BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS DATA

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

7 KAPASITAS FASILITAS

BAB X PENUTUP KESIMPULAN

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

BAB III DESKRIPSI AREA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

PENGEMBANGAN DERMAGA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MORO DEMAK UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS KAPAL

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI NGNGREYENG DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) MINA UTAMA KECAMATAN BONANG KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN I-1

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

3.2. SURVEY PENDAHULUAN

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN GLAGAH KAB. KULON PROGO YOGYAKARTA BAB III METODOLOGI

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG DI SUNGAI BARITO DALAM WILAYAH KABUPATEN BARITO UTARA

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

Time Efficiency Of Fish Landing Toward Mooring Time Sondong Fishing Boats In Pangkalan Pendaratan Ikan Dumai City Riau Province ABSTRACT

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1

2) Kegiatan Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (DAK dan Pendampingan)

BAB III METODOLOGI III-1

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5. FASILITAS DAN AKTIVITAS PPI MUARA BATU

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Tahap Persiapan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

THE CONDITION OF MAIN FACILITY IN THE VILLAGE OF FISH MARKETING PAKNINGASAL BUKITBATU DISTRICT OF BENGKALIS REGENCY IN RIAU PROVINCE

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

KATA PENGANTAR. Tertanda. Penulis

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2000

Lampiran 1 Perhitungan bobot faktor internal pengembangan PPI Pangandaran di lokasi baru

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

BAB II KONDISI LAPANGAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. tahapan pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun. 1. Perumusan dan identifikasi masalah

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV METODOLOGI 4.1. TAHAP PERSIAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6 AKTIVITAS DAN FASILITAS

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN Permasalahan

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2013 Jl. Panglima Sudirman No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

BAB VI METODE PELAKSANAAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

EVALUATION UTILIZATION FACILITIES FISH LANDING BASE (PPI) DUMAI OF DUMAI CITY RIAU PROVINCE

3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

Gambar 1.1. Peta Potensi Ikan Perairan Indonesia (Sumber

PERKIRAAN BIAYA (Rp) JENIS PENGADAAN PAKET PENGADAAN LELANG / SELEKSI. Jasa Lainnya 20,000,000 1 Paket Kab. Batang APBD

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) TASIK AGUNG KABUPATEN REMBANG

KATA PENGANTAR Perencanaan Pelabuhan Perikanan Glagah Kab. Kulon Progo Yogyakarta

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

Transkripsi:

168 BAB V 5.1. Tinjauan Umum. Untuk dapat melaksanakan Perencanaan dan Perancangan Pelabuhan Perikanan Morodemak, Kabupaten Demak dengan baik maka diperlukan evaluasi yang mendalam atas kondisi Pelabuhan Perikanan Morodemak saat ini, permasalahan yang dihadapi, tujuan serta sasaran yang akan dicapai serta langkahlangkah yang perlu diambil untuk mencapai sasaran tersebut. Permasalahan yang dihadapi oleh Pelabuhan Perikanan Morodemak adalah kurang mencukupinya fasilitas dasar khususnya kolam pelabuhan, dermaga serta turap tambat kapal yang kurang panjang. LAUT JAWA U LAUT JAWA JETTY K. TUNTANG LAMA Alur Pelayaran - 2,5 m 383 m V JETTY F O A B U C D S K L T M P Tambak E N H G I J Q R Rumah Penduduk Rumah Penduduk Gambar 5.1. Layout Pelabuhan Perikanan Morodemak.

169 Keterangan : A = Administrasi dan TPI L = Tempat Pengolahan Ikan B = MCK M = Parkir Anggota C = Bengkel N = Parkir D = BBM O = Tempat Perbaikan Jaring E = Gardu P = Loading F = Kios Q = Tempat Penjemuran Ikan G = Musholla R = Dok Perahu / Kapal H = Waserda S = Airud I = Gedung Pertemuan Nelayan T = Pos Waskin J = Rumah Dinas U = Genset K = Cold Storage V = Dermaga (Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak) 5.2. Evaluasi Fasilitas Dasar Pelabuhan. 5.2.1. Evaluasi Alur Pelayaran. No. Evaluasi Satuan Kondisi. 1. Alur Masuk Kapal: - Lebar Alur Pelayaran - Kedalaman Alur 50 m 1,5 m -Dangkal, kapal sulit masuk -Kedalaman perlu ditambah sesuai tonase kapal. -Banyaknya jaring apung di sekitar alur pelayaran (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Demak). Pada alur pelayaran Pelabuhan Perikanan Morodemak perlu diadakan pengerukan karena adanya endapan cukup tinggi yang terjadi di sungai Tuntang Lama maupun di muara sungai. Endapan-endapan tersebut terjadi karena : 1. Garis alur sungai Tuntang Lama tidak lurus.

170 2. Adanya paling tidak ada 3 (tiga) sungai kecil yang bermuara tepat pada lokasi kegiatan Pelabuhan Perikanan Morodemak dengan aliran (arus) yang memotong induk sungai. 3. Adanya endapan lumpur dan sampah yang sangat tebal sehingga menghambat aliran sungai. Kesimpulan : Alur pelayaran Pelabuhan Perikanan Morodemak perlu diperlebar dan diperdalam agar sesuai dengan tonase kapal terbesar yang masuk ke Pelabuhan Perikanan Morodemak serta jaring apung harus dibersihkan agar tidak mengganggu kapal yang masuk ke Pelabuhan. Gambar 5.2 Alur Pelayaran Pelabuhan Perikanan Morodemak. 5.2.2. Evaluasi Breakwater/Bangunan Pemecah Gelombang. No. Evaluasi Satuan Kondisi. 1. Breakwater - Luas breakwater - Perlu diperbaiki dan ditambah. (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Demak).

171 Pemecah gelombang berfungsi untuk melindungi daerah perairan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah perairan pelabuhan menjadi tenang dan kapal bisa melakukan bongkar muat barang dengan mudah. Pada Pelabuhan Perikanan Morodemak bangunan pemecah gelombang berbentuk jetty dan kurang berfungsi dengan baik karena : 1. Terdapat banyak bagan/jaring apung disekitar bangunan pemecah gelombang. Kesimpulan : Breakwater pada Pelabuhan Perikanan Morodemak perlu ditambah luasannya dan diperbaiki untuk menjaga kawasan Pelabuhan Perikanan Morodemak dari serangan gelombang serta perlu diadakan penataan jaring apung atau bagan apung disekitar lokasi agar breakwater berfungsi optimal. Gambar 5.3. Jetty Pelabuhan Perikanan Morodemak.

172 5.2.3. Evaluasi Kolam Pelabuhan. No. Evaluasi Satuan Kondisi. 1. Kolam Pelabuhan - Luas Kolam Pelabuhan - Kedalaman Kolam Pelabuhan (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Demak). Kolam pelabuhan berfungsi sebagai tempat berlabuhnya perahu/kapal nelayan pada saat bongkar muat ikan, serta untuk bersandar dan bertambatnya kapal. Kolam Pelabuhan Perikanan Morodemak tidak dapat berfungsi dengan optimal karena : 1. Banyaknya sampah (berasal dari potongan-potongan bambu bagan/jaring apung, dan sebagainya) disekitar tempat sandar maupun tambat meghambat proses manuver kapal ikan. 2. Terjadinya penumpukan kapal tunda/tunggu di tempat tambat maupun sandar dikarenakan banyaknya bagan/jaring apung di mulut muara. 3. Terjadinya konflik antar ABK ketika mereka dalam waktu yang sama akan keluar melaut sering terjadi akibat sempitnya alur dan banyaknya kapal serta bagan apung yang berlabuh disepanjang alur. Kesimpulan : Luas dan kedalaman kolam pelabuhan pada Pelabuhan Perikanan Morodemak perlu ditambah dan perlu dilakukan pembersihan, pengerukan dan peningkatan kinerja operasional pelabuhan.

173 Gambar 5.4. Kolam Pelabuhan Perikanan Morodemak. 5.2.4. Evaluasi Dermaga. No. Evaluasi Satuan Kondisi. 1. Dermaga Perikanan - Dermaga Tambat 383 m Rusak dan kurang panjang, perlu diperbaiki. - Dermaga Bongkar Muat - Tidak ada (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Demak). Dermaga Pelabuhan Perikanan Morodemak sering tergenang rob sehingga dermaga menjadi kumuh dan menyebabkan lantai dermaga menjadi rusak. Akibat kurang panjangnya dermaga bongkar muat dan tambat kapal, aktifitas kapal nelayan menjadi terganggu. Kesimpulan : Panjang dermaga Pelabuhan Perikanan Morodemak perlu ditambah dan dibangun dermaga bongkar muat baru serta perlu dilakukan perbaikan menyeluruh agar aktifitas nelayan berjalan lancar.

174 Gambar 5.5 Dermaga Pelabuhan Perikanan Morodemak. 5.2.5. Evaluasi Fender dan Bolder. No. Evaluasi Satuan Kondisi. 1. 2. Fender - Kayu Jati 6/12 Bolder - Beton bertulang - - Rusak dan perlu diperbaiki. Rusak dan perlu diperbaiki. (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Demak). Fender dan Bolder yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Morodemak banyak yang telah rusak karena dimakan usia. Kesimpulan : Perlu di buat fender dan bolder baru dengan pemilihan bahan material dengan mutu yang bagus dan perhitungan yang teliti.

175 Angker A Sisi Muka Dermaga A Baut Pandangan Atas Fender Kayu MLWL Tampak Muka Tampang A - A Gambar 5.6. Fender Pelabuhan Perikanan Morodemak. Gambar 5.7. Bolder Pelabuhan Perikanan Morodemak.

176 5.3. Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan. 5.3.1. Evaluasi Kinerja Sarana Bongkar Muat Kapal Proses pembongkaran hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Morodemak umumnya cepat tergantung dari jumlah hasil tangkapan. Berdasarkan hasil survey kecepatan bongkar muat di Pelabuhan Perikanan Morodemak memakan waktu 15 hingga 30 menit, yang selanjutnya dilakukan pelelangan mulai pukul 06.00 pagi sampai selesai. Berdasarkan hasil survei, kecepatan muat perbekalan-perbekalan kapal nelayan di Pelabuhan Perikanan Morodemak umumnya berkisar antara 1 sampai 2 jam. Pelayanan perbekalan bagi kapal-kapal ikan di Pelabuhan Perikanan Morodemak dilakukan oleh KUD Mino Utomo dan perusahaan swasta lainnya. Kesimpulan : Kinerja sarana bongkar muat kapal di Pelabuhan Perikanan Morodemak tidak berlangsung dengan optimal karena kondisi dermaga yang telah rusak. 5.3.2. Evaluasi Kinerja Waktu Merapatnya/Tambat Kapal. Lama waktu tambat kapal di Pelabuhan Perikanan Morodemak tergantung dari kemampuan kapal untuk mempersiapkan perbekalan serta perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh ABK (Anak Buah Kapal). Kondisi kesiapan ABK juga mempengaruhi cepat lambatnya waktu tambat kapal. Berdasarkan hasil survei, waktu merapatnya kapal di PPI Morodemak berkisar antara 15 sampai dengan 20 menit. Kesimpulan : Perlu dilakukan komunikasi yang baik antara ABK (Anak Buah Kapal) dan petugas Pelabuhan Perikanan Morodemak agar waktu tambat kapal bisa lebih efektif.

177 5.3.3. Evaluasi Kinerja Waktu Sandar Kapal. Keberadaan kapal di Pelabuhan Perikanan Morodemak dimulai dari kedatangan, pembongkaran, perbaikan mesin/kapal atau peralatan lain serta waktu istirahat awak kapal, sehingga lama kapal di PPI Morodemak tergantung dari kemampuan kapal untuk mempersiapkan perbekalan serta perbaikan-perbaikan yang dilakukan dari kesiapan ABK. Umumnya tiap kapal memerlukan waktu sekitar 5 sampai 10 jam untuk mempersiapkan keberangkatan kembali ke laut. Kesimpulan : Waktu sandar kapal di Pelabuhan Perikanan Morodemak tidak berlangsung dengan maksimal sehingga pemakaian dermaga tidak efektif.