E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 5, No. 2, April 2016

dokumen-dokumen yang mirip
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 5, No. 2, April 2016

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 4, No. 4, Oktober 2015

IDENTIFIKASI MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR (MVA) DARI RHIZOSFER TANAMAN CABAI

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 4, No. 4, Oktober 2015

Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dari Perakaran Tanaman Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit PTPN 7 Unit Usaha

III. BAHAN DAN METODE. Perkebunan Fakultas Pertanian, Unila dari Bulan Desember 2014 sampai Maret

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilaksanakan di rumah plastik, dan Laboratorium Produksi

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

Identifikasi Mikoriza Abuskula Secara Mikroskopis pada Rhizosfer Beberapa Jenis Rumput-rumputan dan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.

III. BAHAN DAN METODE

STUDI POTENSI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR INDIGENOUS DARI LOKASI PENANAMAN JARAK PAGAR DI LEMBAH PALU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lamtoro atau yang sering disebut petai cina, atau petai selong adalah

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

ASOSIASI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA (CMA) PADA KETAPANG

IDENTIFIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DESA POTERAN, PULAU POTERAN, SUMENEP MADURA DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIOFERTILIZER PADA TANAMAN CABAI RAWIT

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 3, No. 4, Oktober 2014

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Juli 2017 di Laboratorium Bioteknologi dan Greenhouse Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKORIZA INDIGENOUS DARI PERAKARAN TEMBAKAU DI AREA PERSAWAHAN KABUPATEN PAMEKASAN MADURA

JENIS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI LAHAN GAMBUT DESA AEK NAULI, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Ni Kadek Marina Dwi Cahyani

BIODIVERSITY OF ARBUSCULAR MYCHORRIZAL FUNGI (AMF) ON POTATOS RHIZOSPHERE AND IT POTENTIAL AS BIOFERTILIZER

III. METODOLOGI PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) SECARA MIKROSKOPIS PADA RHIZOSFER TANAMAN TOMAT

Eksplorasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan, Madura

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Karakteristik Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Beberapa Rhizosfer Tanaman Perkebunan

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA HUTAN TRI DHARMA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Status dan Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Lahan Produktif dan Lahan Non Produktif

O4-97 '()*+,-. :(,-6+3+) Z(4+H:+,L4()9+=+0 '(=+,-4 <6(4L) 9+)?(4+)L=6(,4+ _+);+ '(=+,-49+=+0 Y9+,+ _(,1-3+

Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Secara Mikroskopis pada Rhizosfer Tanaman Alang-Alang (Imperata Cylindrica L.) di Desa Sanur Kaja

ISOLASI, KARAKTERISASI, PEMURNIAN DAN PERBANYAKAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DARI LOKASI PENANAMAN CABAI PADA TANAH ULTISOL

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan bulan-bulan kering untuk pembungaannya. Di Indonesia tanaman kopi

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011.

P.D.M.H. Karti, Setiana, M.A., Ariyanti, dan G.J., Kusumawati R.

POPULASI JAMUR MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR (MVA) PADA ZONE PERAKARAN JATI

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Lay out penelitian I

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

Eksplorasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan, Madura

METODE Lokasi dan Waktu Materi Alat dan Bahan Rancangan percobaan Perlakuan Model

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

Sidang Hasil Tugas Akhir (SB )

JUMLAH TOTAL SPORA MIKORHIZA VESIKULAR ARBUSKULAR PADA RHIZOSFER TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan sebuah istilah yang mendeskripsikan adanya hubungan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman monokotil tidak

KEBERADAAN DAN STATUS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA LAHAN KOPI BERDASARKAN PERBEDAAN EKOLOGI DAN TEMPAT TUMBUH DI DAIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

Kompatibilitas Spora Glomus Hasil Isolasi dari Rizosfer Macaranga triloba dengan Tiga Jenis Tanaman Inang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

Lampiran 1. Penetapan Kadar Air Tanah (Sumber : Foth H.D,1984) - Ambil cawan 2 buah yang sudah diketahui beratnya.

INFEKTIVITAS MIKORIZA PADA BERBAGAI JENIS TANAMAN INANG DAN BEBERAPA JENIS SUMBER INOKULUM. Nurhayati

Jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) pada Rhizosfer Tanaman Langsat (Lansium domesticum Corr.) di Lahan Gambut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

III. METODE PENELITIAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

PERSETUJUAN. pada Rizosfer Gulma Siam (Chromolaena odorata) (L.) R.M King and H. ini telah disetujui pembimbing untuk diujikan.

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang tentang Studi

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

Eksplorasi Mikorizaa Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan - Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikoriza merupakan asosiasi mutualistik antara jamur dengan akar

III. MATERI DAN METODE

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DI BAWAH TANAMAN JABON (Anthocephalus cadamba) DI MADIUN, JAWA TIMUR

ISSN eissn Online

PENGARUH TANAMAN INANG DAN MEDIA TANAM PADA PRODUKSI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Keanekaragaman Cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) di Hutan Pantai Nepa Sampang Madura Berdasarkan Gradien Salinitas

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA AREAL TANAMAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS DI PTPN III KEBUN BATANG TORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN) TESIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

EFEKTIFITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DENGAN PROVENAN JARAK PAGAR PADA CEKAMAN KEKERINGAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

KEBERADAAN DAN STATUS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA LAHAN KAKAO DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

MIKORIZA DAN PERANANNYA MIKORIZA LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT BANYUMAS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang kerjasama

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Studi Rehabilitasi Tanah yang

Istiqomah, Ika Rochdjatun Sastrahidayat dan Anton Muhibuddin

Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

Identifikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular pada Rhizosfer Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Kaliandra (Calliandra calothyrsus) serta Perbanyakannya dengan Media Zeolit NI WAYAN PUSPARINI DHARMAPUTRI I NYOMAN WIJAYA*) WAYAN ADIARTAYASA Progam Studi Agoekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana Jl. P.B. Sudirman Denpasar Bali 80326 *)Email : nyomanwijaya56@yahoo.co.id ABSTRACT Vesicular Arbuscular Mycorrhizae Identification of Lamtoro (Leucaena leucocephala) and Kaliandra (Calliandra calothyrsus) Rhizosphere and Its Spore Multiplication in Zeolit Media Songan village was located in the district of Kintamani, Bangli. The plants population were dominated by lamtoro and kaliandra. This plant was included in the Fabaceae (Leguminoseae) family which capable of forming nodules and symbiotic association to mycorrhizae. This study aimed to determine the types mycorrhizal of rhizosphere lamtoro and kaliandra plants and determine the effectiveness of zeolite media and corn symbiont plant in propagation of VAM. The experiment was conducted from Desember 2014 to Februari 2015, in the Laboratory of Genetic Resources Unit and Molecular Biology University of Udayana. Spore isolation was done by conducting wet sieving method. Roots colonization percentages were calculated by root staining method and spores multiplication through trapping culture method. The results showed that VAM spores found in the rhizosphere lamtoro plants are three genera that resembled Acaulospora, Glomus, and Scutellospora whereas in the rhizosphere of kaliandra plants found two genera that resembled Acaulospora and Glomus. Mycorrhizal structures found in the rhizosphere of lamtoro and kaliandra plants were vesicles and inner spores.vam from the rhizosphere of lamtoro and kaliandra plants can be reproduced using zeolite media and corn symbionts. Keywords: Rhizosphere, Glomus, Acaulospora, Scutellospora, Zeolite 1. Pendahuluan Lamtoro dan kaliandra merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Tanaman lamtoro dengan nama latin Leucaena leucocephala dan kaliandra dengan nama latin Calliandra calothyrsus adalah sejenis perdu dari famili Fabaceae (Leguminoseae), yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Tanaman legum sebagai tanaman http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 171

yang mampu membentuk bintil akar diketahui mampu bersimbiosis dengan mikoriza. Hubungan ini disebut sebagai hubungan tripartit antara rhizobium, tanaman dan mikoriza. Potensi dalam menanggapi masalah hara menjadi tanggungjawab rhizobium sebagai penyedia unsur nitrogen, mikoriza sebagai penyedia fosfor, dan tanaman sebagai inang dalam simbiosis. Tanaman ini cukup tahan kering dan bisa ditanam pada berbagai daerah (Subiksa, 2002). Mikoriza vesikular arbuskular (MVA) merupakan salah satu cendawan yang akhir akhir ini mendapat perhatian dari para ahli lingkungan dan biologis untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Cendawan ini mampu membentuk simbiosis dengan sebagian besar (80%) famili tanaman darat. Eksplorasi jenis jenis MVA dapat dilakukan pada berbagai ekosistem yang masih alami maupun yang telah mengalami gangguan, dari kegiatan ini dapat diidentifikasi dan dipetakan jenis-jenis MVA dominan yang terdapat di suatu daerah (Smith & Read, 2008). Penelitian tentang keragaman dan perbanyakan MVA pada rhizosfer tanaman lamtoro dan kaliandra dengan media zeolit di Desa Songan belum pernah dilakukan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik MVA yang bersimbiosis dengan perakaran tanaman lamtoro dan tanaman kaliandra yang berfungsi sebagai penyerap air dan unsur hara sehingga baik untuk dikembangbiakkan serta dapat menjadi awal pemanfaatan mikoriza sebagai pupuk hayati (biofertilizer). 2. Metode Penelitian 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 Februari 2015. Proses isolasi, identifikasi, dan perbanyakan mikoriza vesikular arbuskular (MVA) ini dilaksanakan di Laboratorium Sumber Daya Genetika dan Biologi Molekuler, Gedung Pascasarjana Universitas Udayana. 2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu cangkul, sekop, kantong plastik, penggaris, gunting, alat tulis, 1 set saringan (berukuran 1 mm, 500 µm, 212 µm, 106 µm, dan 53 µm), gelas beaker 1000 ml, timbangan analitik, spatula, tabung rool film, cawan petri, botol semprot, sentrifuse, mikroskop stereo, mikroskop compound, jarum oose, kaca preparat, pipet mikro, kamera digital, alat hitung, gunting, gelas beaker 100 ml, pinset, microwave, aluminium foil, cover glass, plastik wrap, pot plastik, autoklaf dan higrometer. Bahan yang digunakan yaitu tanah sampel, KOH 10%, H 2 O 2 3%, HCl 1%, lactoglycerol, trypan blue 0,05%, aquades, sampel akar tanaman, kertas label, media tanam zeolit, stater mikoriza (spora hasil isolasi), dan bibit jagung. 172 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

2.3 Pelaksanaan Penelitian Pengambilan sampel tanah dan akar tanaman dilakukan di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Sampel tanah diambil sebanyak 1000 g di sekitar perakaran tanaman lamtoro dan tanaman kaliandra dengan jarak ±10-50 cm dari pangkal batang dan pada kedalaman 0-30 cm dari permukaan tanah. Tanah sampel di timbang sebanyak 100 g, kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker 1000 ml dan ditambahkan air hingga menjadi 800 ml. Tanah tersebut diaduk hingga homogen. Cairan supernatan dituang kedalam saringan bertingkat dengan ukuran berturut-turut 1 mm, 500 µm, 212 µm,106 µm, 53 µm (diulang 5 kali). Hasil saringan masing-masing dituang ke dalam tabung roll film dengan bantuan botol semprot dan disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Hasil sentrifugasi dituang kedalam cawan petri kemudian dilakukan pengamatan spora di bawah mikroskop stereo. Pengamatan kolonisasi MVA pada jaringan akar dilakukan dengan cara pewarnaan akar (staining). Sampel akar di cuci sampai bersih dan dipotong ±5cm, kemudian diletakkan pada gelas beaker 100 ml. 10% KOH ditambahkan pada gelas beaker sampai semua akar tenggelam, kemudian gelas beaker ditutup dengan aluminium foil dan dipanaskan pada suhu 100 o C selama 30 menit. Selanjutnya akar dicuci dengan air kran (pencucian dilakukan tiga kali) dan ditambahkan 3% H 2 O 2, dipanaskan selama satu jam dengan suhu 100 0 C, kemudian akar dicuci dengan air kran. Selanjutnya 1% HCl ditambahkan, dan didiamkan selama 10 menit. 1% HCl dibuang kemudian ditambahkan trypan blue, gelas beaker ditutup dengan plastik wrap dan didiamkan selama ± 24 jam pada suhu ruangan. Trypan blue dibuang, kemudian ditambah lactoglycerol, gelas beaker ditutup dengan plastik wrap dan panaskan pada pada suhu 250 o C selama lima menit, dan didiamkan selama 24 jam. Akar selanjutnya di potong ±2cm dan diletakkan di cawan petri untuk menghitung persentase kolonisasi mikoriza. Persentase kolonisasi mikoriza dihitung berdasarkan metode slide (Brundrett et al., 1996) : %Kolonisasi Akar = Potongan Akar Terkolonisasi Potongan Akar Yang Diamati 100% (1) Metode perbanyakan spora ini menggunakan metode Brundrett et al., (1996). Tahap pertama yaitu sterilisasi media dengan memanaskan zeolit dan tanah sampel dengan suhu 121 o C dalam autoklaf selama 30 menit. Setelah steril, media zeolit dimasukkan kedalam tiga pot dengan komposisi pada dasar pot diberi zeolit sebanyak 250 g. Selanjutnya dimasukkan stater mikoriza dari hasil isolasi sebanyak 100 spora, kemudian ditambahkan tanah sampel sebanyak 150 g. Selanjutnya tanah dilubangi dan ditanami bibit jagung yang telah berumur dua minggu, kemudian tanah sampel ditutupi dengan media zeolit sebanyak 50 g. Pemeliharaan dilakukan selama delapan minggu. Setelah itu dilakukan stressing dengan cara tanpa penyiraman selama dua minggu. Pemanenan dilakukan dan dilanjutkan dengan isolasi dan identifikasi spora MVA. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 173

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Isolasi dan Identifikasi Spora Mikoriza Vesikular Arbuskular Hasil isolasi spora mikoriza pada rhizosfer tanaman lamtoro dan kaliandra dilakukan dengan menggunakan teknik penyaringan basah. Sampel yang digunakan berasal dari lereng pegunungan Batur, Desa Songan, Kecamatan Kintamani. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan spora MVA pada kedua sampel tanah rhizosfer tanaman lamtoro dan kaliandra. Jumlah spora MVA pada rhizosfer tanaman lamtoro dengan 5 kali pengulangan penyaringan adalah 94 spora dalam 100 g tanah sampel, sedangkan jumlah spora MVA dari rhizosfer tanaman kaliadra yaitu 99 spora dalam 100 g tanah sampel (Tabel 1). 3.1.1 Morfologi Spora MVA pada Rhizosfer Tanaman Lamtoro Berdasarkan hasil pengamatan terhadap spora mikoriza pada rhizosfer tanaman lamtoro diperoleh tiga genus mikoriza yang menyerupai Acaulospora sebanyak 57 spora, Glomus sebanyak 32 spora dan Scutellospora sebanyak 5 spora (Tabel 1). Jenis Tanaman Tabel 1. Genus dan Jumlah Spora MVA dalam 100 g Tanah Sampel. Lamtoro Acaulospora Glomus Scutellospora Kaliandra Acaulospora Glomus Genus spora MVA dalam 100 g tanah Jenis spora Jumlah spora Total jumlah spora 57 32 94 5 Ciri-ciri Morfologi Acaulospora Spora yang ditemukan berbentuk bulat, dengan ukuran diameter spora 200-240 μm, tidak ditemukan dudukan hifa, memiliki cicatrix, spora berwarna oranye kecoklatan (Gambar 1.a) hingga merah tua kecoklatan (Gambar 1.b). Menurut INVAM (2013) Spora Acaulospora berbentuk bulat, agak bulat, tidak beraturan, hingga lonjong. Warna spora saat muda berwarna hyaline dan berwarna coklat kemerahan setelah matang. Dinding spora terdiri dari tiga lapisan dan memiliki cicatrix. Ukuran diameter spora berkisar 80-380 µm. Ciri-ciri Morfologi Glomus Spora berbentuk bulat, dengan ukuran diameter spora 105-145 μm, memiliki dudukan hifa, permukaan spora halus tanpa ornamen, spora berwarna putih (Gambar 1.c) dan kecoklatan (Gambar 1.d). Menurut INVAM (2013) Spora Glomus berbentuk bulat, agak bulat, maupun agak lonjong, memiliki beberapa lapis dinding spora. Warna spora genus Glomus bervariasi transparan (hyaline), putih, kuning kecoklatan, 70 29 99 174 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

coklat kekuningan, coklat muda, hingga coklat tua kehitaman, memiliki hifa penyangga (subtending hyphae) dan memiliki ukuran diameter spora 80-320 µm. a b c d e Gambar 1. Spora MVA pada Rhizosfer Tanaman Lamtoro. a,b : Acaulospora; c,d : Glomus, dan e : Scutellospora (Perbesaran 100 kali) Ciri-ciri Morfologi Scutellospora Spora berbentuk bulat, tidak memiliki hifa penyangga, permukaan spora halus, memiliki germination shield, ukuran diameter spora 180 µm, dan memiliki spora berwarna kuning kecoklatan (Gambar 1.e). Menurut INVAM (2013) Scutellospora memiliki bentuk spora bulat, agak bulat, lonjong, dan terkadang tidak beraturan dengan warna dinding spora kuning hingga kecoklatan. Genus Scutellospora memiliki lapisan kecambah yang disebut germination shield. Scutellospora memiliki ukuran spora 120-400 µm. 3.1.2 Morfologi Spora MVA pada Rhizosfer Tanaman Kaliandra Berdasarkan hasil pengamatan terhadap spora mikoriza pada rhizosfer tanaman kaliandra diperoleh dua genus mikoriza yang menyerupai Acaulospora sebanyak 70 spora, dan Glomus sebanyak 29 spora (Tabel 1). Ciri-ciri Morfologi Glomus Spora berbentuk bulat, ukuran diameter spora 100 µm, permukaan spora halus tanpa ornament, spora berwarna putih (Gambar 2.a). Menurut INVAM (2013) Spora Glomus berbentuk bulat, agak bulat, maupun agak lonjong, memiliki beberapa lapis dinding spora. Warna spora genus Glomus bervariasi transparan (hyaline), putih, kuning kecoklatan, coklat kekuningan, coklat muda, hingga coklat tua kehitaman, memiliki hifa penyangga (subtending hyphae) dan memiliki ukuran diameter spora 80-320 µm. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 175

a E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 5, No. 2, April 2016 a b c d Gambar 2. Spora MVA pada Rhizosfer Tanaman Kaliandra. a : Glomus dan b,c,d : Acaulospora (Perbesaran 100 kali) Ciri-ciri Morfologi Acaulospora Spora yang ditemukan berbentuk bulat, ukuran diameter spora 110-180 μm, tidak ditemukan dudukan hifa, memiliki cicatrix, spora berwarna oranye kemerahan (Gambar 2.b), berwarna hyaline (Gambar 2.c), dan berwarna oranye kecoklatan (Gambar 2.d). Menurut INVAM (2013) Spora Acaulospora berbentuk bulat, agak bulat, tidak beraturan, hingga lonjong. Warna spora saat muda berwarna hyaline dan berwarna coklat kemerahan setelah matang. Dinding spora terdiri dari tiga lapisan dan memiliki cicatrix. Ukuran diameter spora berkisar 80-380 µm. 3.2 Kolonisasi MVA pada Akar Tanaman Kolonisasi MVA pada rhizosfer tanaman lamtoro dan kaliandra dihitung dengan cara menghitung potongan akar yang terinfeksi oleh struktur spesifik yang dibentuk oleh MVA menggunakan Metode Slide (Brundrett et al.,1996) yang diamati menggunakan mikroskop compound. Struktur spesifik yang dibentuk MVA tersebut adalah arbuskula dan vesikula. Arbuskula merupakan struktur hifa yang berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman simbion dengan mikoriza sedangkan vesikula adalah suatu struktur berbentuk bulat hingga lonjong, mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi sebagai organ reproduksi dan struktur alat untuk mempertahankan kehidupan cendawan. 176 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

a b Gambar 3. Struktur MVA pada Perakaran Tanaman Berupa Vesikula (Tanda : ) a.tanaman Lamtoro; b.tanaman Kaliandra (Perbesaran 100 kali) Setelah dilakukan proses pewarnaan (staining) pada akar tanaman lamtoro, kaliandra dan jagung ditemukan struktur spesifik MVA yaitu vesikula. Selain ditemukannya vesikula pada akar tanaman lamtoro dan kaliandra ditemukan juga spora yang mengkolonisasi jaringan akar tanaman jagung yang disebut spora dalam (inner spore) (Gambar 4). Proses pewarnaan akar (staining) pada akar tanaman lamtoro, kaliandra dan jagung arbuskula tidak dapat ditemukan, hal ini disebabkan oleh arbuskula yang bersifat labil dalam jaringan akar tanaman dan hanya bertahan selama kurang lebih 2 minggu setelah mengkolonisasi jaringan akar, dan selanjutnya arbuskula akan terdegradasi oleh sitoplasma tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan infeksi MVA ditemukan struktur MVA pada perakaran tanaman lamtoro dan kaliandra berupa vesikula (Gambar 3). Vesikula tersebut terdapat pada 2 sampel akar dari 10 sampel akar yang diamati. Persentase kolonisasi MVA yang diperoleh pada akar tanaman lamtoro dan kaliandra adalah sebesar 20%. Ditemukan struktur MVA berupa vesikula dan inner spora pada tanaman simbion jagung dengan MVA asal tanaman lamtoro (Gambar 4), terdapat 6 sampel akar dari 10 sampel akar yang diamati. Persentase kolonisasi MVA yang diperoleh pada akar tanaman jagung adalah sebesar 60%. Sedangkan pada tanaman simbion jagung dengan MVA asal tanaman kaliandra (Gambar 4), ditemukan struktur MVA berupa vesikula dan inner spora, terdapat 7 sampel akar dari 10 sampel akar yang diamati. Persentase kolonisasi MVA yang diperoleh pada akar tanaman jagung adalah sebesar 70%. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 177

a b Gambar 4. Struktur MVA pada Perakaran Tanaman Jagung Berupa Vesikula dan Inner spora (Tanda : ) a. MVA Asal Tanaman Lamtoro, b. MVA Asal Tanaman Kaliandra (Perbesaran 100 kali) Hasil pengamatan pada jaringan akar lamtoro, kaliandra dan jagung menunjukkan adanya persentase koloniasi (Tabel 2). Kolonisasi pada tanaman jagung setelah perbanyakan dengan MVA asal tanaman lamtoro memiliki persentase kolonisasi sebesar 60%, sedangkan MVA asal tanaman kaliandra memiliki persentase kolonisasi sebesar 70%. Data tersebut menunjukkan bahwa jagung dapat menjadi tanaman simbion yang baik untuk perbanyakan MVA. Hal ini disebabkan tanaman jagung memiliki sistem perakaran yang banyak, halus, memiliki daya adaptasi tinggi terutama di lahan kering, mempunyai pertumbuhan yang relatif lebih cepat dan mudah bagi mikroorganisme untuk berkembang disana termasuk MVA. Media tanam zeolit dan tanaman simbion jagung menunjukkan hasil yang positif pada persentase kolonisasi maupun pada tingkat populasi spora MVA. Hal ini dapat disebabkan karena kedua perlakuan tersebut cocok untuk perkembangan MVA, selain itu kadar karbohidrat akar tanaman jagung yang umumnya relatif tinggi sehingga jumlah eksudat akar berupa gula tereduksi dan asam-asam amino meningkat, hal ini sesuai dengan pernyataan Prasetya dkk. (2012) yang menyatakan bahwa eksudat akar sebagai pemicu perkecambahan spora terutama senyawa flavonoid dari jenis flavonol yang berfungsi memicu pertumbuhan hifa MVA. Tabel 2. Kolonisasi MVA pada Akar Tanaman Sampel (Lamtoro, Kaliandra) dan Jagung Jenis tanaman Lamtoro Kaliandra Pada tanaman sampel 20 20 Kolonisasi MVA (%) Pada tanaman jagung 60 70 178 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

3.3 Perbanyakan Spora MVA dengan Media Zeolit Perbanyakan spora mikoriza dilakukan selama delapan minggu dengan media zeolit. Perbanyakan ini menggunakan tanaman inang berupa bibit tanaman jagung berumur dua minggu. Pemilihan jagung sebagai tanaman simbion karena tanaman jagung merupakan universal host dari mikoriza, selain itu tanaman jagung memiliki tingkat infeksi kolonisasi mikoriza yang tinggi. Tanaman jagung adalah tanaman C4 memiliki adaptasi yang baik serta laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya. Selama perbanyakan berlangsung dilakukan pemeliharaan tanaman berupa penyiraman dan penyiangan. Setelah perbanyakan selama delapan minggu, dilakukan stressing selama dua minggu yang bertujuan untuk merangsang hifa membentuk spora akibat cekaman kekeringan. Jumlah spora MVA hasil perbanyakan pada tanaman jagung dalam media zeolit disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Spora MVA Hasil Perbanyakan pada Tanaman Jagung Dalam Media Zeolit Jenis tanaman Jumlah spora dalam 100 g media zeolit Populasi awal Populasi akhir Perbanyakan Lamtoro 23 169 6,35 Kaliandra 23 176 6,65 Meningkatnya jumlah spora MVA pada metode perbanyakan trapping culture dengan tanaman simbion jagung menunjukkan bahwa zeolit dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan spora MVA, hal ini dikarenakan zeolit memiliki struktur yang sesuai bagi perkembangan spora MVA, mampu mengikat dan mempertahankan kandungan hara serta kadar air dalam tanah, dengan demikian dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara yang dapat digunakan oleh MVA untuk melakukan perkembangbiakan. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil pengamatan pada rhizosfer tanaman lamtoro didapatkan spora sebanyak 94 spora dalam 100 g tanah yang terdiri dari tiga genus mikoriza yang menyerupai Acaulospora sebanyak 57 spora, Glomus sebanyak 32 spora dan Scutellospora sebanyak 5 spora, dengan kolonisasi MVA pada akar tanaman lamtoro sebesar 20%. 2. Hasil pengamatan pada rhizosfer tanaman kaliandra didapatkan spora sebanyak 99 spora dalam 100 g tanah yang terdiri dari dua genus mikoriza yang (x) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 179

menyerupai Acaulospora sebanyak 70 spora, dan Glomus sebanyak 29 spora, dengan kolonisasi MVA pada akar tanaman kaliandra sebesar 20%. 3. Kolonisasi hasil perbanyakan MVA pada akar tanaman jagung asal tanaman lamtoro adalah 60% dan hasil perbanyakan MVA asal tanaman kaliandra adalah 70%. 4. Jumlah spora MVA hasil perbanyakan pada tanaman jagung dalam media zeolit asal tanaman lamtoro sebanyak 169 spora dengan perbanyakan masingmasing 6,35 kali dan asal tanaman kaliandra sebanyak 176 spora dengan perbanyakan masing-masing spora 6,65 kali. 4.2 Saran Perlu penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi spora MVA sampai tingkat spesies secara molekuler agar hasil identifikasi spora lebih jelas. Penelitian seperti ini juga perlu dilakukan di lokasi lain dengan sampel yang berbeda mengingat sebaran dan keragaman MVA dimasing-masing lokasi berbeda-beda, serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa pengujian variasi media perbanyakan selain zeolit dan simbion jagung untuk menguji keefektifan media dan simbion sebagai media perbanyakan MVA. Daftar Pustaka Bianciotto, V. D. Palazzo and P. Bonfante-Fasolo. 1989. Germination process and hyphal growth of vesicular-arbuscular mycorrhizal fungus. Alionia. Brundrett, M., N. Bougher., B. Dell, T. Grove dan N. Malajczuk. 1996. Working with mychorrizas in forestry and Agriculture. ACIAR Monograph. Canberra. INVAM. 2013. International cultur collection of (vesicular) arbuscular mycorrhizal fungi. http://invam.caf.wvu.edu/mycinfo/taxonomy/classification.htm. Diakses 15 Juli 2014. Mosse, B. 1981. Vesicular-Arbuskular Mycorrhiza for Tropical Agriculture. Hawaii Institute of Tropical Agriculture and Human Resources. University of Hawaii. 82 p. Prasetya, D., Tri, S.H., dan Octavia, T. 2012. Efektivitas Media dan Tanaman Inang untuk Perbanyakan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA). Fakultas MIPA Universitas Pakuan. Bogor. Smith, S.E., and D.J. Read. 2008. Mycorrhizal symbiosis. 3 rd ed. Academic Press. San Diego, USA. Subiksa, I. G. M. 2002. Pemanfaatan Mikoriza untuk Penanggulangan Lahan Kritis. Makalah Program PPS IPB. Bogor. 180 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat