BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cakupan batas DAS Lamong berada di wilayah Kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong yang membentang dari Lamongan sampai Gresik diapit pada bagian Utara oleh wilayah DAS Bengawan Solo dan bagian Selatan oleh DAS Kali Brantas. Sistem sungainya berawal dari pegunungan Kendeng, di Desa Kedung Kumpul, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan dan bermuara di Selat Madura, di Desa Segoromadu, Kabupaten Gresik. DAS Lamong merupakan bagian dari satuan wilayah sungai (SWS) Bengawan Solo yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Lamongan dan Mojokerto untuk DAS bagian hulu, Kabupaten Gresik dan Kodya Surabaya untuk DAS bagian hilir. Gambar 1.1 menyajikan peta lokasi DAS Lamong. Kali Lamong memiliki luas Daerah Aliran Sungai (DAS) ± 720 km 2 dengan panjang alur sungai ± 103 km serta memiliki 7 anak sungai seperti Kali Mewek, Kali Kuwu, Kali Glunggung, Kali Pucang, Kali Tengah, Kali Gaung, Kali Kedung Pucang, Kali Banter (BBWS Bengawan Solo, 2012). Dengan banyaknya sungai kecil bertemu di Kali Lamong hal ini membuktikan peran strategis akan pentingnya fungsi dari Kali Lamong sebagai salah satu alternatif pemasok sumber air tawar di samping Kali Brantas (Kali Mas) bagi masyarakat 1
2 kabupaten Lamongan dan Gresik khususnya dan Surabaya pada umumnya (Nadjadji dan Edijatno, 2007). Gambar 1.1 Peta lokasi penelitian Sumber: BBWS Bengawan Solo, 2012 Saat ini air di Kali Lamong dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, air baku, industri dan tambak sehingga mempunyai nilai yang sangat penting bagi masyarakat di wilayah tersebut. Curah hujan tahunan rata-rata Kali Lamong 1.700 mm. Seperti sungai-sungai di pulau Jawa pada umumnya, keadaan hidrologi DAS Lamong dalam keadaan kritis. Hal ini terlihat dari keadaan debit pada musim hujan mencapai 700 m 3 /detik, yang jauh melebihi kapasitas sungai sebesar 250 m 3 /detik, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan dengan base flow sama dengan nol. Akibat keadaan hidrologi tersebut, sebagian besar wilayah DAS Lamong yang berada di wilayah Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya, setiap tahun menderita banjir akibat luapan Kali Lamong. Sebaliknva, pada musim kemarau wilayah ini mengalami kekurangan air tawar, baik untuk
3 keperluan domestik (rumah tangga), perkotaan maupun untuk keperluan industri. Sedangkan di daerah hulunya di Kabupaten Lamongan juga selalu kekurangan air pada musim kemarau. B. Rumusan Masalah Pada saat ini, masyarakat di sekitar Kali Lamong menggunakan air tanah untuk keperluan sehari-hari. Namun pada saat musim kemarau, sumur-sumur menjadi sangat dalam. Untuk memenuhi kebutuhan air bakunya, masyarakat harus mengambil air di sungai-sungai yang letaknya cukup jauh dan dengan kualitas yang tidak memadai. Disamping itu juga pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat di sekitar Kali Lamong menyebabkan semakin tinggi kebutuhan air baku masyarakat semakin tinggi. Hal tersebut akan selalu terjadi secara berulang-ulang disetiap tahun apabila tidak segera diantisipasi. Besarmya minat masyarakat di sekitar Kali Lamong dalam usaha tani masih terkendala oleh prasarana jaringan irigasi yang belum tersedia. Masih belum tersedianya jaringan irigasi teknik yang memadai, menyebabkan intensitas tanam di sekitar Kali Lamong sulit untuk ditingkatkan. Selain itu juga upaya pemanfaatan air permukaan sungai-sungai kecil dengan pengambilan langsung (bendung) untuk kebutuhan air irigasi belum handal dalam menjamin pasokan air untuk meningkatkan intensitas tanam. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini melalui BBWS Bengawan Solo, Kementerian Pekerjaan Umum, pemerintah berupaya membangun Waduk Lamong untuk mengatasi masalah kekeringan di hulu DAS Lamong dan banjir di hilir DAS Lamong. Adapun rencana pembangunan Waduk
4 Lamong yaitu terletak di dusun Pedes Desa Selorejo Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan. Adapun data teknis perencanaan Waduk Lamong sebagai berikut: 1. muka air normal +46.00 m, 2. tampungan total waduk 23.8 juta m 3, 3. tampungan mati (30 thn) 9.08 juta m 3, 4. tampungan efektif (30 th) 14.72 juta m 3, 5. elevasi puncak +51.00 m, 6. elevasi mercu pelimpah +46.00 m, Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan optimalisasi pemanfaatan sumber air di Kali Lamong baik untuk daerah hulu maupun hilir, seperti pembuatan Waduk Lamong. C. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hal-hal berikut: 1. penelitian dilakukan di DAS Lamong di Propinsi Jawa Timur, 2. ketersediaan air yang dihitung yaitu ketersediaan air di lokasi dibangunnya Waduk Lamong, 3. kebutuhan air irigasi yang dihitung berdasarkan pola tanam yang berlaku di sekitar lokasi Waduk Lamong dan dengan pola tanam yang sama sepanjang tahun, 4. kebutuhan air irigasi dianggap sama sepanjang tahun, 5. kebutuhan air baku yang dihitung adalah kebutuhan air baku untuk untuk domestik bagi masyarakat kecamatan yang dekat dengan Waduk Lamong,
5 6. operasi Waduk Lamong di mulai pada Bulan Januari 2016 dengan tampungan awal nol, 7. simulasi dilakukan selama 10 tahun dari tahun 2016 hingga 2025. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengkaji potensi ketersediaan air di lokasi rencana dibangunnya Waduk Lamong, 2. mengkaji kebutuhan air baku dan irigasi masyarakat di sekitar lokasi rencana dibangunnya Waduk Lamong, 3. mengkaji kemampuan Waduk Lamong yang optimal dalam melayani kebutuhan air baku dan irigasi masyarakat di sekitar lokasi rencana dibangunnya Waduk Lamong. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pihakpihak yang terkait tentang permasalahan kekurangan air yang sering dialami oleh petani setempat, terutama pada musim kemarau, 2. sebagai bahan masukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan guna menentukan kebijakan untuk pengelolaan dan pengembangan sumber daya air khususnya daerah aliran sungai Kali Lamong, 3. sebagai tambahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.