BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN TINGKAT KEAKTIFAN STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN EVALUASI KINERJA MAHASISWA DENGAN METODE PROFILE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Afrina Program Magister Sistem Informasi STIKOM Dinamika Bangsa Jambi

Afrina, Rusdianto Roestam STIKOM Dinamika Bangsa Jambi

LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE PROFILE MATCHING UNTUK MEMBANTU PENJURUSAN CALON SISWA BARU PADA SMK NU MA ARIF KUDUS

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI BANTU PENERIMAAN KARYAWAN DI MCDONALD'S JAVA SUPERMALL SEMARANG DENGAN METODE PROFIL MATCHING

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian serupa pernah dibahas oleh asfan Muqtadir dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA KOPERTIS UNTUK MAHASISWA DENGAN METODE PROFILE MATCHING DI STMIK DCI KOTA TASIKMALAYA ABSTRAK

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Suku Cadang Mobil Pabrikan Eropa Dalam Konteks Interaksi Manusia Komputer

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN TOPIK TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING PADA STIE BANK BPD JATENG. Puspita Retno Purwasih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

PEMILIHAN BEASISWA BAGI MAHASISWA STMIK WIDYA PRATAMA DENGAN METODE PROFILE MATCHING

DSS - Wiji Setiyaningsih, M.Kom

DESAIN DSS (DECISION SUPPORT SYSTEM) MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING UNTUK PENENTUAN PENERIMA BEASISWA DI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

PERANCANGAN SISTEM REKOMENDASI JURUSAN BERDASARKAN POTENSI SISWA MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

PENENTUAN DOSEN PEMBIMBIMBING DAN LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Menggunakan Metode Profile Matching di Politeknik Negeri Malang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

JURNAL STRATEGI PENEMPATAN POSISI PEMAIN DALAM FORMASI BOLA BASKET MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN DOSEN FAVORIT PILIHAN MAHASISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON SISWA YANG MENGIKUTI OSN (OLIMPIADE SAINS NASIONAL) PADA SMA 1 PARE MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan SNMPTN Bagi Siswa SMAN 7 Purworejo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

MODUL 6 (SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN) (PROFILE MATCHING) PENCOCOKAN PROFIL

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUKUNG KEPUTUSAN KARYAWAN BERPRESTASI PADA KFC

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEREKRUTAN PEMAIN SEPAK BOLA MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

P10 Model Pencocokan Profil. A. Sidiq P. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

BAB II LANDASAN TEORI Sejarah dan Perkembangan Sistem Pendukung Keputusan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sistem Pendukung Keputusan/ Decision Support System (DSS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Richard Victor G., S.T. 1. Gian Ferdiansyah 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

Oleh Saryana PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

PENERAPAN METODE PROFILE MATCHING UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA PNPM MANDIRI KOTA BANJARMASIN

Sistem Pendukung Keputusan Kelompok Penilaian Kinerja Kepala Sekolah SMP Berprestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

Analisis Promosi Kenaikan Jabatan Berdasarkan Evaluasi Kinerja Pegawai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

Prosiding SENATEK 2015 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto, 28 November 2015, ISBN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

PERBANDINGAN METODE PROFILE MATCHING DAN SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PADA PENENTUAN JURUSAN SISWA KELAS X SMA N 2 NGAGLIK

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh (Pizzi, 2008) dalam proses pencocokan profil menjelaskan bahwa proses menemukan perbandingan matriks dalam set urutan DNA, sebagian besar menggunakan metode profile matcing, dengan pendekatan simple sliding window untuk memindai urutan input. Pendekatan yang diusulkan untuk mempercepat profile matching didasarkan pada statistical significance, multipattern matching, filtering, indexing data structures, matrix partitioning, Fast Fourier Transform dan data compression. Metode yang mempunyai prinsip hampir sama dengan profile matching adalah matchingof gapped pattern yang digunakan dalam efisiensi menemukan urutan DNA menggunakan versi umum dari model Position Weight Matrix yang menggambarkan kekhususan faktor transkripsi. Model profil matching dapat dicocokan sebagai satu set pola gapped dengan kata kunci satuan panjang (Giaquinta, 2014) Penelitian terdahulu tentang metode yang efisien profile matching yang beragam terhadap profil pengguna di sistem webcasting skala besar. Desain dan implementasi dijelaskan dalam konteks Grand Central Station (GCS) proyek di IBM Almaden Pusat Penelitian. Evaluasi kinerja awal menunjukkan kemampuan GCS profile matching untuk meningkatkan dan mencapai kinerja yang kuat melalui adaptasi dinamis (Qi Lu, 1998). Penelitian yang menggunakan metode pencocokan lainya adalah history matching process yang digunakan pada studi simulasi waduk untuk strategi pengujian produksi dan peramalan dan untuk mendapatkan prediksi produksi yang baik, maka harus memperbanyak data hasil yang sama. Proses ini diamati melalui proses pencocokan history yang pada dasarnya memodifikasi parameter waduk sampai tercapainya kondisi seperti pemrosesan kompleks, waktu komputasi menjadi objek 5

penelitian seperti model proxy untuk menggantikan simulator aliran. Proses pencocokan history mengurangi jumlah simulasi yang diperlukan untuk mencapai perbandingan yang dapat diterima (Costa, 2014). Dari penelitian yang lain yang dilakukan oleh (Ghazvinia, 2011) disimpulkan bahwa hasil belajar dan keaktifan studi merupakan dua variabel yang digunakan untuk meneliti tentang pembelajaran sekolah yang mempunyai tren kognitif pada umumnya pada penekanan antara kognitif dan motivasi saling melengkapi. Dari penelitian (Dante, 2011) yang tujuan penelitiannya untuk menentukan faktor yang terkait dengan keberhasilan akademis atau kegagalan mahasiswa keperawatan pada program gelar sarjana. Siswa yang mendaftar pada tahun ajaran 2004-2005 pada dua program yang berbeda sarjana di Italia Utara. Hanya 81 dari 117 siswa dipertimbangkan (69,2%) menyimpulkan program mereka dalam tiga tahun dengan analisis multivariat mengidentifikasi dua faktor yang menentukan keberhasilan akademis (OR 4,217, IC95%, 1,501-11,84) sementara komoitemen keluarga, misalnya merawt anak-anak atau orang tua dikaitkan dengan kegagalan akademis (OR 0.120,IC95% 0,03-0,471). Kegagalan akademis memiliki dampak yang kuat pada siswa, keluarga mereka, fakultas pengajaran dan masyarakat, dan pencegahannya merupakan tantangan di negara-negara dengan kekurangan perawat. Berdasarkan hasil penelitian di atas ditarik kesimpulan bahwa dalam pengambilan keputusan kinerja mahasiswa dapat dilakukan dengan mengunakan metode profle matching sesuai dengan variabel kinerja yaitu variabel dari aspek akademik yang meliputi IPK dan Total SKS serta aspek perilaku yang meliputi Presensi dan keikutsertaan UKM. 6

2.2 Dasar Teori 2.2.1 Sistem informasi Menurut (loudon, 2010) kegiatan suatu sistem informasi menghasilkan informasi yang dibutuhkan organisasi dalam pembuatan keputusan menganalisis masalah dan menciptakan produk yang baru atau dalam bidang jasa. Dalam kegiatan ini adalah input, proses dan output. Dimensi dari sistem informasi antara lain (loudon, 2010) a. Organisasi Organisasi merupakan bagian integral sistem informasi. Elemen-elemen kunci dari sebuah organisasi adalah orang-orang, struktur, proses bisnis, budaya dan politik. Organisasi memiliki memiliki struktur yang terdiri dari berbagai tingkat dan spesialisasi. b. Manajemen Manajemen menberikan masukan yang dapat keluar dari situasi yang dihadapi oleh organisasi, membuat keputusan dan merumuskan rencana tindakan untuk mencegah masalah organisasional. c. Teknologi informasi Teknologi informasi merupakan salah satu alat yang digunakan manajer untuk mengatasi perubahan. Perangkat keras komputer merupakan peralatan fisik yang digunakan untuk kegiatan input proses dan output dalam suatu sistem informasi. Teknologi manajemen data terdiri dari perangkat lunak yang mengatur organsasi data terdiri dari perangkat lunak yang mengatur organisasi data pada media penyimpanan fisik. Sistem yang menerima sumber daya (data) sebagai input dan memprosesnya menjadi produk (informasi) sebagai output. Semua sistem informasi mengunakan sumber daya manusia, hardware, software, data dan jaringan manusia untuk melakukan aktifitas input, pemrosesan, output, penyimpanan dan pengendalian yang menguah sumber daya data menjadi produk (O'Bren, 2005) 7

2.2.2 Keaktifan Belajar Mahasiswa Menurut teori keaktifan belajar, bahwa mahasiswa memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Mahasiswa mampu untuk mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar, mahasiswa mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan. Keaktifan ini dibagi menjadi dua yaitu keaktifan jasmani dan rohani. Berdasarkan kedua keaktifan tersebut mahasiswa berbuat dengan seluruh anggota badannya seperti membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, sehingga ia tidak hanya duduk, melihat, mendengarkan dan pasif semata. Menurut (Sudjana, 2010) keaktifan mahasiswa mempunyai delapan indikator : 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, yaitu mahasiswa ikut serta dalam proses pembelajaran misalnya mendengarkan, memperhatikan, mencatat dan mengerjakan soal dan sebagainya. 2) Terlibat dalam pemecahan masalah, yaitu mahasiwa ikut aktif dalam menyelesaikan masalah yang sedang dibahas dalam kelas, misalnya ketika dosen memberi masalah, maka mahasiswa ikut membahas atau mencari alternatif penyelesaiannya. 3) Bertanya kepada mahasiswa lain atau kepada dosen apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, yatu jika mahasiswa tidak memahami materi/ penjelasan dari dosen hendaknya melontarkan pertanyaan, baik pada dosen/mahasiswa lain. 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan masalah, yaitu mahasiswa berusaha mencari informasi atau cara yang bisa digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah, missal buku, internet, atau lainnya. 5) Melaksanakan diskusi kelompok, yaitu mahasiswa melakukan kerja sama dengan teman diskusi untuk menyelesaikan masalah atau soal. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya, yaitu mahasiswa menilai kemampuan dirinya yaitu dengan mencoba mengerjakan tugas setelah dosen menerangkan materi. 7) Melatih diri dalam memecahkan masalah, yaitu mahasiswa dapat mengerjakan soal atau permasalahan yang terkait dengan penjelasan dosen, melalui buku atau internet. 8) Kesempatan menerapkan apa yang diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya, 8

yaitu mahasiswa menerapkan rumus atau langkah langkah yang telah diberikan dalam kelas. Menurut (Sardiman, 2011) keaktifan mahasiswa dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a) Visual activities, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja. b) Oral activities, yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. c) Listening activities, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan musik, pidato. d) Writing activities, yaitu menulis cerita, menulis laporan, karangan, angket, menyalin. e) Drawing activities, yaitu menggambar, membuat grafik, diagram, peta. f) Motor activities, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. g) Mental activities, yaitu merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan. h) Emotional activities, yaitu minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah mahasiswa aktif mengolah informasi yang diterima dan berusaha dengan seluruh anggota badannya untuk mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menentukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan yang semuanya itu diwujudkan melalui kegiatan akademik dan non akademik. 2.2.3 Unifield Modelling Language (UML) UML adalah sebuah bahasa yang telah menjadi standart dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem perangkat lunak (Sugiarti, 2013). UML adalah keluarga notasi grafis yang didukung oleh model-model tunggal yang membantu pendeskripsian dan Desain system perangkat lunak khususnya sistem yang dibangun mengunakan pemrograman berorientasi objeck (Fowler, 2005). 9

UML diagram dikelompokkan menjadi tiga prespektif berbeda untuk memodelkan suatu sistem (Munawar, 2005) yaitu: 1. Model Use Case Use case diagram mengambarkan interaksi antara sistem, sisten ekternal dan penguna. 2. Diagram Aktifitas UML ada dua diagram untuk memodelkan struktur statis siste informasi yaitu: a. Diagram Class Mengambarkan struktur objek system, diagram ini menunjukkan class object yang menyusun sistem dan juga hubungan antara class object tersebut. b. Object diagram Serupa dengan class object, object diagram memodelkan instance object actual dengan menunjukan nilai-nilai saat ini dari atribut instant 3. Diagram interaksi Diagram interaksi memodelkan sebuah interaksi yang terdiri dari satu set object, hubungan-hubungannya dan pesan yang terkirim diantara object. Model diagram ini memodelkan behavior system yang dinamis dan UML memiliki dua diagram untuk tujuan yaitu: a. Diagram rangkaian atau sequence diagram Secara grafis mengambarkan bagaimana objek berinteraksi satu sama lain melalui pesan pada sekuensi sebuah use case atau operasi. b. Diagram kolaborasi atau collaboration diagram Diagram ini mengambarkan interaksi antara objek dalam sebuah format jaringan. 10

2.2.4 Metode Profile Matching Menurut (Kusrini, 2007) metode profile matching atau pencocokan profil adalah metode yang sering digunakan sebagai mekanisme dalam pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel prediktor yang ideal yang harus dipenuhi oleh subyek yang diteliti, bukannya tingkat minimal yang harus dipenuhi atau dilewati. Contoh penerapanya seperti evaluasi kinerja karyawan untuk promosi jabatan, manajemen football player, penerima beasiswa yang layak. Proses profile matching secara garis besar merupakan proses membandingkan antara nilai data aktual dari suatu profil yang akan dinilai dengan nilai profil yang diharapkan, sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut juga Gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar. Berikut adalah beberapa tahapan dan perumusan perhitungan dengan metode profile matching. 1. Perhitungan Gap Kompetisi Setelah proses pemilihan mahasiswa yang akan di nilai, proses selanjutnya menentukan mahasiswa mana yang paling cocok memduduki sebagai mahasiswa yang tingkat keaktifannya tinggi sehingga sebagai yang terpilih. Dalam permasalahan ini penulis mengunakan perhitungan pemetaan gap kompetisi dimana yang dimaksud Gap disini adalah beda antara profil kinerja mahasiswa dengan profil mahasiswa atau dapat di tunjukkan dengan persamaan 2.1 (Kusrini, 2007). Gap = Profil Mahasiswa Profil ideal (2.1) 2. Perhitungan pemetaan Gap Komposisi berdasarkan aspek-aspek untuk menentukan perhitungan penentuan mahasiswa dengan dapat mengumpulkan Gap-Gap yang terjadi itu sendiri pada tiap tiap aspeknya yang mempunyai perhitungan yang berbeda beda. Pada tahap ini, akan ditentukan bobot nilai masing-masing aspek dengan menggunakan bobot nilai yang telah ditentukan bagi masing-masing aspek itu sendiri. Adapun masukan dari proses pembobotan ini adalah selisih dari profil mahasiswa dan 11

profil tingkat keaktifan. Dalam penentuan peringkat pada aspek akademik dan perilaku untuk kinerja yang sama pada setiap Gap, diberikan bobot nilai sesuai dengan tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1. Bobot nilai Gap Gap Selisih Bobot Keterangan No Gap Nilai 1 0 5 Kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan 2 1 4.5 Kompetensi individu lebih 1 tingkat / level 3-1 4 Kompetensi individu kurang 1 Tingkat/level 4 2 3.5 Kompetensi individu lebih 2 Tingkat/level 5-2 3 Kompetensi individu kurang 2 Tingkat/level 6 3 2.5 Kompetensi individu lebih 3 Tingkat/level 7-3 2 Kompetensi individu kurang 3 Tingkat/level 8 4 1.5 Kompetensi individu lebih 4 Tingkat/level 9-4 1 Kompetensi individu kurang 4 Tingkat/level 3. Pengelompokan Core dan Secondary Factor Setelah menentukan bobot nilai Gap kriteria yang dibutuhkan, kemudian tiap kriteria dikelompokan lagi menjadi dua kelompok yaitu Core Factor dan Secondary Factor. a. Core Factor (Faktor Utama) Core Factor merupakan aspek (kompetensi) yang paling menonjol / paling dibutuhkan oleh suatu jabatan yang diperkirakan dapat menghasilkan kinerja optimal. Untuk menghitung Core Factor digunakan persamaan 2.2 (Kusrini, 2007): NCI = NC IC (2.2) NCI mewakili Nilai rata-rata Core Factor, NC menyatakan Jumlah total nilai core factor, IC mewakili Jumlah item core factor. b. Secondary factor (Faktor Pendukung) 12

Secondary factor adalah item-item selain aspek yang ada pada core factor. Untuk menghitung secondary factor digunakan persamaan 2.3 (Kusrini, 2007) : menyatakan mewakili NSI = NS IS (2.3) NSI mewakili Nilai rata-rata secondary factor aspek akademik, NS Jumlah total nilai secondary factor aspek akademik dan IS Jumlah item secondary factor. Persamaan diatas adalah rumus untuk menghitung Core Factor dan secondary factor dari aspek akademik dan juga menghitung Core Factor dan secondary factor dari aspek perilaku. 4. Perhitungan Nilai Total Dari perhitungan Core Factor dan Secondary Factor dari tiap-tiap aspek, kemudian dihitung nilai total dari tiap-tiap aspek yang diperkirakan berpengaruh pada kinerja tiap-tiap profil. Untuk menghitung nila total dari masing- masing aspek, digunakan persamaan 2.4 (Kusrini, 2007): N=(X) % NCI + (X) % NSI (2.4) Nilai total (N) merupakan (X)% nilai prosentase yang di inputkan dari NCI yaitu nilai rata-rata Core Factor ditambahkan dengan nilai-nilai prosentase yang di inputkan dari NSI yaitu rata-rata Secondary Factor. Perhitungan nilai total terlebih dahulu menentukan nilai persen yang dimasukkan yaitu Core Factor 60% dan Secondary Factor 40%. Kemudian nilai Core Factor dan Secondary Factor ini dijumlahkan sesuai dengan persamaan 2.4. 5. Perangkingan Hasil akhir dari proses profile matching adalah rangking dari kandidat yang di ajukan untuk mengisi jabatan / posisi tertentu. Penentuan mengacu rangking pada hasil perhitungan yang ditentukan oleh persamaan (Kusrini, 2007). 13

Rangking = % NCF + % NSF (2.5) NCF mewakili Nilai akhir Aspek akademik dan NSF mewakili Nilai akhir dari Aspek perilaku. 14