BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP KARAKTERISTIK PANEL LAMINASI SILANG KAYU NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lamk.

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGEMBANGAN PRODUK CROSS LAMINATED TIMBER MELALUI PEMANFAATAN KAYU SENGON

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP KARAKTERISTIK CROSS LAMINATED TIMBER KAYU JABON MENGGUNAKAN PAKU RICKY ANDIKA

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Tempat dan Waktu Metode Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN LAMINASI SILANG KAYU MINDI (Melia azedarach Linn) MENGGUNAKAN PEREKAT ISOSIANAT SYAHRUL RACHMAD

SURAT KETERANGAN Nomor : '501K13.3.3rrU/2005

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Pembuatan Oriented Strand Board (OSB) Persiapan Bahan 3.3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PRODUK CROSS LAMINATED TIMBER

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

Metode pengujian lentur posisi tegak kayu dan bahan struktur. bangunan berbasis kayu

PENGARUH VARIASI BENTUK KOMBINASI SHEAR CONNECTOR TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK KOMPOSIT BETON-KAYU ABSTRAK

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

KAYU LAMINASI. Oleh : Yudi.K. Mowemba F

PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP KARAKTERISTIK CROSS LAMINATED TIMBER KAYU SENGONN (Paraserianthes falcataria L.

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 1. Pembuatan Contoh Uji 2. Pemilahan Contoh Uji

METODE PENELITIAN. Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan. Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

Daftar Isi. Daftar Isi... i. Prakata... ii. Pendahuluan... iii

Metode pengujian lentur posisi tidur kayu dan bahan struktur bangunan berbasis kayu dengan pembebanan titik ke tiga

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Laboratorium Mekanika Rekayasa

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP KARAKTERISTIK CROSS LAMINATED TIMBER KAYU NANGKA MENGGUNAKAN PEREKAT ISOSIANAT

PENGARUH DIAMETER DAN JUMLAH PAKU TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN GESER GANDA TIGA JENIS KAYU

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU KERUING - SENGON. Oleh : Lorentius Harsi Suryawan & F. Eddy Poerwodihardjo

PENGARUH KETEBALAN DAN ORIENTASI SUDUT LAMINA TERHADAP KARAKTERISTIK CROSS LAMINATED TIMBER KAYU JABON

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

KEKUATAN TEKAN TEGAK LURUS SERAT PADA PERMUKAAN PANEL CROSS LAMINATED TIMBER KAYU MINDI

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN BAMBU LAMINASI

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODOLOGI. Kehutanan dan pengujian sifat mekanis dilaksanakan di UPT Biomaterial

Spesifikasi kelas kekuatan kayu bangunan yang dipilah secara masinal

PERILAKU LENTUR DAN TEKAN BATANG SANDWICH BAMBU PETUNG KAYU KELAPA

SNI Standar Nasional Indonesia

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

Karlinasari et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): (2009)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rumah Kayu dari Norwegia yang Bergaya Klasik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cross Laminated Timber (CLT) 1) Definisi 2) Manfaat dan Keunggulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd.) DARI TIGA UMUR BERBEDA PADA UKURAN PEMAKAIAN DAN CONTOH UJI KECIL BEBAS CACAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel, dan pengujian sifat fisis panel CLT. Pengujian sifat mekanis panel CLT dilakukan di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Kampus IPB Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2011 hingga bulan Juli 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J. W. Grimes) dalam bentuk sortimen papan-papan dari berbagai ketebalan yang berasal dari daerah Cibungbulang, Bogor. Bahan lain penelitian ini adalah paku bulat diameter 2.7 mm dengan panjang 5.1 cm yang diperoleh dari toko bangunan di sekitar Bogor. Beberapa alat yang digunakan antara lain palu, kipas angin, moisture meter, gergaji mesin (circular saw), mesin serut (planner), mesin amplas, penggaris, caliper, timbangan digital, ember, oven, dan desikator. Pengujian MOE dan MOR panel CLT dilakukan dengan menggunakan UTM (Universal Testing Machine) merk Instron tipe 3369 Series IX Version 8.27.00 dengan kapasitas beban 5 ton. 3.3 Metode Penelitian Terdapat enam tahapan dalam kegiatan penelitian pembuatan panel CLT ini. Penelitian dimulai dengan proses pengeringan dan peembuatan lamina, kemudian pemilahan lamina, penyusunan lamina, pemakuan panel CLT, pembuatan contoh uji, dan tahap terakhir adalah pengujian sifat fisis dan mekanis panel CLT. 3.3.1 Pengeringan dan Pembuatan Lamina Papan-papan lamina kayu sengon dikeringkan secara alami dengan bantuan kipas angin selama 30 hari atau hingga mencapai kadar air kering udara

10 sekitar 12-15% (Gambar 1). Papan-papan tersebut kemudian digergaji dan diserut menjadi papan-papan lamina dengan ukuran panjang menjadi 120 cm, lebar 15 cm, dan ketebalan 1 cm sebanyak 45 papan, ketebalan 1.67 cm sebanyak 45 papan, ketebalan 2 cm sebanyak 30 papan, dan ketebalan 3 cm sebanyak 15 papan. Sebagai kontrol dibuat balok utuh kayu sengon berukuran 5x5x150 cm. Gambar 1 Pengeringan alami sortimen kayu sengon 3.3.2 Pemilahan Lamina Pemilihan lamina dilakukan dengan menggunakan metode pemeriksaan secara visual dan mutu lamina ditentukan berdasarkan nilai modulus elastisitasnya (MOE). Metode pemeriksaan secara visual dilakukan dengan mengamati kondisi permukaan lamina sehingga bebas dari cacat-cacat alami atau cacat yang timbul akibat pengeringan. Pemilahan lamina berdasarkan nilai modulus elastisitasnya (MOE) dilakukan dengan cara pengujian sistem non destructive test, menggunakan mesin pemilah kayu sederhana. Prosedur pemilahannya adalah sebagai berikut (Surjokusumo et al. 2003) : 1. Lamina yang akan dipilah diletakkan di atas dua tumpuan. 2. Beban A (P 1 ) diletakkan diatas lamina tepat diatas deflektometer, diukur besarnya defleksi (y 1 ). 3. Beban standar B (P2) kemudian ditambahkan, angka pada deflektometer dicatat. 4. Beban diturunkan, lamina dibalik dan dipilah ulang seperti sebelumnya.

11 Dari pemilahan tersebut diperoleh nilai elastisitas masing-masing papan lamina. Nilai tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok dengan rentang nilai tertentu dan diberi simbol E1 dan E2 dimana E1>E2. E1 untuk face atau back sebagai lamina sejajar, sedangkan E2 untuk core sebagai lamina tengah. Nilai MOE yang termasuk dalam kelompok E2 atau lamina tengah dipotong miring dengan lima macam orientasi sudut yaitu sudut 0, 30, 45, 60, dan 90. 3.3.3 Penyusunan Lamina Prinsip penyusunan lamina pada panel CLT dilakukan dengan cara mengatur tebal panel 5 cm menurut tiga kombinasi ketebalan lamina (A), yaitu lamina face, core, dan back masing masing memiliki tebal A 1 (1-3-1 cm) dan dengan cara yang sama untuk kombinasi A 2 (2-1-2) cm, dan kombinasi A 3 (1.67-1.67-1.67) (Gambar 2). Serat lamina atas dan bawah diatur sejajar satu dengan lainnya, sedangkan core berdasarkan orientasi sudut lamina berturut-turut yaitu 0 (B 1 ), 30 (B 2 ), 45 (B 3 ), 60 (B 4 ), dan 90 (B 5 ) (Gambar 3). Setiap kombinasi panel CLT dibuat dalam tiga ulangan sehingga diperoleh total panel CLT sebanyak 45 panel. A 1 A 2 A 3 Gambar 2 Penyusunan panel CLT menurut kombinasi ketebalan lamina Gambar 3 Penyusunan panel CLT menurut orientasi sudut lamina (Sumber : Apriliana 2012)

12 3.3.4 Pemakuan Panel Pemakuan panel CLT dengan mengikuti besarnya orientasi sudut lamina tengah dengan jarak antar paku minimum 1.5-2d. Jumlah paku pada semua kombinasi panel CLT dibuat sama, yaitu sebanyak 72 paku pada sepanjang bentang panel CLT 71 cm. Dengan demikian jumlah paku sepanjang setengah bentang adalah 36 batang dan diatur sedemikian rupa sehingga pola susunan pakunya sama dengan setengah bentang lainnya (Gambar 4) 0 30 45 60 90 Gambar 4 Pemakuan panel CLT menurut orientasi sudut lamina 3.3.5 Pembuatan Contoh Uji Panel dipotong menjadi contoh uji sifat fisis maupun sifat mekanis. Adapun pola pemotongan contoh uji panel CLT seperti pada Gambar 5. 2 3 1 5 Gambar 5 Pola pembuatan contoh uji panel CLT 4

13 1. Contoh uji lentur statis (MOE dan MOR) (5 cm x 12 cm x 76 cm) 2. Contoh uji kerapatan dan kadar air (5 cm x 5 cm x 5 cm) 3. Contoh uji kembang susut kayu (5 cm x 5 cm x 5 cm) 4. Contoh uji kuat lateral paku dan geser paku ( 6 cm x 8 cm x 5 cm) 5. Panjang ukuran panel keseluruhan 120 cm 3.3.6 Pengujian Panel Cross Laminated Timber (CLT) Pengujian yang diakukan meliputi pengujian sifat fisis dan mekanis untuk mengetahui karakteristik panel CLT menggunakan paku. 3.3.6.1 Pengujian Sifat Fisis Pengujian sifat fisis panel CLT yang dilakukan antara lain kerapatan (KR), kadar air (KA), pengembangan volume (KV), serta penyusutan volume (SV). Pengujian tersebut menggunakan contoh uji ukuran 5cm x 5cm x 5cm sesuai pada standar ASTM D 143 (2005) tentang Standard Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber. a. Kerapatan (ρ) Kerapatan merupakan nilai dari berat contoh uji dibagi dengan volume contoh uji pada kondisi kering udara. Volume contoh uji diukur dengan mengalikan dimensi panjang, lebar, dan tebalnya (VKU) dan selanjutnya ditimbang untuk didapatkan berat kering udaranya (BKU). Nilai kerapatan dihitung dengan rumus: Kerapatan g cm³ = BKU VKU BKU = berat kering udara (g) ; VKU = volume kering udara (cm 3 ) b. Kadar Air Kadar air merupakan hasil pembagian kandungan berat air terhadap berat kering tanurnya yang dinyatakan dalam persen. Berat air adalah selisih dari berat contoh uji kering udara dikurangi berat kering tanurnya. Pengujian kerapatan dan kadar air menggunakan satu contoh uji yang sama. Contoh uji dalam keadaan kering udara ditimbang beratnya dan dikeringkan dalam oven pada suhu 103±2 o C selama 48 jam atau sampai mencapai berat konstan kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat kering tanur (BKT). Nilai kadar air dihitung dengan rumus: Kadar Air % = BKU BKT BKT x 100% BKU = berat kering udara (g) ; BKT = berat kering tanur (g)

14 c. Kembang Susut Pengembangan volume dirumuskan sebagai selisih antara volume akhir dengan volume awal yang dibandingkan dengan volume awalnya yang dinyatakan dalam persen. Contoh uji diukur panjang, lebar dan tebalnya dengan menggunakan kaliper sehingga diperoleh volume awalnya. Selanjutnya contoh uji direndam dalam air selama ±1 minggu, kemudian diangkat dan diukur kembali dimensinya sehingga diperoleh volume akhir contoh uji. Nilai pengembangan volume dihitung dengan rumus: Pengembangan Volume % = VB VA VA x 100% Untuk pengujian penyusutan volume, contoh uji diukur dimensi panjang, lebar, dan tebalnya dengan menggunakan kaliper sehingga diperoleh volume awal. Kemudian contoh uji dioven pada suhu 103±2 o C selama 48 jam atau mencapai berat konstan dan selanjutnya diukur kembali dimensinya sehingga diperoleh volume akhir dari contoh uji. Penyusutan volume merupakan selisih antara volume awal dengan volume akhir yang dibandingkan dengan volume awalnya, dengan rumus sebagai berikut : Penyusutan Volume % = VA VB VA VA = volume awal (cm) ; VB = volume akhir (cm) 3.3.6.2 Pengujian Sifat Mekanis x 100% Sifat mekanis panel CLT yang diuji meliputi pengujian lentur statis dan sambungan paku. Pengujian lentur statis terdiri dari kekakuan lentur atau modulus of elasticity dan kekuatan lentur atau modulus of rupture. Pengujian lentur panel CLT ini didasarkan pada standar ASTM D 143 (2005) tentang Standard Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber. Pengujian sambungan paku terdiri kekuatan lateral paku dan kekuatan geser sambungan paku. Pengujian geser paku ini berdasarkan modifikasi standar ASTM D5652-95. a. Kekakuan Lentur atau MOE Pengujian kekakuan lentur atau MOE menggunakan contoh uji berukuran 5x15x76 cm untuk dimensi tebal, lebar, dan panjangnya. Pengujian MOE panel CLT dilakukan dengan cara meletakkan panel CLT tersebut diatas dua tumpuan

15 mesin Instron dengan panjang bentang 71 cm dan beban terpusat diberikan di tengah bentang. Rumus yang digunakan untuk menghitung MOE sebagai berikut : MOE kg cm 2 = PL³ 4 Ybh³ P = besar perubahan beban sebelum batas proporsi (kg) L = jarak sangga (cm) Y = besar perubahan defleksi akibat perubahan beban (cm) b = lebar contoh uji (cm) h = tebal contoh uji (cm) b. Kekuatan Lentur atau MOR Kekuatan lentur atau MOR panel CLT dilakukan bersama-sama dengan pengujian MOE dengan menggunakan contoh uji yang sama. Pengujian MOR dilakukan sampai panel CLT yang diberikan beban terpusat ditengah bentangnya mengalami kerusakan. Nilai MOR dihitung dengan rumus : P = beban maksimum (kg) L = jarak sangga (cm) b = lebar contoh uji (cm) h = tebal contoh uji (cm) MOR kg cm 2 = 3PL 2bh² Gambar 6 Pengujian lentur statis panel CLT c. Pengujian Sambungan Paku Contoh uji untuk pengujian kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku sambungan geser ganda dibuat dengan ukuran 6x8 cm dengan tebal 5 cm sesuai dengan tebal panel CLT (Gambar 7). Arah beban yang diberikan pada pengujian sambungan paku tersebut adalah tegak lurus terhadap sumbu memanjang paku. Kedua nilai kekuatan sambungan paku tersebut ditetapkan ketika paku mengalami

16 displacement atau sesaran sebesar 1.5 mm dan 5 mm. Rumus yang digunakan untuk menghitung kekuatan lateral paku adalah sebagai berikut : Kuat Lateral Paku kg = Kuat Geser Paku P Jumlah Paku kg cm 2 = P 4πr² P = beban masing-masing pada sesaran 1.5 mm dan 5 mm (kg) r = jari-jari paku (cm) a Gambar 7 Contoh uji kekuatan lateral dan geser paku (a) tampak samping dan (b) tampak depan b 3.3.7 Analisis Data Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan microsoft excel 2007 dan SAS 9.1.3. Rancangan penelitian panel CLT ini menggunakan percobaan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat 2 faktor yang diteliti, yaitu kombinasi tebal lamina (A) dengan 3 taraf, yaitu A 1 (1-3-1) cm, A 2 (1.67-1.67-1.67) cm, dan A 3 (2-1-2) cm dan faktor orientasi sudut lamina (B) dengan 5 taraf, yaitu B 1 (0 o ), B 2 (30 o ), B 3 (45 o ), B 4 (60 o ), dan B 5 (90 ) pada bagian lamina tengah. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Dengan demikian jumlah contoh uji yang dibuat adalah 3x5x3 = 45 buah satuan percobaan. Model rancangan statistiknya sebagai berikut: Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + εijk Yijk = Nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang disebabkan oleh taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B µ = Nilai rata-rata sebenarnya Ai = Nilai pengaruh kombinasi ketebalan lamina pada taraf ke-i Bj = Nilai pengaruh orientasi sudut lamina pada taraf ke-j

17 (AB)ij = Nilai pengaruh interaksi antara faktor A (kombinasi ketebalan lamina) pada taraf ke-i (1-3-1 cm), (2-1-2 cm) dan (1.67-1.67-1.67 cm) dan faktor B (orientasi sudut lamina) pada taraf ke-j (0, 30 o, 45 o, 60 o dan 90 o ) εijk = Nilai galat/ kesalahan percobaan Jika hasil analisis ragam berbeda nyata, dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan. 3.3.8 Diagram Alir Kegiatan Penelitian Secara keseluruhan tahapan kegiatan penelitian untuk mengetahui karekteristik panel CLT ini dapat dilihat pada Gambar 8 Persiapan Bahan Baku Pemilahan Lamina Pembuatan Lamina Lamina Tebal 1 cm, 1.67 cm, 2 cm, dan 3 cm Pembuatan Papan CLT Lamina Tengah 0, 30, 45, 60, dan 90 Penyusunan Lamina A 1 = 1-3-1 cm A 2 = 1.67-1.67-1.67 cm A 3 = 2-1-2 cm B 1 = 0 B 2 = 30 B 3 = 45 B 4 = 60 B 5 = 90 Pembuatan Contoh Uji Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis ASTM D 143-2005 Karakteristik Panel CLT Pemakuan Lamina Gambar 8 Diagram alir kegiatan penelitian