor yang berminat dalam pengelolaan sampah dan adanya sumbangan pemikiran dari berbagai instansi dan lembaga swadaya masyarakat. Namun demikian ancaman dalam upaya penanggulangan sampah ini tetap ada, terutama disebabkan karena rendahnya kesadaran masyarakat, meningkatnya konsumsi masyarakat, adanya pergesaran gaya hidup masyarakat dan adanya sampah kiriman dari wilayah sekitar. Selain itu, untuk penanggulangan sampah diperlukan pembagian peran yang jelas begitu juga peraturannya. Permasalahan dalam Penanggulangan Sampah di Kabupaten Banyumas dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 2. 30 Permasalahan Mendesak Persampahan No. Permasalahan Mendesak 1 Praktik pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas; Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 2,36%; Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 2 Belum memadainya sarana prasarana pengelolaan sampah sehingga belum semua wilayah dapat terlayani. 3 Penerapan retribusi dan peraturan belum maksimal. 4 Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan buang sampah pada tempatnya. 5 Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam mematuhi Perda yang ada. 6 Teknologi pengelolaan persampahan masih kategori sederhana. 7 Lahan TPA yang sudah tidak memadai. 8 Perlu penambahan Tenaga Harian Lepas (THL), untuk mendukung kegiatan kebersihan dalam kota. 9 Jumlah TPS/bak sampah yang masih kurang dan masih minim TPS 3R. BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 110

10 Adanya pergeseran gaya hidup masyarakat yang serba menggunakan plastik dan cenderung menggunakan barang-barang yang sekali pakai. Dari permasalahan persampahan tersebut di atas maka dapat digambarkan lokasi-lokasi area beresiko persampahan di Kabupaten Banyumas bersarkan hasil pengolahan Data Sekunder, Studi EHRA dan persepsi Pokja/SKPD akan dianalisis oleh tools instrument profil sanitasi pada gambar berikut : Adapun penjabaran kelurahan yang dirinci menurut skoring tingkat resiko persampahan, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. 31 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Persampahan Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Lumbir Cingebul 3 Lumbir Cidora 3 Lumbir Besuki 3 Lumbir Parungkamal 3 Lumbir Cirahab 3 Lumbir Canduk 3 Lumbir Lumbir 4 Wangon Jurangbahas 3 Wangon Cikakak 3 Wangon Windunegara 3 Jatilawang Gunung Wetan 3 Jatilawang Karanganyar 3 Jatilawang Adisara 4 Jatilawang Tinggarjaya 3 Jatilawang Tanjung 3 Jatilawang Gentawangi 3 Rawalo Banjarparakan 3 Rawalo Tambaknegara 3 Rawalo Sidamulih 3 Rawalo Pesawahan 3 Rawalo Tipar 3 Kebasen Karangsari 3 Kebasen Randegan 3 Kebasen Kaliwedi 3 Kebasen Sawangan 3 Kebasen Kalisalak 3 Kebasen Kebasen 3 Kemranjen Grujugan 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 111

Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Kemranjen Sibrama 3 Kemranjen Kecila 3 Kemranjen Nusamangir 3 Kemranjen Pageralang 3 Kemranjen Petarangan 3 Sumpiuh Pandak 4 Sumpiuh Kuntili 4 Sumpiuh Kemiri 4 Sumpiuh Nusadadi 4 Sumpiuh Sumpiuh 3 Sumpiuh Kradenan 3 Sumpiuh Selanegara 3 Sumpiuh Ketanda 3 Tambak Plangkapan 3 Tambak Gumelar Kidul 3 Tambak Gumelar Lor 3 Tambak Prembun 3 Tambak Pesantren 4 Tambak Kamulyan 3 Tambak Watuagung 3 Somagede Kanding 3 Kalibagor Srowot 4 Kalibagor Suro 3 Kalibagor Kalibagor 3 Kalibagor Kalipucak Kidul 3 Kalibagor Kalisogra Wetan 3 Banyumas Karangrau 3 Banyumas Kejawar 3 Banyumas Danaraja 3 Banyumas Sudagaran 3 Banyumas Kalisube 3 Banyumas Papringan 3 Patikraja Pegalongan 3 Patikraja Kedungrandu 3 Patikraja Kedungwuluh Lor 3 Patikraja Karanganyar 3 Purwojati Gerduren 3 Purwojati Purwojati 3 Purwojati Kaliputih 3 Purwojati Kaliwangi 3 Purwojati Kalitapen 3 Ajibarang Darmakradenan 4 Ajibarang Sawangan 4 Ajibarang Kalibenda 3 Ajibarang Karangbawang 4 Ajibarang Kracak 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 112

Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Gumelar Gumelar 3 Gumelar Tlaga 4 Gumelar Samudra 4 Pekuncen Cibangkong 3 Pekuncen Cikawung 3 Pekuncen Tumiyang 4 Pekuncen Glempang 3 Pekuncen Pekuncen 3 Pekuncen Pasiram Lor 3 Pekuncen Pasiram Kidul 3 Pekuncen Banjaranyar 4 Pekuncen Kranggan 3 Cilongok Batuanten 3 Cilongok Jatisaba 4 Cilongok Panusupan 3 Cilongok Pejogol 3 Cilongok Pageraji 3 Cilongok Cilongok 4 Cilongok Langgongsari 3 Cilongok Rancamaya 3 Cilongok Panembangan 3 Cilongok Kalisari 3 Cilongok Karangtengah 3 Cilongok Sokawera 4 Karang Lewas Kediri 3 Karang Lewas Pengebatan 4 Karang Lewas Tamansari 3 Karang Lewas Karanggude 3 Karang Lewas Pasir Lor 3 Karang Lewas Pasir Wetan 3 Karang Lewas Pasir Kulon 3 Karang Lewas Jipang 3 Karang Lewas Singasari 3 Karang Lewas Babakan 3 Kedung Banteng Beji 3 Kedung Banteng Keniten 3 Kedung Banteng Baseh 3 Kedung Banteng Kalikesur 3 Baturraden Pamijen 4 Baturraden Karangsalam Lor 4 Baturraden Kemutug Kidul 3 Sumbang Karanggintung 4 Sumbang Tambaksogra 3 Sumbang Karangcegak 3 Sumbang Silado 3 Sumbang Susukan 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 113

Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Sumbang Kebanggan 3 Sumbang Kawungcarang 3 Sumbang Banteran 3 Sumbang Kedungmalang 3 Kembaran Kramat 3 Kembaran Purbadana 3 Kembaran Bojongsari 3 Kembaran Karangsoka 3 Kembaran Bantarwuni 3 Kembaran Linggasari 3 Sokaraja Jompo Kulon 4 Sokaraja Banjaranyar 3 Sokaraja Sokaraja Lor 3 Sokaraja Wiradadi 4 Purwokerto Selatan Karang Klesem 3 Purwokerto Barat Pasir Kidul 3 Purwokerto Timur Purwokerto Lor 3 Purwokerto Utara Grendeng 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 114

Gambar 2. 45 Peta Area Beresiko Persampahan (Hasil Insturmen Profil Sanitasi) BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 115

Gambar 2. 46 Peta Area Beresiko Persampahan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 116

Gambar 2. 47 Peta Zonasi Persampahan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 117

2.4.3 Area Berisiko dan Permasalahan Drainase Lingkungan Secara umum permasalahan drainase yang dihadapi oleh Kabupaten Banyumas adalah : Tabel 2. 32 Tabel Permasalahan Mendesak Drainase Lingkungan No Permasalahan Mendesak 1. Masalah Banjir/Genangan Daerah Kabupaten Banyumas merupahkan hampir seluruh wilayah terdapat DAS yang berpotensi terjadinya banjir/genangan di daerah tersebut. Banjir/genangan di Kabupaten Banyumas di sebabkan oleh beberapa hal, yaitu: a. Banjir/genangan yang disebabkan oleh meluapnya air sungai b. Debit air hujan yang meningkat dimana kapasitas saluran atau gorong-gorong yang tak memadai. Kurangnya kapasitas saluran atau gorong-gorong dapat disebabkan oleh desain yang tak tepat atau tidak mempertimbangkan pertumbuhan kota dalam jangka waktu tertentu. c. Saluran-saluran air banyak tersumbat diakibatkan oleh penumpukan sampah atau sedimen yang memperkecil penampang basah saluran atau gorong-gorong akibat kurangnya pemeliharaan dan pembersihan saluran. d. Adanya penumpukan sampah di sungai, saluran dan outlet-outlet saluran sehingga menimbulkan penyumbatan dan terjadi banjir e. Adanya pembangunan dan permukiman di bantaran sungai menggunakan sempadan sungai dan saluran 2. Masalah Pendangkalan/Sedimentasi Sebagian besar saluran drainase yang ada telah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi lumpur dan sampah pada dasar saluran. Sedimentasi yang terjadi sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh adanya erosi yang cukup besar di hulu sungai. 3. Masalah Penyempitan Alur Saluran dan Badan Sungai Adanya penyempitan saluran akibat adanya bangunan/rumah penduduk yang pondasinya berdiri masuk di kanan kiri badan saluran. Hal ini mengakibatkan pembersihan dan BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 118

No Permasalahan Mendesak perbaikan saluran sulit dilakukan. Pada beberapa tempat alur sungai mengalami penyempitan oleh bangunan dan permukiman penduduk. Hal ini mengakibatkan pengaliran sungai tidak lancar, dan pada waktu musim penghujan disaat debit banjir besar penampang sungai ditempat tersebut tidak mampu menyalurkan debit banjir dengan lancar akibatnya air sungai meluap dan melimpas pada daerah-daerah kanan kiri sungai yang topografinya relatif rendah dan datar. 4. Masalah Operasi dan Pemeliharaan Saluran Sebagian besar saluran drainase yang ada di Kabupaten Banyumas telah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi lumpur dan sampah, serta pada beberapa bagian konstruksi saluran telah mengalami kerusakan (retak-retak). Hal ini disebabkan kurangnya pemeliharaan dan perbaikan saluran yang dilakukan baik rutin maupun berkala oleh instansi terkait. 5. Masyarakat Partisipasi masyarakat untuk menjaga dan merawat drainase yang ada masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya saluran drainase yang dangkal akibat sampah yang dibuang oleh masyrakat kedalam saluran. Selain itu pada beberapa tempat di kawasan pusat kota dan kawasan perdagangan ditemukan adanya masyarakat yang menutup seluruh badan saluran badan untuk tempat parkir tanpa membuat manhole (lubang orang). Hal ini mengakibatkan saluran tersebut tidak dapat dibersihkan. Adapun penjabaran Desa/Kelurahan yang dirinci menurut skoring tingkat resiko drainase, dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 2. 33 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Drainase Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Lumbir Kedunggede 3 Lumbir Canduk 3 Lumbir Lumbir 3 Wangon Banteran 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 119

Kecamatan Desa/Keluarahan Area Berisiko Rawalo Pesawahan 3 Kemranjen Sirau 3 Kemranjen Nusamangir 3 Kemranjen Karangjati 3 Kemranjen Sidamulya 3 Sumpiuh Pandak 3 Sumpiuh Kuntili 3 Sumpiuh Kemiri 3 Sumpiuh Karanggedang 3 Sumpiuh Nusadadi 4 Sumpiuh Selandaka 3 Sumpiuh Kebokura 3 Tambak Plangkapan 4 Tambak Gebangsari 3 Tambak Prembun 3 Purwojati Gerduren 3 Purwojati Kaliurip 3 Purwojati Kaliwangi 3 Purwojati Kalitapen 3 Ajibarang Kalibenda 3 Ajibarang Ajibarang Kulon 3 Pekuncen Pasiram Lor 3 Karang Lewas Kediri 3 Karang Lewas Karanggude 3 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 120

Gambar 2. 48 Peta Tingkat Risiko Drainase (Hasil Insturmen Profil Sanitasi) BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 121

Gambar 2. 49 Peta Area Beresiko Drainase BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 122

Gambar 2. 50 Peta Zonasi Drainase BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI II - 123

Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas 2016-2020 Tabel 2. 1 Gambaran Wilayah Kabupaten Banyumas... 8 Tabel 2. 2 Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa) Kabupaten Banyumas Tahun 2015 2020. 9 Tabel 2. 3 Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (KK) Kabupaten Banyumas Tahun 2015 2020... 10 Tabel 2. 4 Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2015 2020... 11 Tabel 2. 5 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan... 12 Tabel 2. 6 Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyumas... 14 Tabel 2. 7 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banyumas... 22 Tabel 2. 8 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Air Limbah Domestik... 32 Tabel 2. 9 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Persampahan... 33 Tabel 2. 10 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Drainase... 34 Tabel 2. 11 Kemajuan Pelaksanaan SSK Subsektor Prohisan... 35 Tabel 2. 12 Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA... 39 Tabel 2. 13 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik... 42 Tabel 2. 14 Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Banyumas... 44 Tabel 2. 15 Cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik Kabupaten Banyumas... 50 Tabel 2. 16 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik... 53 Tabel 2. 17 Peta Pemangku Kepentingan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan... 61 Tabel 2. 18 Peta Peraturan Persampahan Kabupaten Kabupaten Banyumas... 63 Tabel 2. 19 Sarana dan Prasarana Sampah milik DCKKTR Kabupaten Banyumas... 66 Tabel 2. 20 Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten Banyumas dihitung Berdasarkan Jumlah Penduduk (SNI 1995)... 67 Tabel 2. 21 Timbulan Sampah Per Kecamatan... 76 Tabel 2. 22 Tabel Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Per Kecamatan. 77 Tabel 2. 23 Daftar Pemangku Kepentingan yang Terlibat Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan... 84 Tabel 2. 24 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Banyumas... 86 Tabel 2. 25 Tabel Lokasi genangan dan perkiraan luas genangan... 90 Tabel 2. 26 Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan di Kabupaten Banyumas 92 Tabel 2. 27 Hasil Skoring Kelurahan Menurut Tingkat Resiko di Kabupaten Banyumas.. 95 Tabel 2. 28 Permasalahan Mendesak Air Limbah Domestik... 101 Tabel 2. 29 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Air Limbah... 102 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas 2016-2020 Tabel 2. 30 Permasalahan Mendesak Persampahan... 110 Tabel 2. 31 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Persampahan... 111 Tabel 2. 32 Tabel Permasalahan Mendesak Drainase Lingkungan... 118 Tabel 2. 33 Hasil Skoring Desa/Kelurahan Menurut Tingkat Resiko Drainase... 119 Gambar 2. 1 Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Banyumas Terhadap Prov. Jawa Tengah... 4 Gambar 2. 2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Banyumas... 5 Gambar 2. 3 Peta Tutupan Lahan... 6 Gambar 2. 4 Peta Kepadatan Penduduk... 7 Gambar 2. 5 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyumas... 23 Gambar 2. 6 Peta Struktur Ruang Kabupaten Banyumas... 24 Gambar 2. 7 Kawasan Perkotaan dan Perdesaan... 25 Gambar 2. 8 Peta Kawasan Strategis... 26 Gambar 2. 9 Peta Kawasan Rawan Bencana... 27 Gambar 2. 10 Bagan Pola Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas... 28 Gambar 2. 11 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas... 29 Gambar 2. 12 Struktur Tupoksi Pembangunan Sanitasi Kabupaten Banyumas... 30 Gambar 2. 13 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar... 38 Gambar 2. 14 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja... 38 Gambar 2. 15 Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas... 41 Gambar 2. 16 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik... 47 Gambar 2. 17 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik... 54 Gambar 2. 18 Grafik Pengelolaan Sampah Rumah Tangga... 56 Gambar 2. 19 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga... 56 Gambar 2. 20 Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas... 58 Gambar 2. 21 Bagan Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi... 59 Gambar 2. 22 Bagan Organisasi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata... 60 Gambar 2. 23 Berbagai Macam Tempat Sampah... 68 Gambar 2. 24 Berbagai Macam Tempat Sampah... 68 Gambar 2. 25 Alat Pengumpul Sampah Masing-Masing Dinas Pengelola Sampah... 70 Gambar 2. 26 Dump Truck Kendaraan Angkutan Sampah UPT Purwokerto... 71 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas 2016-2020 Gambar 2. 27 Armroll Truck Kendaraan Angkutan Sampah UPT Purwokerto... 71 Gambar 2. 28 Peta Cakupan Layanan Persampahan... 73 Gambar 2. 29 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan... 74 Gambar 2. 30 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir... 79 Gambar 2. 31 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin... 79 Gambar 2. 32 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir... 80 Gambar 2. 33 Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah... 80 Gambar 2. 34 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL... 81 Gambar 2. 35 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga... 81 Gambar 2. 36 Bagan Organisasi Dinas Cipta Karya Kebersihan Dan Tata Ruang Kabupaten Banyumas... 83 Gambar 2. 37 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan... 88 Gambar 2. 38 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting... 93 Gambar 2. 39 Grafik Waktu Melakukan CTPS... 94 Gambar 2. 40 Grafik BABS... 94 Gambar 2. 41 Peta Area Berisiko Sanitasi Kabupaten Banyumas... 100 Gambar 2. 42 Peta Beresiko Air Limbah (Hasil Instrumen Profil Sanitasi)... 107 Gambar 2. 43 Peta Area Beresiko Air Limbah... 108 Gambar 2. 44 Peta Zonasi Air Limbah... 109 Gambar 2. 45 Peta Area Beresiko Persampahan (Hasil Insturmen Profil Sanitasi)... 115 Gambar 2. 46 Peta Area Beresiko Persampahan... 116 Gambar 2. 47 Peta Zonasi Persampahan... 117 Gambar 2. 48 Peta Tingkat Risiko Drainase (Hasil Insturmen Profil Sanitasi)... 121 Gambar 2. 49 Peta Area Beresiko Drainase... 122 Gambar 2. 50 Peta Zonasi Drainase... 123 Table of Contents 2.1 Gambaran Wilayah Kabupaten Banyumas... 1 2.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Banyumas... 1 2.1.2 Topografi... 1 2.1.3 Hidrologi dan Klimatologi... 2 2.1.4 Penggunaan Lahan... 2 2.1.5 Kependudukan... 3 2.1.6 Potensi Pengembangan Wilayah... 13 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas 2016-2020 2.1.7 Kelembagaan Pemerintah Daerah... 28 2.2 KEMAJUAN PELAKSANAAN SSK... 31 2.2.1 Air Limbah Domestik... 31 2.2.2 Persampahan... 33 2.2.3 Drainase Lingkungan... 34 2.2.4 Prohisan... 35 2.3 PROFIL SANITASI SAAT INI... 36 2.3.1 Sistem dan Infrastruktur Air Limbah Domestik... 37 2.3.2 Sistem dan Infrastruktur Persampahan... 55 2.3.3 Sistem dan Infrastruktur Drainase Lingkungan... 78 2.3.4 PHBS... 93 2.4 AREA BERISIKO DAN PERMASALAHAN MENDESAK SANITASI... 95 2.4.1 Area Berisiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik... 101 2.4.2 Area Berisiko dan Permasalahan Persampahan... 110 2.4.3 Area Berisiko dan Permasalahan Drainase Lingkungan... 118 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi secara bertahap. Misi adalah penjabaran visi yaitu apa yang akan dilakukan dan diemban oleh organisasi selama kurun waktu yang ditetapkan untuk memastikan visi tercapai. Visi yang dimaksudkan dalam Pemutakhiran SSK Kab. Banyumas dalam dokumen ini adalah kondisi sanitasi ideal yang ditetapkan sebagai arah pembangunan sektor sanitasi sampai dengan tahun 2020 sebagai arus utama dalam setiap upaya melalui berbagai program daerah bidang sanitasi secara sistematis dan terukur. Sedangkan misi yang dimaksudkan dalam dokumen ini adalah merupakan penjabaran mengenai tugas yang akan diemban oleh Pemerintah Kab. Banyumas melalui peran satuan perangkat kelembagaan daerah terkait dan pihak-pihak lain secara terkoordinasi untuk memastikan visi sanitasi Kab. Banyumas tercapai pada tahun 2020. Visi dan Misi Sanitasi Kab. Banyumas ditetapkan dengan mempertimbangkan dan bersifat mendukung terhadap Misi induk Kab. Banyumas sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen RPJMD periode 2013-2018 pada pernyataan Misi no. 5 terkait meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah yang menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Serta Visi dan Misi sebagaimana Rencana Strategis SKPD terkait dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kab. Banyumas 2005-2025. Pokja AMPL telah merumuskan visi dan misi sanitasi yang merupakan hasil dari kolaborasi pemikiran dari berbagai stakeholder terkait subsektor sanitasi baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Rumusan visi misi, tujuan, sasaran dan strategi sanitasi Kab. Banyumas telah memperhatikan isu isu strategis yang termuat dalam dokumen Pemutakhiran SSK. Tabel di bawah ini, merupakan gambaran tentang Visi Sanitasi dan Misi persubsektor sanitasi serta Visi dan Misi Kab. Banyumas yang tertuang dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kab. Banyumas. BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 1

Tabel 3. 1 Visi dan Misi Sanitasi Kab. Banyumas Visi Kab/Kota Misi Kab/Kota Visi Sanitasi Kab/Kota Misi Sanitasi Kab/Kota Terwujudnya Pemerintahan Banyumas Yang Bersih dan Adil Menuju Masyarakat Yang Sejahtera, Berdaya Saing, dan Berbudaya Berlandaskan Iman Dan Taqwa 1. Menciptakan birokrasi pemerintahan yang profesional, bersih, partisipatif dan inovatif agar terbangun pemerintahan yang efektif dan terpercaya melayani masyarakat 2. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui akses layanan pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas 3. Mengembangkan pusat-pusat unggulan ekonomi pedesaan berbasis komoditi sektor pertanian sebagai usaha inti dan sektor lainnya sebagai penunjang melalui penataan kelembagaan, permodalan, sumber daya manusia, akses pasar dan perlindungan dari pemerintah 4. Meningkatkan dan mengembangkan daya saing agribisnis dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) 5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur daerah yang menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat. 6. Menciptakan keterkaitan, kesejajaran dan keadilan pembangunan antar kawasan perkotaan dan perdesaan. 7. Mewujudkan tatanan masyarakat yang berbudaya, berke-pribadian dan me-miliki keimanan serta menjunjung tinggi kemajemukan dan kerukunan antar umat beragama agar hidup toleran dan damai berlandaskan iman taqwa. Terwujudnya Kabupaten Banyumas yang bersih, sehat, mandiri, dan sejahtera melalui peningkatan pengelolaan sanitasi secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Misi Air Limbah Domestik: 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Infrastruktur sarana prasarana pengelolaan air limbah domestik yang berwawasan lingkungan 2. Meningkatkan Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan air limbah domestik sebagai wujud keselarasan lingkungan 3. Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik tercapainya derajat kesejahteraan masyarakat Misi Persampahan: 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Infrastruktur sarana prasarana pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan 2. Meningkatkan Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan persampahan sebagai wujud keselarasan lingkungan BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 2

Visi Kab/Kota Misi Kab/Kota Visi Sanitasi Kab/Kota Misi Sanitasi Kab/Kota 3. Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengelolaan persampahan tercapainya derajat kesejahteraan masyarakat Misi Drainase Lingkungan: 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Infrastruktur sarana prasarana pengelolaan drainase yang berwawasan lingkungan 2. Meningkatkan Kesadaran masyarakat tentang pengelolaan drainase sebagai wujud keselarasan lingkungan 3. Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengelolaan drainase tercapainya derajat kesejahteraan masyarakat Misi Prohisan: Mewujudkan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 3

3.2 Pentahapan Pengembangan Sanitasi Pentahapan pengembangan Sistem sanitasi ditentukan berdasarkan pentahapan implementasi jangka pendek (1 2 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang (10 15 tahun). Untuk jangka panjangnya dilakukan dengan menetapkan rencana sistem sanitasi jangka panjang (10 15 tahun) yang memperhatikan: Penetapan pengembangan sistem dan zona sanitasi dilakukan untuk mengidentifikasi sistem sanitasi yang paling sesuai untuk suatu wilayah dan membantu perumusan program dan kegiatan yang paling sesuai dengan kondisi wilayah berdasarkan sistem yang diusulkan. Penanganan sub sektor sanitasi berdasar sub sektornya dengan memperhitungkan instrumen yang mempengaruhi kondisi tersebut sehingga didapatlah peta zona sanitasi sesuai sub sektornya masing-masing 3.2.1 Tahapan Pengembangan Sektor Sanitasi 3.2.1.1 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Banyumas Berdasarkan hasil instrument profil sanitasi untuk cakupan layanan untuk on site system sebesar 57,17% dari total penduduk Kabupaten Banyumas, yaitu terdiri atas sistem on site individual (tangki septik) mencakup 57,16% dan sistem on site komunal (MCK, MCK++) mencakup 1,01%. Sedangkan cakupan layanan off site system di Kabupaten Banyumas saat ini belum ada. Target pencapaian layanan untuk sistem on site individual dan sistem komunal didapatkan tahapan prioritas penanganan pengolahan air limbah domestik di Kab. Banyumas dalam jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang seperti digambarkan pada tabel berikut ini: Tabel 3. 2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Banyumas No Sistem Target cakupan layanan* (%) Cakupan Jangka Jangka Jangka layanan pendek menengah panjang eksisting* (2016 - (2020) (2025) (%) 2017) (a) (b) (c) (d) (e) (f) A Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 37,35% 5,95% 0,00% 0,00% B Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (Onsite) 1 Cubluk dan sejenisnya 2,55% 2,00% 1,50% 1,00% 2 Tangki septik 54,50% 85,00% 95,00% 94,00% C Sistem Komunal 1 MCK/MCK++ 4,55% 4,55% 0,50% 0,50% 2 IPAL komunal 1,05% 2,50% 3,00% 4,50% BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 4

No Sistem Cakupan layanan eksisting* (%) Jangka pendek (2016-2017) Target cakupan layanan* (%) Jangka menengah (2020) Jangka panjang (2025) 3 Tangki septik komunal 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% D Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (Off-site) 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Subtotal 100% 100% 100% 100% Tahapan pengembangan limbah domestik diatas diambil berdasarkan perkiraan yang realistis, terukur dan bisa dicapai secara nalar. Dalam 5 tahun ke depan sub sektor limbah menitikberatkan capaian pada kepemilikan jamban keluarga sistem on-site yang nilainya sekitar 95% dari jumlah keluarga yang ada. Sedangkan pada tahun ke 20 sekitar 94%. Meski megalami penurunan namun ada peningkatan peralihan dari jamban kelurarga menjadi komunal. Pada sistem komunal diharapkan dapat dicapai dari program-program seperti SLBM, USRI untuk skala kewilayahan, sedangkan sistem offsite pada skala kota akan mulai dirintis pada wilayah yang padat penduduknya dan daerah CBD. Berdasarkan analisis penentuan zona dan sistem sanitasi dari Instrumen Profil sanitasi diperoleh gambaran bahwa Untuk Zona Air Limbah Domestik di Kabupaten Banyumas, sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Banyumas dikategorikan dalam 4 (empat) Tipikal Sistem, yaitu Sistem Onsite, Onsite Sistem Komunal, Offsite Kepadatan Sedang dan Offsite Terpusat. Akan tetapi setelah disesuaikan dan disepakati akhirnya didapatkan 2 (dua) Zona yaitu Tipikal Sistem Onsite dan Onsite Sistem Komunal. Pengembangan air limbah domestik dengan memperhitungkan kepadatan penduduk terhadap luas terbangun, wilayah komersil (CBD), area perkotaan, dan tingkat risiko kesehatan. Situasi pengembangan air limbah domestik jangka menengah di atas tidak dapat membentuk zona yang mengumpul menjadi satu, tetapi zona pengembangan tersebut menyebar dengan tidak teratur. Adapun peta zona air limbah domestik yang dapat dilihat sebagai berikut: BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 5

PemutakhiranSSKKab.Banyumas2016-2020 Gambar3.1PetaTahapanPengembanganAirLimbahDomestik BABIIIKERANGKAPENGEMBANGANSANITASI III -6

3.2.1.2 Tahapan Pengembangan Persampahan Dari hasil instrumen profil sanitasi didapatkan tahapan prioritas penanganan persampahan di Kab. Banyumas berdasarkan fungsi kota/wilayah dan kepadatan penduduk dalam penanganan persampahan dalam jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang yang digambarkan pada tabel berikut ini: Tabel 3. 3 Tahapan Pengembangan Persampahan Cakupan Cakupan layanan (%) No Sistem layanan eksisting (%) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) Wilayah Perkotaan A Prosentase sampah yang 41% 50% 60% 65% terangkut 1 Penanganan langsung (direct) 12% 15% 20% 25% 2 Penanganan tidak langsung 29% 35% 40% 40% (indirect) B Dikelola mandiri oleh masyarakat 58% 45% 25% 10% atau belum terlayani (5) C 3R 1% 5% 15% 25% Tahapan pengembangan persampahan diatas diambil berdasarkan perkiraan yang realistis, terukur dan bisa dicapai secara nalar. Dalam 5 tahun ke depan sub sektor sampah akan meningkatkan capaian melalui sistem yang selama ini telah berjalan secara wajar baik secara langsung maupun tak langsung yaitu kawasan komersial, perumahan dan taman serta jalan. Proses peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah sehingga secara total diperkirakan meningkat sampai akhir tahun ke 5 yaitu 60 % dan pada tahun ke 20 menjadi 65 %. Begitu pula dengan TPS 3R dari 1 % menjadi 25 % pada tahun ke 20. Pengembangan sektor sampah ditentukan oleh instrumen yang berisi kondisi wilayah komersial (CBD), jumlah penduduk, luas wilayah yang terbangun. Situasi pengembangan sektor sampah jangka menengah di atas tidak dapat membentuk zona yang mengumpul menjadi satu, tetapi zona pengembangan tersebut menyebar dengan tidak teratur. Untuk tahapan pengembangan persampahan di Kabupaten Banyumas terbagi dalam 5 zona penanganan yang diperhitungkan dari prosentase jumlah penduduk dalam jangka menengah yaitu 5 tahun, zona tersebut adalah: CBD; 100 orang/ha dan Urban; 100 orang/ha bukan-urban; Fitur Zona 25 100 orang/ha Urban/rural; dan Kepadatan rendah. BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 7

PemutakhiranSSKKab.Banyumas2016-2020 Gambar3.2PetaTahapanPengembanganPersampahan BABIIIKERANGKAPENGEMBANGANSANITASI III -8

3.2.1.3 Tahapan Pengembangan Drainase Selama ini sistem pembuangan air hujan dan grey water di Kabupaten Banyumas berjalan dengan sistem grafitasi. Pelayanan drainase memang masih minim, untuk 5 tahun ke depan pengelolaan drainase di wilayah perkotaan dan di pedesaan akan ditingkatkan secara proporsional, wajar, realistis, dan terukur. Dari hasil instrumen profil sanitasi didapatkan tahapan prioritas penanganan drainase di Kab. Banyumas dalam jangka pendek, jangka menegah dan jangka panjang berdasarkan tingkat area berisiko genangan yang ada seperti tergambar pada tabel dan peta berikut ini: Tabel 3. 4 Tahapan Pengembangan Drainase Lingkungan Kabupaten Banyumas No Titik Genangan di Area Luas genangan Pengurangan luas genangan (ha) Permukiman eksisting di Area Permukiman (ha) Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Desa Kedunggede 4 1 2 4 2 Desa Lumbir 11 2 5 11 3 Desa Banteran 9 2 4 9 4 Desa Sirau 6 1 3 6 5 Desa Karangjati 3 1 2 3 6 Desa Sidamulya 5 1 2 5 7 Desa Karanggedang 2 1 2 2 8 Desa Nusadadi 4 1 2 4 9 Desa Selandaka 4 1 2 4 10 Kelurahan Kebokuro 5 1 2 5 11 Desa Plangkapan 2 1 2 2 12 Desa Gebangsari 2 1 2 2 13 Desa Prembun 2 1 2 2 14 Desa Gerduren 6 1 3 6 15 Desa Kaliurip 5 1 2 5 16 Desa Kaliwangi 13 2 6 13 17 Desa Kalitapen 11 2 5 11 18 Desa Kediri 6 2 3 6 19 Desa Karanggude Kulon 10 1 5 10 BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 9

PemutakhiranSSKKab.Banyumas2016-2020 Gambar3.3PetaTahapanPengembanganDrainaseLingkungan BABIIIKERANGKAPENGEMBANGANSANITASI III -10

3.2.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi Tujuan adalah pernyataan pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi dan menangani isu strategis daerah yang dihadapi. Rumusan tujuan yang dibuat merupakan dasar dalam menyusun pilihan pilihan strategi pembangunan serta kriteria untuk mengevaluasi pilihan tersebut.. Penyusunan Strategi Sanitasi Kab. Banyumas adalah sebagai acuan yang sangat penting dalam pembangunan sanitasi yang akan dilakukan dalam jangka waktu lima tahun ke depan yang mana dalam strategi ini menjelaskan tujuan dan sasaran Strategi Sanitasi Kab. Banyumas. Adapun Tujuan, sasaran dan strategi pembangunan sanitasi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran adalah: Tabel 3. 5 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Air Limbah Domestik Tujuan Sasaran Nilai Data Dasar Berkurangnya jumlah RT yang belum memiliki akses menjadi 1,50% pada tahun 2020 Meningkatnya akses terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman Peningkatan layanan air limbah sistem on-site menjadi 95%; sistem komunal 3%; Pengurangan angka BABS dari 46% menjadi 20% pada tahun 2020 Wilayah Kabupaten Banyumas meliputi 27 Kecamatan yang terdiri dari 331 Desa/Kelurahan Tabel 3. 6 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Tujuan Sasaran Nilai Data Dasar Penerapan sistem penanganan Kondisi saat ini pengelolaan sampah tidak langsung pada sampah di Kab, Banyumas tahun 2020 dari 12% menjadi 32% dan pengurangan sampah ke TPA. Untuk meningkatkan pelayanan dan pengelolaan persampahan domestik melalui sistem penanganan langsung, tidak langsung serta pengurangan sampah dari sumbernya Penerapan sistem penanganan sampah langsung pada tahun 2020 di zona Central Bisnis Distrik (CBD Pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat dengan mengurangi sumber sampah yang dihasilkan Penambahan TPST 3R BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 11

Tabel 3. 7 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Drainase Tujuan Sasaran Nilai Data Dasar Terbangunnya infrastruktur drainase lingkungan Berkurangnya luas areal genangan Pengurangan luas genangan sebesar 10% setiap tahun dari luas rawan genangan di Kab. Banyumas 106,407 Ha, luas areal rawan banjir di Kab. Banyumas 3.2.3 Skenario Pencapaian Sasaran Dalam rangka meningkatkan adanya skenario pencapaian sasaran jangka menengah dalam rencana peningkatan akses untuk setiap tahun selama 5 tahun, dapat kita jelas kan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3. 8 Tabel Skenario Pencapaian Sasaran Komponen Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Air Limbah Domestik 45% 50% 55% 60% 85% 95% Persampahan 40% 55% 67% 75% 83% 90% Drainase Lingkungan 35% 30% 25% 20% 15% 10% BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 12

3.3 Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah Berdasarkan kebutuhan dan merujuk pada beberapa dokumen strategis daerah seperti APBD 5 tahun terakhir, LKPJ Bupati, RPJMD, dan RPIJM Kabupaten Banyumas, maka Pokja Sanitasi Kabupaten Banyumas melakukan proyeksi dan perhitungan tentang pendanaan sanitasi Kabupaten Banyumas 5 tahun kedepan. Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran jelas mengenai kemampuan daerah dalam pendanaan sanitas isebagaimana diidentifikasikan didalam dokumen SSK ini. Untuk mendapatkan gambaran ini,maka analisis difokuskan padaaspek belanja dalam APBD Kabupaten Banyumas. Dalam BukuPutih Sanitasi Kabupaten Banyumas, tergambar beberapa sumber pendanaan dan besaran nilai pendanaan yang direncanakan akan termuat dalam APBD Kabupaten Banyumas maupun bantuan provinsi. Analisis belanja diteruspinjamkan / diterushibahkan ke kabupaten/kota, bantuan keuangan provinsi yang dipergunakan untuk pembangunan sanitasi, ataupun dana pendampingan untuk kegiatan sanitasi dari Pusat/Provinsi. Pengurangan ini akan menunjukkan belanja sanitasi yang didanai oleh APBD murni kabupaten/kota, sehingga estimasi besaran pendanaan yang dihasilkan dapat lebih rasional. Berdasarkan tabel perhitungan diatas, hasil tinjauan realisasi selama 5 tahun terakhir pendanaan sanitasi mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen Pemerintah kabupaten Banyumas dalam penanganan sanitasi cukup tinggi. Namun demikian jika dibandingkan antara porsi APBD murni untuk sanitasi terhadap belanja langsung, porsi sanitasi masih sangat kecil yang kurang dari 1% yaitu dengan pertumbuhan rata rata 0,27 % dan rata rata porsi setiap tahunnya 0,11 %. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan sanitasi di Kabupaten Banyumas belum merupakan masalah yang mendesak dibandingkan dengan permasalahan lainnya. Perkiraan besaran pendanaan sanitasi pada tahun 2016 sampai 2020 dihitung dari ratarata pertumbuhan pada 5 tahun terakhir. Dari data yang ada didapat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 27,23% maka pada 5 tahun ke depan perkiraan besaran pendanaan untuk belanja langsung diperkirakan meningkat. Demikian juga dengan perkiraan pendanaan APBD untuk sanitasi diharapkan dapat meningkat untuk menyelesaikan permasalahan sanitasi di Kabupaten Banyumas BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 13

Tabel 3. 9 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Banyumas untuk Sanitasi No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 Rata Rata Pertumbuhan 1 Belanja Sanitasi (1.1 + 1.2 +1.3) 3.508.425.000 5.999.370.000 11.401.843.000 42.988.938.000 14.111.882.000 32,10% 1.1 Air Limbah 880.125.000 355.350.000 1.066.553.000 2.503.750.000 2.670.664.000 24,86% 1.2 Sampah rumah 733.750.000 556.000.000 3.302.290.000 15.613.188.000 5.594.138.000 50,12% 1.3 Drainase 1.894.550.000 5.088.020.000 7.033.000.000 24.872.000.000 5.847.080.000 25,28% 2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 0 1.099.952.000 1.273.541.000 1.538.213.000 2.413.013.000 21,70% 2.1 + 2 3) DAK Sanitasi 1.099.952.000 1.273.541.000 1.538.213.000 2.413.013.000 21,70% 2.2 DAK Lingkungan 2.3 DAK Perumahan 3 Pinjaman/Hibah 2.488.000.000 4.233.000.000 30,44% Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 3.508.425.000 4.899.418.000 7.640.302.000 37.217.725.000 11.698.869.000 27,23% Total Belanja Langsung 420.345.610.000 515.098.578.000 1.486.543.000 96.027.067.000 32.337.128.000 14,64% % APBD murni terhadap Belanja Langsung 0,834652466 0,951161236 1,523530812 4,153638475 1,405544533 10,99% Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun penetapan nilai absolut) Sumber: APBD 2011-2015, diolah 10,99% BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 14

No 1 2 3 Uraian Perkiraan Belanja Langsung Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Tabel 3. 10 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi ke Depan Kab. Banyumas Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Pendanaan 954.196.497.095 1.093.896.841.123 1.254.050.190.565 1.437.650.993.527 1.648.132.104.073 6.387.926.626.384 14.885.047.131 18.938.978.468 24.096.994.940 27.624.945.937 35.148.579.086 120.694.545.562 14.885.047.131 18.938.978.468 24.096.994.940 27.624.945.937 35.148.579.086 120.694.545.562 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa perkiraan belanja langsung mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan kegiatan sanitasi di Kabupaten Banyumas mengalami peningkatan. Berdasarkan rata rata porsi pendanaan sanitasi, maka sampai akhir tahun perencanaan Tahun 2020 mencapai 120,6 M dengan rata rata pendanaan untuk setiap tahunnya 14-35 M. Perhitungan pertumbuhan pendanaan APBD Kabupaten Banyumas untuk operasional/ pemeliharaan selama kurun waktu 2011 sampai 2015 rata-rata pertumbuhannya rendah, hanya untuk biaya operasional / pemeliharaan sampah rumah tangga dan drainase lingkungan yang pertumbuhannya besar. Tabel 3. 11 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Banyumas untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi Belanja Sanitasi (Rp.) Pertumbuhan No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 rata-rata 1 Belanja Sanitasi 410.370.000 446.209.000 534.255.000 617.775.000 703.850.025 11% 1.1 Air Limbah Domestik 1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan 30.000.000 44.900.000 59.000.000 77.475.000 97.688.000 27% BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 15

1.2 Sampah rumah tangga 1.2.1 Biaya operasional/pemeliharaan 330.608.000 351.309.000 420.255.000 466.100.000 531.162.025 10% 1.3 Drainase Perkotaan 1.3.1 Biaya operasional/pemeliharaan 49.762.000 50.000.000 55.000.000 74.200.000 75.000.000 9% Sumber : APBD 2011-2015, diolah Besaran perkiraan pendanaan untuk kebutuhan operasional / pemeliharaan untuk tahun 2016-2020 diupayakan untuk lebih meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, dengan perkiraan biaya seperti tersaji pada tabel berikut ini. Kabupaten Banyumas berkomitmen untuk lebih meningkatkan pendanaan dari APBD untuk mendanai sanitasi ke depan baik untuk kebutuhan operasional/ pemeliharaan, APBD murni untuk sanitasi dan komitmen pendanaan sanitasi. Tabel 3. 12 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kab. Banyumas untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2020 Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.) Total No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Pendanaan 1 Belanja Sanitasi 789.113.289 887.108.938 1.000.251.867 1.131.504.409 1.284.512.736 5.092.491.240 1.1 Air Limbah Domestik 1.1.1 Biaya operasional / pemeliharaan 123.704.418 156.649.56 198.368.722 251.198.585 318.098.178 1.048.019.473 1.2 Sampah rumah tangga 1.2.1 Biaya operasional/pemeliharaan 583.995.835 642.084.937 705.952.066 776.171.953 853.376.497 3.561.581.288 1.3 Drainase Perkotaan 1.3.1 Biaya operasional/pemeliharaan 81.413.036 88.374.433 95.931.078 104.133.871 113.038.061 482.890.479 Sumber : APBD 2011-2015, diolah Kabupaten Banyumas berkomitmen untuk lebih meningkatkan pendanaan dari APBD untuk mendanai sanitasi ke depan baik untuk kebutuhan operasional/ pemeliharaan, APBD murni untuk sanitasi dan komitmen pendanaan sanitasi. BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 16

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sampai akhir tahun perencanaan perkiraan APBD murni untuk kegiatan sanitasi mencapai 120 M dengan rincian untuk kegiatan operasional mencapai 5 M, sedangkan untuk komitmen pendanaan SSK sampai akhir perencanan sebesar 115 M. Perkiraan ini tidak hanya mencakup kegiatan ketiga sub sektor melainkan juga meliputi sub sektor perumahan, PHBS, Air Bersih, dan Drainase Lingkungan. Sedangkan operasional lebih difokuskan pada pemeliharaan sub sektor air limbah, persampahan dan drainase. Anggaran ini diharapkan mampu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Banyumas secara umum sehingga misi masingmasing sub sektor sanitasi dapat terwujud dengan benar dan berkelanjutan No Tabel 3. 13 Perkiraan Kemampuan APBD Kab. Banyumas dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK Pendanaan (Rp.) Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 Total Pendanaan 1 Perkiraan Kebutuhan Operasional / Pemeliharaan 789.113.289 887.108.938 1.000.251.867 1.131.504.409 1.284.512.736 5.092.491.24 2 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi 14.885.047.131 18.938.978.468 24.096.994.940 27.624.945.937 35.148.579.086 120.694.545.562 3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 14.885.047.131 18.938.978.468 24.096.994.940 27.624.945.937 35.148.579.086 120.694.545.562 4 Kemampuan Mendanai SSK (APBD) Murni) (2-1) 14.095.933.842 18.051.869.530 23.096.743.073 26.493.441.528 33.864.066.350 115.602.054.323 5 Kemampuan Mendanai SSK 14.095.933.842 18.051.869.530 23.096.743.073 26.493.441.528 33.864.066.350 115.602.054.323 BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 17

Table of Contents 3.1 Visi dan Misi Sanitasi... 1 3.2 Pentahapan Pengembangan Sanitasi... 4 3.2.1 Tahapan Pengembangan Sektor Sanitasi... 4 3.2.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi...11 3.2.3 Skenario Pencapaian Sasaran...12 3.3 Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah...13 Gambar 3. 1 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik... 6 Gambar 3. 2 Peta Tahapan Pengembangan Persampahan... 8 Gambar 3. 3 Peta Tahapan Pengembangan Drainase Lingkungan...10 Tabel 3. 1 Visi dan Misi Sanitasi Kab. Banyumas... 2 Tabel 3. 2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Banyumas... 4 Tabel 3. 3 Tahapan Pengembangan Persampahan... 7 Tabel 3. 4 Tahapan Pengembangan Drainase Lingkungan Kabupaten Banyumas... 9 Tabel 3. 5 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Air Limbah Domestik...11 Tabel 3. 6 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan...11 Tabel 3. 7 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Drainase...12 Tabel 3. 8 Tabel Skenario Pencapaian Sasaran...12 Tabel 3. 9 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Banyumas untuk Sanitasi...14 Tabel 3. 10 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi ke Depan Kab. Banyumas...15 BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 18

Tabel 3. 11 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Banyumas untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi...15 Tabel 3. 12 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kab. Banyumas untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2020...16 Tabel 3. 13 Perkiraan Kemampuan APBD Kab. Banyumas dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK...17 BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI III - 19

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Program prioritas sanitasi disusun berdasarkan kesesuaian prioritas penanganan sanitasi sebagaimana terdapat dalam Buku Putih, SSK, Masterplan dan RPIJM Kabupaten Banyumas. Program yang menjawab permasalahan sanitasi di wilayah prioritas sanitasi (terdapat dalam Buku Putih dan RPIJM) akan menjadi program prioritas pengembangan sanitasi Kab.Banyumas dan disusun sebagai rencana program untuk tahun 2015 yang sudah tersedia dana untuk masing-masing kegiatan sedangkan untuk tahun 2016 2020 ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan daerah untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan terjadi kesinambungan program dan kegiatan dalam percepatan pembangunan sanitasi. Kebutuhan yang paling mendesak dan kegiatan yang mendukung tercapainya visi dan misi sanitasi Kabupaten Banyumas merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan. a. Air Limbah Domestik Prioritas pembangunan dan pengelolaan air limbah Kab. Banyumas adalah: 1. Terwujudnya Banyumas Stop BABS pada Tahun 2020; 2. Peningkatan pengelolaan sistem air limbah setempat (on-site) 3. Pengembangan prasarana dan sarana sistem IPAL Komunal skala rumah tangga di setiap kawasan permukiman 4. Penanganan air limbah berbasis masyarakat; dan 5. Tersedianya regulasi tentang air limbah domestk. b. Pengelolaan Persampahan Prioritas pembangunan dan pengelolaan persampahan Kab. Banyumas adalah: 1. Berkurangnya timbulan sampah dari sumber melalui penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dan minimasi sampah yang tidak terangkut ke TPA. 2. Meningkatkan ketersedian saranda dan prasarana pengumpulan sampah dan kapasitas pengangkutan sampah menuju TPS maupun TPA. 3. Optimalisasi sistem pengelolaan TPA dari open dumping ke sanitary landfill dan pengembangan TPA Kaliori dengan sistem sanitary landfill. 4. Mengkatkan ketersediaan sarana dan prasarana persampahan yang berwawasan lingkungan (TPST Mandiri); BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -1

5. Meningkatkan jumlah desa/kelurahan yang memiliki sistem pengelolaan sampah dari sumbernya; 6. Membentuk regulasi tentang pengelolaan sampah di tingkat sumber, TPS, dan TPA. c. Drainase Lingkungan Prioritas pembangunan drainase Kab. Banyumas adalah: 1. Optimalisasi sistem drainase agar tertata dengan baik, sehingga jelas aliran airnya dan tidak timbul genangan; 2. Penyusunan rencana induk sistem pengelolaan drainase serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya. 3. Pembangunan saluran drainase di kawasan rawan genangan dan banjir. 4. Pengurangan volume air limpasan melalui penyediaan bidang resapan (Biopori) baik oleh masyarakat maupun pemerintah. d. PHBS Prioritas pengembangan Pola Hidup Bersih dan Sehat Kabupaten Banyumas adalah: 1. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat di dalam pengembangan PHBS. 2. Evaluasi data, kajian dan studi untuk mendukung PHBS. 3. Penyediaan sarana fisik untuk mendukung PHBS. Dari penjabaran prioritas kegiatan 4 sub sektor sanitasi diatas, maka dapat dilakukan analisa SWOT pada masing-masing sektor sanitasi tersebut. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu perencanaan. Keempat faktor itulah yang membentuk istilah SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan pemangku kepentingan masing masing sektor dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Dari penjabaran prioritas kegiatan 4 sektor sanitasi diatas, maka dapat dilakukan analisa SWOT pada masing-masing sektor sanitasi tersebut, dari hasil analisa SWOT dilanjutan BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -2

dengan perumusan strategi pengembangan sanitasi untuk Kabupaten Banyumas sebagai berikut: Adapun tahapan pelaksanaan analisis SWOT adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). 2. Dilakukan FGD penyepakatan bobot masing masing elemen. 3. Menentukan tingkat skoring dilakukan dengan memberikan nilai masing masing elemen. Nilai yang diberikan berkisar antara 1 sampai dengan 4, dengan penjelasan masing-masing nilai adalah sebagai berikut: 4 = sangat penting dan berpengaruh; 3 = penting dan berpengaruh; 2 = agak penting dan berpengaruh; dan 1 = tidak penting penting dan berpengaruh 4. Menyusun matrik Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) 5. Membuat kuadran posisi pengelolan sub sektor. 6. Membuat matrik strategi SWOT. BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -3

4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Pentahapan Pengembangan Sanitasi Permasalahan pengelolaan air limbah di Kabupaten Banyumas masih perlu untuk mendapatkan perhatian. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang BABS sebanyak 19.877 KK di Kabupaten Banyumas Pengelolaan limbah tinja dalam instalasi pengolahan lumpur tinja juga masih terdapat permsalahan, dimana faktor kelembagaan dan pendanaan masih menjadi permasalahan utama. Tabel 4. 1 Analisis SWOT Air Limbah Domestik No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGHTS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Pembangunan Subsektor Air Limbah Domestik terpapar dalam visi dan misi RPJMD 2013-2018 7,23% 4 0,289 1.2 Adanya Pokja AMPL Kabupaten Banyumas 7,23% 4 0,289 1.3 Perda Nomor 3 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung dan Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang IMB sudah mengakomodir penyediaan sarana dan prasarana air limbah 7,23% 2 0,145 1.4 Adanya UU No 32 tahun 2004 dan PP Nomor 38/2007 yang menyatakan bahwa tanggung jawab penyelenggaraan air limbah permukiman menjadi kewenangan pemerintah daerah. 7,23% 2 0,145 1.5 Adanya Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pelayanan air limbah. 7,23% 3 0,217 2 Aspek Keuangan 2.1 Pendapatan APBD Kabupaten Banyumas tiap tahun selalu mengalami kenaikan 6,02% 4 0,241 2.2 Adanya peningkatan anggaran APBD untuk subsektor Pengelolaan Air Limbah. 6,02% 4 0,241 2.3 Dialokasikannya anggaran sanitasi di SKPD terkait dalam APBD setiap tahunnya dengan prosentase penyerapan anggaran maksimal 6,02% 3 0,181 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -4

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 2.4 Sistem penganggaran APBD dalam proses perencanaan dan penjadwalan pencairan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga memudahkan SKPD terkait untuk melaksanakan program; 6,02% 3 0,181 2.5 Ketersediaan anggaran rutin untuk komunikasi bersumber dari APBD Kabupaten 6,02% 3 0,181 3 Aspek Teknis Operasional 3.1 Adanya Program/Kegiatan Pengelolaan air limbah yang berbasis masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemda. 4,82% 3 0,145 3,2 Perencanaan pengelolaan air limbah jangka panjang sudah tercantum dalam RTRW kota 4,82% 3 0,145 4 Aspek Komunikasi 4.1 Adanya kegiatan sosialisasi dan kampanye mengenai pengelolaan air limbah yang dilakukan Pemda. 3,86% 3 0,116 4.2 Pemkab Banyumas mempunyai kewenangan untuk memobilisasi masyarakat 3,86% 2 0,077 Pengurus Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Tokoh Masyarakat (Tomas) dan Tokoh 4.3 Agama (Toga) mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi; dan dapat dimanfaatkan sebagai penyebaran sumber informasi 3,86% 4 0,154 4.4 Adanya peran media dalam kegiatan sosialisasi dan kampanye. 3,86% 3 0,116 4.5 Terjalinnya kemitraan antara Humas (bidang Hubungan Masyarakat Setda) dengan media cetak dan radio lokal 3,86% 3 0,116 5 SDM 5,1 Adanya upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan pembinaan teknis pengelolaan air limbah. 4,82% 4 0,193 JUMLAH NILAI KEKUATAN 100% 3,169 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -5

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. KELEMAHAN (WEAKNESS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Belum ada kelembagaan (UPTD) yang khusus menangani pengelolaan air limbah (Pemerintah, swasta dan masyarakat) 5,69% 2 0,114 1.2 Koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan masih rendah 5,69% 3 0,171 1.3 Upaya penegakan hukum dan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan dalam proses pengurusan IMB belum dilakukan secara optimal 5,69% 2 0,114 1.4 Belum ada kelembagaan sanitasi di tingkat masyarakat desa/kelurahan 5,69% 2 0,114 1.5 Peraturan daerah tentang partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan sanitasi belum ada sehingga kurang mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam pembangunan sanitasi 5,69% 3 0,171 2 Aspek Keuangan 2.1 Anggaran sektor sanitasi belum menjadi prioritas oleh para pengambil kebijakan 4,74% 3 0,142 2.2 Rasio anggaran sanitasi dalam APBD Kabupaten Banyumas masih kecil 4,74% 4 0,190 2.3 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan berupa swadaya masyarakat dan partisipasi dunia usaha/swasta. 4,74% 3 0,142 3 Aspek Teknis Operasional 3.1 Masih terbatasnya Program/Kegiatan Pengelolaan air limbah yang berbasis masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemda. 3,80% 4 0,152 3.2 Kurangnya layanan penyedotan limbah tinja dan belum tersedianya instalasi pengolahan limbah tinja yang memadai. 3,80% 3 0,114 3.3 Sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat masih belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. 3,80% 3 0,114 3.4 Master plan pengelolaan air limbah belum terintegrasi dengan RTRW 3,80% 3 0,114 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -6

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 3.5 Rendahnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota 3,80% 3 0,114 3.6 Rendahnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas sarana pengelolaan air limbah domestik 3,80% 3 0,114 3.7 Kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik, atau mengakomodir keluhan atas layanan air limbah domestik 3,80% 4 0,152 3.8 Kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik 3,80% 2 0,076 4 Aspek Komunikasi 4.1 Kegiatan komunikasi yang dilakukan Pemda belum variatif/ maksimal dan tidak kontinyu. 3,04% 2 0,061 4.2 Kapasitas SKPD dalam melakukan komunikasi program sanitasi ke berbagai pihak masih rendah 3,04% 2 0,061 4.3 Mahalnya biaya publikasi di media massa menghambat upaya penyebarluasan menggunakan media massa 3,04% 4 0,121 4.4 Masih adanya hambatan proses komunikasi dan promosi sanitasi dari Pemerintah kepada Pelaku Bisnis 3,04% 3 0,091 5 SDM 5.1 Kemampuan personil terkait pengelolaan air limbah belum maksimal. 3,04% 2 0,061 5.2 Belum adanya LSM (lembaga Swadaya Masyarakat) yang fokus dan bergerak dalam pembangunan sanitasi 3,04% 2 0,061 5.3 Kondisi sosial budaya masyarakat yang masih mengutamakan prestise atau gengsi, tidak adanya keterlibatan aktif masyarakat untuk mengelola sanitasi lingkungannya; 3,04% 4 0,121 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -7

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 6 Dunia Usaha/Swasta 6.1 Pelibatan pihak swasta terkait sistem pengelolaan ar limbah belum diberdayakan secara baik dan maksimal oleh Pemda. 6.2 Belum adanya regulasi yang secara khusus mengatur Corporate Social Responsibility (CSR) di Kabupaten Banyumas 6.3 Banyak pelaku bisnis di Perkotaan Purwokerto bagian Pusat Kegiatan Wilayah, tetapi keterlibatannya masih sangat kurang 1,90% 2 0,038 1,90% 2 0,038 1,90% 2 0,038 JUMLAH NILAI KELEMAHAN 100% 2,80 SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN 0,372 (x) EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITIES) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Adanya Perda yang mewajibkan pembangunan IPAL oleh para pengembang dan masyarakat. 10,10% 3 0,303 1.2 Ada Pokja AMPL Nasional dan Provinsi 10,10% 4 0,404 1.3 Ada program sanitasi berbasis masyarakat 10,10% 4 0,404 1.4 Ada sanitarian dan kader kesehatan 10,10% 4 0,404 2 Aspek Keuangan Adanya peluang dukungan dana yang bersumber dari APBN, Tugas Perbantuan, Belanja 2.1 Kementrian, DAK Sanitasi, APBD Propinsi, serta sumber dana internasional dari lembaga multilateral (world bank, Asian Development Bank, Ausaid), CSR dan partisipasi masyarakat. 8,42% 4 0,337 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -8

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 3 Aspek Komunikasi 3.1 Pemanfaatan berbagai macam media sebagai sarana penyampaian pesan oleh Dinas Kesehatan, BLH dan PKK 5,39% 4 0,215 3.2 Potensi kerjasama dengan perusahaan swasta dalam Iklan Layanan Masyarakat (ILM); 5,39% 3 0,162 4 Aspek Teknis Operasional 4.1 Beberapa kawasan memungkinkan penerapan pengelolaan air limbah dengan sistem IPAL komunal 6,73% 3 0,202 4.2 Tersedianya lahan untuk pembangunan sarana pengolahan air limbah 6,73% 2 0,135 5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender 5.1 Adanya peran masyarakat dalam sistem pengelolaan air limbah 6,73% 4 0,269 5.2 Tersedianya ajang perlombaan sanitasi/kebersihan di berbagai tingkatan masyarakat dan instansi 6,73% 2 0,135 5.3 Adanya kontribusi masyarakat dalam pemeliharaan dan pemanfaatan ipal komunal yang dikelola kelompok masyarakat secara mandiri, 6,73% 4 0,269 6 Dunia Usaha/Swasta 6.1 Terbukanya peluang diadakannya bentuk kerjasama antara pemerintah kabupaten dengan pihak swasta didalam penanganan sektor sanitasi pada wilayah yang beresiko tinggi 3,37% 2 0,067 6.2 Telah diberlakukannya regulasi CSR dalam skala nasional 3,37% 2 0,067 JUMLAH NILAI PELUANG 100% 3,374 ANCAMAN (THREATS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Program Sanitasi antar SKPD belum terintegrasi 8,47% 4 0,339 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -9

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 1.2 Regulasi utama (Perda Air Limbah) belum ada 8,47% 3 0,254 1.3 Belum adanya/tidak adanya pemahaman dan keperpihakan program sanitasi di tingkat pengambil kebijakan 8,47% 3 0,254 1.4 Beragamnya standar kemiskinan yang tersedia menyulitkan pihak terkait untuk menentukan secara pasti jumlah penduduk miskin sebagai sasaran penerima program 8,47% 3 0,254 2 Aspek Keuangan Terjadinya rasionalisasi anggaran yang berdampak pada kurang sesuainya kecukupan 2.1 anggaran dengan kebutuhan riil di lapangan sehingga berpengaruh dalam pelaksanakan kegiatan fisik yang harus memenuhi standar teknis perencanaan Pertambahan penduduk yang cukup tinggi memerlukan peningkatan anggaran untuk sektor 2.2 sanitasi; 7,06% 3 0,212 7,06% 4 0,282 3 Aspek Komunikasi 3.1 Peran media belum optimal dalam memberikan informasi pengelolaan air limbah perkotaan kepada masyarakat. 4,52% 3 0,136 3.2 Terbatasnya efektifitas media dalam menyampaikan pesan (berkaitan dengan jam tayang dan oplah) 4,52% 3 0,136 3.3 Rubrik khusus tentang sanitasi belum tersedia di media cetak lokal, karena pemda kurang memanfaatkan media 4,52% 3 0,136 3.4 Sosialisasi tentang air limbah belum maksimal 4,52% 3 0,136 4 Aspek Teknis Operasional 4.1 Sarana MCK yang ada tidak dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan dan persediaan sabun dan sebagian lagi kurang terpelihara. 5,65% 2 0,113 4.2 Terbatasnya lahan efektif karena kondisi pembangunan dan pemukiman. 5,65% 2 0,113 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -10

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 4.3 Kebiasaan masyarakat membuang air limbah tanpa pengolahan 5,65% 3 0,169 5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan Kesetaraan Gender Tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah akan pentingnya pengelolaan air limbah, 5.1 terkait tingkat pendidikan dan kebiasaaan pola hidup sehat masyarakat. 5,65% 4 0,226 6 Dunia Usaha/Swasta 6.1 Pihak swasta masih kurang berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan air limbah permukiman. 2,82% 2 0,056 6.2 Belum ada inisiasi kerjasama antara Pemerintah dengan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi; 2,82% 2 0,056 6.3 Belum tersedia arah kebijakan yang jelas tentang pola relasi dengan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi; 2,82% 2 0,056 6.4 Investasi di bidang air limbah kurang dilirik oleh pihak swasta. 2,82% 2 0,056 JUMLAH NILAI ANCAMAN 100% 2,986 SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN 0,388 (y) BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -11

Berdasarkan hasil analisis SWOT, posisi Matrik Strategi SWOT sub sektor air limbah domestik masuk di kuadran I, sehingga strategi yang direkomendasikan adalah strategi kekuatan (strength) dan Peluang (opportunity) atau dikenal dengan strategi SO, yaitu gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Gambar 4. 1 Posisi Kuadran Sub Sektor Air Limbah Domestik BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -12

Hasil analisis SWOT dilanjutan dengan perumusan strategi pengembangan sanitasi untuk Kab. Banyumas sebagai berikut: Tujuan Meningkatnya akses terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman dengan sistem setempat (on-site) dan on site komunal Tabel 4. 2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Sasaran Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran 1. Pengurangan angka 1. Tahun 2015 penduduk BABS dari 46% tahun yang BABS 48.243 RT, 2015 menjadi 20% pada tahun 2020 berkurang tahun 2020. menjadi 20.975 RT 2. Berkurangnya jumlah RT 2. Sampai tahun 2020 yang belum memiliki 56.632 RT telah terlayani akses jamban yang layak sistem on-site, 10.488 menjadi 7,63% pada RT terlayani sistem tahun 2020 komunal 3. Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan septik tank dari 72,8% menjadi 95% pada akhir tahun 2020 4. Meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal dari 1,41% menjadi 3% di wilayah padat padat akhir tahun 2020. a. Mensinergikan peran Pokja AMPL terkait pengawasan pada setiap program dan kegiatan secara berkala dengan memberikan laporan dan mengevaluasi dan menindaklanjuti permasalahan yang ada. b. Meningkatkan anggaran belanja air limbah domestik dari sumber pendanaan APBD Kab. Banyumas yang saat ini masih rendah. c. Meningkatkan Program/Kegiatan Pengelolaan air limbah yang berbasis masyarakat. d. Mendayagunakan pihak swasta agar mau terlibat secara aktif selaku investor pengelola air limbah domestik. e. Sosialisasi PHBS melalui penyuluhan dan pemicuan STOP BABS. f. Mengoptimalkan peran media dan komunikasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik. g. Meningkatan kualitas SDM melalui kegiatan pembinaan teknis pengelolaan air limbah. h. Mengoptimalkan kontribusi masyarakat dalam pemeliharaan dan pemanfaatan (MCK/MCK+, ipal komunal) yang dikelola kelompok masyarakat secara mandiri. i. Menyediakan peraturan pengelolaan air limbah beserta kelembagaannya. BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -13

Tujuan Sasaran Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran Strategi j. Menyediakan perangkat peraturan dalam pengelolaan air limbah permukiman yang akan mendorong keterlibatan pihak swasta dalam melakukan investasi di bidang air limbah 4.2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Pengelolaan Persampahan Permasalahan persampahan di Kabupaten Banyumas terutama berkaitan dengan cakupan wilayah pelayanan, dimana sampai saat ini jumlah sampah yang terangkut baru 39% dari jumlah timbulan sampah. Hal ini terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana persampahan yang perlu untuk terus ditingkatkan. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan identifikasi isu isu terkait pengelolaan persampahan di Kabupaten Banyumas. Tabel 4. 3 Analisis SWOT Pengelolaan Persampahan No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGHTS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Adanya Perda mengenai Retribusi sampah atau kebersihan dan Pengelolaan sampah 8,26% 3 0,248 1.2 Adanya tupoksi SKPD yang sudah jelas dalam pengelolaan sanitasi di Kabupaten Banyumas 8,26% 3 0,248 1.3 Pencapaian penghargaan tertinggi di bidang kebersihan (Adipura) 8,26% 3 0,248 Ket. 2 Aspek Keuangan 2.1 Pendapatan dalam APBD Kabupaten Banyumas selalu mengalami kenaikan 6,89% 4 0,275 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -14

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 2.2 Alokasi dana APBD untuk persampahan setiap tahunnya mengalami peningkatan 6,89% 4 0,275 2.3 Sistem penganggaran APBD dalam proses perencanaan dan penjadwalan pencairan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga memudahkan SKPD terkait 6,89% 3 0,207 untuk melaksanakan program; 2.4 PAD tentang kebersihan meningkat. 6,89% 3 0,207 2.5 Ketersediaan anggaran rutin untuk komunikasi bersumber dari APBD Kabupaten 6,89% 3 0,207 Ket. 3 Aspek Teknis Operasional 3.1 Pemda telah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah dan kapasitas infrastruktur sarana dan prasarana pengelolaan persampahan. 5,51% 3 0,165 3.2 Kabupaten Banyumas mempuyai 3 TPA yaitu TPA Gunung Tugel, untuk melayani wilayah perkotaan Purwokerto, TPA Ajibarang untuk melayani wilayah Banyumas Barat 5,51% 3 0,165 dan TPA Kaliori untuk melayani wilayah Banyumas Timur 3.3 Tersedianya sarana angkutan persampahan dari TPS ke TPA 5,51% 3 0,165 4 Aspek Komunikasi Kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh dinas kebersihan dan pertamanan dan 4.1 badan lingkungan hidup yang pelaksanaanya secara berkesinambungan sampai sakarang Pemerintah Kabupaten Banyumas mempunyai kewenangan untuk memobilisasi 4.2 masyarakat Pengurus Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Tokoh Masyarakat (Tomas) dan 4.3 Tokoh Agama (Toga) mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi; dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi 4,41% 3 0,132 4,41% 3 0,132 4,41% 4 0,176 5 SDM BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -15

No. Elemen Bobot 5,1 Adanya Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui program/kegiatan pembinaan teknis pengelolaan persampahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah kota. Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 5,51% 3 0,165 Ket. 6 Dunia Usaha/Swasta 6.1 keterlibatan pihak swasta mengalami peningkatan. 2,75% 3 0,083 6.2 Keterlibatan pihak swasta untuk pelayanan pengelolaan persampahan sudah ada. 2,75% 3 0,083 JUMLAH NILAI KEKUATAN 100% 3,182 KELEMAHAN (WEAKNESS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Penerapan sanksi hukum dari Perda belum efektif 4,98% 2 0,100 1.2 Masih adanya hambatan proses komunikasi dan promosi sanitasi dari Pemerintah kepada Pelaku Bisnis 4,98% 2 0,100 1.3 Belum ada kelembagaan sanitasi di tingkat masyarakat desa/kelurahan 4,98% 2 0,100 1.4 Monitoring dan evaluasi terhadap efektifitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan belum dilakukan. 4,98% 3 0,149 2 Aspek Keuangan 2.1 Dana alokasi APBD masih kurang dari kebutuhan 4,15% 4 0,166 2.2 Kesadaran masyarakat tentang iuran retribusi kebersihan masih kurang. 4,15% 3 0,124 2.3 Anggaran dalam pengelolaan persampahan di bawah kebutuhan riil 4,15% 3 0,124 2.4 Anggaran sektor sanitasi belum menjadi prioritas oleh para pengambil kebijakan 4,15% 3 0,124 2.5 Rasio anggaran sanitasi dalam APBD Kabupaten Banyumas masih kecil 4,15% 3 0,124 3 Aspek Teknis Operasional BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -16

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 3.1 Dalam pelayanan persampahan belum secara berkesinambungan. 3,32% 2 0,066 3.2 Sarana pengangkutan belum sebanding dengan jumlah penduduk kota. 3,32% 4 0,133 3.3 Kekurangan luas lahan TPA 3,32% 3 0,100 3.4 Jumlah TPS belum sebanding dengan jumlah penduduk kota dan belum adanya TPST. 3,32% 4 0,133 3.5 Pengelolaan lindi belum sesuai standart baku mutu. 3,32% 3 0,100 3.6 TPA yang ada masih menggunakan sistem open dumping, sehingga sangat tergantung pada usia teknis TPA 3,32% 3 0,100 3.7 Masih terbatasnya Program/Kegiatan TPS 3R yang berbasis masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemda. 3,32% 3 0,100 3.8 Sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat masih belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. 3,32% 3 0,100 3.9 Rendahnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan persampahan skala kab/kota 3,32% 3 0,100 3.10 Rendahnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas sarana pengelolaan persampahan 3,32% 3 0,100 3.11 Kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, atau mengakomodir keluhan atas layanan pengelolaan persampahan 3,32% 3 0,100 3.12 Kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu persampahan 3,32% 3 0,100 Ket. 4 Aspek Komunikasi 4.1 Sosialisasi dan Monev terhadap pengelolaan persampahan kurang maksimal dan belum efektif 4.2 Kapasitas SKPD dalam melakukan komunikasi pengelolaan persampahan ke berbagai pihak masih rendah 4.3 Mahalnya biaya publikasi di media massa menghambat upaya penyebarluasan menggunakan media massa 2,65% 3 0,080 2,65% 3 0,080 2,65% 3 0,080 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -17

No. Elemen Bobot 5 SDM Peraturan daerah tentang partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan sanitasi 5.1 belum ada sehingga kurang mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam pembangunan sanitasi Belum adanya LSM (lembaga Swadaya Masyarakat) yang fokus dan bergerak dalam 5.2 pembangunan sanitasi Kondisi sosial budaya masyarakat yang masih mengutamakan prestise atau gengsi, 5.3 mendorong keterlibatan aktif masyarakat untuk mengelola sanitasi lingkungannya; Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 3,32% 2 0,066 3,32% 2 0,066 3,32% 2 0,066 Ket. 6 Dunia Usaha/Swasta Banyak pelaku bisnis di Kota Purwokerto termasuk Pusat Kegiatan Wilayah, tetapi 6.1 keterlibatannya masih sangat kurang 1,66% 2 0,033 JUMLAH NILAI KELEMAHAN 100% 2,809 SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN 0,373 (x) EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITIES) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Adanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 8,82% 4 0,353 1.2 Menindaklanjuti laporan masyarakat terkait kurangnya penanganan persampahan yang ada. 8,82% 4 0,353 2 Aspek Keuangan Adanya dana Provinsi, Pemerintah Pusat, maupun bantuan luar untuk program 2.2 persampahan 7,06% 4 0,282 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -18

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 3 Aspek Komunikasi 3.1 Sosialisasi kawasan masuk wilayah TPA radius 1 km tentang larangan bangunan. 5,88% 3 0,176 3.2 Adanya media komunikasi dan informasi yang berperan dalam kegiatan kampanye/sosialisasi berupa radio, televisi dan sebagian besar media cetak. 5,88% 4 0,235 3.3 Pemanfaatan berbagai macam media sebagai sarana penyampaian pesan oleh Dinas Kesehatan, BLH dan PKK 5,88% 4 0,235 3.4 Potensi kerjasama dengan perusahaan swasta dalam Iklan Layanan Masyarakat (ILM); 5,88% 3 0,176 4 Aspek Teknis Operasional 4.1 Pengelolaan persampahan di tingkat kelurahan/kecamatan telah melibatkan masyarakat setempat 4,12% 3 0,124 4.2 Penambahan luas lahan TPA sementara dalam proses. 4,12% 4 0,165 4.3 Berkembangnya metode pengolahan sampah dengan Sistem 3R 4,12% 4 0,165 4.4 Memanfaatkan pemakaian Incinerator alat membakar sampah organik 4,12% 3 0,124 5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender Perlu adanya pendekatan-pendekatan persuasif guna meningkatkan pelayanan 5.1 persampahan. Penyuluhan dan pendidikan hal-hal yang menyangkut kebersihan melalui kegiatan 5.2 pameran Pembangunan pada berbagai even atau hari besar Tersedianya ajang perlombaan sanitasi/kebersihan di berbagai tingkatan masyarakat 5.3 dan instansi Penekanan keberadaan dan keterlibatan perempuan dalam kepengurusan LPMD/LPMK 5.4 (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan) dan proses perencanaan Musrenbang 5,88% 4 0,235 5,88% 4 0,235 5,88% 4 0,235 5,88% 4 0,235 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -19

No. Elemen Bobot 5.5 5.6 Perlunya pemicuan tingkat kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat dengan beberapa kasus KLB (Kejadian Luar Biasa) Adanya kontribusi masyarakat dalam pengelolaan sanitasi yang dikelola kelompok masyarakat secara mandiri, khususnya dalam pengangkutan persampahan permukiman dari tingkat rumah tangga ke TPS dan Bank Sampah serta pengelolaan Sanimas Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 5,88% 4 0,235 5,88% 4 0,235 Ket. JUMLAH NILAI PELUANG 100% 3,800 ANCAMAN (THREATS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Belum adanya keterlibatan langsung pemerintah kota lewat instansi yang terkait guna meningkatkan keterlibatan masyarakat. 1.2 Belum ada lembaga/organisasi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan persampahan. 1.3 Belum adanya/tidak adanya pemahaman dan keperpihakan program sanitasi di tingkat pengambil kebijakan 1.4 Beragamnya standar kemiskinan yang tersedia menyulitkan pihak terkait untuk menentukan secara pasti jumlah penduduk miskin sebagai sasaran penerima program 6,73% 4 0,269 6,73% 4 0,269 6,73% 4 0,269 6,73% 4 0,269 2 Aspek Keuangan 2.1 Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi di bidang pengelolaan persampahan. 5,83% 4 0,233 2.2 Tingginya biaya operasional angkutan persampahan karena usia teknis 5,83% 4 0,233 2.3 Terjadinya rasionalisasi anggaran yang berdampak pada kurang sesuainya kecukupan anggaran dengan kebutuhan riil di lapangan sehingga berpengaruh dalam pelaksanakan kegiatan fisik yang harus memenuhi standar teknis perencanaan 5,83% 4 0,233 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -20

No. Elemen Bobot 2.4 Pertambahan penduduk yang cukup tinggi memerlukan peningkatan anggaran untuk sektor sanitasi; Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 5,83% 4 0,233 Ket. 3 Aspek Komunikasi 3.1 Media komunikasi yang terlibat dalam mempromosikan pemilahan dan pengurangan tentang sampah masih sangat terbatas 4,48% 4 0,179 3.2 Terbatasnya efektifitas media dalam menyampaikan pesan (berkaitan dengan jam tayang dan oplah) 4,48% 4 0,179 3.3 Rubrik khusus tentang sanitasi belum tersedia di media cetak lokal, karena pemda kurang memanfaatkan media 4,48% 4 0,179 0,000 4 Aspek Teknis Operasional 0,000 4.1 Pengelohan sampah masih bergantung pada pemerintah daerah. 3,14% 4 0,126 4.2 Industri makanan/mainan kebanyakan menggunakan plastik sebagai pembungkus 3,14% 3 0,094 4.3 Masih banyaknya pemakaian produk kemasan yang tidak ramah lingkungan 3,14% 3 0,094 5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan Kesetaraan Gender 5.1 Sungai masih dijadikan sarana untuk membuang sampah oleh masyarakat. 4,48% 3 0,135 5.2 Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup yang berakibat pada meningkatnya jumlah timbulan sampah dan karakteristik sampah yang dihasilkan 4,48% 3 0,135 5.3 Efek bagi kesehatan, tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan vektor penyebar penyakit dan banjir lokal akibat sumbatan sampah pada got saluran air. 4,48% 3 0,135 5.4 Efek rumah kaca berupa pemanasan global akibat membakar sampah 4,48% 3 0,135 5.5 Efek pencemaran air tanah, air permukaan dan sumber air minum (kolam, danau, sungai dan pantai) 4,48% 3 0,135 6 Dunia Usaha/Swasta BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -21

No. Elemen Bobot 6.1 6.2 Belum tersedia arah kebijakan yang jelas tentang pola relasi dengan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi; Belum ada inisiasi kerjasama antara Pemerintah dengan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi; Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 2,24% 3 0,067 2,24% 3 0,067 Ket. JUMLAH NILAI ANCAMAN 100% 3,668 SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN 0,132 (y) BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -22

Berdasarkan hasil analisis SWOT, posisi Matrik Strategi SWOT sub sektor pengelolaan persampahan masuk di kuadran I, sehingga strategi yang direkomendasikan adalah strategi kekuatan (strength) dan Peluang (opportunity) atau dikenal dengan strategi SO, yaitu gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Gambar 4. 2 Posisi Kuadran Sub Sektor Pengelolaan Persampahan BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -23

berikut: Hasil analisis SWOT dilanjutan dengan perumusan strategi pengembangan pengelolaan persampahani untuk Kab. Banyumas sebagai Tujuan Untuk meningkatkan pelayanan dan pengelolaan persampahan domestik melalui sistem penanganan langsung, tidak langsung serta pengurangan sampah dari sumbernya Tabel 4. 4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan Sasaran Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran 1. Penerapan sistem Tersedianya sistem penanganan sampah penanganan sampah di tidak langsung pada perkotaan dengan indikasi tahun 2018 dari 2% 93.77% tahun 2015 menjadi 30% dan menjadi 97% tahun 2020. pengurangan sampah ke TPA. 2. Penerapan sistem penanganan sampah langsung pada tahun 2020 di zona Central Bisnis Distrik (CBD) 3. Pengurangan sampah dari sumber dengan dikelola oleh masyarakat secara mandiri Strategi a. Meningktakan sarana dan prasarana persampahan untuk memperluas cakupan pelayanan agar timbulan sampah di masyarakat dapat tertangani dengan baik. b. Meningkatkan anggaran belanja sub sektor persampahan dari sumber pendanaan APBD. c. Mensinergikan peran swasta di bidang pengeloaan persampahan. d. Memberdayakan peran masyarakat dan stakeholder dalam pengelolaan sampah. e. Mengefektifkian peran media dan komunikasi mengenai sosialisasi pengelolaan persampahan. f. Mengoptimalkan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan konsep 3R. g. Menyelenggarakan Program/Proyek Layanan Persampahan yang berbasis masyarakat (TPS 3R) untuk mendorong lembaga/organisasi masyarakat boleh terlibat dalam pengelolaan persampahan h. Megoptimalkan Monev pada setiap program dan kegiatan yang berjalan secara continue dengan memberikan laporan dan mengevaluasi dan menindaklanjuti permasalahan yang ada. BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -24

Tujuan Sasaran Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran Strategi i. Menyediakan peraturan pengelolaan persampahan beserta kelembagaannya j. Menyediakan perangkat peraturan dalam pengelolaan persampahan yang akan mendorong keterlibatan pihak swasta dalam melakukan investasi di bidang persampahan 4.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase Kondisi geografis Kabupaten Banyumas sangat rentan terhadap terjadinya genangan, terutama pada musim hujan. Dengan hampir keseluruhan wilayah Kab. Banyumas dikelilingi daerah aliran sungai terutama aliran Sungai Serayu menyebabkan resiko terjadinya genangan, terutama akibat limpasan air sungai pada musim hujan. Dengan melihat hal tersebut, POKJA AMPL telah membuat isu isu strategis yang berkaitan dengan permasalahan pengelolaan drainase di Kabupaten Banyumas. Tabel 4. 5 Analisis SWOT Drainase Lingkungan No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGHTS) 1 Aspek Kelembagaan Adanya tanggung jawab dan wewenang pemkot sebagai penyelenggara pembangunan 1.1 dan pemeliharaan PS drainase. 8,62% 4 0,345 Adanya wewenang dan tanggungjawab pemkab dalam pembinaan SDM guna peningkatan kemampuan teknis dan manajerial pengelolaan drainase dan penanganan 8,62% 3 0,259 1.2 genangan di wilayah kota. 1.3 Adanya program/kegiatan yang berbasis masyarakat dalam pengelolaan drainase 8,62% 3 0,259 Ket. BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -25

No. Elemen Bobot lingkungan yaitu PNPM Mandiri Pedesaan. Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 2 Aspek Keuangan 2.1 Adanya peningkatan anggaran untuk sub sektor drainase 7,47% 4 0,299 2.2 Pendapatan dalam APBD Kabupaten Banyumas selalu mengalami kenaikan 7,47% 4 0,299 2.3 Adanya peningkatan anggaran APBD untuk subsektor Pengelolaan Air Limbah. 7,47% 4 0,299 Dialokasikannya anggaran sanitasi di SKPD terkait dalam APBD setiap tahunnya dengan 2.4 prosentase penyerapan anggaran maksimal 7,47% 3 0,224 Sistem penganggaran APBD dalam proses perencanaan dan penjadwalan pencairan sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga memudahkan SKPD terkait untuk 7,47% 3 0,224 2.5 melaksanakan program; 3 Aspek Teknis Operasional 3.1 Adanya pembangunan PS drainase oleh Pemkab 5,75% 3 0,172 Pemdamelakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana 3,2 pengelolaan drainase lingkungan 5,75% 3 0,172 4 Aspek Komunikasi Adanya kegiatan komunikasi yang dilakukan Pemda lewat media elektronik radio/televisi 4.1 pemerintah/swasta dalam rangka sosialisasi dan kampanye akan pentingnya drainase 4,60% 3 0,138 Pemerintah Kabupaten Banyumas mempunyai kewenangan untuk memobilisasi 4.2 masyarakat 4,60% 3 0,138 4.3 Ketersediaan anggaran rutin untuk komunikasi bersumber dari APBD Kabupaten 4,60% 3 0,138 4.4 Pengurus Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Tokoh Masyarakat (Tomas) dan Tokoh Agama (Toga) mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi; dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi 4,60% 3 0,138 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -26

No. Elemen Bobot 5 SDM Adanya upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan pembinaan 5,1 teknis drainase lingkungan Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 6,90% 4 0,276 Ket. JUMLAH NILAI KEKUATAN 100% 3,379 KELEMAHAN (WEAKNESS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Belum adanya Perda tentang pengelolaan drainase lingkungan 7,61% 3 0,228 Belum terkoordinasi dengan baik pengelolaan drainase lingkungan yang dilakukan oleh 1.2 pemda dan yang berbasis masyarakat. 7,61% 3 0,228 Penanganan sistem drainase masih bersifat parsial tidak dalam skala perwilayahan dan 1.3 belum dikelola secara terintegrasi dengan instansi terkait. 7,61% 3 0,228 1.4 Belum adanya perda yang mengatur tentang pengelolaan drainase. 7,61% 3 0,228 Masih lemahnya pemahaman pengelola sistem drainase terhadap fungsi drainase dan 1.5 elemen/faktor lain yang berpengaruh dalam pembangunan drainase. 7,61% 3 0,228 2 Aspek Keuangan 2.1 Anggaran sektor sanitasi belum menjadi prioritas oleh para pengambil kebijakan 7,11% 3 0,213 2.2 Rasio anggaran sanitasi dalam APBD Kabupaten Banyumas masih kecil 7,11% 3 0,213 3 Aspek Teknis Operasional 3.1 Grey water masih bercampur dengan saluran drainase dan belum ada sumur resapan 5,08% 4 0,203 Monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala 3.2 kota belum dilakukan Pemda 5,08% 4 0,203 Monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau 3.3 menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan belum 5,08% 4 0,203 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -27

No. Elemen Bobot dilakukan Pemda Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 4 Aspek Komunikasi Kegiatan komunikasi yang dilakukan Pemda dalam rangka sosialisasi dan kampanye 4.1 belum maksimal dan belum dilaksanakan secara kontinyu, terencana dan terstruktur. Kapasitas SKPD dalam melakukan komunikasi program sanitasi ke berbagai pihak masih 4.2 rendah Mahalnya biaya publikasi di media massa menghambat upaya penyebarluasan 4.3 menggunakan media massa 4,06% 3 0,122 4,06% 3 0,122 4,06% 3 0,122 5 SDM 5.1 Perilaku masyarakat yang menjadikan drainase sebagai tempat pembuangan sampah 5,08% 3 0,152 Peraturan daerah tentang partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan drainase lingkungan belum ada sehingga kurang mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam 5,08% 3 0,152 5.2 pembangunan drainase lingkungan 5.3 Peraturan daerah tentang partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan drainase lingkungan belum ada sehingga kurang mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam pembangunan drainase lingkungan 5,08% 3 0,152 Belum adanya LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang fokus dan bergerak dalam 5.4 pembangunan drainase lingkungan 5,08% 3 0,152 JUMLAH NILAI KELEMAHAN 100% 3,152 SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN 0,227 (x) EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITIES) BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -28

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Adanya tupoksi SKPD dan dukungan program pembangunan pengelolaan drainase 9,38% 4 0,375 Adanya tata cara perencanaan umum drainase perkotaan dan perencanaan teknis sumur 1.2 resapan air hujan untuk lahan pekarangan yaitu SK SNI 9,38% 4 0,375 Adanya peraturan perundang-undangan RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum sub bidang drainase antara pemerintah 9,38% 4 0,375 1.3 pusat, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota Adanya kegiatan pembersihan drainase yang dilakukan oleh pemda dan masyarakat 1.4 setiap hari jumat dalam kegiatan jumpa berlian 9,38% 4 0,375 Ket. 2 Aspek Keuangan Adanya peluang dukungan dana yang bersumber dari APBN dan APBD Propinsi, serta sumber dana internasional dari lembaga multilateral (world bank, Asian Development 2.1 bank, Ausaid), CSR, Swasta dan partisipasi masyarakat. Adanya program-program bantuan pendanaan pengelolaan drainase di luar APBD (Non 2.2 APBD) 7,50% 3 0,225 7,50% 3 0,225 3 Aspek Komunikasi Adanya media elektronik dan cetak yang berperan dalam kegiatan kampanye dan 3.1 sosialisasi berupa media radio/televisi dan surat kabar lokal 6,25% 3 0,188 Pemanfaatan berbagai macam media sebagai sarana penyampaian pesan oleh Dinas 3.2 Kesehatan, BLH dan PKK 6,25% 4 0,250 3.3 Potensi kerjasama dengan perusahaan swasta dalam Iklan Layanan Masyarakat (ILM); 6,25% 3 0,188 4 Aspek Teknis Operasional 4.1 Pengelolaan pembangunan drainase lingkungan berbasis masyarakat 6,25% 4 0,250 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -29

No. Elemen Bobot 5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender Adanya peran serta masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase di lingkungan 5.1 masing-masing Tersedianya ajang perlombaan sanitasi/kebersihan di berbagai tingkatan masyarakat dan 5.2 instansi Perlunya pemicuan tingkat kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat 5.3 dengan beberapa kasus KLB (Kejadian Luar Biasa) Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh 7,50% 4 0,300 7,50% 3 0,225 7,50% 4 0,300 Ket. JUMLAH NILAI PELUANG 100% 3,650 ANCAMAN (THREATS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Belum ada penyedia jasa pengelolaan drainase lingkungan 8,06% 3 0,242 1.2 Belum ada lembaga kemasyarakatan yang berpartisipasi dalam pengelolaan drainase 8,06% 3 0,242 Belum ada inisiasi kerjasama antara Pemerintah dengan pihak swasta dalam pengelolaan 1.3 drainase lingkungan 8,06% 3 0,242 Belum tersedia arah kebijakan yang jelas tentang pola relasi dengan pihak swasta dalam 1.4 pengelolaan drainase lingkungan 8,06% 4 0,323 Belum adanya/tidak adanya pemahaman dan keperpihakan program sanitasi di tingkat 1.5 pengambil kebijakan 8,06% 4 0,323 2 Aspek Keuangan Rendahnya skala prioritas penganggaran baik ditingkat pemerintah pusat maupun daerah 2.1 pengelolaan drainase lingkungan Terjadinya rasionalisasi anggaran yang berdampak pada kurang sesuainya kecukupan anggaran dengan kebutuhan riil di lapangan sehingga berpengaruh dalam pelaksanakan 2.2 kegiatan fisik yang harus memenuhi standar teknis perencanaan 5,38% 3 0,161 5,38% 3 0,161 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -30

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 3 Aspek Komunikasi Program acara dalam mengkomunikasikan pengelolaan drainase kepada masyarakat 3.1 belum dirancang dengan baik untuk menarik antusiasme pendengar. Terbatasnya efektifitas media dalam menyampaikan pesan (berkaitan dengan jam tayang 3.2 dan oplah) Rubrik khusus tentang sanitasi belum tersedia di media cetak lokal, karena pemda kurang 3.3 memanfaatkan media 4 Aspek Teknis Operasional Ketersediaan lahan terbatas untuk menyesuaikan dimensi saluran drainase dengan debit 4.1 air hujan maksimal. Semakin berkurangnya lahan untuk resapan air hujan karena kebutuhan tempat tinggal 4.2 semakin tinggi 5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan Kesetaraan Gender Belum meratanya kegiatan pembersihan drainase oleh masyarakat yang dilakukan secara 5.1 rutin. Masih rendahnya kesadaran, pengetahuan dan partisipasi masyarakat terhadap fungsi 5.2 dan pemeliharaan drainase secara mandiri 4,30% 3 0,129 4,30% 3 0,129 4,30% 3 0,129 4,30% 3 0,129 4,30% 3 0,129 6,45% 3 0,194 6,45% 3 0,194 6 Dunia Usaha/Swasta 6.1 Pihak swasta belum berpartisipasi aktif dalam pengelolaan drainase lingkungan. 6,45% 3 0,194 7 Demografi dan LH Banyak daerah bantaran sungai yang sudah dijadikan tempat tinggal, sehingga dapat 7.1 memicu terjadi banjir 8,06% 4 0,323 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -31

No. Elemen Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. JUMLAH NILAI ANCAMAN 100% 3,242 SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN 0,408 (y) BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -32

Berdasarkan hasil analisis SWOT, posisi Matrik Strategi SWOT sub sektor pengelolaan drainase lingkungan masuk di kuadran I, sehingga strategi yang direkomendasikan adalah strategi kekuatan (strength) dan Peluang (opportunity) atau dikenal dengan strategi SO, yaitu gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Gambar 4. 3 Posisi Kuadran Sub Sektor Drainase Lingkungan BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -33

Hasil analisis SWOT dilanjutan dengan perumusan strategi pengembangan sanitasi untuk Kab. Banyumas sebagai berikut: Tujuan Tercapainya kawasan pemukiman dengan luas areal genangan yang semakin berkurang. Tabel 4. 6 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase Lingkungan Sasaran Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran Strategi a. Pengurangan luas a. Luas genangan a. Menyusun master plan, study dan desain drainase genangan di daerah tertanggulangi hingga lingkungan sehingga dapat memperluas cakupan sebesar 7,88% dari luas tahun 2020 sebesar sistem drainase. areal rawan genangan di 34,4 Ha di daerah b. Meningkatkan anggaran belanja untuk drainase Kab. Banyumas (436,08 strategis perkotaan. dari sumber pendanaan APBD Kab. Banyumas Ha) di tahun 2020 b. Luas genangan untuk penanganan pengelolaan sistem drainase b. Pengurangan luas tertanggulangi setiap yang saat ini masih kurang genangan sebesar 10% tahun di daerah c. Melaksanakan pembangunan, rehabilitasi dan setiap tahun dari luas permukiman rawan pemeliharaan sistem drainase berwawasan rawan genangan di Kab. genangan sebesar lingkungan kepada pihak terkait baik pelaksana Banyumas. 43,61 Ha. maupun masyarakat d. Sosialisasi perilaku dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase yaitu mengendalikan air permukaan yang berlebihan di daerah permukiman, tidak membuang sampah dalam saluran drainase, sehingga tidak mengganggu kegiatan beraktivitas masyarakat sehari-hari e. Mendorong partisipasi swasta dalam penyelenggaraan sistem drainase melalui CSR. f. Mengawasi dan mengendalikan penyelenggaraan drainase dan pengendalian banjir di wilayah kota Banyumas, serta melakukan koordinasi dengan kabupten/kota lain yang berada pada daerah aliran sungai yang sama g. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi. BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -34

4.4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan PHBS Tabel 4. 7 Analisis SWOT PHBS No. Faktor Internal Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. KEKUATAN (STRENGHTS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Adanya tupoksi SKPD yang sudah jelas dalam pengelolaan sanitasi di Kabupaten Banyumas 10,71% 4 0,429 1.2 Dinas Kesehatan di dukung oleh 29 Puskesmas yang tersebar di setiap kecamatan. 10,71% 3 0,321 1.3 Adanya Kader Masyarakat di setiap Desa/Kelurahan yang siap membantu 10,71% 3 0,321 2 Aspek Keuangan 2.1 Pendanaan didapat dari APBD Kabupaten Banyumas 9,29% 3 0,279 2.2 Pendapatan dalam APBD Kabupaten Banyumas selalu mengalami kenaikan 9,29% 3 0,279 2.3 Dialokasikannya anggaran sanitasi di SKPD terkait dalam APBD setiap tahunnya dengan prosentase penyerapan anggaran maksimal 9,29% 3 0,279 3 Aspek Teknis Operasional 3.1 Penyuluhan di sekolah-sekolah dan masyarakat pentingnya PHBS 7,14% 4 0,286 3.2 Adanya Fasilitas untuk CTPS di sekolah - sekolah 7,14% 4 0,286 4 Aspek Komunikasi 4.1 Penyuluhan Sanitasi & PHBS, Pembagian Pamflet & Liflet terkait Stop BABS dan CTPS oleh tenaga sanitasi dan Promkes Dinkes dan Puskesmas. Serta memanfaatkan peran UKS di setiap sekolah. 5,71% 3 0,171 4.2 Ketersediaan anggaran rutin untuk komunikasi bersumber dari APBD Kabupaten 5,71% 3 0,171 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -35

No. Faktor Internal Bobot 4.3 Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Pengurus Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Tokoh Masyarakat (Tomas) dan Tokoh Agama (Toga) mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi; dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi 5,71% 3 0,171 Ket. 5 SDM 5.1 Adanya upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kegiatan peningkatan kapasitas 8,57% 3 0,257 JUMLAH NILAI KEKUATAN 3,250 KELEMAHAN (WEAKNESS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Peraturan daerah tentang partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan sanitasi belum ada sehingga kurang mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam pembangunan sanitasi; 9,32% 2 0,186 1.2 Belum adanya peraturan daerah tentang masalah CTPS dan Stop BABS. 9,32% 3 0,280 1.3 Belum ada kelembagaan sanitasi di tingkat masyarakat desa/kelurahan 9,32% 2 0,186 2 Aspek Keuangan 2.1 Alokasi Pendanaan dari APBD untuk program PHBS dan Promosi Higiene Sanitasi masih minim 8,07% 2 0,161 2.2 Anggaran sektor sanitasi belum menjadi prioritas oleh para pengambil kebijakan 8,07% 3 0,242 3 Aspek Teknis Operasional BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -36

No. Faktor Internal Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. 3.1 Kurangnya pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi tentang masalah CTPS dan Stop BABS 6,21% 3 0,186 Masih kurangnya monitoring dan evaluasi setelah kegiatan penyuluhan tersebut. Di tingkat 3.2 sekolah dan Masyarakat advokasinya belum berjalan optimal 6,21% 3 0,186 4 Aspek Komunikasi 4.1 Komunkasi yang sudah dilakukan saat ini memiliki kekurangan belum dapat menjangkau seluruh eleman masyarakat 4,97% 2 0,099 4.2 Kapasitas SKPD dalam melakukan komunikasi program sanitasi ke berbagai pihak masih rendah 4,97% 3 0,149 4.3 Mahalnya biaya publikasi di media massa menghambat upaya penyebarluasan menggunakan media massa 4,97% 3 0,149 5 SDM 5.1 Kurangnya tenaga santasi dan promosi di Puskesmas serta kurang di berdayakannya tenaga tersebut sesuai tupoksinya 7,45% 3 0,224 5.2 Kurangnya kemampuan kader kesehatan dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai kader 7,45% 3 0,224 5.3 Kurangnya frekuensi peningkatan SDM melalui Diklat dalam pengembangan program PHBS 7,45% 4 0,298 6 Dunia Usaha/Swasta 6.1 Masih kurangnya perhatian dari sektor swasta akan masalah sanitasi di Kab. Banyumas 3,11% 3 0,093 Masih adanya hambatan proses komunikasi dan promosi sanitasi dari Pemerintah kepada 6.2 Pelaku Bisnis 3,11% 4 0,124 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -37

No. Faktor Internal Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Ket. JUMLAH NILAI KELEMAHAN 2,789 SELISIH NILAI KEKUATAN - KELEMAHAN 0,461 (x) PELUANG (OPPORTUNITIES) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Melakukan kerjasama lintas sektor dan lintas program 10,79% 3 0,324 1.2 Tercapainya Universal Acces di tahun 2019 10,79% 3 0,324 2 Aspek Keuangan 2.3 Adanya dukungan dana/anggaran program PHBS dari Pemerintah Kabupaten, Provinsi, Pusat, serat Masyarakat dan Swasta 9,35% 4 0,374 3 Aspek Komunikasi 3.1 Ada peluang untuk memafaatkan Media baik elektronik Tv Lokal, Radio Lokal dan Surat Kabar Lokal 5,76% 3 0,173 3.2 Dapat melibatkan atau memanfaatkan peran SKPD dalam mensosialisasikan permasalahan program sanitasi di masyarakat 5,76% 3 0,173 3.3 Pemanfaatan berbagai macam media sebagai sarana penyampaian pesan oleh Dinas Kesehatan, BLH dan PKK 5,76% 3 0,173 3.4 Potensi kerjasama dengan perusahaan swasta dalam Iklan Layanan Masyarakat (ILM); 5,76% 3 0,173 3.5 Peluang untuk Memanfaatkan Peran Serta Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat serta ibu PKK 5,76% 3 0,173 4 Aspek Teknis Operasional BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -38

No. Faktor Internal Bobot 4.1 4.2 Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Perlunya pemicuan tingkat kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat dengan beberapa kasus KLB (Kejadian Luar Biasa) 7,19% 4 0,288 Dapat melakukan Monitoring dan Evaluasi dengan melibatkan lintas prorgam dan lintas sektor bahkan pihak sekolah masyarakat dan swasta 7,19% 4 0,288 Ket. 5 Aspek Partisipasi Masyarakat, Swasta dan Kesetaraan Gender 5.1 Dapat memanfaakan peran serta Toko agama dan ibu - ibu PKK di masyarakat dan peran serta organisasi intra (OSIS) dan ekstra sekolah (PMI & Pencinta Alam) 8,63% 4 0,345 5.2 Adanya komitmen dan peran serta masyarakat dan tokoh masyarakat terhadap pemberdayaan pembangunan kesehatan 8,63% 3 0,259 5.3 Penekanan keberadaan dan keterlibatan perempuan dalam kepengurusan LPMD/LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan) dan proses perencanaan Musrenbang 8,63% 4 0,345 JUMLAH NILAI PELUANG 3,410 ANCAMAN (THREATS) 1 Aspek Kelembagaan 1.1 Kurang mendapat perhatian dari pihak pemerintah maupun swasta dan masyarakat 8,33% 3 0,250 1.2 Advokasi yang diberikan belum dapat berjalan maksimal karna belum adanya peraturan daerah yang mendukung permasalahan CTPS dan Stop Babs 8,33% 4 0,333 1.3 Koordinasi lintas program dalam pelaksanaan program PHBS masih parsial 8,33% 3 0,250 1.4 Belum adanya/tidak adanya pemahaman dan keperpihakan program sanitasi di tingkat pengambil kebijakan 8,33% 2 0,167 2 Aspek Keuangan BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -39

No. Faktor Internal Bobot 2.1 2.2 Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh Terjadinya rasionalisasi anggaran yang berdampak pada kurang sesuainya kecukupan anggaran dengan kebutuhan riil di lapangan sehingga berpengaruh dalam pelaksanakan kegiatan fisik yang harus memenuhi standar teknis perencanaan 7,22% 3 0,217 Masih kurangnya Pemahaman akan masalah sanitasi dari para pengambil kebijakan sehingga penetuan alokasi anggaran akan program sanitasi sangat kecil 7,22% 3 0,217 Ket. 3 Aspek Komunikasi 3.1 Tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak terkoordinasi dengan baik dalam melakukan monitoring dan evaluasi lintas program dan lintas sektor 4,44% 2 0,089 3.2 Terbatasnya efektifitas media dalam menyampaikan pesan 4,44% 3 0,133 3.3 Rubrik khusus tentang sanitasi belum tersedia di media cetak lokal, karena pemda kurang memanfaatkan media 4,44% 2 0,089 4 Aspek Teknis Operasional 4.1 Tidak beroperasi secara maksimalnya bantuan tersebut 5,56% 3 0,167 5 Aspek Partisipasi Masyarakat Swasta dan Kesetaraan Gender 5.1 Akan adanya respon atau tanggapan negatif dari kelompok tertentu 6,67% 3 0,200 5.2 Kurang di tanggapinya program tersebut oleh masyarakat dan lembaga pendidikan 6,67% 3 0,200 5.3 Belum semua masyarakat sadar ber-phbs baik pada tatanan rumah tangga, sekolah, institusi kesehatan, tempat kerja, maupun pada pondok pesantren 6,67% 4 0,267 5.4 Kurangnya kemampuan kader kesehatan dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai kader 6,67% 3 0,200 5.5 Lemahnya kepedulian masyarakat dan pengambil kebijakan terhadap program-program yang bersifat preventif dan promotif (pencegahan dan promosi) 6,67% 4 0,267 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -40

No. Faktor Internal Bobot Tingkat Pengaruh Perkalian Bobot dan Tingkat Pengaruh JUMLAH NILAI ANCAMAN 3,044 Ket. SELISIH NILAI PELUANG - ANCAMAN 0,366 (y) BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -41

Berdasarkan hasil analisis SWOT, posisi Matrik Strategi SWOT sub sektor pengelolaan PHBS masuk di kuadran I, sehingga strategi yang direkomendasikan adalah strategi kekuatan (strength) dan Peluang (opportunity) atau dikenal dengan strategi SO, yaitu gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Gambar 4. 4 Posisi Kuadran Sub Sektor PHBS BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -42

Hasil analisis SWOT dilanjutan dengan perumusan strategi PHBS untuk Kab. Banyumas sebagai berikut: Tujuan Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di terapkan dalam keluarga dan sekolah dasar Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak Buang Air Besar sembarangan (Stop BABS) Tabel 4. 8 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan PHBS Sasaran Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran Masyarakat di 124 Pada tahun 2017, Desa/Kelurahan beresiko masyarakat di 124 tinggi dan sangat tinggi di kelurahan beresiko tinggi Kabupaten Banyumas dan dan sangat tinggi sejumlah siswa SD di Kabupaten (40%) sudah sadar akan Banyumas pada tahun pentingnya CTPS. Dan 2020 paham akan pada tahun 2020, kesadaran Cuci Tangan masyarakat di 124 Pakai Sabun (CTPS). kelurahan beresiko tinggi dan sangat tinggi dengan jumlah (100%) sadar akan Masyarakat di 124 Desa/Kelurahan beresiko tinggi dan sangat tinggi di Kabupaten Banyumas pada tahun 2020 paham akan kesadaran untuk tidak buang air besar sembarangan (Stop BABS) CTPS Pada tahun 2017, masyarakat di 124 kelurahan beresiko tinggi dan sangat tinggi sejumlah (40%) sudah Stop BABS. Dan pada tahun 20120, masyarakat di 124 kelurahan beresiko tinggi dan sangat tinggi dengan jumlah (100%) sudah stop BABS Strategi 1. Lebih Memantapkan kegiatan penyuluhan, pembagian pamflet dan leaflet dengan melibatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program. Pembagian pamflet dan leaflet terkait Stop BABS dan CTPS telah dilakukan oleh tenaga sanitasi dan Promkes Dinkes dan Puskesmas. Dan untuk kedepannya memanfaatkan Media baik elektronik seperti TV Lokal 2. Mengedepankan peran Dinas Kesehatan dalam meningkatkan advokasi PHBS dan sanitasi yang di dukung oleh 29 Puskesmas yang tersebar di setiap kecamatan. 3. Meningkatkan pendanaan APBD untuk program PHBS dan Sanitasi dan melakukan kerjasama dengan sektor swasta sehingga dapat membantu pendanaan. 4. Menjalin kerjasama atau melibatkan peran swasta dalam menyelesaikan masalah sanitasi 5. Memanfaakan peran serta Toko agama dan ibu - ibu PKK di masyarakat dan peran serta organisasi intra sekolah(osis) dan ekstra sekolah (PMI & Pencinta Alam) 6. Melakukan monitoring dan evaluasi di bidang sanitasi BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -43

Gambar 4. 1 Posisi Kuadran Sub Sektor Air Limbah Domestik...12 Gambar 4. 2 Posisi Kuadran Sub Sektor Pengelolaan Persampahan...23 Gambar 4. 3 Posisi Kuadran Sub Sektor Drainase Lingkungan...33 Gambar 4. 4 Posisi Kuadran Sub Sektor PHBS...42 Tabel 4. 1 Analisis SWOT Air Limbah Domestik... 4 Tabel 4. 2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik...13 Tabel 4. 3 Analisis SWOT Pengelolaan Persampahan...14 Tabel 4. 4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Persampahan...24 Tabel 4. 5 Analisis SWOT Drainase Lingkungan...25 Tabel 4. 6 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase Lingkungan...34 Tabel 4. 7 Analisis SWOT PHBS...35 Tabel 4. 8 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan PHBS...43 4.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Pentahapan Pengembangan Sanitasi 4 4.2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Pengelolaan Persampahan 14 4.3 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase 25 4.4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan PHBS 35 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI IV -44

1 BAB V 2 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN Berikut ini penjelasan mengenai rekapitulasi total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan sanitasi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2016 2020, baik berdasarkan sumber anggaran (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, PHLN, swasta/csr dan masyarakat) maupun jenis kegiatan (air limbah domestik, pengelolaan persampahan, drainase lingkungan, dan PHBS) Untuk rekapitulasi anggaran sanitasi Kabupaten Banyumas berdasarkan sumber anggaran (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, PHLN, swasta/csr dan masyarakat) dapat dilihat pada tabel tabel dibawah ini. 5.1 Ringkasan Pada Gambar 5.1 terkait Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun dapat lihat indikasi kebutuhan biaya pengembangan sanitasi untuk 5 (lima) tahun ke depan, besaran biaya sanitasi ini diperoleh dari program pengembangan sektor sanitasi yang telah disusun oleh Kab. Banyumas dalam RPIJM. Kebutuhan biaya ini menitikberatkan pada jenis program yang merupakan investasi sanitasi di Kab. Banyumas. Untuk sumber pendanaan pada Gambar 5.2 terkait Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran di bawah juga memperlihatkan adanya peran masyarakat dan swasta dalam pembiayaan sektor sanitasi. Detail besaran biaya pengembangan sanitasi dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini: BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN V -1

40,000 35,000 Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun 1,171.00 30,000 25,000 360.7 6,642 8,722 1,190 7,792 1,190 2,482 PHBS 20,000 15,000 10,000 10,150 12,042 13,834 14,836 1,190 1,982 8,958 Drainase Persampahan Air Limbah Domestik 5,000 10,454 13,255 8,053 10,940 7,663 0 2016 2017 2018 2019 2020 Gambar 5. 1 Grafik Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun 40,000 35,000 Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran 1,298 10 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 1,100 5 11,360 338 14,804 12,217 1,587 20,078 1,288 10 13,560 137 15,874 1,288 10 8,310 137 19,703 1,288 10 4,560 137 13,798 Masyarakat CSR Swasta APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten 0 2016 2017 2018 2019 2020 Gambar 5. 2 Grafik Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN V -2

Tabel 5. 1 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Anggaran 1 Air Limbah Domestik 10.454 13.255 8.053 10.940 7.663 50.365 2 Persampahan 10.150 12.042 13.834 14.836 8.958 59.820 3 Drainase 6.642 8.722 7.792 2.482 1.982 27.620 4 PHBS 360,7 1.171,00 1.190 1.190 1.190 5.101,70 Jumlah 27.740 35.189 30.792 29.472 19.841 142.907 Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 Tabel 5. 2 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Anggaran A. Pemerintah 1 APBD Kabupaten 14.804 20.078 15.874 19.703 13.798 84.257 2 APBD Provinsi 337,7 1.587 137 137 137 2.335,70 3 APBN 11.360 12.217 13.560 8.310 4.560 50.007 Jumlah A 26.502 33.882 29.571 28.150 18.495 136.600 B. Non Pemerintah 1 CSR Swasta 5 10 10 10 10 45 2 Masyarakat 1.100 1.298 1.288 1.288 1.288 6.262 Jumlah B 1.105 1.308 1.298 1.298 1.298 6.307 TOTAL A + B 27.607 35.190 30.869 29.448 19.793 142.907 Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN V -3

5.2 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Pemerintah Berikut ini penjelasan mengenai rekapitulasi total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan sanitasi Kabupaten Banyumas dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2016 2020, berdasarkan sumber anggaran pemerintah (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN). Tabel 5. 3 Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBD Kabupaten No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Anggaran 1 Air Limbah Domestik 3.434 4.537 4.345 4.232 3.955 20.503 2 Persampahan 7.130 8.672 7.914 12.916 7.038 43.670 3 Drainase 4.032 6.005 2.742 1.682 1.932 16.393 4 PHBS 208 864 873 873 873 3.691 Jumlah 14.804 20.078 15.874 19.703 13.798 84.251 Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 Tabel 5. 4 Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBD Provinsi No. Uraian Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) Total Kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020 Anggaran 1 Air Limbah 20 520 20 20 20 600 Domestik 2 Persampahan 20 470 20 20 20 550 3 Drainase 200 550 50 50 50 900 4 PHBS 97,7 47 47 47 47 286 Jumlah 337,7 1.587 137 137 137 2.336 Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN V -4

Tabel 5. 5 Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBN No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Anggaran 1 Air Limbah Domestik 5.900 6.900 2.400 5.400 2.400 23.000 2 Persampahan 3.000 2.900 5.900 1.900 1.900 15.600 3 Drainase 2.410 2.167 5.000 750-10.327 4 PHBS 50 250 260 260 260 1.080 Jumlah 11.360 12.217 13.560 8.310 4.560 50.007 Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 5.3 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Non Pemerintah Berikut ini penjelasan mengenai rekapitulasi total anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan sanitasi Kabupaten Banyumas dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2016-2020, berdasarkan sumber anggaran non-pemerintah (Swasta/CSR dan masyarakat). Tabel 5. 6 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Anggaran 1 Air Limbah Domestik - - - - - - 2 Persampahan - - - - - - 3 Drainase - - - - - - 4 PHBS 5 10 10 10 10 45 Jumlah 5 10 10 10 10 45 Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN V -5

Tabel 5. 7 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Masyarakat No. Uraian Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) Total Kegiatan 2016 2017 2018 2019 2020 Anggaran 1 Air Limbah 1.100 1.298 1.288 1.288 1.288 6.260 Domestik 2 Persampahan - - - - - - 3 Drainase - - - - - - 4 PHBS - - - - - - Jumlah 1.100 1.298 1.288 1.288 1.288 6.260 Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 5.4 Antisipasi Funding Gap Funding Gap merupakan selisih antara jumlah anggaran yang dibutuhkan dikurangi dengan jumlah dana yang tersedia. Untuk rekapitulasi anggaran Funding Gap yang dibutuhkan untuk pembangunan sanitasi Kabupaten Banyumas dalam jangka waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2016-2020, dapat dilihat pada table 5.8. di bawah ini. Tabel 5. 8 Funding Gap No. Uraian Kegiatan Tahun Anggaran (x Rp 1 Juta) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Anggaran 1 Perkiraan dana yang 16.644 20.058 19.399 16.210 11.111 75.741 tersedia 2 Anggaran yang 27.740 35.189 30.792 29.472 19.841 142.907 dibutuhkan Gap (%) 60% 57% 63% 55% 56% 53% BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN V -6

Sumber: Analisa Pokja AMPL Kab. Banyumas, 2015 Table of Contents 1 BAB V...1 2 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN...1 5.1 Ringkasan...1 5.2 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Pemerintah...4 5.3 Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi dengan Sumber Pendanaan Non Pemerintah...5 5.4 Antisipasi Funding Gap...6 Gambar 5. 1 Grafik Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun...2 Gambar 5. 2 Grafik Ringkasan Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran...2 Tabel 5. 1 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun...3 Tabel 5. 2 Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Untuk 5 Tahun Per Sumber Anggaran...3 Tabel 5. 3 Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBD Kabupaten...4 Tabel 5. 4 Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBD Provinsi...4 Tabel 5. 5 Rekapitulasi Dengan Sumber Pendanaan APBN...5 Tabel 5. 6 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR...5 Tabel 5. 7 Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Masyarakat...6 Tabel 5. 8 Funding Gap...6 BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN V -7

BAB V PROGRAM,KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN V -8

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK 6.1 Strategi Monitoring dan Evaluasi Kabupaten Banyumas Pada Bab sebelumnya yakni Bab Strategi dan Rencana Program telah disampaikan strategi pencapaian dan rencana program pengelolaan dan pengembangan sanitasi, meliputi sub - sektor air limbah domestik, pengelolaan persampahan, drainase lingkungan dan Aspek PHBS. Strategi, kebijakan dan daftar panjang program dan kegiatan hingga prioritas pelaksanaan telah disiapkan untuk tercapainya tujuan pembangunan sanitasi. Keberhasilan pengembangan dan pengelolaan sanitasi harus didukung oleh sistem monitoring dan evaluasi program dan kegiatan. Pokja AMPL Kabupaten Banyumas perlu melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) secara rutin. Hal ini dilakukan sebagai pengambil keputusan berkaitan capaian sasaran pembangunan sanitasi dengan dilaksanakannya kegiatan pembangunan dalam kerangka kebijakan dan strategi yang disepakati. Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SSK adalah usaha peningkatan kinerja dan akuntabilitas institusi dalam pencapaian visi pembangunan sanitasi. Berdasarkan definisi, monitoring adalah suatu aktifitas pengamatan dan penilaian yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan terhadap penggunaan input dalam menghasilkan output yang telah ditetapkan. Sedangkan, evaluasi adalah penilaian yang sistematis tentang bagaimana program dijalankan, mulai dari proses, hasil, manfaat hingga penerima manfaat program dan kegiatan sebuah institusi. Dengan evaluasi dapat dicarikan solusi tentang pemecahan masalah yang ditemukan. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SSK adalah usaha peningkatan kinerja dan akuntabilitas institusi dalam pencapaian visi pembangunan sanitasi. Strategi monev akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi pembangunan sanitasi sesuai Strategi Sanitasi Kabupaten Banyumas. Strategi ini adalah alat pengelolaan multi fungsi alat pengendali yang dapat meningkatkan pembelajaran, transparansi dan akhirnya proses pengambilan keputusan. Monitoring dan evaluasi ini mencakup hal-hal sebagai berikut: BAB VI MONITORING DAN CAPAIAN EVALUASI SSK VI -1

Menilai kembali kerangka hasil / kerangka stratejik SSK. Kerangka hasil seperti tujuan, sasaran, input, kegiatan dan output sesuai kaidah SMART (specific, measurable, attainable, realistic dan time-bound) serta memiliki indikator jelas. Menetapkan mekanisme monitoring dan evaluasi implementasi SSK di tingkat pokja. Memasukkan informasi kerangka hasil kedalam sistem monev berbasis web Nawasis PPSP. 6.1.1 Proses Pelaksanaan dan Pengendalian Monitoring dan Evaluasi Alur pelaksanaan Monev program kegiatan sanitasi dilakukan adalah sebagai berikut: 1. SKPD melalui perwakilan di Pokja Sanitasi melaporkan kinerja program & kegiatan (terkait) sanitasi dari SKPD yang bersangkutan, 2. Pokja melakukan monitoring atas laporan kinerja tersebut, monitoring dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan pelaksanaan program & kegiatan sanitasi yang telah ditetapkan dalam SSK. 3. Hasil Monitoring dituangkan dalam laporan monitoring, 4. Laporan monitoring kemudian dilaporkan menjadi draft laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program kegiatan sanitasi 5. Kegiatan monitoring dilakukan setiap triwulan, Setiap semester dilakukan monitoring dan evaluasi kinerja program dan kegiatan sanitasi, dimana hasil monev semesteran dilaporakan ke pihak pelaksana (pengambil keputusan) dan juga dilaporkan ke masingmasing SKPD terkait. 6. SKPD terkait memberikan umpan balik atas hasil monev semesteran, hal ini dilakukan untuk mendapatkan telaah di masing-masing SKPD pelaksana guna merumuskan rencana perbaikan/penyepurnaan atau merumuskan program kegiatan baru kesanitasian. 7. SKPD melakukan hal serupa pada hasil monev berikutnya, sekaligus menjadi bagian dari proses monev akhir tahun untuk penanggungjawab (bupati) Pengendalian Monitoring dan Evaluasi selama pelaksanaan program/proyek dengan evaluasi dampak yang dilakukan setelah program/proyek selesai dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Waktu dan tahapan Pelaksanaan Monitoring evaluasi dilakukan secara berkala dan berkelanjutan pada saat program/proyek sedang berjalan. Evaluasi dampak dilaksanakan pada status akhir program/proyek atau pelaksanaan telah selesai. 2. Tingkat Hierarkhi harapan dalam kerangka kerja logis BAB VI MONITORING DAN CAPAIAN EVALUASI SSK VI -2

Monev lebih kearah tingkat keluaran (output) sedangkan evaluasi dampak ke arah tingkat tujuan fungsional atau dampak (purpose and goal). 3. Sifat informasi yang dibutuhkan Monitoring dan evaluasi selektif, tertentu dan peringatan dini terutama pada saat penentuan penyimpangan kritis dari jadwal pelaksanaan.sedangkan evaluasi dampak menyeluruh dan tergantung pada kegiatan pengendalian (Monev). 4. Sifat Kebijakan yang dijalankan Monev korektif dan segera dilaporkan, sedangkan evaluasi dampak memandang ke depan pada program/proyek lanjutan yang akan direncanakan selanjutnya. 5. Metode Penilaian dan analisis Metode monev yaitu membandingkan antara pencapaian realisasi dengan rencana. Sedangkan Evaluasi dampak perbandingan antara yang diharapkan dengan dampak, pola perubahan sebelum dan sesudah adanya program. 6. Orientasi Kegiatan Orientasi kegiatan Monev diarahkan pada pengelolaan program untuk memperbaiki penyimpangan dalam implementasi program sehingga program tersebut dapat memberikan manfaat atau keuntungan bagi sasarannya. Sementara Evaluasi dampak diarahkan kepada kelompok sasaran, untuk menilai/menghitung keuntungan yang diperoleh dalam kelompok sasaran. 6.1.2 Struktur Kelembagaan untuk Monitoring dan Evaluasi Struktur Kelembagaan Monitoring dan Evaluasi Sanitasi didasarkan pada kebutuhan peran dan tanggung jawab yang perlu diemban dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi sanitasi serta disesuaikan dengan kedudukan institusi bersangkutan. Keberadaan Pokja AMPL Kabupaten Banyumas yang secara formal dilegalkan dengan Surat Keputusan Bupati Banyumas Nomor 050/120/2015 dapat berperan optimal dalam mengkoordinir, mengkompilasi, menganalisa dan menyusun laporan hasil monitoring dan evaluasi sektor sanitasi dengan didukung penuh oleh SKPD terkait sektor sanitasi. Jadi, Pokja AMPL dalam monev memegang peran sebagai pen-sinkronisasi program kegiatan sanitasi, karena program kegiatan sanitasi adalah kumpulan program kegiatan sanitasi dari berbagai SKPD terkait. Secara lebih rinci dan lengkap dapat dilihat pada struktur kelembagaan pada Gambar 6.1 bawah ini. Tugas khusus Pokja AMPL yang terkait monitoring dan evaluasi adalah: 1. Koordinasi semua kegiatan yang terkait dengan evaluasi kebijakan, strategi dan program sanitasi kabupaten untuk memastikan bahwa instrumen yang digunakan banyak membantu pencapaian sasaran, visi dan tujuan. BAB VI MONITORING DAN CAPAIAN EVALUASI SSK VI -3

2. Evaluasi kinerja sektor yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan sanitasi, untuk memastikan sejauh mana sasaran Rencana Tindak SSK dapat tercapai. Gambar 6. 1 Bagan Struktur Kelembagaan Monitoring Dan Evaluasi 6.1.3 Strategi Monitoring Sanitasi Kabupaten Banyumas Strategi Monitoring sanitasi pada prinsipnya mengawal kesepakatan-kesepakatan program sanitasi yang hendak dilakukan, adapun monitoring strategi yang dilakukan Pokja adalah: 1. Monitoring pencapaian pelaksanaan masing-masing kegiatan sanitasi, hal ini dilakukan guna melihat kemajuan pelaksaanaan kegiatan, termasuk jadwal pelaksanaan dan pengeluaran anggaran, serta sinkronisasi pelaksanaan program antar kegiataan sanitasi. 2. Monitoring hasil evaluasi semesteran maupun akhir tahun pelaksanaan kegiatan sanitasi, baik dari masing-masing SKPD terkait maupun dari pihak pengambil keputusan sesuai kesepakatankesepakatan dalam SSK yang digodok oleh Pokja. 3. Monitoring reaksi publik, terkait dengan pelaksanaan kegiatan sanitasi. Hal ini penting dilakukan sebagai wujud keterbukaan kepada publik, dimana publik merupakan penerima manfaat dari program kegiatan yang dilakukan. 4. Monitoring partisipatif melibatkan masyarakat dalam mengidentifikasi, memproses dan mengkomunikasikan informasi dan data. BAB VI MONITORING DAN CAPAIAN EVALUASI SSK VI -4