BAB I PENDAHULUAN. (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan sebutan (misalnya bodoh, tidak berguna, jelek) (Chang et al, 2008). Noh

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA PADA ANAK DI DUSUN KUWON SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara umum pengertian kekerasan seksual pada anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2010). keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

tua Tentang Verbal Abuse (Kekerasan Verbal) pada Anak. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam mengambil data untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Menstruasi pertama kali disebut dengan menarche (Wong,2008).

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbudaya. Kegiatan belajar dilaksanakan hari Senin sampai dengan Sabtu.

GAMBARAN KONSEP DIRI ORANG TUA DENGAN ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

#### Selamat Mengerjakan ####

KASUS ETIKA PROFESI KASUS ANGELINE. Pembunuhan Berencana Angeline

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. motivasi. Menurut Winardi (2007), motivasi merupakan karakteristik. psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB III PERUBAHAN PERILAKU YANG TERJADI PADA LANSIA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: menjadi dua ketegori pada tingkat kedalaman self disclosure yaitu, 4 siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan. Namun, sangat disayangkan akhir-akhir ini berbagai fenomena

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran pola penyebab tindak kriminalitas. World Health

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

UNTUK PENCEGAHAN KEKERSAN DAN PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA OLEH RR. SUHARTATI, S.H.

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harlock, 2003). Menurut World Health Organization (WHO), yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah kelompok umur 10-20 tahun. Masa remaja terdiri dari tiga subfase yang jelas, yaitu masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18 sampai 20 tahun) (WHO, 2013). Remaja merupakan salah satu kelompok populasi terbesar, apabila dihitung jumlahnya berkisaran 30% dari jumlah penduduk total di Indonesia. Jumlah remaja di Indonesia mencapai angka 66 juta jiwa dan diprediksi akan terus meningkat menjadi 80-90 juta tahun 2020 (BKKBN, 2015). Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Dalam tahap pencarian identitas diri remaja mengalami kebingungan untuk berusaha menjadi individu yang baik bagi lingkungannya. Pada masa ini, remaja membutuhkan sikap kemandirian, harga diri, dan kemampuan dalam menghadapi kehidupan. (Sarwono, 2013). Remaja yang akan menjadi penerus bangsa seharusnya memiliki pandangan yang baik akan masa depannya. Pandangan diri yang baik akan tercipta jika remaja dapat membangun konsep diri yang positif. Salah satu komponen dari konsep diri adalah harga diri (BKKBN, 2015). Dalam perkembangannya, harga diri terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan dan atas sejumlah penghargaan, penerimaan, dan

pengertian orang lain terhadap dirinya (Ghufron & Risnawati, 2010). Selanjutnya harga diri akan memberi pengaruh pada tingkah laku seseorang, sedangkan kepuasan diri dicapai oleh orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik serta terhindar dari rasa cemas, keraguan dan sindrom psikomatik (Zulfaan, 2013). Branden (dalam Sari, 2009) menungkapkan bahwa harga diri adalah apa yang individu pikirkan dan rasakan. Tumbuhnya harga diri pada remaja dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu adanya perasaan diterima, adanya perasaan mampu atau yakin, dan adanya perasaan berharga. Saat remaja merasa tidak diterima oleh kelompok atau lingkungan terdekatnya, merasa tidak yakin dapat mencapai suatu hal yang diinginkan dan merasa tidak berharga keberadaannya, remaja akan memiliki penilaian-penilaian buruk tentang dirinya sendiri. Selanjutnya, hasil-hasil studi yang panjang di berbagai negara menunjukkan bahwa masa yang paling penting dan menentukan perkembangan harga diri seseorang adalah pada masa remaja (Mackowlez, 2013). Faktor yang mempengaruhi harga diri yang pertama yaitu perkembangan individu, faktor predisposisinya adalah penolakan dari orang tua, kurangnya pujian dari orang tua, tidak dipercaya untuk mandiri, dan sikap orang tua yang selalu mengatur dan mengontrol, faktor yang kedua adalah ideal diri yang tidak realistis, dan faktor yang ketiga adalah sikap orang tua yang selalu mengatur (Abdul Muhith, 2015). Sedangkan Menurut Gunarsa & Gunara (2010), Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri

adalah penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal yang bersifat keras atau perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan merupakan tindakan yang disengaja yang mengakibatkan cidera fisik atau tekanan mental (Carpenito, 2009). Campbell dan Humphrey mendefinisikan kekerasan adalah sebagai setiap tindakan yang mencelakakan atau dapat mencelakakan kesehatan dan kesejahteraan anak yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak tersebut (Yani, 2008). Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI) menemukan bahwa kasus kekerasan pada anak paling banyak dilakukan oleh orang tua kandung (44,3%), diikuti oleh teman (25,9%), tetangga (10,9%), orang tua tiri (9,8%), guru (6,7%) dan saudara (2%) (KPAI, 2015). Orang tua yang merasa letih karena menghadapi kebutuhan keluarga yang tidak ada habisnya, terutama yang berkaitan dengan anak dapat menghilangkan antusiasme mereka dalam mengasuh anak. Hal ini menyebabkan ibu dapat menggunakan ancaman, memperlakukan anak dengan kata-kata kasar, menanamkan kedisiplinan pada diri anak dengan melakukan tindakan kekerasan pada anak (Chairani, 2013). Perilaku secara lisan yang dianggap kasar seperti mengancam anak tidak boleh ke luar rumah, memaki anak, menolak, membentak, memarahi,

menghina anak, memanggil anak dengan sebutan yang tidak pantas (misalnya bodoh, tidak berguna, jelek) disebut juga dengan kekerasan verbal (Huraerah, 2012). Kekeraan verbal dapat menimbulkan dampak buruk yang cukup besar terhadap kesehatan mental, perkembangan psikologis dan harga diri seseorang (Noh dan Talaat, 2012). Kekerasan verbal menyebabkan anak menjadi generasi yang lemah, anak menjadi apatis, gangguan perkembangan dan pertumbuhan, anak menjadi tidak peka terhadap perasaan orang lain, pemarah, menarik diri, kehilangan harga diri, dan depresi. Kekerasan verbal memang tidak berdampak secara fisik kepada anak, tetapi dapat merusak anak beberapa tahun kedepan. Bahkan dampak lebih jauh dari kekerasan verbal yang dilakukan orang tua pada anaknya akan menimbulkan luka dalam pada kehidupan dan perasaan anak melebihi pemerkosaan (Soetjiningsih, 2012). Maxwell dan Steven (2014) menyebutkan bahwa orang tua yang melakukan perbuatan negatif seperti pelecehan atau penghinaan kepada anak akan berkorelasi negatif dengan harga diri anak tersebut. Sementara itu, persepsi orang tua yang lebih positif kepada anak akan berhubungan positif juga dengan harga diri anak. Harga diri dapat muncul dalam diri setiap remaja apabila mereka mendapat dukungan dan dorongan dari orang tua. Diperlukan lingkungan yang mendukung. Lingkungan yang penuh dengan kekerasan verbal merupakan lingkungan yang tidak baik, sehingga menurunnya harga diri pada remaja.

Berdasarkan hasil studi fenomenologis di Jawa Tengah, ada empat remaja laki-laki yang sering mengalami kekerasan verbal dari orang tuanya. Mereka cenderung mengalami kekerasan verbal semenjak usia 5-7 tahun. Mereka sering mendapatkan kekerasan verbal pada saat mengalami permasalahan di sekolah, seperti pada saat mendapatkan nilai jelek disekolah, pada saat mengalami pertengkaran atau permasalahan dengan teman sebaya. Bentuk kekerasan verbal yang sering dialami oleh keempat anak ini seperti menyebut nama dengan tidak pantas (nama binatang atau menyebut anak bodoh) dan memberikan bentakan-bentakan serta memarahi. Dampak yang dirasakan korban yaitu adanya keinginan untuk selalu membantah orang tua, perasaan kekecewaan terhadap diri sendiri dan orang tua, serta merasa sakit hati. (Arsih, 2010) Selain kasus di atas, terdapat sebuah survey yang dilakukan oleh Depeartement of Statistics dan UNICEF pada lima provinsi di tahun 2004. Dari hasil survey tersebut menunjukan bahwa 30% dari ibu-ibu suka berteriak atau membentak-bentak anaknya dan 45% ibu-ibu suka menampar anaknya agar anak-anak mereka mau menuruti keinginan ibunya (UNICEF, 2004) Hasil survey memperlihatkan bahwa presentase kekerasan fisik lebih besar dari kekerasan verbal. Namun, kekerasan verbal juga salah satu jenis kekerasan yang perlu untuk kita perhatikan. Kekerasan verbal menjadi salah satu jenis kekerasan yang tidak mudah disadari tetapi sering ditemukan di sekitar kita.

Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat pada tahun 2015 terdapat 642 kasus kekerasan verbal pada anak, 532 kekerasan seksual pada anak, dan 346 kekerasan fisik yang terjadi pada anak (Alfath & Anshari, 2015). Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukan bahwa 91 % anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87,6 % di lingkungan sekolah dan 17,9 % di lingkungan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian kekerasan verbal lebih besar terjadi pada anak dan perilaku kekerasan itu lebih besar didapatkan di lingkungan keluarga. Menurut Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPrKB) (2012) di Sumatera Barat, angka kekerasan pada anak meningkat tajam dari 23 kasus pada 2010 dan menjadi 231 kasus dari 2011 sampai Maret 2012 dan kekerasan anak paling banyak terjadi di Padang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Armalis (2008) di SDN 09 Berok Padang Barat, ditemukan bahwa dari 82 responden terdapat 56 orang (68,3%) mengalami kekerasan verbal, 45 orang (54,9%) mengalami kekerasan fisik. Ini menunjukkan bahwa tingkat kekerasan verbal lebih tinggi dari kekerasan fisik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Era (2015) di SD N 03 Purus Padang, ditemukan bahwa dari 49 responden terdapat 35 responden (71,4%) mengalami tindakan kekerasan verbal dari orang tua. Pemilihan SMP Negeri 23 Padang ini sebagai lokasi dan obyek penelitian karena mengingat sebagian besar siswa SMP ini adalah warga setempat yang latar belakang pendidikan dan ekonomi orang tuanya relatif

rendah. Dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling (BK) mengatakan bahwa ada salah satu siswa yang sering mengalami kekerasan verbal dari orang tuanya. Siswa tersebut dihina dan dikatakan bodoh didepan teman-temannya saat melakukan kesalahan, orang tuanya selalu berkata kasar dan berteriak-teriak jika berbicara dengan anaknya. Dampak yang di alami oleh anak adalah adanya perasaan takut berbicara dengan siapapun terutama orang tuanya, merasa dirinya tidak berharga dan tidak disukai orang lain, sering merasa menyerah melakukan sesuatu yang dirasanya sulit, serta sering diam dan menyendiri di lingkungan sekolah. Akhirnya, siswa tersebut berhenti sekolah. Dari wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang siswa di SMP Negeri 23 Padang tanggal 11 April 2017, sebanyak 8 orang diantaranya mengaku pernah mengalami tindak kekerasan verbal dari orang tuanya, seperti orang tua membentak anaknya jika anak melakukan kesalahan (4 orang), orang tua berbicara dengan nada keras (2 orang), mengancam jika tidak menuruti perintahnya (1 orang), dan orang tua tidak pernah berkata sayang kepada anak (1 orang). Sedangkan sisanya dua orang mengaku tidak pernah mengalami kekerasan verbal dari orang tua. tentang harga dirinya, 4 orang mengaku selalu jengkel bila berada di rumah, 2 orang selalu merasa cemas akan dibentak orang tua, dan 2 orang merasa malu kepada temannya saat orang tua marah.

Berdasarkan data awal yang peneliti dapatkan di atas, peneliti ingin mengetahui lebih jauh hubungan kekerasan verbal orang tua dengan harga diri remaja khususnya di SMP Negeri 23 Padang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian, yaitu : apakah ada hubungan antara kekerasan verbal orang tua dengan harga diri remaja di SMP Negeri 23 Kota Padang tahun 2017? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kekerasan verbal orang tua dengan harga diri remaja di SMP Negeri 23 Kota Padang tahun 2017 2. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Diketahui distribusi frekuensi harga diri pada remaja di SMP Negeri 23 Kota Padang. b. Diketahui distribusi frekuensi kekerasan verbal orang tua pada remaja SMP Negeri 23 Kota Padang. c. Diketahui hubungan kekerasan verbal orang tua dengan harga diri remaja di SMP Negeri 23 Kota Padang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja/Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi mengenai tindakan kekerasan verbal yang dilakukan orang tua terhadap anak, sehingga anak dapat mewaspadai dan terhindar dari kekerasan verbal yng dilakukan orang tua. 2. Bagi Institusi Keperawatan dan Profesi Dapat memberikan informasi sekaligus pengetahuan baru mengenai masalah yang ditemukan terhadap remaja yang mengalami kekerasan verbal orang tua sehingga tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan dan kesadaran kepada masyarakat tentang hubungan kekerasan verbal orang tua dengan harga diri pada remaja 3. Bagi Sekolah Dapat digunakan sebagai informasi dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengenal remaja yang mengalami kekerasan verbal dari orang tua. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan pembanding untuk pengembangan penelitian sejenis.