BAB I PENDAHULUAN. hidup seperti ini dikenal dengan gaya hidup modern. Gaya hidup modern adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Hal ini ditandai dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan dunia yang menuntut

perjalanan serta hiburan (travel & entertainment) 2.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

CREDIT CARD. 2 Bank Penerbit 1. Card Holder Merchant. 4 Gb: Mekanisme teransaksi kartu kredit tanpa acquirer

BAB II PENGATURAN PENERBITAN KARTU KREDIT. D. Pengaturan Mengenai Pembatasan Kartu Kredit

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena

I. PENDAHULUAN. kemajuan. Dunia perekonomian yang serba maju, secara psikologis berpengaruh pula

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN an di Amerika Serikat, pada saat itu system ini dikenal dengan nama charge-it

ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Awal mulanya, kartu kredit muncul secara tidak sengaja. Penggunaan

No. 18/33/DKSP Jakarta, 2 Desember 2016 S U R A T E D A R A N

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman era globalisasi ini untuk melakukan transaksi, dapat digunakan

No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

No. 4/12/DASP Jakarta, 24 September 2002 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (non cash), yang diawali dengan alat pembayaran menggunakan kertas (paper

BAB I PENDAHULUAN. uang dari suatu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. transaksi. Untuk itu, perbankan dituntut untuk menyediakan berbagai. yang disediakan oleh jasa perbankan adalah Kliring.

No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya dalam dunia bisnis perbankan yaitu peran kartu kredit yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

A. JENIS KARTU PLASTIK BERDASARKAN FUNGSINYA

BAB I PENDAHULUAN. kembali kepada masyarakat. Selain itu, bank juga memberikan jasa-jasa keuangan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis jasa bank (service) yang ada di Indonesia adalah jasa kliring

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pola hidup konsumtif kini menjadi hal yang biasa bagi masyarakat. Ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

No. 11/ 6 /DPM Jakarta, 10 Februari 2009 SURAT EDARAN KEPADA SEMUA BANK, PERUSAHAAN EFEK DAN LEMBAGA KUSTODIAN BUKAN BANK DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N

STIE DEWANTARA Manajemen Kartu Plastik

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh konsumen untuk ditukarkan dengan barang dan jasa yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/26/PBI/2000 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini saling bersaing untuk meningkatkan pelayanannya. Bank sebagai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menerangkan bahwa Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

BAB I PENDAHULUAN. munculnya Internethingga akhirnya tiba di suatu masa dimana penggunaan

No. 6/7/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga. menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA

No. 14/ 17 /DASP Jakarta, 7 Juni 2012 S U R A T E D A R A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian lembaga perbankan di Indonesia mempunyai tujuan untuk

No.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 16 /PBI/2012 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III PENUTUP. 1. Kontrak elektronik yang dilakukan melalui SMS Banking sah sepanjang

No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II KARTU KREDIT SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN. perkembangan perdagangan, dunia perbankan juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN Siamat Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2001, hlm. 22

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian transaksi ritel (retail) dan sistem kredit, yang namanya berasal

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

No. 3/ 4 /DASP Jakarta, 23 Januari 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

No. 10/ 25 /DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

No. 12/36/DPNP Jakarta, 23 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

BAB II URAIAN TEORITIS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/52/PBI/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan saat ini di Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga atau industri yang bergerak di bidang

SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan kliring secara manual tidak efektif dan tidak efisien.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

No. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

S U R A T E D A R A N

: Pengajuan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) Meterai dan ttd

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, perkembangan suatu bank mengalami krisis dapat diartikan. Sementara itu dalam bentuk memberikan pelayanan kepada

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/17/PBI/2015 TENTANG SURAT BERHARGA BANK INDONESIA DALAM VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini mayarakat hidup di masa yang serba praktis dan canggih, di mana semuanya dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan cenderung instan. Gaya hidup seperti ini dikenal dengan gaya hidup modern. Gaya hidup modern adalah di mana timbulnya pola terbaru dari tingkah laku manusia dalam kehidupannya yang sesuai dengan tuntutan zaman. Tuntutan gaya hidup modern dan perkembangan teknologi sudah menjadi kebutuhan masyarakat, termasuk di Indonesia. Pembayaran tak luput dari inovasi gaya hidup modern dan perkembangan teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pembayaran merupakan salah satu elemen penting dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Suatu perekonomian dapat bergerak dengan adanya pembayaran yang menunjukkan adanyan arus perdagangan yang terjadi pada masyarakat. Sistem pembayaran masyarakat yang dulunya berupa barter berubah memakai alat transaksi berupa uang tunai kini sedikit demi sedikit telah bergeser pada sistem pembayaran non tunai. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai berkembang dari berbasis warkat ( cek, bilyet, giro, dan sebagainya) sampai kepada berbasis elektronik (kartu e-money). 1 1 Najla Anwar Sadat, 2013, Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Dalam Transaksi Bank Indonesia Real Time Gross Setlement (Study Kasus) di PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Cabang Kelapa Dua, Skripsi, Yogyakarta, hlm 1.

Salah satu pembayaran yang sekarang mulai banyak digunakan oleh masyarakat khususnya kalangan menengah ke atas adalah kartu kredit (credit card). Kartu kredit merupakan salah satu pilihan bagi masyarakat sebagai nasabah pemegang kartu kredit untuk mempermudah transaksi pembayaran menjadi lebih efisien dan praktis, selain itu kartu kredit dapat pula mencerminkan status sosial seseorang karena tidak semua orang mendapatkan kepercayaan dari bank utuk dapat memperolehnya. Perkembangan penggunaan kartu kredit yang berbentuk kartu plastik ini, sekilas dibahas oleh Dury (et.al) bahwa Edward Bellamy, seorang pengacara Amerika yang beralih profesi menjadi wartawan. Edward Bellamy menulis sebuah buku pada tahun 1887 dan diterbitkan setahun kemudian dengan judul Looking Backward yang menjadi salah satu buku terlaris pada masanya. Buku karya Bellamy mengambil lokasi di Boston, Amerika Serikat untuk tahun 2000, dalam percakapan disebutkan bahwa pada tahun 2000, yaitu seratus tahun setelah penulisan buku dimaksud, uang sebagai alat pembayaran saat itu akan tergeser oleh kartu kredit, dimana pemegangnya dapat memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan kartu yang dimaksud. 2 Kartu kredit di Indonesia menagalami perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per November 2011, ada 14,594 juta kartu kredit beredar di Indonesia yang diterbitkan oleh 20 bank. Asosiasi Penerbit Kartu Kredit Indonesia menyebutkan ada sekitar 7 juta pemegang kartu kredit di Indonesia. Total ada 190,634 juta 2 Johannes Ibrahim, 2004, Kartu Kredit Dilematis Antara Kontrak dan Kejahatan, Refika Aditama, Bandung, hlm 13.

transaksi dengan nilai Rp 165,599 triliun. Sekitar 90 persennya merupakan transaksi di Indonesia. 3 Sistem pembayaran secara elektronik menggunakan kartu kredit telah memberikan kenyaman dengan proses yang lebih cepat, efisien, paperless, dan waktu yang lebih fleksibel. Sifat yang unik pada kartu kredit tersebut maka menjadikan perlindungan terhadap nasabah pemegang kartu kredit atau cardholder dapat menjadi tidak jelas. Kartu kredit dapat mengakibatkan masalah masalah dari transaksi yang merugikan pemegang kartu kredit sebagai konsumen. Dari sudut perlindungan konsumen, penggunaan teknologi perbankan seperti kartu kredit tidak cukup hanya menawarkan berbagai kemudahan kepada konsumen, misalnya kemudahan pembayaran, banyaknya merchant yang memberikan diskon, ataupun menciptakan citra ekslusif bagi pemiliknya, dan sebagainya. Pemanfaatan kartu kredit harus diikuti pula dari segi keamanan bagi konsumen pemegang kartu kredit dan informasi yang cukup secara jelas bukan hanya menyajikan iklan-iklan dengan iming-iming suku bunga dan cicilan yang rendah. Pemegang kartu kredit seringkali berada dalam pihak yang dirugikan akibat kurangnya informasi yang jelas dari bank atau lembaga pembiayaan penerbit kartu kredit. Beberapa contoh yang sering menjadi permasalahan konsumen pemegnag kartu kredit seperti jumlah tagihan lebih besar dibandingkan kewajiban yang harus dibayar pemegang kartu kredit, adanya tagihan dari bank atau lembaga pembiayaan penerbit kartu kredit atas transaksi yang sebenarnya 3 Regulasi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK), ww.bi.go.id/nr/rdonlyres/1621868a.../boks3regulasiapmk.pdf, diakses pada 11 Juni 2012.

tidak pernah dilakukan pemegang kartu kredit, pemberian kartu tambahan tanpa seizin pemegang kartu utama, perhitungan bunga yang tak diinformasikan secara jelas dan fair, penggunaan kartu kredit oleh orang lain yang tidak berhak, kesengajaan bank untuk tidak mengirimkan surat tagihan (billing statement) sebulan setelah melakukan transaksi dan lain sebagainya. 4 Kurangnya informasi yang disampaikan penerbit kartu kredit seolah-olah menjadi jebakan terhadap pemegang kartu kredit saat tagihan yang diberikan kepada pemegang kartu kredit setiap bulan dianggap pemegang kartu kredit adalah tagihan pelunasan, dalam lembar tersebut disebutkan berapa kewajiban membayar, padahal yang disebut sebagai kewajiban adalah nilai minimum yang harus dibayarkan sebelum waktu jatuh tempo. Kewajiban pemegang kartu kredit adalah membayar seluruh total tagihan pada waktunya, bukan hanya sebagian utang. Inilah salah satu yang sering tak diketahui para nasabah pemegang kartu kredit. Apabila pemegang kartu kredit hanya membayar sebagian dari yang ditagihkan, maka nasabah pemegang kartu kredit akan dikenakan bunga yang sangat tinggi. 5 Bunga yang sangat tinggi tersebut dikarenakan penjumlahan bunga terhadap kekurangan pembayaran dari bulan pertama ditambahkan ke bulan selanjutnya, akibatnya dapat ditebak utang semakin membengkak karena sistem bunga berbunga dari kartu kredit. Perhitungan bunga berbunga muncul dari penjumlahan bunga pada bulan sebelumnya yang belum dilunasi ditambahkan dengan bunga pada bulan selanjutnya yang menyebabkan bunga tersebut menambah bani debet kredit secara 4 Sudaryatmo, 1999, Hukum dan Advokasi Konsumen, Jakarta, Citra Aditya Bakti, hal 29. 5 HuznaG.Zahir, Sekeping Kartu, Bencana atau Manfaat, http://www.ylki.or.id/sekeping-kartubencana-atau-manfaat.html, diakses pada 17 Maret 2014, jam 21.02 WIB.

kumulatif sangat memberatkan pemegang kartu kredit. Perbedaan perhitungan utang dan bunga yang harus dibayar pemegang kartu kredit dengan tagihan yang diberikan dari pihak bank ataupun lembaga pembiayaan penerbit kartu kredit kepada pemegang kartu kredit nominalnya di atas perhitungan yang dilakukan pemegang kartu kredit. ketika Pengaduan ke pihak bank terkait dengan keberatan pemegang kartu kredit terhadap tagihannya seringkali pemegnag kartu kredit merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh bank penerbit atas tagihan yang dibebankan. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu pada pada pasal 17( tujuh belas) angka 7 (tujuh) huruf (d) disebutkan jelas bahwa, Biaya dan denda, serta bunga terutang dilarang digunakan sebagai komponen penghitungan bunga. Jadi dapat disimpulkan jelas bahwa perhitungan bunga kartu kredit sebetulnya tidak boleh bunga berbunga. Bunga yang belum terbayar tidak boleh diikutkan di perhitungan bulan selanjutnya, namun hal inilah yang banyak terjadi menurut Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BU Rosmaya Hadi. 6 Terdapat beberapa perhitungan bunga yang wajib dilakukan oleh penerbit kartu kredit dengan memperhatikan pasal 17 ayat (7) yang salah satunya diatur tentang larangan menggunakan biaya dan denda serta bunga terutang digunakan sebagai komponen perhitungan bunga, namun dalam kenyataannya perhitungan 6 Sylke, Pengaduan Konsumen BI Masih Didominasi Kartu Kredit, http://www.neraca.co.id/article/38813/pengaduan-konsumen-bi-masih-didominasi-kartu-kredit, Diakses pada 14 Maret 2014 Pukul 21.00 WIB.

bunga ini sering menjadi permasalah antara pemegang kartu kredit dengan penerbit kartu kredit. Pemegang kartu kredit merasa terdapat kesalahan terhadap perhitungan beban tagihan kartu kredit yang merugikan pihaknnya. Pengaduan dari konsumen pemegang kartu kredit yang merasa tidak puas dengan pelayanan yang dilakukan bank penerbit melalui layanan konsumen (costumer care) yang seringkali memenangkan pihak bank ketika terjadi komplain terhadap kartu kredit mereka yang dianggap tidak sesuai. Hal ini membuat konsumen pemegang kartu kredit mengadukan ke Bank Indonesia yang dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi sebagai pembuat regulasi sistem pembayaran, dengan alasan tersebut di atas, Bank Indonesia (BI) yang telah banyak menerima pengaduan masyarakat terkait sistem pembayaran membuka pusat aduan bicara 500131 yang dibuka sejak Agustus 2013. Pusat pengaduan yang dibuka oleh BI yang sebelumnya hanya 3 aduan saja melonjak hingga 269 aduan pada Januari 2014. Sebagian besar pengaduan nasabah bank terkait sistem pembayaran kartu kredit yang mencapai 86% dari semua yangdkeluhkan konsumen jasa perbankan, pengaduan tersebut merupakan komplain konsumen atau pemegang kartu kredit terhadap perhitungan bunga. 7 Pada situasi diatas, dapat dikemukakan bahwa pemegang kartu kredit sebagai konsumen pengguna jasa perbankan ini memiliki kedudukan yang lemah dan sering dirugikan. Pemakaian kartu kredit saat ini posisi dan kepentingan pemegang kartu belum terlindungi dengan baik, di lain pihak posisi bank 7 SakinaRakhmaDiahSetiawan, Banyak yang Mengadu ke BI soal Bunga Kartu Kredit, http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/21/1301495/banyak.yang.mengadu.ke.bi.soal.b unga.kartu.kredit, diakses pada 14 Maret 2014 pukul 21.54 WIB.

sangatlah dominan yang tentunya akan mengutamakan kepentingan bank itu sendiri untuk memperoleh keuntungan dari produk yang dijual, sehingga dalam kondisi demikian jika timbul suatu permasalahan nantinya maka tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang cepat dengan tanggungjawab yang jelas. Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik dan terdorong untuk mengadakan penulisan hukum yang berkaitan dengan hal ini dengan mengangkat judul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PEMEGANG KARTU KREDIT TERKAIT KREDIT YANG BUNGA BERBUNGA II. PERUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang relevan dengan judul yang penulis pilih adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi konsumen pemegang kartu kredit yang dikenakan bunga berbunga pada tagihan kartu kreditnya? 2. Bagaimana upaya yang dapat ditempuh cardholder atau nasabah pemegang kartu kredit jika terjadi sengketa kredit bunga berbunga? III. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

a. Tujuan Obyektif: 1. Untuk mengetahui ketentuan peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen terhadap nasabah pemegang kartu kredit yang dikenakan kredit bunga-berbunga oleh bank penerbit secara tidak sah. 2. Untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian sengketa apabila terjadi pengaduan terkait pengenaan kredit bunga berbunga pada nasabah pemegang kartu kredit. b. Tujuan Subyektif Penulisan hukum ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikanstrata Satu (S-1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. IV. KEASLIAN PENELITIAN Dalam penelusuran kepustakaan yang dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis tidak menemukan penulisan hukum yang berkaitan dengan tinjauan yuridis perlindungan konsumen pemegang kartu kredit terkait kredit yang bunga berbunga. Adapun penulisan hukum yang berkaitan dengan perlindungan konsumen pemegang kartu kredit adalah sebagai berikut: 1. Penulisan hukum berjudul Perlindungan Hukum Bagi Nasabah dalam Perjanjian Kartu Kredit Pada PT. Bank Internasional Indonesia yang ditulis oleh Dimas Primadana pada tahun 2012.

2. Penulisan hukum berjudul Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Issuer Bank Terhadap Perjanjian Penerbitan Fasilitas Kartu Kredit dengan Cardholder di PT Bank Negara Indonesia (PERSERO) Tbk. Sentra Bisnis Kartu Semarang yang ditulis oleh Rosaria Happy Hapsari pada tahun 2011. Kedua penulisan hukum tersebut sama sekali berbeda dengan penulisan hukum penulis, karena pada penulisan yang ditulis oleh Dimas Primadana membahas tentang perlindungan bagi nasabah atas perjanjian yang dilakukan nasabah dengan bank, sementara penulisan hukum yang ditulis oleh Rosaria Happy Hapsari juga membahas perjanjian antara cardholder dengan bank. Penulis lebih memfokuskan penulisan hukum terhadap perlindungan nasabah yang akhirakhir ini banyak kasus sering mengadukan pengenaan bunga berbunga pada tagihan kartu kreditnya. Dengan demikian penulisan hukum ini adalah asli dan untuk pertama kalinya dituliskan dalam penulisan hukum, bukan merupakan hasil plagiat maka telah memenuhi syarat keaslian penulisan. V. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan dan kontribusi yang berguna mengenai perlidungan konsumen pemegang kartu kredit terkait pengenaan kredit bunga berbunga dan dapat berguna untuk perkembangan ilmu hukum khususnya Hukum Dagang. b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berharga kepada pembaca pada umumnya masyarakat luas dan pihak yang terkait dengan perlindungan konsumen produk perbankan kartu kredit ini dan menjadi masukan kepada nasabah pemegang kartu kredit mengenai upaya perlindungan padanya jika bank penerbit kartu kredit mengenakan bunga berbunga pada tagihan yang di bebankan pada cardholder