Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal , Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa Terhadap Performansinya

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

Jurnal SAINS Vol.4.No.1.Januari 2015 ISSN : PERANCANGAN KOMPOR BIOMASSA YANG BEBAS POLUSI. Design of Free Pollution Biomass Stove

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

RANCANG BANGUN TUNGKU PORTABLE BAHAN BAKAR BATUBARA YANG AMAN UNTUK KESEHATAN PEMAKAINYA 1

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua. membuat peningkatan konsumsi bahan bakar fosil dan membuat volume

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA

PENGARUH TINGGI DAN JUMLAH LUBANG UDARA PADA TUNGKU PEMBAKARAN SERTA VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA KOMPOR GASIFIKASI BIOMASSA

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB I PENDAHULUAN. disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI BIOMASSA (TSHE) INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

SKRIPSI VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR BATUBARA DAN JERAMI PADI PADA TEKNOLOGI CO-GASIFIKASI FLUIDIZED BED TERHADAP GAS HASIL GASIFIKASI

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB II LANDASAN TEORI

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

UJI PERFORMANSI GASIFIKASI BIOMASSA PADA PROSES STERILISASI BERBAHAN BAKAR LIMBAH MEDIA TANAM JAMUR MERANG

PENGEMBANGAN DISAIN TUNGKU BAHAN BAKAR KAYU RENDAH POLUSI DENGAN MENGGUNAKAN DINDING BETON SEMEN

UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGHEMAT BAHAN BAKAR PADA KOMPOR GAS RUMAH TANGGA

METODOLOGI PENELITIAN

Kinerja Kompor Gasifikasi Turbo Stove

RANCANG BANGUN DAN UJI TEKNIK KOMPOR BERBAHAN BAKAR LIMBAH BIOMASA PERTANIAN

PENGARUH TOREFAKSI TERHADAP SIFAT FISIK PELLET BIOMASSA YANG DIBUAT DARI BAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

Kajian Efesiensi Energi Tungku Sekam Berdasarkan Jumlah, Bentuk, dan Ukuran Sirip yang Dipasang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

Pengaruh Penambahan Tongkol Jagung Terhadap Performa Pembakaran Bahan Bakar Briket Blotong (Filter Cake)

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika konsumsi domestik bahan bakar minyak terus meningkat. sehingga membawa Indonesia sebagai net oil importet, dimana kita

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

KOMPOR BATOK KELAPA BERTEKANAN

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

PENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

KOMPOR BIOMASS UB: MENUJU KEMANDIRIAN. Dr.. rer.nat. Muhammad Nurhuda. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan

KARAKTERISTIK EMISI GAS BUANG INSINERATOR MEDIS DIRUMAH SAKIT JIWA DADI MAKASSAR SULAWESI SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM

PENGARUH LAJU ALIR UDARA PADA REAKTOR GASIFIKASI BATCH TIPE DOWNDRAFT SKALA KECIL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG

Prosiding ISBN Seminar Nasional Rekayasa Energi, Hal. 1-8 Mekatronik, dan Teknik Kendaraan Komplek LIPI Bandung, 18 September 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik

Evaluasi Kinerja Kompor Gasifikasi Forced Draft Berbahan Bakar Cangkang Sawit Nini Reflinda R, Sri Helianty*

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

1. Pendahuluan. *

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

Pengaruh Desain Burner Cup Terhadap Performa Hasil Pembakaran Kompor Biogas Menuju Desa Mandiri Energi di Yogyakarta

PEMODELAN DAN PENYELESAIAN NUMERIK DARI PERMASALAHAN PENYEBARAN ASAP MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA Arif Fatahillah 1

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

VARIASI SUDUT PANCAR BURNER CUP UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA PEMBAKARAN PADA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS MENUJU DESA MANDIRI ENERGI DI YOGYAKARTA

Analisis Tekno-Ekonomi Operasi Co-combustion Boiler Biomassa Kapasitas 10 kg/jam

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PRINSIP KONSERVASI PADA SISTEM TERMAL

PENGEMBANGAN SERBUK GERGAJI MENJADI BIO-OIL MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Transkripsi:

Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal. 19-24, 217. Journal of Technical Engineering: PISTON Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa Terhadap Performansinya Ahsonul Anam a), Sugiono, Dwi Gunadi, dan Dahrudin Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Disain (BTB2RD), BPPT E-mail: a) ahsonul.anam@bppt.go.id Masuk : 12 April 217 Direvisi : 22 Mei 217 Disetujui : 17 Juni 217 Abstrak: Desain kompor berbahan bakar biomasa untuk keperluan memasak, dimaksudkan untuk mendapatkan performa yang optimal. Performa dilihat dari efisiensi pembakaran, efisiensi termal, dan emisi gas buang. Ketinggian ruang bakar kompor biomasa didesain sama dengan diameternya (H = D) atau 1-2 kali diameter (H = 1-2 D). Pada penelitian ini digunakan dua buah kompor dengan perbedaan ketinggian ruang bakar (H1 = 2 cm dan H2 = 27 cm), dan diameter (D = 2 cm) dan menggunakan bahan bakar biomas yang sama. Performa dari kedua kompor diukur dari efisiensi termal, laju konsumsi bahan bakar, efisiensi pembakaran dan emisi gas buang. Pemantauan emisi gas buang dianalisa dengan menggunakan gas analyzer portabel. Hasil efisiensi pembakaran kedua kompor berbeda yaitu 99,5% (kompor 1) dan 98,2% (kompor 2). Efisiensi termal dari kompor 1 dan 2 adalah 25,4 dan 11,1%. Laju konsumsi kompor 1 relatif stabil dibandingkan dengan kompor 2 selama pembakaran. Emisi CO yang dihasilkan dari kompor 1 dan 2 adalah 328 dan 555 ppm. Hasil gas buang SOx dari kompor 1 dan 2 adalah 31 dan 38 ppm. Sedangkan emisi gas buang NOx dari tungku 1 dan 2 relatif berbeda dengan nilai 19 dan 13 ppm. Kata kunci: kompor biomasa, efisiensi pembakaran, efisiensi termal, emisi gas buang Abstract: Design of the stove based on biomass fuel for cooking system have been performed. The performances are evaluated by burning efficiency, thermal efficiency, and flow gas emission. Design of high (H) and diameter (D) of biomass furnace is 1 until 2 times of the diameter. In this research, the 2 stoves with difference of high of furnace (H1 = 2 cm and H2 = 27 cm) and same of diameter (D = 2 cm) and biomass fuel was used. The performance of stoves are measured from thermal, fuel consumption rate, burning efficiency and flow gas emission. Portable gas analyzer is used to monitor of emission gas (CO, SOx, NOx). The results of burning efficiency of both stoves are different, that is 99.5% (stove 1) and 98.2% (stove 2). Thermal efficiency of stove 1 and 2 are 25.4 and 11.1%, respectively. The consumption rate of stove 1 is relatively stable depend on stove 2 as long as burning time. The CO emission of stove 1 and 2 are 328 and 555 ppm. The results of stove 1 and 2 for SOx emission are 31 and 38 ppm. The NOx emission of stove 1 and 2 are different with value of 19 and 13 ppm. Keyword: biomass stove, burning efficiency, thermal efficiency, flow gas emission PENDAHULUAN Bahan bakar yang berasal dari fosil dalam waktu akhir-akhir ini sudah mulai dikurangi perannya karena sifatnya yang tidak dapat diperbarui. Selain itu, program konversi bahan bakar minyak ke gas belum bisa diterima sepenuhnya oleh masyarakat, terutama untuk kalangan menengah ke bawah. Di samping itu, terjadi 189 kali kasus ledakan tabung LPG 3 kg antara tahun 28 hingga 21 (Pusat Studi Kebijakan Publik, Puskepi), menambah keengganan masyarakat untuk menerima program pemerintah tersebut [1]. Meskipun banyak rumah tangga di Indonesia yang beralih ke kompor modern, namun sekitar 4 persen masih mengandalkan biomasa untuk memasak. Rumah tangga yang menggunakan kayu sedikit menurun dalam beberapa tahun terakhir, dari 49 persen pada tahun 27 menjadi 4 persen pada tahun 21 yaitu sekitar 24,5 juta rumah tangga di Indonesia masih mengandalkan kayu sebagai bahan bakar utama untuk memasak. Sekitar 11,7 juta rumah tangga tinggal di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kayu tetap menjadi bahan bakar memasak yang dominan di 18 dari 33 propinsi [2]. Biomasa merupakan sumber energi yang jumlahnya banyak tersedia di alam dan dapat diperbarui, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber energi alternatif pengganti energi fosil [3]. Dari penggunaan

2 Ahsonul Anam, dkk., Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa., awalnya yang berupa kayu, kemudian berkembang ke penggunaan biomasa yang telah diolah menjadi briket, tablet ataupun pelet. Kompor biomasa yang ada saat ini masih memiliki performansi yang kurang bagus, misalnya efisensi termal yang rendah serta emisi CO yang tinggi [1,4]. Disain kompor biomasa sangat berpengaruh terhadap performansinya. [5] Disain kompor niasanya disesuaikan dengan peruntukannya. Untuk keperluan rumah tangga, ketinggian (H) ruang bakar kompor briket/biomasa biasanya didisain sama dengan diameternya (H = D) atau 1-2 kali diameter (H = 1-2 D) [1,6,4]. METODOLOGI Biomasa dari kayu yang dibuat dengan bentuk tertentu yang seragam (nilai kalor 4.5 kkal/kg) digunakan sebagai bahan bakar. Pada penelitian ini, digunakan dua buah kompor dengan dimensi ruang bakar yang berbeda ketinggiannya, yaitu 2 cm (kompor 1) dan 27 cm (kompor 2), sedangkan dimeter ruang bakarnya sama yaitu 2 cm. Bukaan udara untuk mengatur udara pembakaran yang masuk ke ruang bakar dibuka penuh (Gambar 1). Sedangkan pengisian bahan bakar biomasa dilakukan sekali isi (sistem batch) sesuai dengan kapasitas ruang bakar masing-masing kompor. Untuk kompor 1 adalah 1,5 kg sedangkan untuk kompor 2 adalah 2 kg. Gambar 1. Skema kompor dengan bukaan udara primer penuh. Sebelum digunakan sebagai bahan bakar, biomasa diuji karakteristiknya yaitu uji proksimat, ultimat dan nilai kalor berdasarkan metode ASTM D5373 [7]. Evaluasi performansi ke dua kompor difokuskan pada tingkat efisiensi termal, efisiensi pembakaran, laju konsumsi bahan bakar dan emisi pembakarannya. Untuk pengujian efisiensi termal, pengujian dilakukan dengan metode pendidihan air sebanyak 2 liter dalam panci sampai suhu air mencapai 1 derajat C. Pada saat suhu air sudah mencapai 1 derajat C, maka diganti dengan panci yang berisi air sebanyak 2 liter yang baru, sampai panci terakhir, yaitu suhu air tidak bisa mencapai 1 derajat C, pengujian dihentikan. Saat pengujian dilakukan pencatatan parameter performansi kompor antara lain suhu ambien, suhu awal air dalam panci, suhu akhir air dalam panci, suhu api tepat di bagian atas kompor, suhu dinding kompor bagian atas dan bawah. Pengujian efisiensi termal dilakukan dengan menempatkan 6 titik pengukuran yaitu 2 titik pada lidah api, 1 titik pada dinding kompor bagian atas, 1 titik pada dinding kompor bagian bawah, 1 titik udara ambien dan 1 titik air dalam panci (Gambar 2). Sistem pengukuran suhu menggunakan data logger dengan sisitem menyimpanan data pada waktu cuplik 1 menitan. Panas yang digunakan untuk mendidihkan air dibandingkan dengan kandungan kalori dalam bahan bakar digunakan sebagai dasar perhitungan efisiensi termal, seperti terlihat pada rumus 1. Gambar 2. Skema pengujian efisiensi termal.

Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal. 19-24, 217. 21 Efisiensi termal dihitung menggunakan rumus (1) di bawah ini : η T = m w.c p w T w HHV fuel (1) dimana: η T = Efisiensi termal (%) m w = Massa Air (kg) Cp w = Kapasitas Panas Air (Kkal/kg.K) ΔT w = Suhu Air Akhir Suhu Air Awal (K) = Nilai kalor bahan bakar (Kkal/kg) HHV fuel Untuk pengujian efisiensi pembakaran, laju konsumsi dan uji emisi (Gambar 3), pelaksanaan pengujian dilakukan secara bersamaan dalam suatu ruangan yang didisain khusus sebagai simulasi dapur yang dilengkapi dengan cerobong untuk pengukuran emisi gas buang CO, SO x, dan NO x menggunakan gas analyzer [8]. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan kompor uji di atas timbangan sehingga pengurangan bahan bakar dapat dipantau dan direkam dengan interval waktu tertentu (2 menit), dimulai saat bahan bakar mulai terbakar sampai dengan nyala api dalam ruang bakar padam. Bersamaan itu pula pada akhir pengujan, dilakukan uji kandungan karbon dalam abu sisa pembakaran (unburn carbon) menggunakan metode ASTM D5373 1), yang digunakan untuk menghitung efisiensi pembakaran menggunakan rumus 2. Gambar 3. Skema pengujian efisiensi pembakaran, laju konsumsi bahan bakar dan emisi. Efisiensi Pembakaran dihitung berdasarkan konversi atom karbon yang ada dalam bahan bakar dan dalam abu sisa pembakaran menggunakan rumus (2) di bawah ini : η comb = C fuel C ash C fuel (2) dimana : η comb = Efisiensi pembakaran (%) C fuel = karbon dalam bahan bakar (kg) = karbon dalam abu hasil pembakaran (kg) C ash HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian efisiensi termal kedua kompor ditampilkan dalam bentuk grafik profil suhu pada Gambar 4. Profil suhu yang ditampilkan hanya pada 3 titik pengukuran utama yaitu 2 titik pengukuran lidah api dan 1 titik di air dalam panci.

22 Ahsonul Anam, dkk., Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa., 14 78 52 26 76 57 38 19 Air Lidah Api 2 14 78 52 26 68 51 34 17 Air Lidah Api 2 6 45 3 Lidah Api 1 68 51 34 Lidah Api 1 15 4 8 12 16 2 (a) Gambar 4. Hasil Uji a) Kompor 1 dan b) Kompor 2. 17 2 4 6 8 1 (b) Dari Gambar 4, khususnya grafik profil suhu air dalam panci, puncak grafik adalah siklus suhu air mencapai 1 o C dan 1 siklus pendidihan air dimulai dari suhu ambien sampai dengan suhu air mencapai 1 o C. Pada kompor 1 (Gambar 4a), mampu mendidihkan air 2 liter sebanyak 11 kali, sedangkan kompor 2 (Gambar 4b) hanya mampu mendidihkan air 2 liter sebanyak 7 kali. Efisiensi termal kompor 1 adalah 25,4 % sedangkan kompor 2 sebesar 11,1 %. Suhu di lidah api pada kompor 1 mencapai 6 o C dan berlangsung sekitar 66 menit pertama dan berhasil mendidihkan air sebanyak 8 kali, setelah itu suhu lidah api mulai menurun namun masih mampu mendidihkan air sebanyak 3 kali lagi selama 15 menit dengan siklus yang mulai merenggang. Pada kompor 2, suhu di lidah api mencapai rata-rata sekitar 7 o C namun bertahan hanya sekitar 37,5 menit dan berhasil mendidihkan air sebanyak 4 kali. Setelah itu, suhu lidah api mulai menurun sampai sekitar 5 o C dan masih mampu mendidihkan air sebanyak 3 kali dan berlangsung selama 6 menit dengan siklus yang mulai merenggang. Laju konsumsi bahan bakar kedua kompor ditampilkan dalam bentuk grafik seperti terlihat pada Gambar 5 sebagai berikut : Konsumsi Bahan Bakar (g) 6 45 3 15 15 3 45 6 75 9 Waktu (Menit) (a) Kompor 1 Konsumsi Bahan Bakar (g) 6 45 3 15 Kompor 2 2 4 6 8 1 12 Waktu (Menit) (b) Gambar 5. Konsumsi bahan bakar pada a) kompor 1 dan b) kompor 2

Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal. 19-24, 217. 23 Dari Gambar 5a, laju konsumsi bahan bakar pada kompor 1 tertinggi terjadi pada 12 menit pertama dengan jumlah konsumsi bahan bakar sebanyak 33 gram atau ekuivalen dengan laju 27,5 g/menit. Sementara, untuk mencapai suhu rata-rata 6 o C, laju konsumsi bahan bakar rata-rata sekitar 17 g/menit. Konsumsi bahan bakar mengalami penurunan pada rentang 14 48 menit (relatif stabil) dengan laju rata-rata 2 g/menit. Kemudian terjadi penurunan tajam laju konsumsi bahan bakar pada menit ke 5 sampai bahan bakar habis terbakar (menit ke 78). Jadi kompor 1 berperformansi secara efektif sekitar 5 menit. Dari Gambar 5b, laju konsumsi bahan bakar pada kompor 2 tertinggi terjadi pada 1 menit pertama dengan jumlah konsumsi bahan bakar sebanyak 214 gram atau dengan laju konsumsi 21,4 g/menit. Namun setelah itu, terjadi penurunan laju konsumsi bahan bakar yang tajam sampai bahan bakar habis terbakar pada menit ke 132, Efisiensi Pembakaran dihitung berdasarkan perbandingan konversi karbon yang ada dalam bahan bakar sehingga tersisa dalam abu pembakaran menggunakan rumus (2). Hasil analisa kandungan karbon dalam bahan bakar dan dalam abu sisa pembakaran disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Kandungan Karbon dalam Bahan Bakar dan dalam Abu Sisa Pembakaran Parameter Kompor 1 (g) Kompor 2 (g) C Awal 95,17 95,17 C Akhir,48 1,75 Efisiensi pembakaran kompor 1 adalah 99,5 % sedangkan kompor 2 sebesar 98,2 %. Kedua kompor menunjukkan efisiensi pembakaran yang tidak jauh berbeda. Emisi pembakaran menggambarkan emisi gas CO, NO x dan SO x selama bahan bakar dibakar. Ketiga jenis gas tersebut sangat berbahaya bagi seseorang yang selalu berada di dekat kompor selama kegiatan memasak. Hasil uji emisi kompor 1 dan 2 ditunjukkan pada Gambar 6. 112 84 56 28 SO 2 116 87 58 29 SO 2 33 22 11 92 69 46 23 2 4 6 8 1 (a) NO CO 28.5 19. 9.5. 165 11 55 NO CO 5 1 15 2 (b) Gambar 6. Hubungan konsentrasi emisi gas buang terhadap waktu pada a) kompor 1 dan b) kompor 2 Pada kompor 1, emisi SO x yang dihasilkan selama pembakaran rata-rata 31 ppm (minimal 4 ppm dan maksimal 12 ppm), sedangkan kompor 2 emisi SO x yang dihasilkan selama pembakaran rata-rata 38 ppm (minimal 17 ppm dan maksimal 17 ppm). Sementara emisi NO x yang dihasilkan kompor 1 selama pembakaran

24 Ahsonul Anam, dkk., Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa., rata-rata 19 ppm (minimal 1 ppm dan maksimal 36 ppm), sedangkan kompor 2 emisi NO x yang dihasilkan selama pembakaran rata-rata 13 ppm (minimal 2 ppm dan maksimal 31 ppm). Selain itu, emisi CO yang dihasilkan oleh kompor 1 selama pembakaran rata-rata 328 ppm (minimal 12 ppm dan maksimal 792 ppm), sedangkan kompor 2 emisi CO yang dihasilkan selama pembakaran rata-rata 555 ppm (minimal 13 ppm dan maksimal 1719 ppm). Dari Gambar 6 secara umum terlihat bahan konsentrasi tertinggi dihasilkan pada menit awal pembakaran, namun setelah itu berkecenderungan menurun. KESIMPULAN Desain kompor berbahan bakar biomasa untuk tungku bakar 1 dan 2 dianalisa berdasarkan dimensi untuk mendapatkan performa yang optimal. Performa kompor biomasa 1 lebih baik dibandingkan kompor 2 dengan nilai efisiensi pembakaran yaitu 99,5% (kompor 1) dan 98,2% (kompor 2). Sementara itu, efisiensi termal dari kompor 1 dan 2 adalah 25,4 dan 11,1%. Emisi gas buang dari kompor 1 yaitu CO = 328 ppm, SO x = 31 ppm, dan NO x = 19 ppm. Sedangkan kompor 2 memiliki emisi gas buang CO = 555 ppm, SO x = 38 ppm, dan NO x = 13 ppm. Dengan demikian, performa kompor 1 relatif lebih baik dibanding kompor 2. DAFTAR PUSTAKA [1]. Resiana Winata, Perancangan dan Optimasi Kompor Gas Biomasa yang Beremisi Gas CO rendah Menggunakan Bahan Bakar Pelet Biomasa dari Limbah Bagas, FT UI, 212 [2]. The Apex Consulting Group, Kasus Kompor Biomassa Bersih di Indonesia, Sebuah Inisiatif Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia, 213 [3]. Dijan Supramono dan Resiana Winata, Unjuk Kerja Kompor Gas Biomassa dengan Bahan Bakar Pellet Biomassa dari Limbah Bagas Tebu, Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia dan Musyawarah Nasional APTEKINDO, 212 [4]. Rahmad Hari Purnomo, Endo Argo Kuncoro, Dian Wahyuni, Rancang bangun dan uji teknik kompor berbahan bakar limbah biomasa pertanian, Buana Sains, Vol.14 No.2: 71-78, 214. [5]. Arga Setia Tama, Sarwono dan Ronny Dwi Noriyanti, Perancangan Kompor Briket Biomass untuk Limbah Kopi, Jurnal Teknik Pomits Vol 1 No 1, 212. [6]. SNI 7498 : 28, Kompor Briket Batubara [7]. Annual Book of Standards ASTM-D5373, 214 [8]. --, Method 3 USEPA, Gas Analysis for Carbon Dioxide, Oxygen, Excess Air, and Dry Molecular Weight, California: Air Resources Board, 1999.